Sobat Zenius, ketika elo belajar Geografi di sekolah, ada saatnya elo belajar tentang sistem tata surya, alias sekumpulan benda langit (seperti planet, asteroid, dan benda lainnya) yang mengelilingi Matahari.
Nah, ada fakta menarik soal tata surya kita nih, Sobat Zenius. Dulu, selama 1400-1500 tahun, manusia menganggap benda-benda di luar angkasa itu bergerak mengelilingi Bumi, lho. Kok bisa, ya?
Ide tentang Bumi sebagai pusat tata surya itu biasa disebut sebagai teori geosentrisme atau yang juga dikenal sebagai teori geosentrik dan teori geosentris. Berdasarkan informasi dari NASA (dalam Space.com), gagasan model ini pertama kali digambarkan oleh seorang astronom asal Yunani bernama Eudoxus pada tahun 380 SM.
Aristoteles juga pernah mengembangkan gambaran ide tersebut. Namun, kalau kita ngomongin sosok yang benar-benar terkenal sebagai penggagas teori geosentris, kita perlu berkelana ke sekitar tahun 150.
Pada tahun tersebut, Claudius Ptolemaeus alias Ptolemy, seorang ahli Astronomi, Matematika, dan Geografi asal Mesir, menyelesaikan karyanya yang membahas soal sistem Ptolemaic atau teori geosentrik.
Dan … yap, teori tersebut diterima oleh khalayak luas untuk waktu yang lama, hingga akhirnya muncul teori heliosentris, yang juga akrab dikenal sebagai heliosentrisme, oleh Nicolaus Copernicus.
Berbeda dengan geosentrisme yang menganggap Bumi sebagai pusat, heliosentrisme yang dicetuskan Nicolaus Copernicus menganggap Matahari sebagai pusat tata surya.
Hingga sekarang, baik ahli maupun masyarakat umum menerima teori heliosentrik dari Copernicus, seorang ahli Astronomi pada masa Renaisans. Padahal, dulu teori karya Copernicus ini kontroversial banget, lho.
Kira-kira, siapa sih, sebenarnya Nicolaus Copernicus, dan bagaimana kisah hidupnya hingga berhasil mencetuskan teori helionsentris dari penemuannya yang bikin gereja Katolik kelimpungan?
Yuk, kita bahas bareng-bareng.
Daftar Isi
Kehidupan Awal Nicolaus Copernicus
Pada tanggal 19 Februari 1473 di Kota Toruń, sebuah kota di bagian utara tengah Polandia yang terletak dekat Sungai Wisła, Nicolaus Copernicus lahir sebagai anak terakhir dari pasangan Nicolaus Koppernigk dan Barbara Watzenrode.
Menariknya, Copernicus sebenarnya lahir dengan nama yang sama dengan ayahnya, alias Mikolaj Kopernik atau Nicolaus Koppernigk. Namun, Copernicus kemudian memilih versi latin namanya, yaitu Nicolaus Copernicus.
Keluarga Copernicus tergolong berada, lho. Ayahnya merupakan seorang pedagang yang memiliki bisnis tembaga. Sedangkan ibunya merupakan anak dari keluarga pedagang kaya raya di Toruń.
Sayangnya, Copernicus kehilangan sang ayah ketika menginjak umur 10 tahun. Pamannya, Lucas Watzenrode, seorang pastor di Katedral Frauenburg, kemudian mengasuh Copernicus dan ketiga saudaranya.
Di bawah asuhan pamannya, Copernicus muda mendapatkan pendidikan yang sangat layak dari berbagai institusi pendidikan, terutama untuk pendidikan agama. Bisa dibilang, Watzenrode itu ngarahin Copernicus untuk jadi pastor juga.
Sepanjang hidupnya, Copernicus mempelajari ilmu dalam berbagai bidang di berbagai lembaga pendidikan. Bahkan, ia pernah melanjutkan studi di empat universitas yang berbeda.
