Perbedaan Konsep Makroevolusi, Mikroevolusi, dan Koevolusi 9

Perbedaan Konsep Makroevolusi, Mikroevolusi, dan Koevolusi

Mekanisme evolusi menjadi kunci dari keberlangsungan hidup makhluk hidup. Beberapa konsep seperti koevolusi, mikroevolusi, dan makroevolusi memberikan gambaran bagaimana evolusi itu terjadi di bumi. Bagaimana evolusi terjadi? Yuk, baca artikel ini untuk tahu jawabannya!

Elo pernah dengar nggak ada anggapan bahwa manusia itu berasal dari kera?

View Results

Loading ... Loading ...

Nggak heran kalau elo pernah dengar, karena pernyataan itu sendiri kerap kali dikaitkan dengan teori evolusi Charles Darwin yang hingga saat ini menjadi salah satu teori mekanisme evolusi paling terkemuka dan diikuti saat ini. 

Tapi, sebenarnya Charles Darwin itu nggak pernah bilang kalau manusia itu berasal dari kera, lho. Bahkan, seperti yang sudah dibahas dalam artikel Zenius yang berjudul “Berbagai Pandangan Keliru tentang Teori Evolusi”, pernyataan itu salah karena kera sendiri gak bisa berevolusi.

Pernyataan evolusi manusia dari kera itu salah.
Ilustrasi pernyataan evolusi manusia jadi kera yang salah (Arsip Zenius)

Lalu, gimana tuh teori Charles Darwin yang benar? 

Nah, pas banget nih, kali ini gue bakalan sharing tentang salah satu materi biologi kelas 12, yang diujikan juga dalam UTBK, yaitu mekanisme evolusi dengan salah satu dasarnya adalah teori tersebut. 

Apa saja sih yang akan gue bahas kali ini? Yang jelas, karena sebuah evolusi itu menghasilkan spesies baru, gue akan sharing tentang bagaimana spesies baru itu dihasilkan dalam mekanisme evolusi dengan konsep koevolusi, mikroevolusi, dan makroevolusi. 

Namun, supaya memudahkan pemahaman elo, gue akan terlebih dahulu menjelaskan tentang apa itu mekanisme evolusi, apa yang menyebabkan terjadinya mekanisme evolusi, dan untuk tambahan informasi juga ada contoh bahwa mutasi gen merupakan mekanisme evolusi. 

Supaya bisa keep up dengan materinya, yuk, simak sampai selesai!

Apa Itu Mekanisme Evolusi

Menurut sebuah sumber sains digital, Scitable by Nature Education (2014), evolusi adalah sebuah proses yang menghasilkan perubahan materi genetik dari spesies  yang ada dalam sebuah populasi, dari waktu ke waktu. 

Ilustrasi perubahan fisik dari evolusi sapi, merak, dan tikus.
Ilustrasi evolusi pada hewan (Arsip Zenius)

Perubahan materi genetik itulah yang nantinya akan menghasilkan spesies baru di dalam sebuah populasi dengan sifat yang berbeda dari leluhurnya. Jadi, dari spesies yang awalnya sudah ada, terciptalah spesies yang baru. 

Nah, hal ini juga merupakan salah satu alasan kenapa pernyataan manusia berasal dari kera itu salah. Kenapa? Karena, kera merupakan populasi, yang mana artinya sebuah perkumpulan dari satu spesies yang sama. Sedangkan, sebuah populasi itu nggak bisa berevolusi, Sobat Zenius. Yang berevolusi adalah spesiesnya.

Oke, tadi kan udah tuh pengertian dari evolusi, Sekarang kita lanjutkan dengan pengertian mekanisme, yuk! Menurut KBBI, mekanisme berarti sebuah cara kerja seperti mesin, dimana jika satu hal terjadi maka akan diikuti dengan hal berikutnya.

Dengan begitu, bisa dibilang bahwa pengertian mekanisme evolusi merupakan sebuah kumpulan proses atau faktor modifikasi materi genetik yang menghasilkan spesies baru. 

Gimana sih contoh mekanisme evolusi itu? Gue kasih contoh sederhananya, ya.

Misalnya nih, menurut laporan dari Encyclopedia Britannica (2021), kuda yang saat ini kita kenal memiliki postur tubuh yang tinggi dan gagah, ternyata sekitar 50 juta tahun yang lalu mereka hanya seukuran anjing, lho. Namanya Hyracotherium atau sering disebut dawn horse.

