Pengertian teori evolusi seringkali disalahartikan hanya sebatas pernyataan Charles Darwin yang mengatakan manusia itu berasal dari kera. Padahal Charles Darwin maupun teori evolusi TIDAK PERNAH menyatakan bahwa manusia itu berasal dari kera.
Halo semua, apa sih yang terlintas di pikiran lo kalo ada pembahasan tentang teori evolusi? Wah, biasanya materi teori evolusi ini seringkali jadi topik yang begitu kontroversial. Entah kenapa, satu topik dalam pelajaran Biologi ini jadi hal yang begitu sensitif sekali untuk dibahas, baik di sekolah, maupun dalam pembicaraan umum sehari-hari. Padahal, terlepas dari perdebatan kontroversial terkait teori evolusi ini, penerapan dan aplikasi dari teori evolusi ini telah menjadi landasan para ilmuwan selama berpuluh-puluh tahun terakhir untuk implementasi teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang riset medis, rekayasa genetika, bahkan computer science.
Hayo, ada yang nyadar gak bahwa setiap riset pengobatan dalam pembuatan obat, vaksin, dan serum menggunakan dasar teori evolusi? Ada yang tahu gak bahwa banyak teknologi pertanian, seperti perancangan bibit unggul, adalah aplikasi dari teori evolusi yang kita nikmati manfaatnya sehari-hari?
Lho bukannya teori evolusi itu salah ya? Bukannya teori evolusi itu pandangan Charles Darwin bahwa manusia berasal dari kera?
Sangat disayangkan, pengertian teori evolusi menjadi sangat DIPERSEMPIT menjadi sebatas “teori Charles Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera”. Entah bagaimana, teori evolusi ini selalu dikait-kaitkan dengan sosok Charles Darwin yang seolah-olah mengatakan bahwa asal-usul manusia itu dari monyet atau kera. Padahal dari sejarahnya perumusan teori evolusi sendiri, tidak pernah ada pernyataan seperti itu. Charles Darwin sendiri juga tidak pernah menyatakan hal itu.
Kesalahpahaman tentang teori evolusi ini semakin diperparah dengan penjelasan yang keliru dari buku cetak pelajaran sekolah. Berdasarkan buku cetak pelajaran sekolah tingkat SMA pada umumnya, penjelasan tentang teori evolusi ini sangatlah singkat, bahkan ada beberapa yang tidak dijelaskan sama sekali. Kalaupun dijelaskan, materi yang dibahas cuma soal perbandingan panjang leher jerapah versi Jean B.Lamarck dengan versi Charles Darwin. Sayangnya, untuk topik-topik yang erat kaitannya dengan evolusi seperti diversifikasi spesies, struktur kromosom, konsep hereditas, mutasi genetik, seleksi alam dan lain-lain seringkali tidak disangkut pautkan dengan evolusi. Padahal justru topik-topik itu sangat relevan yang menjadi landasan kuat teori evolusi.
Mirisnya lagi, banyak sekali konten-konten di internet yang menjelaskan teori evolusi dengan mengada-ngada, terutama konten yang berbahasa Indonesia. Berkali-kali, pembahasan tentang teori evolusi selalu diidentikan dengan pandangan bahwa asal-usul manusia dari kera, padahal (sekali lagi) teori evolusi tidak pernah bilang seperti itu. Hal-hal yang berkaitan erat dengan teori evolusi yang benar, seperti mutasi genetik, konsep seleksi alam, atau apa bedanya spesies, genus, order, super family atau sub-order, dan lain-lain malah tidak dibahas sama sekali.
Tidak heran jika banyak para pelajar yang seringkali menanyakan pertanyaan seperti ini:
Zen, menurut teori evolusi Darwin itu kan dahulu kala manusia berasal dari kera. Tapi kok sampai sekarang sudah ada manusia, kera juga masih ada dan ga musnah?
Berdasarkan teori Darwin mengatakan kalo nenek moyang manusia adalah kera, lalu pertanyaannya jika pada zaman dahulu kera itu berevolusi jadi manusia seperti yang dikatakan oleh Darwin, lalu kenapa kera yang di zaman sekarang juga tidak berevolusi jadi manusia?
Munculnya banyak pertanyaan semacam ini di kalangan pelajar adalah cerminan bahwa pemahaman konsep evolusi biologi yang diajarkan di sekolah-sekolah sangatlah sempit.
Oke, mungkin banyak di antara lo yang penasaran bagaimana Zenius menjawab pertanyaan di atas. Sejujurnya memang agak ribet untuk menjawab pertanyaan di atas. Kenapa ribet? Karena sebetulnya PERTANYAANNYA SENDIRI SUDAH SALAH. Bagian mana dari pertanyaan tersebut yang salah? Banyak banget. Mari kita bedah satu per satu kesalahan dari pertanyaan di atas.
Kesalahan 1
Pihak yang bertanya berasumsi bahwa jika proses evolusi terjadi pada satu spesies, otomatis seluruh spesies tersebut akan berubah menjadi spesies yang baru. Ini asumsi yang salah. Karena teori evolusi nggak pernah menyatakan seperti itu.
Zaman 20.000 tahun yang lalu, tidak ada yang namanya anjing chihuahua, retriever, bulldog, pitbull, dan lain-lain. Tidak pernah ada jejak fosil bahwa anjing jenis chihuahua, pincher, herder, pitbull, dkk itu bisa bertahan dan hidup dengan berburu di hutan rimba 20.000 tahun yang lalu.
