Kenapa banyak anak yang merasa bahasa Indonesia lebih sulit dibandingkan bahasa Inggris? Artikel ini mengulas penyebabnya dan memberi tips mengatasinya.
Pernah gak sih, kalian mikir gini:
“Kok nilai ulangan Bahasa Indonesia gue gak bagus-bagus amat, ya?”
“Perasaan nilai ulangan Bahasa Indonesia gue lebih jelek dari Bahasa Inggris, deh.”
Gue sering banget mendengar keluhan-keluhan tersebut dari para siswa. Selama gue mengajar, hal ini selalu saja menjadi fenomena yang berulang setiap tahunnya. Nilai ulangan atau ujian bahasa Indonesia kebanyakan siswa lumayan pas-pasan dan kadang lebih rendah daripada nilai ulangan bahasa asing, apalagi bahasa Inggris.
Nah, kalian merasa ironis gak, sih? Orang Indonesia, tapi kok nilai ulangan bahasa Indonesianya malah lebih rendah dari Bahasa asing. Seharusnya, sebagai orang Indonesia, Bahasa Indonesia bukan hal yang sulit, kan? Bahasa Indonesia adalah bahasa yang pertama kali kita pelajari. Sebagai bahasa ibu, hampir setiap detik kita menggunakan bahasa Indonesia selama belasan tahun. Di sisi lain, kita baru belajar bahasa Inggris di kelas tertentu di sekolah. Kita pun gak menggunakannya setiap hari.
Tapi kenapa nilai ulangan bahasa Indonesia umumnya lebih pas-pasan dibandingkan nilai ulangan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris?
Apa emang bahasa Indonesia lebih sulit dari bahasa Inggris?
Eh, kita berkenalan dulu ya. Nama gue Yudhistira Laturiuw. Biasa dipanggil Yudhis. Gue baru sebulan bergabung di Zenius Education sebagai Tutor Bahasa Indonesia di zenius.net. Sebelum bergabung bersama Zenius, gue berpengalaman sebagai guru bahasa dan Kepala Sekolah Dasar.
Nah, pada artikel perdana ini, gue ingin berbagi hasil observasi gue selama mengajar tentang kenapa kira-kira nilai ulangan/ujian bahasa Indonesia pelajar Indonesia umumnya pas-pasan dan kadang lebih jelek daripada nilai ulangan bahasa asing. Yuk kita bahas.
Daftar Isi
Gampang dan Susahnya Bahasa Indonesia
Sebelum kita masuk ke penyebab utamanya, ada baiknya kita membedah bahasa Indonesia itu sendiri dulu. Karena sudah terbiasa menggunakannya sehari-hari sejak kecil, mungkin kita gak ngeh tentang gampang dan susahnya bahasa Indonesia sebagai sebuah bahasa.
Tapi misalnya nih, ada alien yang datang ke bumi. Alien ini tentunya gak mengerti sama sekali ribuan bahasa yang ada di bumi. Karena ingin berkomunikasi dengan manusia, si alien mau belajar bahasa manusia. Dari sudut pandang netral yang belum terkontaminasi satu pun bahasa manusia, alien ini membandingkan ribuan bahasa yang ada.
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di bumi, sebenarnya gimana sih kedudukan dan struktur bahasa Indonesia? Apa sih sisi gampang dan susahnya bahasa Indonesia sebagai sebuah bahasa?
Gampangnya Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia tidak memiliki perubahan bentuk (konjugasi) kata kerja (verba) berdasarkan waktu atau kala (tenses).
Di bahasa Indonesia, verba “makan”, kapan pun waktunya, bentuknya tetap aja “makan”. Mau kemarin, besok, atau sekarang, bentuknya tetap aja makan.
Sedangkan di bahasa Inggris, verba makan “to eat” akan berubah sesuai dengan waktunya: I am eating, I eat, I ate, dan sebagainya.