Evolusi kuda mengakibatkan pertambahan ukuran kuda.
Ilustrasi evolusi kuda (Arsip Zenius)

Perubahan postur itu dipengaruhi dengan situasi iklim yang saat itu memungkinkan rumput untuk tumbuh subur sehingga kuda pun bisa mendapatkan banyak asupan makanan dengan mudah. Karena ada perubahan lingkungan tersebut, kuda pun berevolusi menjadi lebih besar, sehingga dapat menyimpan lebih banyak energi. Spesiesnya yang baru itu disebut Equus.

Spesies kuda dengan postur tubuh yang lebih besar itulah, contoh dari terjadinya mekanisme evolusi,

Lalu, apa sih yang menyebabkan terjadinya mekanisme evolusi itu? Mekanisme evolusi dapat terjadi karena 3 faktor utama, Sobat Zenius, yaitu variasi, seleksi, dan hereditas. Yuk, kita bahas satu-persatu.

  1. Variasi atau Variation

    Variasi merupakan permulaan dari terjadinya evolusi. Apa sih yang bervariasi? Yang bervariasi adalah sifat atau gen DNA bawaan yang ada dalam sebuah spesies. Variasi ini biasanya ditunjukkan dari penampilan fisik yang bervariasi gitu.

    Eh, out of the topic bentar nih ya, elo tahu nggak sih kalau Maurice Wilkins, penemu struktur DNA dengan bentuk heliks disingkirkan oleh partner penelitiannya sendiri? Bahkan, ia juga harus bekerja 7 tahun lamanya untuk membuktikan struktur DNA itu benar berbentuk heliks, seperti tangga berpilin seperti di bawah ini nih.

    Struktur DNA berbentuk heliks, temuan Maurice Wilkins.
    Ilustrasi struktur DNA berbentuk heliks (Dok. Waren Umoh via Unsplash)

    Kisah penemuan struktur DNA ternyata diwarnai dengan persaingan yang sangat ketat, saat itu yang bikin suasana jadi tegang. Penasaran nggak sih tentang kisahnya? Langsung aja cek artikel Zenius yang berjudul “Biografi Maurice Wilkins, Penemu Struktur DNA yang Terlupakan (1916-2004)” ini, deh.

    Oke-oke, sekarang gue balik ke topik bahasan tentan variasi tadi, ya. 

    Gue kasih contoh nih. Misalnya, kucing di kompleks elo di kumpulin. Nggak semua kucingnya kucing oren, kan? Ada yang oren, abu-abu, putih, hitam, dan ada juga yang campuran.

    Perbedaan warna pada kucing menggambarkan adanya variasi pada spesies.
    Ilustrasi variasi yang ada pada spesies kucing (Arsip Zenius)

    Kalau semua kucing memiliki ciri-ciri yang sama, warnanya sama, tingginya sama, kelebatan bulunya sama, dan lain-lain. Maka, ya nggak akan ada evolusi yang bisa terjadi karena nggak akan ada persilangan genetik dalam proses reproduksi.

    Variasi genetik sendiri terjadi karena ada 2 komponen ini nih. Novelty atau sifat baru, dan combination atau kombinasi. Jadi, karena ada sifat baru yang berbeda dari yang sudah dimiliki oleh satu individu, mungkin untuk proses kombinasi terjadi dan menghasilkan modifikasi genetik

    Lalu, kok bisa sih dalam satu spesies sifat genetiknya berbeda-beda? Ada tiga faktor yang menyebabkan variasi ini. Yang pertama adalah mutasi genetik, kedua adalah perubahan jumlah dan posisi gen, dan yang ketiga perbedaan intensitas, durasi, dan lokasi pengaktifan gennya.

    Nah, karena biasanya dalam soal ada nih yang bunyinya “Berilah contoh bahwa mutasi gen merupakan mekanisme evolusi.”, gue kasih contoh dari mutasi gen yang menghasilkan sebuah spesies baru ya.

    Contohnya adalah mutasi gen beruang di zaman es sekitar 110-11 ribu tahun yang lalu. Pada saat itu beruang mengalami mutasi gen yang menyebabkan bulunya berubah jadi putih.

    Mutasi gen pada beruang memunculkan populasi dengan rambut putih.
    Ilustrasi mutasi gen pada beruang menghasilkan rambut yang berwarna putih pada zaman es (Arsip Zenius)

    Yang namanya mutasi gen ini nggak terencana, jadi tiba-tiba aja nih ada unsur gen yang berubah atau bisa juga menghilang sehingga membentuk sifat gen baru. 

