cerita miss santi

Miss Santi Menjadi Penjual Mimpi Para Siswa – Zenius untuk Guru

Berbagai tantangan mengajar yang ditemui tidak menyurutkan semangat Ibu Santi Kusuma Dewi, S.Pd, Guru SMKN 1 Nganjuk, Jawa Timur, untuk mewujudkan mimpi siswa-siswanya.

Miss Santi, sapaan akrab Ibu Santi Kusuma Dewi, S.Pd., berharap anak-anak Indonesia bisa terus belajar dan berhasil dalam berbagai bidang sesuai keinginan mereka. 

Kalau ada dongeng tentang gadis penjual korek api, berbeda lagi dengan cerita Miss Santi yang menyebut dirinya sebagai “dream seller”. 

“Aku menyebut diriku, I am A Dream Seller, aku itu penjual mimpi. Kan kita punya penjual korek api, di sini yang aku kantongi itu bukan korek api tapi mimpi. Aku nawarin ke anak-anak (untuk) mereka boleh jadi anything.”

Miss Santi tidak pernah menghalangi siswanya untuk meraih mimpi menjadi apa pun yang mereka mau. Karena baginya, kesuksesan bukan diukur dari besarnya penghasilan siswa nantinya, tapi dari kepuasan yang mereka dapatkan dari mencintai profesi yang sudah diimpikan.

Sebab itu, Miss Santi tak hanya mengajar di sekolah saja. Tapi, dia juga suka sharing materi pelajaran di TikTok dan Instagram. Enggak heran deh, kalau dia juga sampai dipilih ajang internasional, salah satunya Connected Woman Campaign (2020) di mana Miss Santi mengedukasi para perempuan untuk berkarya di dunia digital.

Lalu, gimana kisahnya bisa menjadi guru, ya?

Perjalanan Menjadi Guru Masa Kini

“Belajar dari proses yang dilalui.”

Kalimat di atas cocok banget untuk menggambarkan perjalanan Miss Santi menjadi seorang guru. Berawal dari keinginannya untuk tidak merepotkan keluarga, Miss Santi akhirnya memilih berkuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Malang.

Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah. Berbagai tantangan ditemui Miss Santi mulai dari awal kuliah sampai sekarang mendidik siswanya di sekolah. 

Awalnya, Miss Santi sempat ragu karena sadar pengetahuan bahasa Inggrisnya sudah cukup. Sementara, teman-teman yang mengambil jurusan lain bisa belajar hal-hal baru diluar kemampuannya.

“Guru di sekolah itu nyaranin, karena kamu pinter Bahasa Inggris, ya udah ambil aja Pendidikan Bahasa Inggris. Waktu itu ada penolakan. Udah mikir, kalau temen-temen yang pinter Bahasa Inggris tapi ambil teknik mesin, berarti dia dapet dua ilmu dong. Sedangkan aku, udah pinter Bahasa Inggris, ngapain ngambil Bahasa Inggris lagi,” ujar Miss Santi sambil tersenyum.

Tapi, semua pandangan Miss Santi berubah ketika melihat perjuangan sang dosen yang tetap semangat mengajar ketika hujan deras. Sejak saat itu, beliau yakin bahwa menjadi seorang tenaga pendidik bukan hanya memberikan ilmu ke siswanya, tapi juga menyiapkan mereka dalam berbagai profesi. 

kegiatan pembelajaran miss santi
Kegiatan Miss Santi dalam kelas. (Dok. Pribadi Miss Santi)

Selama 11 tahun mengajar, Miss Santi percaya bahwa menjadi guru adalah profesi yang menyenangkan di mana beliau bisa membantu siswanya untuk menjadi individu yang mereka mau.

“Finally, baru ngerasain saya ini enggak kerja, tapi saya melakukan apa yang saya sukain. Saya bangun pagi, ngajar, nyiapin materi, saya enggak ngerasa itu kerja. Saya melakukan apa yang saya sukai. Apakah cita-cita dari awal? Ya bukan. Ini proses menemukan hal yang saya suka,” imbuhnya.

Baca Juga: Mengenal Ragam Strategi Pembelajaran di Masa PTM

Tantangan dalam Mengajar 

Sebagai guru bahasa Inggris, Miss Santi sadar bahwa kemampuan literasi siswa masih cukup rendah. Meskipun pemerintah sudah memfokuskan gerakan literasi di lima tahun terakhir, kenyataannya program tersebut belum efektif untuk meningkatkan semangat baca siswa.

tips mengajar miss santi
Solusi mengajar dari Miss Santi. (Arsip Zenius)

Banyak siswa yang lebih tertarik bermain game atau membuka media sosial daripada membaca buku. Pastinya hal ini jadi tantangan tersendiri bagi Miss Santi.

“Akhirnya aku bikin, kayak ngalahi (mengalah). Ketika kita nyuruh mereka datang (ke sekolah) bawa buku favorit, kenyataannya mereka enggak bawa apa-apa, yang dibawa ya smartphone.”

Kebiasaan itu kemudian dimanfaatkan oleh Miss Santi untuk menarik minat belajar siswa dengan membagikan dan menyampaikan materi lewat berbagai platform yang ada.

Miss Santi ingin media sosial yang sering digunakan oleh siswa tidak hanya menghibur tapi juga bersifat edukatif, di mana mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang baru.