Tapi melalui penelusuran DNA, kita bisa tau bahwa seluruh varian anjing yang ada di zaman modern sekarang ini adalah keturunan dari Canis lupus alias serigala. Spesies baru itu terus bertambah di alam seiring berjalannya waktu.
Kesalahan 2
Pihak yang bertanya berasumsi bahwa teori evolusi itu prosesnya seperti illustrasi di bawah ini:
Padahal gambar di atas adalah illustrasi yang KELIRU dalam menggambarkan teori evolusi. Terus ilustrasi dari teori evolusi yang bener kayak gimana dong? Nih kayak gini seharusnya illustrasi yang lebih tepat:
Kesalahan 3
Kera itu tidak bisa berevolusi!
Wah, kenapa nggak bisa? Karena yang berevolusi itu spesies, sedangkan kera itu bukan nama spesies. Kera atau dalam bahasa Inggris disebut “ape” itu adalah super-familia hominidae dari order primata. Contoh spesies dari kera itu gorilla, orangutan, simpanse, bonobo.
Ngomong-ngomong soal kera, jangan dipukul-rata bahwa semua binatang yang gelantungan di pohon itu kera ya. Misalnya monyet yang biasa dipakai atraksi topeng monyet, monyet itu nama latin spesiesnya (Macaca fascicularis), dan monyet itu tidak termasuk dalam golongan KERA. Lain lagi dengan lemur yang ada di film Madagascar, lemur itu juga BUKAN KERA.
Jadi dalam taksonomi biologi, order primata itu dibagi menjadi sub-order atau superfamily: Homonidae (kera), Simiformes (monyet), Lemuroidae (lemur). Jadi monyet itu bukan kera, lemur bukan monyet. Kera ya kera, monyet ya monyet, lemur ya lemur. Jangan dicampur-campur yak!

Nah sekarang lo ngerti kan kenapa kami bingung gimana ngejawab pertanyaan di atas? Pertama, karena pertanyannya sendiri aja udah salah. Kedua, pihak yang bertanya belum memiliki pengetahuan dasar biologi. Jadi banyak asumsi dalam pertanyaan tersebut yang pada dasarnya udah salah. Tapi nggak apa-apa, namanya juga proses belajar pasti diawali dengan salah paham dulu. 🙂
Jadi kalo balik lagi ke pertanyaan “Apakah manusia berasal dari kera?”, pastikan bahwa proses menjawabnya itu harus didasari pemahaman tentang taksonomi dulu. Karena bisa jadi, yang dipikirkan tentang “kera” di pemikiran orang awam itu berbeda-beda. Bisa jadi ada orang-orang yang berpikir kera itu sama dengan monyet, padahal bukan. Bisa juga orang berpikir lemur itu sama dengan kera dan monyet, padahal bukan.
Nah sekarang dengan sedikit pemahaman definisi dari kera, pertanyaan “Apakah kera berevolusi menjadi manusia?” itu sendiri sudah salah ya. Karena yang bisa berevolusi itu spesies, sementara kera itu bukan nama spesies. Teori evolusi tidak pernah menyatakan bahwa kera berevolusi menjadi manusia.
Oke, mungkin lo sekarang jadi kepikiran, bagaimana kalau pertanyaan diubah menjadi:
“Apakah manusia berasal dari spesies yang termasuk dengan golongan kera, seperti gorila, simpanse, orangutan, bonobo?”
Again, teori evolusi maupun Charles Darwin sendiri tidak pernah memberikan statement seperti itu. Apakah Charles Darwin pernah mengatakan bahwa manusia berasal dari kera? TIDAK PERNAH. Charles Darwin dan teori evolusi tidak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari orangutan, simpanse, bonobo, dan gorila. Faktanya memang manusia bukan berasal dari gorila, simpanse, orangutan, atau bonobo.
Lha, Terus yang Bener Teori Evolusi itu Gimana sih?
Sangat disayangkan penjelasan konsep yang dibahas dalam buku pegangan sekolah seringkali jadinya malah ngelantur. Penjelasan teori evolusi hanya berhenti pada perbandingan leher jerapah si Lamarck dan Darwin. Udah puluhan tahun kurikulum di Indonesia silih berganti, penjelasan teori evolusi di buku textbook leher jerapah lagi, leher jerapah lagi. Penjelasan yang sangat sempit untuk penerapan sebuah teori yang sangat luas hingga menjadi fondasi disiplin ilmu Biologi modern.
Nah, terus gimana caranya untuk memahami konsep evolusi yang benar? Untuk memahami teori evolusi secara menyeluruh, gak akan mungkin bisa dijelaskan dengan 2-3 paragraf doang. Nggak mungkin juga bisa dijelaskan oleh 1 artikel ini. Karena untuk memahami proses yang kompleks ini, ada beberapa konsep dulu yang harus lo pahami. Berikut di antaranya:
- Genetika & Hereditas
- Struktur DNA
- Pengertian dari spesies pada taksonomi
- Mutasi Genetik
- Konsep seleksi alam
Jika ingin memahami lebih detil lagi, kita bahkan bisa telusuri bagaimana proses penemuan dari konsep-konsep di atas berdasarkan penelitian dan penemuan dari tokoh-tokoh kunci seperti Charles Darwin, Alfred Wallace, Gregor Mendel, Thomas Hunt Morgan, dan Francis Galton.