Setelah mengenyam pendidikan di Sekolah St. John di Torun dan Sekolah Katedral di Wloclawek, Copernicus melanjutkan pendidikannya di Universitas Kraków pada tahun 1491.
Di sana, Copernicus mendalami ilmu seni liberal, termasuk Astronomi dan Astrologi juga. Ia mempelajari ilmu Latin, Matematika, Geografi, dan Filosofi, serta mengenal pandangan Aristoteles dan Ptolemy akan alam semesta.
Di zaman itu, cukup normal bagi mahasiswa untuk nggak menyelesaikan pendidikan sarjana mereka. Setelah empat tahun belajar di Universitas Kraków tanpa mengantongi gelar sarjana, Copernicus pindah ke Italia untuk mempelajari ilmu lainnya.
Pada tahun 1496, Copernicus belajar soal hukum agama di Universitas Bologna. Selain mempelajari ilmu utamanya yaitu hukum kanonik, Copernicus juga mempelajari Bahasa Yunani, Matematika, dan Astronomi.
Ketika belajar di sana, Copernicus tinggal di kediaman seorang ahli Astronomi bernama Domenico Maria de Novara, seorang profesor yang mengajar di Universitas Bologna.
Nah, Novara dan Copernicus itu banyak berdiskusi bersama soal astronomi, termasuk mempertanyakan teori yang dikemukakan Ptolemy. Soalnya, teori Ptolemy sebenarnya juga udah mulai menerima kritik dari para ahli astronomi.
Selain berdiskusi, Copernicus juga ikut membantu penelitian Novara dan melakukan observasi terhadap langit.
Selanjutnya, pada tahun 1501, Copernicus mempelajari ilmu kesehatan di Universitas Padua. Di sini ia juga nggak mendapatkan gelar, soalnya masa cuti dia sebagai pastor udah mau selesai, sehingga ia nggak bisa punya waktu untuk belajar di sana sampai selesai.
Lalu pada tahun 1503, Copernicus mengambil ujian di Universitas Ferrara untuk gelar doktor di bidang hukum kanonik. Ngomong-ngomong, hukum kanonik itu maksudnya hukum gereja Katolik terkait kehidupan dan struktur gereja, ya.
Dengan gelar tersebut, ia langsung balik ke Polandia, untuk melanjutkan posisinya sebagai pastor. Di sana, ia bekerja sebagai pastor bersama pamannya, sambil tetap mendalami dunia astronomi.
Kalau kita review, sepanjang perjalanan pendidikannya, Copernicus banyak mempelajari Astronomi, Matematika, ilmu kesehatan, serta hukum kanonik, ya.
Ilmu yang ia pelajari mempengaruhi pekerjaan dan karya-karyanya. Memangnya, apa aja sih, penemuan dan karya Nicolaus Copernicus? Mari kita bahas di bagian selanjutnya.
Pekerjaan dan Penemuan Nicolaus Copernicus
Dari pembahasan kehidupan Copernicus tadi, terlihat banget bahwa Watzenrode, selaku paman Copernicus, punya peran yang besar dalam perjalanan karier serta pendidikan.
Sejak Copernicus masih muda, Watzenrode itu udah membayangkan masa depan Copernicus sebagai seorang pastor.
Namun, Copernicus ternyata memiliki ketertarikan tinggi terhadap bidang ilmu lain, seperti Matematika, Astronomi, dan ilmu kesehatan.
Dengan ilmu-ilmu tersebut, Copernicus dapat menelurkan berbagai karya serta menyediakan jasa untuk bidang lain selain keagamaan.
Bidang Kesehatan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Copernicus itu utamanya bekerja sebagai seorang pastor. Namun, pastor di sini bukan pastor yang berkhotbah gitu, ya.
Jadi, di dalam struktur gereja di mana Copernicus berkarya, ada yang namanya canon dan priest. Nah, seorang canon itu bisa jadi bertugas sebagai priest yang berkhotbah, tapi bisa juga lebih fokus di bidang administrasi.