2. Pelafalan dalam bahasa Indonesia tergolong konsisten.
Di bahasa Indonesia, huruf “a” dibaca “a”, “b” dibaca “b”, begitu pula dengan kebanyakan huruf dan bunyi lain.
Sedangkan di bahasa Inggris, huruf “a” dalam kata-kata “father”, “bag”, “ball”, “barn”, masing-masing pelafalannya beda.
3. Tidak ada perbedaan gender kata benda (nomina).
Di bahasa Indonesia, nomina atau kata benda tidak dibedakan berdasarkan gender maskulin, feminin, maupun netral.
Sedangkan di bahasa lain, Spanyol, misalnya, ada bentuk feminin dan maskulin pada nomina, misalnya chica (anak perempuan), dan chico (anak laki-laki) atau señor (tuan), dan señorita (nona).
4. Subyek tidak memengaruhi perubahan bentuk verba.
Mirip seperti poin pertama tadi, verba atau kata kerja dalam bahasa Indonesia tidak akan berubah bentuk dikarenakan perubahan subyek. Contohnya, bisa lihat perbandingan di tabel berikut:
Bahasa Indonesia | Bahasa Spanyol | Bahasa Jerman |
Saya minum susu. | Yo bebo leche. | Ich trinke Milch. |
Anda minum susu. | Usted bebe leche. | du trinkst Milch. |
Kami minum susu | Nosotros bebemos leche. | Wir trinken Milch. |
5. Nomina tidak memiliki bentuk jamak yang khusus, hanya perlu diulang aja.
Contoh: kue-kue, orang-orang, dan lain-lain.
Di bahasa Inggris, bentuk jamak diperoleh dengan cara menambahkan “s” pada nomina, atau dengan mengubah nomina ke bentuk khusus, seperti child – children, person – people, dan sebagainya.
“Wah, kalo dilihat dari sisi gampangnya, enak juga ya mempelajari bahasa Indonesia. Kayaknya gak terlalu banyak aturan ribet seperti bahasa lain.”
Eits, jangan salah. Itu kan baru sisi gampangnya. Sekarang coba kita lihat sisi susahnya dari bahasa Indonesia.
Susahnya Bahasa Indonesia
Kalo kalian adalah penutur Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Mandarin, atau Jepang, maka kesulitannya ada cukup banyak, karena acuannya adalah bahasa-bahasa asing tersebut. Tapi kalo diliat dari sudut pandang penutur asli bahasa Indonesia, maka kesulitannya bisa dikerucutkan menjadi satu hal aja, yaitu aturan penggunaan imbuhan.
Coba deh, kalo kalian disuruh jelasin satu per satu fungsi dan contoh imbuhan dalam bahasa Indonesia. Misal, coba sebutkan perbedaan fungsi imbuhan me- pada kata-kata berikut:
- Menulis
- Menyendiri
- Membabi-buta
- Mengudara
Lalu golongkan mutasi kata dasarnya berdasarkan bunyi/huruf awal dari kata dasar tersebut. Ayo, coba tulis jawaban kalian di comment section di bawah.
Lumayan ribet, kan? 🙂
Bahasa Indonesia vs Bahasa Asing
Sebuah lembaga bernama Foreign Service Institute (FSI) pernah merilis laporan yang menggolongkan atau memberikan peringkat kepada bahasa-bahasa manusia berdasarkan level kesulitan untuk mempelajarinya dari sudut pandang penutur bahasa Inggris (English speaker). Apakah bahasa yang relatif lebih mudah dipelajari? Bahasa apa pula yang relatif paling sulit dipelajari?
Ingat ya, kategori atau peringkat di bawah ini disusun dari sudut pandang orang yang sudah fasih bahasa Inggris. Jadi, misalnya si alien tadi memutuskan untuk pertama kali mempelajari bahasa Inggris karena bahasa ini merupakan bahasa internasional di bumi. Ketika ia mau mempelajari bahasa kedua untuk dipelajari, si alien bisa menggunakan tabel di bawah sebagai referensi untuk melihat mana bahasa yang gampang dan susah untuk dipelajari selanjutnya.