Untuk menumbuhkan semangat baca siswanya, Miss Santi mempunyai satu cara tersendiri yaitu dengan mengadaptasi konsep perpustakaan kafe atau book cafe

Kata Miss Santi, “Terus aku keinget, di luar negeri itu ada yang namanya book cafe. Di book cafe itu kan kita yang nyediain buku, jadi pelanggan cuma dateng mau pilih buku yang mana, mereka baca.”

Sederhananya, Miss Santi menyiapkan beberapa artikel yang siap untuk dibaca siswa sebelum kelas dimulai. Topik artikelnya pun beragam, mulai dari bisnis, teknologi, sampai gaya hidup, sebab siswa akan lebih tertarik dengan topik-topik di luar materi pembelajaran.

Lewat kegiatan itu, ketertarikan siswa akan bidang lain semakin meningkat, termasuk rasa ingin tahu yang menimbulkan semangat untuk membaca dan mencari tahu lebih dalam.

Sebagai seorang guru masa kini, Miss Santi tidak hanya fokus dalam mengajar dan mendidik siswa namun juga menciptakan metode serta media pembelajaran yang kreatif. Apa saja inisiatif Miss Santi dalam bidang pendidikan?

Baca Juga: Cara Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa

Prestasi dan Gerakan Sosial yang Diinisiasi Miss Santi

prestasi miss santi
Pengalaman mengajar dan prestasi Miss Santi. (Arsip Zenius)

Berbagai prestasi sudah diraih Miss Santi dalam hal pendidikan bahkan teknologi. Selain mengajar, Miss Santi sering mengikuti kegiatan pengembangan diri yang menunjang kompetensinya dalam mengajar dan bergabung ke komunitas guru untuk berbagi pengalaman mengajar, salah satunya komunitas Zenius untuk Guru.

“Kita belajar bisa dari siapa aja, di mana pun, kapan pun. Komunitas Zenius untuk Guru ini juga membantu banget. Banyak kenalan yang akhirnya membuat aku tuh belajar banyak hal baru,” tuturnya.

Selain itu, Miss Santi juga aktif dalam gerakan sosial bernama Celengan Rindu Kita.

Selama menjadi guru, Miss Santi sering menjadi wali kelas. Salah satu langkah yang beliau ambil untuk membentuk karakter siswa adalah dengan membiasakan mereka menabung.

“Untuk membentuk siswa kelas kita itu penting, memberikan mereka karakter yang kuat. Karena itu aku selalu kasih mereka celengan tanah liat, setiap semester. Jadi aku bilang celengan ini diisi dengan uang saku sisa.”

Miss Santi mengajak siswanya untuk mengumpulkan uang jajan sisa pada sebuah celengan tanah liat di kelas. Di akhir semester, uang yang terkumpul boleh didonasikan ke siapapun yang pada saat itu memang membutuhkan. Semua keputusannya kembali lagi ke siswa.

“Terkumpul berapa kalian boleh memberikan uang itu, didonasikan mau ke siapa boleh. Tapi karena kalian masih anak-anak, kita sasarannya enggak usah yang muluk-muluk. Ke adek-adek ke sekitar rumahmu, yang kalian lihat ketika berangkat sekolah kok tasnya jelek. Tetanggamu, dan kalian pengen ngasih,” ujarnya.

Sayangnya saat pandemi, kegiatan donasi sempat tertunda karena pembelajaran dilaksanakan dari jauh. Akhirnya, terbentuklah komunitas Celengan Rindu Kita di Instagram yang memfasilitasi siswa dan siapa saja untuk berbagi untuk sesama.

Sampai sekarang, komunitas ini sudah banyak membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan mulai dari mereka yang terdampak pandemi sampai warga yang terkena bencana Semeru.

Baca Juga: Mengenal Character Building , Proses Membentuk Karakter Siswa

Lewat Celengan Rindu Kita, Miss Santi ingin siswanya belajar berbagi dan berempati kepada sesama. Meskipun donasi yang diberikan sedikit, tapi hal itu akan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan bantuan.

Bagi Miss Santi, menjadi seorang guru masa kini bukan hanya untuk mendidik para siswa menguasai materi tapi juga untuk mendidik mereka menjadi manusia seutuhnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Setiap harinya, Miss Santi menawarkan metode pembelajaran yang baru agar siswa terus semangat dan merasa kalau belajar adalah suatu hal yang menyenangkan. Di setiap kegiatannya, beliau selalu memposisikan diri sebagai siswa agar mengetahui apa yang mereka inginkan dan butuhkan.

Dari cerita Miss Santi, kita belajar untuk terus mengembangkan potensi diri dan berinovasi dengan metode pembelajaran yang terbaru. Karena yang terpenting, guru masa kini adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar dan mendukung kemajuan pendidikan siswanya.

Seperti Miss Santi, Bapak dan Ibu Guru juga bisa bergabung dengan komunitas Zenius untuk Guru untuk berbagi inspirasi dan solusi mengajar dengan rekan guru lainnya. Tidak hanya itu, ada beragam fitur dari Zenius untuk Guru yang bisa mendukung kegiatan belajar mengajar Bapak dan Ibu Guru.

Zenius untuk Guru

Baca Juga Artikel Lainnya

Peran Guru dalam Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)

Perjuangan Guru Mengajar di Masa Pandemi

Metode Mengajar yang Efektif Sesuai Kebutuhan Siswa

Bagikan Artikel Ini!