    Karena beruang yang mengalami mutasi itu tinggal di daerah salju, maka bulu putih itu justru membuatnya lebih mudah berburu karena bisa melakukan penyamaran dengan lebih baik. Lalu, keturunan baru ini bertahan hidup dan memiliki keturunan yang memiliki sifat yang sama. Disebutlah ia sebagai spesies baru. 

    Karena proses mutasi gen itu terbukti bisa menghasilkan spesies baru, maka proses ini juga merupakan bagian dari mekanisme evolusi.

  2. Seleksi atau Selection

    Sejalan dengan teori dari Charles Darwin, perubahan materi genetik bisa terjadi karena ada proses seleksi yang menuntut suatu spesies untuk beradaptasi dengan lingkungannya supaya tidak punah. Hal serupa juga diungkapkan oleh tokoh evolusi lainnya, Wallace Lamarck.

    Proses seleksinya dibagi menjadi dua, yaitu natural selection atau seleksi natural dan genetic drift.

    Kalau seleksi natural itu disebabkan oleh keadaan lingkungan yang mengharuskan suatu spesies untuk beradaptasi dan seleksinya ada ketentuan atau arahnya gitu. Jadi, jelas sifat mana yang akan terseleksi. 

    Contohnya, seperti dilansir oleh National Geographic (2015), dulu jerapah sebenarnya lehernya pendek, tapi karena pepohonan yang ada pada habitatnya itu tinggi-tinggi jerapah yang lehernya pendek pun akhirnya punah karena nggak bisa bertahan hidup.

    leher jerapah yang dulunya pendek, lama-lama menjadi panjang karena evolusi
    Ilustrasi evolusi leher jerapah (Sandritaverooka via https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0)

    Namun, variasi genetik jerapah yang lehernya sedikit lebih tinggi bisa bertahan dan terus melakukan reproduksi. Hingga terciptalah spesies baru, yaitu jerapah berleher panjang. 

    Kalau genetic drift ini seleksinya tidak terarah, Sobat Zenius. Jadi ibarat kalo turun hujan tuh, mau pohon rambutan, pohon jambu, atau pohon mangga sekalipun semuanya pasti kena hujan. 

    Pada hewan biasanya proses ini terjadi ketika suatu spesies bermigrasi atau terkena bencana. Misalnya nih, sebuah populasi kumbang dengan variasi 4 warna yang berbeda-beda di suatu pulau bermigrasi atau pindah ke pulau lainnya.

    Namun, nggak semua kumbang itu akan pindah ke tempat yang sama, Sobat Zenius. Alhasil kumbang-kumbang yang ini membentuk rasio variasi warna dan rasio gen yang berbeda dari populasi awalnya.

    Proses genetic drift melalui proses migrasi kumbang.
    Ilustrasi proses genetic drift melalui proses migrasi. (Arsip Zenius)

    Nah, proses seleksi gennya itu nggak ada keteraturannya, jadi bener-bener random aja berdasarkan kumbang yang kebetulan menempati tempat yang sama. Proses seleksi dari proses migrasi ini disebut juga founder effect.

    Konsep serupa juga terjadi ketika ada bencana. Kita nggak bisa milih tuh pembawa gen mana yang musnah mana yang bertahan. Kalau disebabkan oleh bencana, proses seleksinya disebut dengan bottleneck effect. 

    Jadi intinya, beda dengan seleksi alam, proses penyeleksian di genetic drift ini bersifat random.

  3. Hereditas atau Heredity
    Faktor yang ketiga adalah hereditas. Faktor ini berkaitan dengan proses reproduksi suatu organisme. Tapi, hasilnya ini ditentukan oleh proses sebelumnya, yaitu variasi dan seleksi. Sifat-sifat gen yang sudah hilang dari kedua proses itu maka tentunya tidak akan muncul di generasi selanjutnya.

Begitulah kira-kira tentang mekanisme evolusi dan faktor penyebabnya. Seperti yang elo tahu, mekanisme evolusi yang saat ini kita tahu tak terlepas dari perkembangan teori evolusi itu sendiri dari sekitar 2200 tahun yang lalu. Mulai dari teori-teori asal-usul kehidupan hingga mekanisme evolusi itu sendiri.

Teori-teori tentang asal-usul kehidupan sendiri merupakan materi yang ada pada tes UTBK. Kalau elo ingin mempelajari lebih lanjut, terutama bagaimana kita mungkin berasal dari benda mati, langsung klik materinya di bawah ini, ya.