Berikut tabel kategori/peringkat bahasa berdasarkan tingkat kesulitannya untuk dipelajari, disertai dengan rata-rata waktu untuk mempelajarinya.
Kategori I: 23-24 minggu (575-600 jam) Bahasa yang berhubungan erat dengan bahasa Inggris |
|
Afrika Denmark Belanda Perancis Italia |
Norwegia Portugis Rumania Spanyol Swedia |
Kategori II: 30 minggu (750 jam) Bahasa yang mirip dengan bahasa Inggris |
|
Jerman | |
Kategori III: 36 minggu (900 jam) Bahasa yang memiliki perbedaan linguistik dan budaya dengan bahasa Inggris |
|
Indonesia Malaysia |
Swahili |
Kategori IV: 44 minggu (1100 jam) Bahasa yang memiliki perbedaan linguistik dan budaya yang signifikan dengan bahasa Inggris |
|
Albania Amharic Armenia Azerbaijan Bengal Bosnia Bulgaria Birma Kroasia Ceko Estonia Finlandia Georgia Yunani Hebrew (Ibrani) Hindi Hungaria Islandia Khmer Lao Latvia |
Lithuania Makedonia Mongolia Nepal Pashto Persia Polandia Rusia Serbia Sinhala Slovakia Slovenia Tagalog Thai Turki Ukrainia Urdu Uzbek Vietnam Xhosa Zulu |
Kategori V: 88 minggu (2200 jam) Bahasa yang sulit sekali dipelajari oleh penutur asli bahasa Inggris |
|
Arab Kanton Mandarin |
Jepang Korea |
Nah, ternyata dari sudut pandang penutur bahasa Inggris, bahasa Indonesia gak terlalu sulit kok untuk dipelajari. Ya sedang-sedang aja. Seorang bule penutur bahasa Inggris “cuma” butuh sekitar 9 bulan tinggal di Indonesia untuk bisa memahami bahasa Indonesia. Bandingkan dengan bahasa Mandarin, Jepang, atau Korea yang membutuhkan waktu hingga 2 tahun.
Faktor Penyebab Bahasa Indonesia Terkesan Sulit
Lalu gimana dengan pelajaran bahasa Indonesia yang ada di sekolah? Well, kalo dilihat secara garis besar, segala materi penting yang tujuannya meningkatkan kemampuan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara bahasa Indonesia sudah cukup ter-cover sih di pelajaran sekolah.
Tapi kok kayaknya masih nggak cukup komprehensif bagi banyak siswa, ya? Ujung-ujungnya, bahasa Indonesia malah jadi nampak sulit. Bahkan banyak juga siswa yang merasa pelajaran Bahasa Inggris malah lebih gampang. Nah, kita coba lihat beberapa faktor yang menurut gue menjadi penyebabnya:
1. Ketidakseimbangan penggunaan Bahasa baku dan tidak baku.
Hayo, ngaku, seberapa sering kalian pake bahasa baku? Pasti kebanyakan jawabnya nggak sering-sering amat.
Di bahasa mana pun, keberadaan ragam bahasa tidak baku itu wajar, termasuk dalam bahasa Indonesia, yang usianya sendiri belum terlalu tua. Bahasa Indonesia yang kita pelajari di sekolah adalah bahasa yang baku, sedangkan yang kita pake hari-hari beda banget dengan yang kita pelajari di sekolah. Coba deh, kalian sepanjang hari ngobrol sama temen pake bahasa baku secara full, kira-kira bakal gimana? Kedengerannya janggal, kan?Nah, hal kayak gini yang bikin kita gak terbiasa menggunakan bahasa baku, akhirnya kebanyakan siswa merasa bahasa baku itu terlalu kaku, yang penggunaannya hanya pada situasi formal aja. Jadi, meskipun kita belajar bahasa Indonesia di sekolah, karena jarang banget pake bentuk baku, kita jadi kurang terpapar dengan tersebut.