Nah, Copernicus sendiri sebagai seorang canon, lebih banyak bekerja di bidang administrasi dan kesehatan. Dengan ilmu kedokteran yang ia terima, ia menjadi dokter bagi pamannya, serta merawat pastor lain juga.
Bidang Ekonomi
Di bidang Ekonomi, Copernicus juga pernah membuat karya tulis tentang Quantity Theory of Money (QTM), yang dalam Bahasa Indonesia disebut teori kuantitas uang, lho.
Berdasarkan informasi dari situs Mises Institute, sebuah lembaga pendidikan ekonomi dan sejarah, Copernicus mulai memperhatikan isu ekonomi dan keuangan, ketika Raja Sigismund I dari Polandia memintanya membuat proposal untuk reformasi mata uang di wilayahnya.
Sebagai konteks, saat itu di wilayah Polandia, ada tiga macam mata uang. Tanpa pengaturan dan standarisasi yang jelas, hal ini menjadi masalah karena ada pihak yang terus-terusan mengedarkan mata uang yang murah.
Copernicus kemudian menyelesaikan sebuah proposal tentang teori kuantitas uang. Walau proposal tersebut pada akhirnya nggak dipakai, tulisan tersebut memberikan berbagai pandangan serta pengetahuan mengenai ekonomi dan keuangan.
Copernicus bisa dianggap sebagai ekonom pertama yang mengemukakan teori ini secara jelas, dan kemudian dikembangkan oleh berbagai ekonom modern lainnya.
Bidang Astronomi
Sejak mengenyam pendidikan di universitas, Copernicus sudah menunjukkan ketertarikannya di bidang Astronomi.
Ia gemar mempelajari ilmu tersebut serta melakukan observasi. Sebagai catatan, belum ada teleskop di zaman Copernicus. Jadi, observasi dilakukan hanya dengan mata telanjang.
Berdasarkan observasi dan temuannya, Copernicus menulis sebuah tulisan singkat yang sekarang biasa disebut Commentariolus atau dalam bahasa Inggris Little Commentary. Tulisan ini membahas soal pandangan dasarnya terhadap sistem tata surya.
Manuskrip 40 halaman tersebut nggak pernah dipublikasikan secara resmi, hanya dibagikan ke teman-teman Copernicus, baik kolega atau sesama astronom, pada tahun 1514.
Bisa dibilang, Little Commentary ini berisi dasar pemikiran hipotesis Heliosentrisme. Singkatnya, dari hasil observasi dan perhitungan Matematika oleh Copernicus, ada beberapa gagasan tentang Bumi, Matahari, Bulan, dan berbagai planet.
Nah, Copernicus kemudian melanjutkan dan mengembangkan gagasan tersebut, hingga akhirnya berhasil menyusun De Revolutionibus Orbium Coelestium (bahasa Inggris: On the Revolutions of the Heavenly Spheres), yang berisikan Teori Heliosentris.
Sebenarnya, kayak gimana sih, teori heliosentris oleh Nicolaus Copernicus itu?
Teori Nicolaus Copernicus (Heliosentris)
Sobat Zenius, sebelumnya gue udah sempat sebut yang namanya teori geosentrisme ya.
Sejak dicetuskan oleh Ptolemy, teori tersebut diterima secara luas. Berdasarkan observasi dengan mata telanjang dan perhitungan Matematika, terasa masuk akal kalau Matahari dan Bulan itu mengitari Bumi.
Ya, elo coba perhatikan aja. Bayangkan elo observasi langit. Elo ngerasa Bumi itu diam, nggak bergerak, tapi Matahari dan Bulan bergerak terus. Rasanya, Bumi ini jadi seperti benda statis yang menjadi pusat perputaran benda-benda lainnya, kan?
Ptolemy kemudian mengemukakan teori geosentris, yang menggambarkan bagaimana Matahari, Bulan, dan planet-planet mengorbit pada Bumi. Elo bisa melihat ilustrasinya di sebelah kiri.