Asal-Usul Kehidupan

Nah, karena evolusi itu menghasilkan spesies baru yang memiliki kemampuan bertahan di habitatnya, sekarang kita bahas yuk, macam-macam konsepnya dan perbedaannya. 

Baca Juga: Apakah Mutasi Genetik Selalu Berbahaya?

Apa itu Koevolusi

Konsep evolusi yang pertama adalah koevolusi. Koevolusi adalah peristiwa ketika variasi dan seleksi suatu spesies memengaruhi variasi dan seleksi dari spesies lainnya. Melansir dari laporan ThoughtCo. (2019), istilah koevolusi sendiri pertama kali dibuat oleh Paul Ehrlich dan Peter Raven pada tahun 1964 dalam studi  mereka tentang kupu-kupu dan tanaman.

Gimana sih variasi dan seleksi suatu spesies memengaruhi hal yang sama dalam spesies lain? Paul dan Peter memberikan contoh dari temuan mereka terhadap interaksi kupu-kupu dan tanaman, nih.

Interaksi antara kupu-kupu dan tanaman.
Ilustrasi kupu-kupu dengan tanaman (Arsip Zenius)

Menurut temuan mereka, karena tanaman banyak dimangsa oleh serangga, termasuk kupu-kupu, merekapun menyusun strategi dengan memanfaatkan adanya variasi untuk beradaptasi melewati proses seleksi alam itu. Terciptalah spesies tanaman yang beracun. 

Awalnya sih, strategi itu berhasil banget. Serangga-serangga menjauh tak menyentuhnya. Sampai keadaan berubah semenjak kupu-kupu menyerang. Hehe. Apa sih yang dilakukan kupu-kupu?

Jadi, ternyata perubahan pada tanaman itu juga malah memicu evolusi pada spesies kupu-kupu, yang saat itu mungkin jadi kesulitan mendapatkan nutrisi sebagai bentuk adaptasi. 

Alhasil, spesies kupu-kupu baru muncul dengan penangkal racun tersebut. Wah, hebat ya! Sekarang kupu-kupu jadi tetap bisa makan tanaman yang beracun itu deh karena memiliki variasi dan melewati proses seleksinya sendiri. 

Nah, begitulah kira-kira konsep mekanisme evolusi melalui proses koevolusi. Jadi, adaptasi suatu spesies bisa mempengaruhi adaptasi spesies lainnya.

Baca Juga: Ciri dan Klasifikasi Makhluk Hidup – Materi Biologi Kelas 10

Apa itu Mikroevolusi dan Makroevolusi

Tulisan mikroevolusi.
Ilustrasi mikroevolusi (Arsip Zenius)

Yang selanjutnya adalah konsep mekanisme evolusi mikroevolusi dan makroevolusi. Mikroevolusi dan makroevolusi sendiri dibedakan dengan skala cakupannya. Karena mereka memiliki hubungan sebab-akibat, gue akan bahas berurutan pada bagian ini.

Jadi, seperti namanya, mikroevolusi merupakan konsep terjadinya evolusi pada skala yang lebih kecil dibandingkan dengan makroevolusi. Sejauh mana cakupannya? Seperti dilansir oleh Sciencing (2018), mikroevolusi mungkin hanya terjadi karena adanya perubahan satu gen atau alel pada satu spesies dalam jangka waktu yang pendek. 

Mikroevolusi dapat terjadi ketika ada perubahan frekuensi atau jumlah gen dalam kolam gen. Peristiwa ini bisa dilihat dari perubahan rasio genotip yang ada pada satu populasi.

Dalam satu spesies ada kumbang berwarna hijau tua, hijau pinus, dan hijau muda
Ilustrasi variasi warna kumbang dalam satu spesies (Arsip Zenius)

Contohnya, pada populasi kumbang yang terdiri dari tiga jenis warna hijau di atas yang berjumlah total 16. Rasio genotip populasi tersebut bisa dilambangkan sebagai HH (hijau tua):Hh (hijau pinus):hh (hijau pastel atau hijau muda). Nah berapa rasio genotipnya ya? 4:8:4.

Rasio tersebut sesuai dengan perbandingan jumlah warna yang ada.

Dari situ kita bisa hitung deh frekuensi alelnya dengan cara penjumlahan jumlah masing-masing alel yang ada pada tiap kombinasi atau tiap warna seperti di bawah ini.