Pastinya ga mungkin semua konsep di atas dibedah satu per satu dalam satu artikel ini. Jadi kemungkinan penjelasan lebih detilnya tentang komponen-komponen yang perlu kalian ketahui tentang teori evolusi, akan dijelaskan satu per satu secara terpisah dalam artikel yang lain. Sementara itu pada artikel ini, kami hanya akan memberikan “introduction singkat” tentang konsep-konsep yang perlu lo pahami terlebih dahulu, jika lo ingin mengetahui apa itu teori evolusi yang benar
Konsep Genetika & Hereditas
Sebelumnya, keep in mind dulu, konsep genetika dan hereditas belum rampung ketika Charles Darwin menggagas teori evolusi pada tahun 1859. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya 1865 seorang Gregor Mendel melalui eksperimennya dengan 28.000 tanaman kacang polong, menyusun tiga hukum pewarisan sifat yang nantinya akan menjadi tulang punggung teori evolusi.
Seperti apa hukumnya? Singkatnya, sebelum Mendel, orang-orang berpendapat bahwa suatu keturunan adalah percampuran kedua sifat orangtuanya. Misal, bunga merah jika dikawinkan dengan bunga putih maka akan menghasilkan bunga merah muda. Kedua sifat orangtua bercampur menjadi sifat anaknya. Itu adalah pandangan orang kuno yang keliru dan sudah dibantah oleh sains genetika.
Pandangan yang keliru ini terbantahkan oleh hukum-hukum Mendel. Di percobaan Mendel, ketika dua bunga merah muda dikawinkan, selain menghasilkan keturunan warna merah muda, terdapat juga bunga yang tetap berwarna merah dan putih yang rasionya mengikuti aturan dari Hukum Mendel. Hayo ada yang masih ingat pelajaran Biologi SMP tentang hukum Mendel?
Hukum-hukum Mendel menyatakan bahwa ada varian sifat yang diturunkan dari orangtua ke anak, dan masing-masing orangtua menyumbang satu varian sifat. Lalu, jika ada satu varian sifat yang lebih kuat (dominan) daripada yang lain, maka sifat tersebut akan menutup sifat yang lebih lemah (resesif).

Perhatikan bahwa Mendel hanya menyebut secara teoritis bahwa ada varian sifat yang diturunkan. Pada zaman Mendel, belum ditemukan materi atau benda apa yang menentukan pewarisan sifat. Hampir seratus tahun kemudian, barulah manusia tahu bahwa yang diwariskan orangtua adalah masing-masing kromosom yang di dalamnya terdapat GEN yang mewariskan sifat.
Struktur DNA
Pada abad 20, barulah ditemukan materi apa yang bertanggung jawab dalam menentukan pewarisan sifat. Pada tahun 1953, James Watson, Francis Crick, dan Rosalind Franklin, menemukan keberadaan DNA (Deoxyribonucleic Acid), sebuah materi yang menentukan pewarisan sifat keturunan.
Seperti apa sih DNA itu? Kita ambil contoh manusia ya. Manusia itu kan terdiri dari banyak sel tuh, bayangkan lo ambil satu sel aja yang ada inti selnya. Pada inti sel kita bisa lihat untaian untaian yang disebut kromosom. Nah, satu untaian kromosom yang diambil tadi, tersusun dari “serat-serat benang” yang dinamakan DNA. Jadi, kromosom tersusun atas banyak sekali barisan DNA. Manusia seperti kita memiliki 23 pasang kromosom (total 46 kromosom), dimana 23 di antaranya diberikan oleh ayah kita, sementara 23 sisanya diberikan oleh ibu kita.
Tapi ga semua barisan DNA sepanjang kromosom memiliki fungsi. Maksudnya, bisa “diterjemahkan” menjadi karakteristik manusia (warna kulit, bentuk rambut, dll) . Hanya segmen barisan DNA tertentu saja yang bisa dipakai untuk mendefinisikan sifat manusia. Segmen barisan DNA yang bisa mendefinisikan suatu sifat tertentu inilah yang disebut dengan GEN.
Pada satu untai benang kromosom, cuma 3% barisan DNA yang bisa jadi GEN. Sisa barisan yang ga bermakna (97%) disebut dengan “junk DNA (DNA sampah)”. “Junk DNA” bukan maksudnya DNA itu ga ada fungsi atau manfaatnya sih. Walau awalnya disangka non fungsional, tapi banyak temuan baru tentang daerah “junk” ini setelah Human Genome Project (HGP) selesai. Pada point selanjutnya lo bisa memahami salah satu fungsi dan penjelasan kenapa ada banyak banget Junk DNA di kromosom
Jadi, kami rangkum ya: Sifat kita diwariskan oleh masing-masing 23 kromosom yang diberikan ayah dan ibu, yang kemudian saling bertautan menjadi 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Di mana, masing-masing kromosom itu memiliki barisan DNA dan 3% di antaranya adalah DNA yang membentuk sifat kita (warna kulit, bentuk rambut, tinggi badan, dll.)
Apa itu Spesies?
Sebelumnya kan kami sudah bilang, bahwa evolusi terjadi pada level spesies. Lantas spesies sendiri itu apa? Kebanyakan orang awam, mengklasifikasikan binatang berdasarkan namanya saja. Sejak kecil kita tahu berbagai macam hewan dan tumbuhan seperti anjing, kucing, gajah, jerapah, laba-laba, buaya, kupu-kupu, pohon beringin, pohon bambu, dll dari perbedaan bentuk fisik berdasarkan penglihatan mata kita saja. Namun jika kita melihat dari sudut pandang biologi, makhluk hidup itu diklasifikasikan bukan hanya dari bentuk tubuh atau anatominya saja, tapi juga sampai menelusuri perbedaan morfologi, fisiologi, bahkan sampai kemiripan struktur DNA-nya.