Kalo kita bandingkan dengan bahasa Inggris, bentuk yang kita pelajarai di sekolah itu ya sebagian besar kita pake, dan itu juga yang kita praktikkan.
2. Meremehkan definisi
Ah, ngapain sih ngafalin definisinya istilah-istilah gramatik teknis macam “ide pokok”, “gagasan utama”, “majas”, dan lain-lain. Jujur deh, kalo mau ulangan, berapa banyak dari kalian yang mempelajari pemahaman definisi dari istilah-istilah gramatik yang malesin tersebut?
Nah, karena pemikiran seperti itu, kebanyakan paling cuma belajar dari contohnya aja ketimbang beneran memahami definisi secara mendalam. Ini bikin rancu, loh. Akhirnya banyak juga siswa yang kadang nggak bisa bedain definisi istilah-istilah satu sama lain.
Contohnya, nih, di antara kata-kata berikut, mana saja yang merupakan homonim, homofon dan homograf sekaligus?
- buku
- tahu
- bisa
- bulan
- rapat
- kali
Kalo kalian udah paham definisi, pasti bisa langsung jawab tanpa ngecek definisi masing-masing dulu, hehe ?
3. Penguasaan struktur kalimat yang rendah
“Ani sedang makan buah jambu.”
Dari kalimat tersebut, coba pisahin S-P-O-(K)-nya, deh. Mungkin kalimat tadi masih gampang, gimana kalo kalimatnya udah kalimat majemuk? Sebagai praktisi Pendidikan, gue cukup sering liat siswa yang bingung dengan urutan S-P-O-(K) pada kalimat majemuk. Malah kadang ada yang gak paham predikat itu apa.
Memang, jika kita bandingkan dengan bahasa lain, struktur kalimat bahasa Indonesia tidak terlalu kompleks. Tapi karena banyak yang gak terlalu menguasai struktur kalimat, akhirnya malah jadi tampak kompleks, apalagi kalo ditambah dengan faktor nomor 1 dan 2 di atas, lengkap, deh.
Contoh:
“Andi menulis puisi.”
Andi = S, menulis = P, puisi = O.
“Orang yang beralaskan kasut jerami kusam itu adalah pamanku.”
S-P-O-(K) dasarnya yang mana?
Kalo kalian udah terbiasa dengan struktur kalimat, pasti tahu, tapi sepengalaman gue, banyak juga loh, yang gak ngeh bahwa “orang yang beralasakan kasut jerami kusam itu” adalah subyek.
4. Dinamika dan perubahan bahasa
Seperti yang udah dibahas di artikel Zenius Blog sebelumnya, bahasa selalu berubah:
Bahasa yang Berubah: Kemajuan atau Kemunduran?
Meski secara garis besar perubahan bahasa tidak dipandang sebagai hal negatif, cukup jelas bahwa dinamika dan perubahan bahasa dapat memengaruhi pembelajar bahasa. Sejak Sumpah Pemuda hingga sekarang, udah banyak banget terjadi perubahan sistem ejaan. Ini menyebabkan para pendidik dan penulis buku memiliki standar acuan yang berbeda, dan ujung-ujungnya siswa juga akhirnya mendapatkan source yang berubah-ubah.
5. Kurangnya minat akan bahasa Indonesia
Wah, ini kayaknya sering banget gue lihat di kalangan siswa. “bahasa Indonesia gak menarik”, “bahasa Indonesia ngebosenin”, serta serombongan alasan lainnya sering banget terlontar dari mulut siswa.
Tips Mengatasi Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia
Jadi gimana dong? Secara perlahan tapi pasti, kita bisa kurangi faktor-faktor tersebut, kok.Berikut beberapa tips dari gue.