Perhitungannya bisa dimulai dari alel H. 

Karena ada pada kombinasi HH dan Hh, maka dari kombinasi HH sendiri kita bisa dapat 4 x 2 = 8. Dikalikan 4 karena rasio genotip dari HH 4 dan 2 karena terdapat 2 H dalam kombinasi HH.

Lalu, pada kombinasi Hh nih, frekuensi alel H-nya berapa? Cuma ada satu aja, kan? Berarti tinggal 8 x 1 = 8. 

Sehingga jumlah rasio H adalah 8 + 8 = 16.

Dilanjutkan perhitungan alel h, yang ada pada kombinasi Hh dan hh.

Hasilnya, frekuensi alel h pada kombinasi Hh adalah 8×1=8. Dan dalam kombinasi hh adalah 4 x 2 = 8. Dengan jumlah rasio h adalah 8 + 8 = 16 juga.

Maka, setelah masing-masing rasio alel dijumlah, kita mendapatkan rasio alel H:h adalah 16:16.

Dalam makroevolusi di atas rasio alel berubah dari 16:16 menjadi 23:9
Ilustrasi perubahan frekuensi rasio alel dalam makroevolusi (Arsip Zenius)

Nah. populasi awal itu tadi misalnya mengalami seleksi, pasti akan ada perubahan dong terhadap rasio alelnya? Seperti yang elo lihat pada gambar, dari rasio alel yang awalnya 16:16, setelah terjadi seleksi rasionya jadi 23:9.

Nah, perubahan frekuensi, jumlah alel, atau gen dalam satu spesies inilah yang disebut dengan mikroevolusi. 

Tadi kan gue bilang mikroevolusi dan makroevolusi memiliki hubungan sebab-akibat. Jadi memang terjadinya mikroevolusi yang terus menerus dalam kurun waktu yang lama bisa menyebabkan terjadinya makroevolusi, walaupun tidak setiap saat begitu.

Tulisan makroevolusi.
Ilustrasi makroevolusi (Arsip Zenius)

Nah selanjutnya apa sih makroevolusi itu? Makroevolusi adalah terjadinya evolusi pada skala yang lebih besar dengan terbentuknya spesies baru dari hasil akumulasi mikroevolusi. Munculnya sifat resistensi terhadap racun tanaman pada kupu-kupu melalui konsep koevolusi bisa masuk dalam kategori ini, nih. 

Gimana sih munculnya spesies baru dalam makroevolusi? Jadi kalau hasil dari mikroevolusi tadi kan berupa variasi dalam satu spesies yang masih bisa melakukan reproduksi ya? Namun, pada makroevolusi ada keadaan di mana ada penghalang yang disebut reproductive barrier. 

Penghalang itulah yang menyebabkan hasil variasi, seleksi, dan hereditas tidak dapat melakukan reproduksi, sehingga masing-masing variasi menjadi spesies baru. Penghalang itu terbagi menjadi dua, yaitu Prezygotic Barrier, yang mencegah proses fertilisasi dan Postzygotic Barrier, yang mencegah hybrid menjadi dewasa yang fertil.

Lalu apa perbedaan dari koevolusi, mikroevolusi, dan makroevolusi?

Tulisan koevolusi VS mikroevolusi VS makroevolusi.
Ilustrasi koevolusi, mikroevolusi, dan makroevolusi (Arsip Zenius)

Koevolusi sendiri bisa kita golongkan dalam makroevolusi, Sobat Zenius. Karena konsep tersebut menghasilkan sebuah spesies baru. Nah, makroevolusi dan koevolusi memiliki kesamaan, yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk terjadi. Bahkan bisa sampai 3,5 miliar tahun.

Hal tersebut berbeda dengan mikroevolusi yang terjadinya jauh lebih cepat. Menurut sebuah jurnal oleh Emmanuel Milot dan rekannya (2011), mikroevolusi hanya membutuhkan beberapa tahun hingga dekade saja.

Lalu, secara cakupan, koevolusi dan makroevolusi lebih luas dibandingkan dengan mikroevolusi, yang belum tentu berakhir dengan terbentuknya spesies baru.

 

Begitu deh penjelasan dari macam-macam konsep mekanisme evolusi. Jadi lebih bisa memahami bagaimana sebuah evolusi terjadi bukan? Sudah sih, tapi belum terlalu mantap gitu, masih butuh penjelasan tambahan. Tenang, elo bisa akses video penjelasan lengkapnya tentang materi dengan ilustrasi-ilustrasi yang lebih jelas buat elo, nih.

