Halo Sobat Zenius! Udah masuk kelas 12 pasti dibingungkan, nih, ama materi yang satu ini. Yap, daripada bingung-bingung, gue mau ngajakin elo semua buat ngebahas materi sistem persediaan periodik. Nggak cuman itu, kita juga akan membahas metode fifo periodik dalam artikel ini.
Sebelum masuk ke pembahasan, coba perhatikan percakapan di bawah ini:
“Baim, kamu jangan nyatet persediaan barang perusahaan kayak gini dong!”
“Loh, memangnya apa yang salah, Pak? Saya sudah mencatatnya dengan benar, tidak ada persediaan yang terlewat”
“Kamu ganti metode pencatatannya, saya nggak mau yang seperti ini!”
Hayoo … Kira-kira ada yang bisa nebak nggak kenapa si Baim disuruh ganti metode pencatatan persediaan barang oleh atasannya? Dalam sistem pencatatan periodik, ada beberapa metode yang bisa digunakan, yaitu metode FIFO, LIFO, dan Average.
Ternyata, Baim melakukan pencatatan menggunakan metode LIFO.
Hmm… kenapa ya kok atasan Baim menyuruhnya untuk mengganti metode tersebut dengan metode yang lain? (Akan gue jawab di akhir artikel ini ya). Sebelum kita mencari tahu alasannya, kita harus tahu dulu apa sih yang dimaksud dengan persediaan barang periodik itu?
Oya, sebelum lanjut, download dulu aplikasi Zenius di gadget elo buat akses berbagai macam materi pelajaran dan latihan soal. Klik tombol download di bawah ini, ya!
Download Aplikasi Zenius
Fokus UTBK untuk kejar kampus impian? Persiapin diri elo lewat pembahasan video materi, ribuan contoh soal, dan kumpulan try out di Zenius!
Baca juga: Tahap Pengikhtisaran Akuntansi Perusahaan Dagang – Materi Ekonomi Kelas 12
Daftar Isi
Apa Itu Sistem Persediaan Periodik?
Sistem persediaan periodik merupakan pencatatan persediaan barang dagang yang tidak dilakukan secara kontinu.
Pencatatan ini dilakukan di akhir periode, sehingga persediaan akhir akan dihitung dengan melakukan stock opname. Nah, stock opname merupakan kegiatan perhitungan persediaan barang dagang yang masih tersimpan di gudang atau toko untuk kemudian dipasarkan.
Kemudian, hasil stock opname akan dibandingkan dengan hasil perhitungannya, kira-kira udah sesuai atau belum.
Tujuan dari sistem pencatatan periodik itu apa sih? Menghitung persediaan akhir dengan metode periodik tentu saja akan membantu kita untuk meminimalisir kesalahan pencatatan atau perhitungan persediaan barang dagang.
Apa sih yang dicari dari persediaan barang dagang dengan sistem persediaan periodik? Kita akan mencari persediaan akhir, HPP (Harga Pokok Penjualan), dan laba kotor. Gimana cara mencarinya?
Nah, kita bisa mencarinya dengan tiga metode, yaitu metode FIFO, LIFO, dan Average.
Baca Juga: Cara Hitung Harga Pokok Penjualan (HPP) – Materi Ekonomi Kelas 12
Apa Itu Metode FIFO, LIFO, dan Average?
Oke, sekarang kita tahu kalau dalam sistem persediaan periodik, kita punya tiga metode yang bisa digunakan, yaitu FIFO, LIFO, dan Average.
Ketiganya memiliki perbedaan dalam menghasilkan perhitungan persediaan barang dagang. Langsung aja deh kita bahas ketiganya, yuk!
1. Konsep Persediaan Barang Dagang Periodik dengan Metode FIFO Periodik
FIFO (First In First Out) merupakan barang yang pertama masuk dan pertama keluar.
Maksudnya, ketika ada barang yang pertama kali masuk ke gudang perusahaan, maka barang tersebut yang juga akan keluar atau dijual pertama kali dari gudang perusahaan.
Contohnya, suatu perusahaan memiliki persediaan barang dagang untuk pertama kali pada tanggal 1 Juni. Kemudian, di tanggal 15 Juni, perusahaan membeli persediaan lagi.
Di tanggal 20 dan 30 Juni, perusahaan juga melakukan pembelian barang dagangan. Nah, ketika perusahaan menggunakan metode FIFO, maka barang dagangan yang harus dijual terlebih dulu adalah persediaan pada tanggal 1 Juni.
Kalau persediaan pada tanggal tersebut sudah habis, maka perusahaan bisa menjual persediaan yang masuk pada tanggal-tanggal berikutnya.
Jadi, keluarnya barang harus berurutan sesuai dengan masuknya barang tersebut ke perusahaan.
2. Konsep Persediaan Barang Dagang Periodik dengan Metode LIFO
Metode sistem pencatatan periodik selanjutnya adalah LIFO (Last In First Out), yaitu barang yang terakhir masuk dan pertama keluar.
Maksudnya, ketika ada barang yang terakhir masuk ke gudang perusahaan, maka barang itulah yang akan pertama kali keluar atau dijual oleh perusahaan.
Contohnya, sama seperti pada metode FIFO, hanya saja penjualan barangnya berbeda. Kalau tadi metode FIFO menjual barang dagangan sesuai dengan urutan masuk barang, lain halnya dengan metode LIFO yang menjual barang dari yang paling baru.
Perhatikan urutan nomor penjualan di bawah ini!