1. Latihan bahasa baku
Supaya bisa lebih terbiasa dengan bahasa baku, boleh dicoba sedikit demi sedikit pake bahasa baku dalam menulis dan berbicara. Gak perlu takut dianggap sok baku atau gak gaul, in the end kan untuk mempertajam skill kita sendiri. Coba kalian praktikkan secara perlahan ke orang tua atau guru masing-masing. Jangan takut salah atau diketawain, namanya juga proses belajar. Atau, saran gue, salah satu yang paling bisa dipraktikkan adalah praktekin bahasa baku ke Customer Service (CS). Bisa CS apa aja, mau operator seluler, bank, atau produk lain. Nah, kalo CS kan biasanya dilatih untuk menggunakan bahasa yang baik dan sopan, good chance banget buat kalian coba.
2. Proaktif memahami definisi
Untuk punya pemahaman definisi yang lebih baik, biasakan untuk selalu mencari definisi dari sumber yang akurat (contohnya KBBI). Ini juga bisa membantu kalian semua dalam mata pelajaran lain, loh. Kalian gak perlu membawa kamus ke mana-mana. Sekarang udah banyak versi KBBI online, seperti kbbi.web.id atau kateglo.com.
3. Latihan struktur kalimat
Untuk bisa menguasai struktur kalimat, coba berlatih mengkategorikan komponen kalimat ke dalam S-P-O-(K). Start dari kalimat-kalimat sederhana aja dulu, baru perlahan ke kalimat yang lebih kompleks. Ini adalah drill yang bagus untuk berlatih membaca dan menulis kalimat yang baik.
4. Mengikuti dinamika perubahan bahasa
Dalam menghadapi dinamika dan perubahan bahasa, kalian juga sebaiknya up-to-date. Jangan cuma up-to-date bahasa gaul doang, yang baku juga kalian harus tahu. Katro gak update bahasa gaul sama katronya dengan gak update bahasa baku. Gimana cara updatenya? Well, bisa dari program TV, koran, atau media lain yang memang sudah terkenal mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang baik. Gue aja kadang nambah kosakata bahasa Indonesia baru dari media massa.
5. Membaca dan membaca
Untuk meningkatkan minat terhadap bahasa Indonesia, harus dipupuk secara perlahan juga. Mulai dari membaca topik/artikel/majalah/buku yang kalian gemari dulu. “kalo gak punya hobi baca gimana? Kalo yang emang suka dengan bahasa secara umum mah gampang, lah gue, sukanya otomotif. Mana nyambung?”. Eits, kata siapa? Minat apa pun pasti at least memerlukan kemampuan membaca. Kalo lo minat di bidang otomotif, terus mau tahu dasar komponen mesin, pastinya perlu baca tentang hal tersebut, dong. Jadi sebenernya gak perlu punya dasar kesukaan terhadap bahasa, bidang apa pun bisa jadi pemicu untuk memupuk minat dalam bahasa Indonesia, karena pada dasarnya pasti kita butuhkan.
6. Jangan takut salah
Secara umum, jangan takut dikoreksi, dan jangan enggan juga untuk mengoreksi. Hilangkan anggapan bahwa mengoreksi orang lain berarti sok pinter atau sok tahu. Jika kalian terbiasa mengoreksi (atau dikoreksi), maka kalian juga bakal terbiasa mengetahui pola dan bentuk mana yang benar sesuai aturan.
****
Kesimpulannya, sebenernya bahasa Indonesia itu gampang atau susah? Hmm… gak bisa dijawab sesimpel itu, sih.
In the end, jawabannya kembali ke diri kalian masing-masing. Akan menjadi gampang kalau kalian mau berusaha untuk paham dan menguasai, dan akan menjadi sulit juga kalau kalian gak mau pindah dari cara berpikir yang lama. Buat gue pribadi, bahasa Indonesia sebenernya cukup gampang. Hampir selama 24 jam 7 hari kebanyakan dari kita terpapar dengan bahasa Indonesia. Yuk, kita tingkatkan kemampuan bahasa Indonesia kita. Semoga tulisan ini bisa sedikit mencerahkan kalian semua yang lagi mumet dengan bahasa Indonesia?