Nah, setelah sekitar 1400-1500 tahun lamanya teori tersebut bertahan, teori heliosentris oleh Nicolaus Copernicus, yang bisa elo lihat di ilustrasi sebelah kanan, mengubah pandangan sebelumnya.
Ilustrasi model Copernicus di atas masih menggunakan bahasa Latin, ya. Berikut ini ilustrasi model Heliosentris dengan Bahasa Inggris dari Universitas Rochester.
Model Copernicus dapat menjelaskan variasi kecerahan planet dan gerak retrograde semu dengan baik. Gerak retrograde itu gerak sebuah objek yang berlawanan arah dengan gerakan rotasi utamanya.
Biar kebayang, elo bisa coba lihat ilustrasi gerakan retrograde di bawah ini.
Nah, elo bisa lihat di situ, bahwa Mars yang tadinya terlihat bergerak maju, menjadi terlihat bergerak mundur, bila dilihat dari sudut pandang Bumi.
Sebenarnya, Copernicus tuh bukan yang pertama kali banget bikin model tata surya dengan Matahari sebagai pusat nih, Sobat Zenius.
Astronom-astronom lain selain Copernicus pun juga udah ada yang mempertanyakan teori geosentris itu.
Contohnya, pas gue ceritain soal masa Copernicus ketika belajar di Universitas Bologna, Copernicus bertemu dengan Domenico Maria de Novara, kan?
Nah, Novara punya seorang guru bernama Johannes Müller (yang juga dikenal sebagai Regiomontanus). Regiomontanus pernah bikin sebuah summary (rangkuman) tentang karya Ptolemy, di mana ia menemukan bahwa ada kesalahan dalam perhitungan teori geosentris.
Ringkasan tersebut dibaca oleh Copernicus. Dengan berbagai bacaan, diskusi, serta observasi yang selama itu udah ia lakukan, Copernicus makin yakin nih, ada yang salah sama teori geosentris (Famous Scientists, 2014).
Copernicus kemudian mulai menulis karya terbesarnya De Revolutionibus Orbium Coelestium, dan berhasil menyelesaikan manuskrip pertamanya pada tahun 1532.
Namun, hingga akhir hayatnya, buku ini belum didistribusikan secara luas. Copernicus sendiri yang nggak mau menyebarluaskan karya tersebut.
Soalnya, Copernicus sadar, karya itu bisa menimbulkan kontroversi. Gimana nggak, ia melawan teori yang sudah lebih dari 1400 tahun dianggap benar.
Selain itu, teori geosentrisme itu juga didukung gereja zaman dulu. Copernicus yang notabene merupakan seorang pastor, nggak ingin melawan pihak gereja.
Diperkirakan itulah alasan mengapa karya Copernicus nggak dipublikasikan hingga saat mendekati ajalnya.
Kematian Nicolaus Copernicus
Di umurnya yang semakin senja, Copernicus mulai menderita kelumpuhan akibat apopleksi (pendarahan tak terkontrol) yang menyebabkan stroke serta kelumpuhan, pada tahun 1542 (University of St Andrews, 2002).
Pada 24 Mei 1543, di umurnya yang ke-70, Copernicus mengembuskan napas terakhirnya. Ia kemudian dimakamkan di Katedral Frombork.
Ada desas-desus bahwa beberapa saat sebelum kematiannya, Copernicus sempat memeluk hasil pencetakan tulisannya yang berjudul Dē Revolutionibus Orbium Coelestium.
Kontroversi terkait kematian Copernicus nggak hanya sampai di situ lho, Sobat Zenius. Posisi kuburan Copernicus pun sempat menjadi polemik. Sebab, sejak tahun 1802 hingga 2004, arkeolog berusaha menemukan jenazah Copernicus karena sebelumnya posisi pasti makam Copernicus tidak diberi tanda. Pencarian ini dilakukan pada tahun 1802, 1909, 1939, dan 2004.