Struktur klasifikasi makhluk hidup ini akhirnya dikategorikan pada beberapa level yang kita kenal sebagai taksonomi, dari mulai Kingdom, Phylum, Class, Order, Sub-order/Superfamily, Familia, Genus, Species. Dalam hal ini, spesies adalah tingkatan terbawah dari taksonomi yang merupakan individu yang memiliki identitas unik dibandingkan spesies yang lain. Patokan klasifikasinya darimana? Ya dari dari kemiripan struktur DNA dan urutan basa nitrogen penyusunnya (A, T, G, C) dan juga kemampuan makhluk hidup tersebut untuk menghasilkan keturunan yang fertil di alam bebas.
Contohnya nih, coba lo liat gambar laba-laba Theridion grallator di bawah ini:

Di antara 4 jenis laba-laba itu keliatannya beda banget kan? Mungkin lo berpikir 4 laba-laba ini beda spesies, tapi faktanya keempat laba-laba ini spesies yang sama karena mereka bisa kawin (dan sering kawin) antar variannya itu dan melahirkan keturunan yang fertil alias bisa berkembang biak terus. Sekarang, coba lo perhatikan 3 jenis kukang di bawah ini:
Coba lo liat kukang kalimantan, kukang jawa, dan kukang sumatera itu relatif mirip banget kan? Orang yang ngeliat sekilas mungkin nebak itu spesies yang sama cuma beda corak warna rambutnya saja. Padahal sebetulnya ketiga kukang di atas adalah spesies yang berbeda karena ketiga makhluk ini tidak bisa kawin antar mereka di alam. Nah, proses evolusi jelas hanya bisa terjadi pada tingkat spesies. Karena proses ini harus melalui proses kawin antar individu untuk menjadi spesies baru. Apakah monyet (Macaca fascicularis) mungkin suatu saat nanti berevolusi? Mungkin. Apakah kera bisa berevolusi? Tidak, karena kera bukan nama spesies.
Terlepas dari itu, biar bagaimanapun klasifikasi taksonomi adalah human construct alias buatan manusia untuk menyederhanakan betapa kompleksnya keanekaragaman makhluk hidup dengan jutaan variasi morfologi, anatomi, fisiologi, dan struktur DNA. Jadi spesies sebagai tingkatan akhir dari taksonomi seringkali tidak bisa didefinisikan secara universal.
Mutasi Genetik
Sekarang kita tau bahwa biologi mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan kemiripan struktur DNA, dan juga bahwa semua makhluk hidup tersusun sesuai gen yang terdapat pada inti dari sel. Nah, masalahnya gak semua sel dalam tubuh kita bertahan dari sejak kita lahir sampai mati. Sel-sel penyusun makhluk hidup itu diganti seiring bertambahnya umur. Oleh karena sel lama diganti oleh sel baru, materi genetik di sel lama harus direplikasi menjadi sel baru yang identik agar mempertahankan bentuk atau sifat yang nampak. Misalnya, gen pada sel kulit orang berkulit hitam, akan membentuk sel kulit baru yang kadar melaninnya sama sehingga walaupun selnya tergantikan seiring bertambahnya usia, orang tersebut tetap berkulit hitam.
Most of the time, replikasi DNA dari orangtua ke anak terjadi secara sempurna. Namun, ada saatnya error dalam replikasi terjadi. Nah, perubahan kode pada materi genetik ini yang disebut MUTASI. Hal yang menyebabkan mutasi genetik ini bermacam-macam, mulai dari penyebab natural (Ya, replikasi DNA mungkin salah secara alami), Radiasi UV, logam berat seperti Chromium, Arsenik, dll, Radioactive decay, sinar Gamma, X-ray, dll. Makhluk hidup yang melewati proses mutasi genetik disebut dengan mutant. Makanya kalau di rumah sakit, kita dianjurkan jangan dekat-dekat ke ruangan beradioaktif agar tidak terpapar radiasi yang bisa menyebabkan keturunan kita menjadi mutant.
Proses mutasi genetik ini diketahui pertama kali oleh Thomas Hunt Morgan, di mana ia berhasil memaksakan mutasi pada lalat buah hingga lalat tersebut memiliki sifat baru yaitu mata yang berwarna putih. Again, most of the time, mutasi genetik merugikan bagi suatu organisme, contohnya pada tikus berwarna putih yang membuat dirinya mudah diterkam predator, bebek dengan 4 kaki yang berpotensi cedera dan infeksi, atau pada manusia yang terlahir dengan sel darah merah yang kisut (sickle cell), dll.

Jadi kalo lihat berita ada kambing berkepala dua, bebek berkaki tiga, pohon kelapa yang batangnya bercabang-cabang, jangan buru-buru heboh itu siluman jadi-jadian dari alam gaib dulu ya! Itu semua ada penjelasan ilmiahnya, yaitu mutasi genetik alias replikasi DNA yang salah. Nah, karena mutasi ini hampir selalu merugikan, seringkali mutant tidak sempat bereproduksi alias sudah mati duluan punya keturunan. Tapi, walaupun jarang sekali terjadi, ada saatnya proses mutasi ini dapat menguntungkan si organisme, yang memungkinkan organisme bereproduksi, dan menghasilkan spesies baru. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Jawabannya adalah…
Seleksi Alam
Bagaimana mutasi bisa menguntungkan dan merugikan bagi organisme? “Untung” dan “rugi” dalam konteks ini ditentukan sejauh mana organisme itu bisa bertahan hidup dengan kondisi alam atau lingkungan.