Berani sekalian ngetes logika bahasa lo? Nih, cobain Zencore! Dengan fitur adaptive learning, lo bisa tau seberapa jago kemampuan fundamental lo lewat kuis CorePractice, sekaligus upgrade diri biar makin cerdas. Lo juga bisa ajak temen-temen buat push rank. Klik banner di bawah buat cobain!
Materi Bahasa Indonesia Lainnya dari Zenius
Materi Bahasa Indonesia: Teks Laporan Hasil Observasi
Materi Bahasa Indonesia: Teks Tanggapan
Materi Bahasa Indonesia: Jenis jenis Frasa
Materi Bahasa Indonesia: Resensi Buku
Materi Bahasa Indonesia: Teks Prosedur
Materi Bahasa Indonesia: Esai
Materi Bahasa Indonesia kelas 7: Surat Pribadi
—————————CATATAN EDITOR—————————
Jika ada di antara kamu yang ingin ngobrol atau diskusi dengan Yuuji-sensei terkait bahasa Indonesia dari sisi linguistik, atau tips belajar bahasa Indonesia, jangan ragu untuk bertanya pada kolom komentar di bawah artikel ini.
Hahaha bener tuh yg penggunaan bahasa baku. pernah kejadian waktu lagi ngechat temen pake bahasa baku malah ditanyain “kamu kenapa?” “aneh ih wkwk”, jadinya aku ga lagi pake bahasa baku
gpp, bisa karena biasa
Halo, nanya nih.
Gue cukup sering (disuruh karena tugas) nulis paper, presentasi, atau essay berbahasa Indonesia sesuai PUEBI. Gue udah lumayan ngerti dasar-dasar struktur bahasa Indonesia (kebakuan; efektivitas). Kendala gue adalah pemilihan diksi yang cenderung monoton (itu-itu aja). Apa solusi yang bisa gue lakuin supaya banyak variasi diksi yang bisa gue tulis? Thanks 😀
Halo, Alfinsa.
Kalo mau memperkaya diksi, pake aja tesaurus bahasa Indonesia, contohnya situs ini:
http://tesaurus.kemdikbud.go.id/tematis/
gue juga sering pake, kok 🙂
Halo, Alfinsa.
Kalo mau memperkaya diksi, pake aja tesaurus bahasa Indonesia, contohnya situs ini:
http://tesaurus.kemdikbud.go.id/tematis/
gue juga sering pake, kok 🙂
Selamat malam, kapan zenius buat artikel “Kupas Tuntas jurusan Filsafat” ?
Kak sumpah deh gw baca postingan lu agak-agak puyeng wkwkwk. Tapi yang mau gw tanyain apakah implementasinya bener-bener nyata di kehidupan kita kalo belajar homonim , homofon , dkk begitu ? Kalo iya di bidang apa ya ? Dan kenapa sih harus ada bahasa baku dan nggak baku
Halo, Vincent.
Homonim, homofon, dkk. hanya contoh saja. Untuk implementasinya, sebenernya bakal kepake di bidang-bidang yang berkaitan dengan bahasa, misal pada saat lo mempresentasikan karya tulis/karya ilmiah, atau bakal kepake juga buat yang pada berminat di jurnalistik.
Untuk kenapa ada bahasa baku/tidak baku, pembahasannya sih cukup panjang ya, tapi intinya ya di bahasa apa pun, versi tidak baku pasti akan selalu muncul, karena bahasa tidak baku merupakan salah satu bagian dari dinamika bahasa.
kak, cara lain untuk belajar bahasa baku selain yg udah disebutin ada enggak ?
untuk latihan nulis essay
cari referensi dari buku-buku bahasa Indonesia, misal buku “Cermat Berbahasa Indonesia” oleh E. Zaenal Arifin & S. Amran Tasai.