Jadi, keluarnya barang sama seperti mengambil barang di tumpukan. Setelah kita menumpuk barang, maka barang yang akan kita ambil dulu yang paling atas atau yang paling baru kita tumpuk.
3. Konsep Persediaan Barang Dagang Periodik dengan Metode Average
Terakhir ada metode Average atau rata-rata. Metode ini nggak memperhatikan urutan barang masuk untuk dijual terlebih dahulu seperti pada FIFO dan LIFO.
Semua barang yang akan dijual dihitung harga rata-ratanya terlebih dahulu.
Contohnya, pada tanggal 1 Juni perusahaan memasukkan barang sebanyak 40 unit dengan total harga harga Rp800.000. Kemudian, di tanggal 15 Juni, 20 Juni, dan 30 Juni berturut-turut seharga Rp440.000, Rp1.250.000, dan Rp900.000.
Setelah itu, total harga dari semua persediaan dibagi dengan total unit barang persediaan untuk menghasilkan harga rata-rata.
Baca juga: Pengertian Perdagangan Internasional, Manfaat, dan Tujuan – Materi Ekonomi Kelas 11
Contoh Soal Persediaan Metode Periodik
Nah, kini elo udah tahu, nih, gambaran mengenai sistem persediaan periodik beserta beberapa metodenya seperti FIFO, LIFO, dan Average.
Sekarang, kita coba, yuk, latihan contoh soal persediaan metode periodik di bawah ini!
Contoh soal
Data keluar masuk barang Zenius:
Tanggal | Kegiatan | Unit | Harga Satuan | Total Harga |
1 Juni | Persediaan awal | 20 unit | Rp10.000 | Rp200.000 |
5 Juni | Pembelian | 30 unit | Rp12.000 | Rp360.000 |
10 Juni | Pembelian | 40 unit | Rp15.000 | Rp600.000 |
12 Juni | Penjualan | 30 unit (20 unit tanggal 1 Juni, dan 10 unit tanggal 5 Juni) | Rp20.000 | Rp600.000 |
15 Juni | Pembelian | 10 unit | Rp16.000 | Rp160.000 |
20 Juni | Penjualan | 40 unit (20 unit tanggal 5 Juni, dan 20 unit tanggal 10 Juni) | Rp25.000 | Rp1.000.000 |
Tentukan HPP, persediaan akhir, dan laba kotor dari data di atas menggunakan metode Average!
Pembahasan:
- HPP
1 Juni → 20 unit x 10.000 = 200.000
5 Juni → 10 unit x 12.000 = 120.000
10 Juni → 40 unit x 15.000 = 600.000
15 Juni → 10 unit x 16.000 = 160.000
Total unit = 100 unit
Total harga = Rp1.320.000
Lalu, kita bagi total unit persediaannya dengan total unit barang (HPP per unit) = 1.320.000 : 100 = 13.200.
Jadi, HPP per unit adalah Rp13.200.
Sedangkan, untuk mencari HPP = HPP/unit x unit barang dijual = 13.200 x 70 = 924.000.
Jadi, HPP-nya adalah Rp924.000.
- Persediaan akhir
Total barang: 100 unit
Barang dijual: 70 unit
Sisa barang: 30 unit
Persediaan akhir = sisa barang x HPP/unit = 30 x 13.200 = 396.000.
Jadi, persediaan akhirnya adalah Rp396.000.
- Laba kotor
Laba kotor = Penjualan – HPP = 1.600.000 – 924.000 = 676.000.
Jadi, laba kotornya adalah Rp676.000.
Gimana? Udah jelas contoh soalnya? Sekarang kita balik lagi ke pertanyaan awal, nih. Kira-kira kenapa kok Baim disuruh menggunakan metode yang lain dalam melakukan perhitungan barang dagangan perusahaan?
Kenapa kok nggak boleh menggunakan metode LIFO? Karena, IFRS (Investors in Financial Reporting) nggak mengizinkan perusahaan menggunakan metode LIFO dalam perhitungan persediaan barang dagangan.
Metode ini juga didukung juga oleh UU PPh (UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan).
LIFO dinilai sebagai metode yang kurang up to date dalam memperlihatkan hasil perhitungan akhirnya, karena laporan posisi LIFO menggunakan persediaan yang sudah lama. Hal itu dinilai kurang relevan oleh para investor, karena investor ingin tahu harga yang terbaru, bukan yang terlama.
Di samping itu, metode LIFO juga akan menghasilkan laba yang paling rendah dibandingkan dengan metode yang lain dan akan mempengaruhi pajak.
Itu dia penjelasan mengenai materi sistem persediaan periodik kelas 12. Semoga materi tersebut bisa memberikan manfaat yang besar buat Sobat Zenius, ya!
Buat Sobat Zenius yang masih belum paham, nggak perlu khawatir! Sebab, elo masih bisa belajar materi di atas melalui video pembelajaran dari tutor Zenius, lho!
Kabar baiknya, nggak cuman materi sistem pencatatan periodik aja! Elo juga bisa belajar materi Ekonomi lainnya mulai dari kelas 10, 11, hingga 12. Ada juga beragam contoh soal yang bisa elo pelajari dengan semaksimal mungkin.
Caranya bagaimana? Elo tinggal klik banner di bawah ini, dan elo udah bisa mengakses materi-materi pelajaran yang ingin elo pelajari.
Baca Juga Artikel Lainnya:
Sistem Pencatatan Metode Perpetual
Referensi:
Video Belajar Zenius. “Persediaan Barang Dagang Periodik”
Originally published: December 20, 2021
Updated by: Maulana Adieb
Leave a Comment