Ada saat ketika mutasi dapat menguntungkan organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap alam. Contohnya, beruang kutub (Ursus maritimus) dan beruang cokelat (Ursus arctos) memiliki nenek moyang yang sama yang berwarna cokelat kehitam-hitaman. Lalu, keturunan beruang purba tersebut mengalami mutasi sehingga warna rambutnya putih. Di ekosistem hutan, hal ini merugikan karena mangsa-mangsa dapat dengan mudah menghindari beruang bewarna putih.
Namun, ketika planet bumi diliputi Zaman Es (110.000 – 11.700 tahun yang lalu), mutasi perubahan warna rambut beruang menjadi putih ini menjadi suatu keuntungan. Di daerah tundra yang bersalju, beruang putih lebih cenderung mampu berburu dan hidup hingga mereka menghasilkan keturunan jika dibanding dengan beruang berwana cokelat. Sedangkan di daerah hutan yang terjadi adalah sebaliknya. Beruang dengan warna gelap lebih diuntungkan dengan beruang yang berwarna putih. Akhirnya beruang yang berwarna putih sukses di daerah yang dingin dan bersalju, sedangkan kerabatnya yang berwarna cokelat sukses bertahan hidup di daerah hutan.

Jadi kebayang ya, alam menyeleksi hasil mutasi gen suatu organisme. Nah kalo semakin banyak sifat yang diseleksi dan mutant terus bereproduksi menghasilkan keturunan yang fertil hingga ribuan tahun sehingga dua jenis organisme menjadi sangat berbeda dan gak bisa melakukan kawin silang, maka terbentuklah spesies baru. Ini yang terjadi pada beruang kutub dan beruang cokelat sekarang, setelah ribuan tahun berpisah habitat dan terjadi banyak banget mutasi yang terjadi sehingga mereka sangat berbeda sampai nggak bisa kawin dan menghasilkan anak yang fertil di alam, akhirnya sekarang kita menyebut mereka sebagai dua spesies yang berbeda, walaupun memiliki leluhur yang sama.
Itulah proses evolusi, ada mutasi yang terjadi secara random dan hasil mutasi tersebut diseleksi oleh alam. Mutant yang berhasil bertahan hidup karena didukung oleh kondisi alam dan berhasil membentuk keturunan fertil dan terus berkembang biak selama ribuan tahun akan menjadi spesies yang baru. Lalu jika beruang kutub merupakan evolusi dari beruang berwarna cokelat, apakah beruang cokelat berarti harus punah? Nggak dong ya, spesies yang lama akan tetap bertahan selama masih bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Evolusi tidak terjadi seperti transformasi Pokemon atau Digimon, simsalabim beruang cokelat berubah jadi putih terus jadi spesies baru, dimana beruang yang cokelatnya jadi punah. Nggak seperti itu ya! 🙂

****
Penjelasan di atas sebetulnya adalah versi yang amat sangat singkat, atau bisa dibilang cuma “introduction” untuk memahami apa itu konsep genetika, hereditas, struktur DNA, seleksi alam, taksnomi makhluk hidup, dll. Jadi kami sarankan, lo jangan berpuas diri dan merasa paling tahu tentang evolusi hanya karena selesai baca artikel ini. Ada masih banyak hal yang perlu lo pelajari untuk bisa benar-benar paham konsep dari teori evolusi. Para ahli Biologi saja membutuhkan waktu puluhan tahun untuk memahami dan menguji ulang kembali konsep-konsep dari teori tersebut.
Di era modern sekarang ini, para ahli biologi mencoba menguji teori ini hingga tingkat akurasi yang sangat detil, bahkan sampai “membedah” bagaimana urutan DNA (A, T, G, C) pada manusa dengan bantuan teknologi, proyeknya sudah berjalan dan dinamakan Genome Mapping Project. Coba deh lo browsing tentang human genome project.
Emang apa sih gunanya teori evolusi untuk kita pelajari?
Di sisi lain, ada banyak sekali aplikasi teknologi dan sains modern yang didasarkan pada teori evolusi, yang rasanya udah sulit sekali dibantah karena manfaatnya udah kita rasakan hampir setiap saat.
Emang apa sisi aplikatif dari teori evolusi yang bisa kita rasakan? Bukannya teori evolusi cuma ngomongin asal-usul spesies aja?
Contohnya nih: Pembuatan serum obat, vaksinasi, rekayasa genetika, analisis bakteri penyakit, perancangan bibit unggul dalam pertanian dan peternakan, dan juga sebagai acuan dalam langkah-langkah konservasi satwa dan lingkungan.
Hal yang ironis adalah banyak orang yang tidak percaya dengan teori evolusi, padahal tanpa mereka sadari, penerapan dari teori evolusi telah menjadi manfaat yang mereka dapatkan bagi kehidupan mereka sehari-hari.
Kalau sebuah konsep ilmiah udah disebut sebagai TEORI, artinya konsep itu telah teruji dan melalui proses verifikasi berulang-ulang kali. Setelah pembuktian hipotesis berulang kali dan hasilnya menyatakan hal yang sama, maka konsep itu disebut dengan teori. Seperti yang digambarkan pada video di bawah ini:
Keterangan sumber:
Fan, Zhenxin; Silva, Pedro; Gronau, Ilan; et all. “Worldwide patterns of genomic variation and admixture in gray wolves” (2016).ncbi.nlm.nih.gov.