Langsung klik banner di bawah ini saja, ya untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses dan konsep evolusi, sekaligus alasan lengkap kenapa manusia tidak berevolusi dari kera.

Benarkah Manusia Berevolusi Dari Kera?

Baca Juga: Perhitungan Jumlah Gamet dalam Persilangan Hukum Mendel

Latihan Soal Koevolusi, Mikroevolusi, dan Makroevolusi

Karena elo sudah mendapatkan banyak informasi baru terkait mekanisme evolusi, koevolusi, mikroevolusi, higga makroevolusi, coba tes pemahaman elo dengan mengerjakan beberapa contoh soal di bawah ini, yuk! Coba pilih jawaban terbaik elo sebelum melihat pembahasannya, ya.

  1. Berikut ini pernyataan yang tepat terkait definisi mekanisme evolusi adalah …
    A. kumpulan proses perubahan yang terjadi dengan cepat
    B. kumpulan proses yang menghasilkan spesies baru dengan perubahan yang acak
    C.  proses terbentuknya spesies baru dari kumpulan perubahan-perubahan kecil
    D. perubahan bertahap untuk menghasilkan spesies yang sempurna

    Pembahasan:

    Sesuai dengan konsep makroevolusi yang berasal dari akumulasi perubahan mikroevolusi, maka definisi mekanisme evolusi yang benar adalah C. proses terbentuknya spesies baru dari kumpulan perubahan-perubahan kecil.
  2. Munculnya suatu gen atau alel yang baru disebut juga ….
    A. variasi
    B. novelty
    C. kombinasi
    D. seleksi

    Pembahasan:

    Jawaban yang tepat adalah B. novelty.
  3. Jika genetic drift merupakan proses seleksi yang random tanpa arah, maka peristiwa mana yang tidak menggambarkan peristiwa tersebut di bawah ini?
    A. Sebagian semut merah hanyut saat banjir.
    B. Jerapah berleher pendek punah karena sumber makannya terlalu tinggi untuk digapai.
    C. Kumbang yang bermigrasi membentuk rasio genotip yang berbeda.
    D. Kebakaran hutan memusnahkan sebagian besar spesies koala di Australia.

    Pembahasan:

    Hayo, kira-kira yang mana nih jawaban yang benar? Sesuai dengan penjelasan di awal tadi, penyebab terjadinya genetic drift adalah bencana alam atau proses migrasi yang menyebabkan seleksi variasi secara random.

    Maka dari itu, jawaban yang tidak tepat sebagai contoh dari genetic drift adalah B. jerapah berleher pendek punah karena sumber makannya terlalu tinggi untuk digapai, karena hal itu merupakan contoh dari seleksi natural.
  4. Berikut ini yang menjadi kesamaan dari mikroevolusi dan makroevolusi adalah …
    A. lama waktu terjadinya
    B. berasal dari variasi, seleksi, dan hereditas
    C. menghasilkan sebuah spesies baru
    D. bentuk adaptasi makhluk hidup akibat interaksi dengan makhluk hidup lainnya.

    Pembahasan:

    Jawaban yang tepat apa nih, Sobat Zenius? Yak, benar. Kesamaanya adalah B.  berasal dari variasi, seleksi, dan hereditas. 

Penutup

Gimana sudah bisa jawab semua pertanyaan dengan benar belum nih? Semoga sudah bisa ya. Kalau belum, nggak perlu khawatir. Elo masih bisa mencoba memahaminya lagi melalui video penjelasan materi maupun artikel-artikel pendukung di Zenius.

Nah, kalau elo mempelajari materi ini sebagai persiapan menghadapi UTBK, nggak ada salahnya untuk elo juga perbanyak latihan soal dengan mengerjakan kumpulan-kumpulan soal UTBK dari tahun 2019 dan 2021 di bawah ini nih.

Latihan Soal UTBK 2019 & 2021

Referensi

Evidence For Evolution in Response to Natural Selection in A Contemporary Human Population – Emmanuel Milot, dkk (2011)

Evolution – Encyclopedia Britannica (2021)

Evolution – Scitable by Nature Education (2014)

How Giraffes Became Winners by a Neck – National Geographic (2015)

Microevolution: Definition, Process, Micro vs Macro & Examples – Sciencing (2019)

Theory of Evolution – National Geographic (2019)

What Is Coevolution? Definition and Examples – ThoughtCo (2019)

Bagikan Artikel Ini!