Kalau menurutku sih karena dalam materi bahasa indonesia kita cenderung belajar tentang makna dari suatu teks (apa ini disebut semantik?). Dan dalam satu soal yang berkaitan dengan teks itu jawabannya biasanya mirip2. Jadi ya banyak sih murid yang sebenarnya bingung sama jawaban dari soal itu karena pilihannya jawabannya mirip2 satu sama lain. Milih A ternyata jawabannya B, padahal secara makna juga nggak beda jauh. Bener2 butuh ketelitian untuk bisa ngerjakan soal2 Bahasa Indonesia ini.
Dan aku sebagai native speaker Bahasa Indonesia (dengan aksen Jawa yang pasti :P) merasa bahwa Bahasa Indonesia itu secara grammar dan fonologi memang lebih mudah dibanding bahasa lain yang sudah pernah aku pelajari (Turki, Arab, Inggris, Prancis, Rusia, Sirkasia, Uzbek). Tetapi secara kontekstual, Bahasa Indonesia susah buat dipahami (terutama bagi orang asing).
Bener banget nih, bahkan pernah beberapa kali aku nanya jawaban dari satu soal ke guru A, nanti dia jawabnya A. Terus nanya lagi pertanyaan yang sama ke guru B, nah dia jawab B. Padahal sama sama guru bahasa Indonesia :”
biasanya pemahaman makna yang berbeda disebabkan oleh beberapa faktor seperti minimnya diksi, kesalahpahaman terhadap definisi, dll.
kalau mau berbicara konteks, di bahasa Indonesia sendiri sebenarnya tidak akan rancu selama kita punya basis pemahaman kata yang kuat.
lagipula, secara teknis usia bahasa Indonesia sendiri masih tergolong muda. nantinya akan terus berkembang, kok
Referensi KBBI-nya pakai buatan Badan Bahasa saja: https://kbbi.kemdikbud.go.id
Selain resmi buatan negara, itu edisi V (termutakhir) dan lemanya bisa dimutakhirkan secara daring.
terima kasih atas tambahan referensinya
Gampangnya Bahasa Indonesia juga adalah: gak kenal perubahan kata benda ketika berfungsi sbg subjek, objek, atau lainnya. Bahasa canggihnya “Bahasa Indonesia gak punya Kasus Gramatik”. Bahasa Inggris juga gak punya, tetapi pernah punya, dan masih ada jejaknya: ketika ada perubahan “I” berubah jadi “me”, dan “he” berubah jadi “him” ketika keduanya digunakan sbg objek. Bandingkan dg bahasa Jerman yg punya 4 Kasus (Nominativ, Akusativ, Dativ, Genitiv) dan bahasa Rusia yg punya 6 Kasus (4 kasus Jerman ditambah Instrumentativ dan Locativ.).
thanks untuk tambahan sampelnya
Bener banget yang point nomor 1. Latihan bahasa baku. Aku sama temen2 di kelas sering iseng bikin sesi “Goes KBBI” di mana kita ditantang untuk ngomong sebaku mungkin dalam Bahasa Indonesia dan awalnya emang sulit!!! Tapi lama kelamaan jadi seru dan menantang. Berkat keisengan tersebut, pengetahuan kita soal Bahasa Indonesia itu sendiri lumayan berkembang karena bisa saling ngoreksi atau sharing satu sama lain sama hal yang kita belum tau
nice! good luck dalam berlatih, ya
Kak dari soal-soal bahasa Indonesia sbmptn yang gue temukan, banyak dari option jawaban yang memiliki makna sama, bagaimana cara Kita until memilih jawaban yang paling benar dari option tersebut? Kadang suka bingung :’
nah iya ini nih, permasalahan kita sama :”
Halo Widya!
Coba kamu kasih contoh soalnya, nanti saya bantu.