Groves, C. P.; Wilson, D. E.; et all. “Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference” (2005). Baltimore: Johns Hopkins University Press.
Darwin, Charles. “The Descent of Man: And Selection in Relation to Sex” (1871). First edition, p. 3. London: J. Murray.
Dawkins, Richard “The Magic of Reality: How We Know What’s Really True” (2011). United Kingdom: Bantam Press.
Morgan, Thomas Hunt; Alfred H. Sturtevant, H. J. Muller and C. B. Bridges. “The Mechanism of Mendelian Heredity” (1915). New York: Henry Holt.
Lindqvist, C.; Schuster, S. C.; Sun, Y.; et all. “Complete mitochondrial genome of a Pleistocene jawbone unveils the origin of polar bear” (2010). Proceedings of the National Academy of Sciences, Volume 107, Issue 11, 2010, pp.5053-5057
Riddley, Matt. “Genome: The Autobiography of a Species In 23 Chapters” (1999). New York: Perennial.
https://evolution.berkeley.edu/evolibrary/article/evo_41
—————————CATATAN EDITOR—————————
Kalo ada yang pengen ngobrol, diskusi, atau bertanya tentang biologi khususnya teori evolusi, silakan bertanya dan ngobrol langsung dengan Glenn dan Dhia pada kolom komentar di bawah artikel ini.
Berarti selama ini yang menyatakan kalo manusia berasal dari kera itu dari siapa ya kak? Hmm ._.a
kayaknya sih beredar secara informal saja di kalangan orang2 yg tidak mengerti apa yg darwin sampaikan, dan main langsung asal kontra dengan pemikiran darwin tanpa memahami maksudnya.
Banyak banget miskonsepsi dari sosok Charles Darwin, lo bisa lihat di sini
https://www.theguardian.com/science/2008/feb/09/darwin.myths
Bukannya kita emg kera ya? mungkin maksudnya kebanyakan orang, berasal dari monyet
Bener kata Glenn, Darwin gak pernah bilang gitu. Gua rasa semua biologists dari jaman dahulu hingga jaman sekarang gak mungkin bilang begitu.
Pernyataan begitu rasanya hanya bisa dibuat oleh mereka yg gak ngerti ilmu evolusi.
orang agamis tuh yg awam sering salah mahamin evolusi
Seperti apa contoh implementasi teori evolusi di bidang ‘computer science’?
salah satu contohnya adalah genetic algorithm, dimana computer meregenerasi sesuatu seperti bentuk sampai sekian iterasi sehingga didapatkan bentuk yang paling sempurna.
contohnya dalam pengembangan algoritma evolutionary computation, dimana algoritma tersebut menjalani action sesuai dengan proses evolusi biologi seperti rekombinasi dan seleksi secara berkesinambungan. Coba deh kamu baca di sini
https://en.wikipedia.org/wiki/Evolutionary_computation
Terima kasih buat referensinya kak, setelah baca jadi keinget kata-kata tutor kece di Zenius Learning, “Dengan belajar berbagai jenis ilmu, kita jadi mendapatkan kerangka berpikir yang bisa dipakai lagi di berbagai bidang lain dalam kehidupan”, kurang lebih seperti itu lah.
Sering-sering posting artikel semacam ini ya zen, selalu mind blowing dan enak buat dibaca. 😀
Terima kasih buat referensinya kak, setelah baca jadi keinget kata-kata tutor kece di Zenius Learning, “Dengan belajar berbagai jenis ilmu, kita jadi mendapatkan kerangka berpikir yang bisa dipakai lagi di berbagai bidang lain dalam kehidupan”, kurang lebih seperti itu lah.
Sering-sering posting artikel semacam ini ya zen, selalu mind blowing dan enak buat dibaca.
Langkah selanjutnya utk penerapan kurikulum tingkat smp dan sma khususnya materi evolusi ini bagaimana? Bahkan guru2 biologi di sekolah pun “mengiyakan” teori evolusi ini yakni seperti yg ada pd textbook yg pemikirannya “sempit” itu, artinya tidak terus terang bahwa konsep evolusi tuh seperti ini loh nak, seperti itu loh, sangat luas. Sehingga kami siswa menjadi terjebak dalam pemahaman yg bisa dikatakan sesat ini. Merasa dibodohin sm sistem pendidikan seperti ini. Ya walaupun memang siswa dituntut utk mencari sumber referensi seluas-luasnya, tapi jika pengantarnya pun demikian, yg diujikannya dalam UKK atau bahkan UN pun demikian, kami harus bagaimana?
Apa kami siswa/i smp dan sma harus terus dibodohi selama puluhan tahun ini? Ataukah para sarjana pendidikan biologi hanya belajar perbandingan leher jerapah dan manusia berasal dari kera saja dalam teori evolusi? Kalau tidak, mengapa murid2 smp dan sma pola fikirnya kebanyakan yg kami (siswa) ketahui hanya sebatas manusia berasal dari kera saja (dalam konteks ini teori evolusi darwin)?
Terima kasih, btw saya kesel zen kenapa saya baru tau informasi ini ketika baru lulus sma;3
Terima kasih juga buat abang2 zenius yg udah sempet nulis artikel singkat ini yg sudah mengubah pola fikir banyak orang nantinya.