Berdasarkan artikel dari situs NBC News pada tahun 2005, tim arkeolog yang dipimpin oleh Jerzy Gąssowski, akhirnya berhasil menemukan sisa jenazah manusia, yang dipercaya merupakan Copernicus.
Setelah penyelidikan oleh ahli, jenazah tersebut milik seseorang yang berumur sekitar 70 tahun. Udah cocok nih, Copernicus memang meninggal ketika ia berumur 70 tahun.
Selain itu, mereka juga menggunakan tengkorak tersebut untuk mencocokkannya dengan fitur Copernicus, sesuai dengan lukisan self-portrait (lukisan sendiri) Copernicus.
Tiga tahun kemudian, pada tahun 2008, NBC News mempublikasikan berita baru. Menurut Marie Allen, ahli genetik dari Swedia, DNA dari tulang jenazah tadi cocok dengan dua helai rambut yang didapatkan dari buku milik Copernicus.
Lalu, jenazah Copernicus kembali dimakamkan di area di mana jenazahnya ditemukan pertama kali. Elo bisa melihat batu nisannya di bawah ini.
Batu nisan Copernicus terbuat dari granit berwarna hitam yang dihiasi dengan representasi model tata suryanya, berupa sebuah matahari emas yang dikelilingi enam planet.
Di situ, ditulis bahwa Nicolaus Copernicus adalah penemu teori heliosentris sekaligus seorang pastor gereja.
Nah, Sobat Zenius, seperti yang gue udah ceritakan sebelumnya, teori Copernicus ini sebenarnya mengandung kontroversi pada zamannya.
Copernicus bisa aja diadili atau menerima perlakukan yang nggak mengenakkan gara-gara teori tersebut.
Namun, berhubung teori tersebut baru dipublikasikan secara luas setelah Copernicus meninggal, nggak ada konsekuensi yang harus dilalui Copernicus semasa hidupnya.
Situasi tersebut berbeda kasusnya dengan ilmuwan lain yang mendukung teori Copernicus, di tengah kuatnya posisi teori geosentris pada zaman itu.
Jadi, sepeninggalan Copernicus, teori geosentris itu masih kuat banget ya pengaruhnya, dan teori heliosentris juga nggak seterkenal itu.
Barulah setelah astronom lain seperti Galileo dan Kepler mengembangkan teori tersebut, teori Copernicus ini menjadi lebih dikenal.
Teori ini kemudian menyebar dengan cepat di negara-negara non-Katolik pada akhir abad ke-17, dan diterima hampir secara universal pada akhir abad ke-18 (History, 2019).
Sebagai catatan, teori dari Copernicus itu masih nggak sempurna dan pembuktiannya belum terlalu kuat. Astronom modern lainnya ikut mengembangkan dan menyempurnakan teori tersebut di kemudian hari.
Dukungan Heliosentris oleh Galileo Galilei
Seperti yang udah dibahas sebelumnya, pada zamannya teori heliosentris dari Copernicus itu tergolong kontroversial.
Walau begitu, ada sosok astronom asal Italia yang terkenal banget hingga sekarang, yaitu Galileo Galilei, yang terang-terangan mendukung teori tersebut.
Pada zaman Copernicus, belum ada teleskop memadai yang bisa mengamati luar angkasa dengan layak.
Galileo yang kemudian berhasil mengembangkan teleskop dengan kualitas yang baik, mulai mengamati dan menemukan bahwa teori yang dikemukakan Copernicus itu benar adanya.
Namun, nggak mudah bagi masyarakat, apalagi gereja, untuk menerima gagasan tersebut. Gagasan geosentrisme udah lama banget dianggap benar, udah seperti fakta atau pengetahuan umum, yang juga sesuai dengan kitab suci.
Setelah mempublikasikan temuan yang membuktikan heliosentrisme serta memberikan pemahaman lain soal Astronomi pada 1632, Galileo ditangkap, diadili, dan akhirnya ditahan.