Nice article. Hehe. Ada pertanyaan, apa saja faktor-faktor yang membuat bahasa tak baku muncul?
kebosanan sih gw rasa, dan kenyamanan dalam menggunakan bahasa gak baku misal lebih singkat simpel dan gak ribet
Wah, kalau dijelaskan bisa jadi 1 artikel sendiri. Boleh juga untuk jadi topik artikel di kemudian hari.
Secara umum sih sebenarnya karena faktor kepraktisan.
Pesan tulisannya bagus, tapi juga ironis. Artikel ini berusaha mengajak pembaca untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar tapi malah ditulis dengan bahasa campur-campur, bahasa Inggris dan bahasa gaul sekaligus. Bahkan artikel-artikel lain dalam blog ini secara umum juga demikian. Artikel ini akan lebih baik jika ditulis dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai pesan yang ingin disampaikan penulisnya.
Saya maklum jika tujuan penulisan dengan bahasa takbaku, istilah gaul, dan campur bahasa Inggris itu agar artikel-artikel dalam blog ini lebih nyaman dibaca oleh anak-anak muda, terutama para siswa Zenius. Tapi saya pikir itu cara yang kurang tepat. Terlebih lagi Zenius ini termasuk lembaga pendidikan, seharusnya bisa menjadi contoh bagaimana menulis artikel yang baik, kekinian, dan nyaman dibaca dengan tetap menggunakan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Ini sekadar kritik saja kepada penulis secara khusus dan kepada Zenius secara umum. Semoga berkenan. Terima kasih. 🙂
saya lihat itu sudah dimiringkan kok mas huruf di kata kata yg tidak baku itu, untuk membedakan mana yg baku dan tidak
Artikel yang menarik. Saya ingin menjadi pengikut akun twitter @yuujisensei karena pasti banyak yang bisa saya pelajari. Namun sayang Yuuji tidak aktif di Twitter sejak tahun 2016!
Mungkin bisa ikuti akun @ivanlanin dan @spa_si serta @membetulkan. Akun-akun itu sering berbagi dan membahas ilmu bahasa Indonesia. 🙂
Terima kasih informasinya. Ivan Lanin dan lainnya sudah saya ikuti sejak lama.
Halo Iwan.
Maaf saya jarang banget posting di twitter.
Sekarang sih sudah aktif lagi, jika ada pertanyaan, silakan mention di twitter saya.
Baik. Sudah saya follow, Yuuji. 🙂
Bang, cara belajar bahasa yang efektif & efisien itu gimana sih biar sesuai dengan perkiraan durasi belajar pada tabel diatas?
kamu bisa baca artikel ini:
https://www.zenius.net/blog/belajar-bahasa-asing
tipsnya juga bisa diaplikasikan ke bahasa Indonesia
Beberapa minggu lalu sempat ikut TO SBMPTN di suatu bimbel. B. Indo cuma ngisi tiga, ternyata tiga-tiganya salah.
‘-‘)/ HELP (‘-‘
ada soalnya?
Dari list waktu penguasaan bahasa itu, berarti per hari berapa jam ya Yuujisensei belajarnya? Bingung sendiri saya menghitungnya? Idealnya berapa lama sih dalam sehari untuk belajar bahasa? Di duolingo, 10-20 menit, tapi saya bisa lebih lama hanya sekarang lagi bingung cari sumber materinya
No matter how bad I am, no matter how destructive I am, how extinct I am, I still have God. He’s my place to complain and lean on. There is always hope for me for mercy and compassion
bandar togel
agen togel
agen togel resmi
Loh,kok persis sama pengalaman saya,bahasa sendiri malah hancur jatuh/pas-passan lah,ibaratnya rata-rata terus nilainya,terbanding terbalik bahasa inggris,malah 98,sekarang lebih fokus ke anak sih,bahasa ibu dulu dibagusin baru bahasa asing,entar dibilang apa ya,nilai bahasa asing lebih bagus dibanding bahasa ibu sendiri,wadaw.