Terima kasih atas concern-nya Alwin Maulana.
Sama seperti kamu, kami juga gemas dengan keterbatasan konten pendidikan formal, makanya kami membuat artikel ini untuk meluruskan informasi dan ilmu yg seharusnya didapatkan oleh para pelajar. Para pelajar di luar negeri khususnya di negara-negara maju, sudah menggali penerapan evolutionary biology sampai pada level yg sangat detil, sementara para pelajar kita malah terpapar dengan banyak informasi palsu.
Semoga artikelnya bermanfaat, menambah wawasan, dan jangan berhenti untuk terus belajar ya! 🙂
Gw baru banget lulus SMA, dan sama nyeselnya. Pas kelas 3 ketika belajar mengenai bab evolusi, gurunya mengawali bab dengan pertanyaan “Siapa disini yang percaya teori evolusi” Dan, gw satu satunya di kelas yang mengangkat tangan. Tatapan aneh sekelas tertuju ke gw seakan akan bilang “Beda umat lu” wkwkw. Yah, memang gw orngnya rada beda dari kebanyakan di kelas sih. Tp untungnya, Gurunya gk langsung ngejudge gw salah, dia nanya dulu “Kenapa percaya sama teori evolusi?” Alasan gw percaya sama teori evolusi, sebenernya bukan karena gw pernah mempelajari lebih dalam atau mencari tahu kebenaran tentang hal ini, cma pernah liat video zenius dari sabda yang menjelaskan sedikit tentang evolusi, https://www.zenius.net/lp/c2031/special-physics-exploration-i, karena sabda yang ngomong gw percaya. Akhirnya gw jelasin menurut pemahaman gw dari apa yang sabda bilang. Dan, karena waktu itu pemahaman gw minim banget. Orang orang cma bereaksi “Udh dia mah emang suka beda sendiri” dan gk terlalu menanggapi apa yg gw jelasin.
Sehingga, Gw sama keselnya karena baca artikel ini setelah lulus serta kurangnya eksplorasi gw saat itu mengenai teori evolusi. Kalau gw dulu ekplor lagi mungkin setidaknya bisa mengubah pandangan temen temen kelas gw mengenai teori evolusi ini.
Tapi, inilah kenapa gw suka zenius, bikin ketagihan XD Thanks zen.
Hmm… Coba deh cek video yang dibagian
Home SMA SBMPTN SBMPTN – Paket Ujian TKPA SBMPTN – TPA (Tes Potensi Akademik) Basic Thinking and Reasoning Skills BAB 3B – Inductive Reasoning – Soal – 02 No.5-8
Kalo lo jeli ada yg salah walaupun keciiill.
makasih koreksinya, nanti kita agendakan untuk diperbaiki.
Teori evolusi hanyalah teori, begitu pula teori relativitas umum, relativitas khusus, dan mekanika quantum hanyalah teori. Siapa juga yang butuh semua teori itu jika kita memiliki Tuhan?
Kita tidak bisa menyebut “hanyalah teori”
Jika konsep ilmiah udah disebut TEORI, artinya konsep itu telah teruji dan melalui proses verifikasi berulang-ulang kali. Setelah pembuktian hipotesis berulang kali dan hasilnya menyatakan hal yang sama, maka konsep itu disebut dengan teori.
Teori adalah salah satu tahapan tertinggi dalam kajian ilmiah yg menjadi patokan banyak aplikasi sains dan teknologi yg manfaatnya kita rasakan sehari-hari.
Mau menambahkan aja, salah satu langkah yang penting dalam perjalanan sebuah konsep menjadi teori adalah PEER REVIEW atau peninjauan oleh rekan sejawat. Peer Review adalah langkah yang sangat penting dalam dunia sains.
Seperti yang disebutkan Glenn, ketika seorang ilmuwan mengemukakan konsep dan penelitiannya, ia harus siap mempresentasikan hasil penelitiannya kepada ilmuwan-ilmuwan lain. Ia harus mau mempublikasikan hasil penelitiannya pada portal yang netral (bukan di website buatan sendiri saja). Ia harus siap hasil penelitiannya itu di-review dan diuji berulang kali oleh ratusan hingga ribuan ilmuwan lain dari berbagai negara dengan banyak variasi kondisi. Jika selama bertahun-tahun hasil penelitian tersebut tetap terus terbukti oleh hasil uji ilmuwan lain atau perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, barulah hasil penelitiannya bisa menjadi sebuah TEORI.
Itulah mengapa Glenn bilang, “teori adalah salah satu tahapan tertinggi dalam kajian ilmiah”.
Mungkin berawal dari 1 orang yang mencetuskan, tapi butuh pengujian bertahun-tahun oleh ribuan orang ahli, barulah sebuah konsep bisa disebut TEORI.
pengetahuan subjektif, lalu di publikasikan mendapat kritik tambahan dll, direformulasikan, disepakati dan jadi pengetahuan objektif bagi kelompok itu, balik lg jd pengetahuan subjektif dan terus berulang :v
Well, kalau gue sih mencoba dengan rendah hati bakal bilang, “Ya, gue butuh.”
Karena gue butuh vaksin, antibiotik, obat-obatan, dll yang menjadi terapan teori tsb. Gue rada sangsi lo ga butuh hal-hal tsb.