Penasaran gimana kisah Galileo Galilei sebagai seorang ahli Astronomi yang berseteru dengan gereja Katolik? Elo bisa baca kisah hidupnya pada artikel di bawah ini, ya.
Baca Juga: Galileo Galilei, Bapak Ilmu Pengetahuan Modern yang Ditahan Gereja Katolik Roma
Dukungan Heliosentris oleh Kepler
Selain Galileo Galilei, Johannes Kepler, seorang astronom Jerman, juga mendukung teori Nicolaus Copernicus.
Kepler sendiri mempublikasikan sebuah karya yang menyebutkan bahwa ia setuju dengan teori heliosentris.
Selain mendukung teori tersebut, ia mengembangkan dan memberi informasi baru, bahwa orbit planet itu sebenarnya berbentuk oval (elips), bukan bulat seperti yang disebutkan pada teori heliosentrisme awal.
Gara-gara mendukung teori ini, Kepler dijauhi oleh kolega-kolega dari universitasnya, lho. Apa sih, yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana karya Kepler di dunia Astronomi? Elo bisa baca kisahnya pada artikel di bawah ini.
Baca Juga: Biografi Johannes Kepler – Pencetus 3 Hukum Kepler Tentang Gerak Planet
*******
Oke, Sobat Zenius, itulah kisah hidup Nicolaus Copernicus serta teori heliosentrisnya yang fenomenal.
Setelah pembuktian dan penyempurnaan oleh Galileo dan Kepler pun, teori heliosentris masih menjadi perdebatan.
Isaac Newton kemudian mempublikasikan karya yang ikut mendukung teori tersebut pada akhir abad ke-17, dan penerimaan teori heliosentris dengan cepat meluas. Barulah pada akhir abad ke-18, model Copernicus ini diterima hampir secara universal.
Dari sini, kita bisa simpulkan bahwa yang namanya ilmu pengetahuan itu terus berkembang, dan bisa berubah juga.
Kalau elo mau belajar soal sistem tata surya kita saat ini, bersama dengan tutor Zenius yang kece banget, gue saranin elo nonton video materi Zenius deh.
Pastikan elo log in akun Zenius ya, supaya bisa akses video-videonya. Dengan menonton playlist tentang tata surya, elo bisa memahami dinamika planet Bumi, anggota sistem tata surya, serta berbagai teori terkait.
Oh ya, selain Copernicus, ada nggak sih, tokoh lain yang bikin elo penasaran? Elo bisa lho, kasih saran, siapa tokoh brilian lainnya yang kisahnya perlu dibahas selanjutnya. Tulis aja rekomendasi elo di kolom komentar.
Sampai di sini dulu artikel kali ini, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Baca Juga:Biografi Louis Pasteur – Penemu Pasteurisasi dan Vaksin
Referensi
8 Things You Didn’t Know About Copernicus – Popular Science (2013)
Archaeologists identify Copernicus’ skull – NBC News (2005)
Biografi Johannes Kepler – Pencetus 3 Hukum Kepler Tentang Gerak Planet – Zenius (2021)
Copernicus’ remains and grave found – NBC News (2008)
Copernicus and the Quantity Theory of Money – Mises Institute (2010)
geocentric model – Britannica (Updated 2019)
Geocentric model: The Earth-centered view of the universe – Space.com (2021)
Major economic theories from ancient times to the Renaissance – NICOLAUS COPERNICUS THORUNENSIS (n.d.)
Nicolaus Copernicus – Famous Scientists (2014)
Nicolaus Copernicus – History (Updated 2019)
Nicolaus Copernicus – Britannica (Updated 2022)
Nicolaus Copernicus – J. J. O’Connor and E. F. Robertson via University of St Andrews, Scotland (Updated 2002)
Polish astronomer Copernicus is born – History (Updated 2021)
Ptolemy – Britannica (2021)
The Copernican Model: A Sun-Centered Solar System – University of Rochester (n.d.)
Leave a Comment