Bahkan kalau seandainya teori itu ternyata tidak dapat diaplikasikan menjadi sesuatu yang berguna, gue bakal seneng banget bisa tau bagaimana alam bekerja, dan tentunya menerima, apa itu definisi teori dan bagaimana teori bisa disebut teori.
Ya, lu benar, gw butuh semua teknologi tersebut. Sebetulnya alasan gw nulis komentar ini untuk menyindir orang-orang yang menjadikan Tuhan sebagai jalan pintas dalam menjelaskan fenomena Alam.
Kenapa gw bawa-bawa Tuhan? Karena kebanyakan orang yang gw temui dan menolak teori evolusi kebanyakan menggunakan agama sebagai argumennya
Dan sialnya mereka seagama dengan gw, gimana gw gak malu?
Tapi bukannya pada akhirnya secara biologis valid ya kalo misal ada pernyataan “manusia modern berasal dari ‘sebangsa kera’ purba”, yang kalo dirunut lebih jauh lagi possibly nenek moyangnya adalah sebangsa monyet, kemudian sebangsa reptil, amfibi, ikan, dst?
Oiya zen, sebenernya manusia masih bisa disebut sebagai kera (kayak orangutan, bonobo, dan primata tak berekor lainnya) nggak sih? cmiiw
Iya, bisa dibilang begitu. Jadi akuratnya bukan manusia berasal dari kera yg ada sekarang.
Tapi manusia dan kera-kera jaman skrg memiliki leluhur yg sama (common ancestor). Nah, si common ancestor ini kalo diliat secara morfologi emang lebih mirip kera-kera jaman sekarang.
Yup, manusia (spesies: Homo sapiens (italic)) ADALAH kera (super-family: Homonoidea) ???
TFI Zen…
Sepertinya Zenius sengaja tidak mengatakannya secara langsung agar tidak ada sekelompok orang yang merasa keyakinannya diserang
jadi sebuah spesies itu baru dikatakan berevolusi jika mengalami mutasi yang menguntungkan yang nantinya menghasilkan spesies yang berbeda?
betul, tapi proses pemisahan menjadi spesies baru itu lama banget, ga mungkin terjadi dalam 2-3 generasi, melainkan bisa ribuan tahun melewati ribuan generasi.
jadi menurut lo pribadi gimana bang, manusia itu hasil dari evolusi spesies kera purba atau memang jenis spesies pertama dan sampai saat ini belum berevolusi?
dalam sains itu tidak ada “menurut saya pribadi”, yang ada menurut fakta ilmiah & menurut bukti perhitungan matematis.
menurut sains, spesies yg kompleks tidak tiba2 muncul begitu saja, pasti hasil evolusi dari makhluk hidup sebelumnya.
Apakah ada batasan spesies untuk berevolusi? misalnya apakah bisa dari organisme uniseluler berevolusi menjadi spesies yg lebih kompleks?
bisa aja, uniseluler berevolusi jadi multiseluler, kuncinya sih mutasi gen nya
organisme uniseluler tidak akan langsung menjadi organisme multiseluler yang kompleks. Ada proses transisi jutaan tahun, dimana hal itu dijembatani oleh proses evolusi berulang-ulang kali.
Istilah “mitasi menguntungkan” agak kurang akirat sih bro.
Tepatnya mutasi yg bikin organisme tersebut survive di lingkungannya.
Contohnya nih bro, sickle cell anemia, bisa dibilang secara objektif sebagai mutasi yg gak menguntungkan karena sel darah merahnya jadi gak efisien buat ngangkit oksigen dan sari makanan.
Tapi, di Afrika, di mana malaria rawan banget, orang cacat yg sel darah merahnya sickle cell jadi lebih survive daripada kita yg normal.
Jadi intinya, menguntungkan ≠ bikin lo survive sampe menghasilkan keturunan.
Lo bisa cek lebih lanjut soal solickle cell anemia di internet
iya bro, maksudnya menguntungkan disini tuh = yg bikin survive di lingkungannya kaya penjelasan Bang Glen diatas
Bagi gue, pertanyaan “jika manusia itu berasal dari kera, lalu kenapa masih ada kera pada masa ini?” Jika dipelintir dikit bisa berubah jadi kaya begini “jika pohon mangga itu hasil evolusi lumut, kenapa masih ada lumut pada masa ini?”. Dan itu pertanyaan yg sangat konyol, karena dengan adanya lumut dimasa ini itu udh membuktikan kalau evolusi lumut jadi pohon mangga gk memusnahkan si lumut tadi.
mungkin mereka yang belum mengerti berpikir bahwa evolusi itu semacam transformasi atau metamorfosis seperti pokemon kali ya? Hahaha…
bener itu bang glen, kalo diamati lebih detail opini mereka2, memang mengerucut ke pokemon sih. dari dulu gw kepikirannya, jangan2 ni orang kebanyakan nonton pokemon waktu kecil
Makasih ya Min infonya, ngebuka pikiran banget nih. Gw gak tau, mungkin kalo belum baca artikel ini bakal masih mikir kalo Teori Darwin sesempit itu (walaupun gw harus bnyk baca lagi). Ini masih 1 dari beberapa pelajaran yang melenceng di kurikulum kita ya kali. Mirisnya, gue inget banget pas belajar Sejarah (IPS) Bab manusia purba, itu kan ada bahas Teori Darwin juga, berarti Teori ini gak ‘stuck’ di Biologi aja, bahkan ngerentet di cabang ilmu lain di pendidikan kita. Sedihnya lagi, guru sejarah gw juga percaya banget tentang Teori Darwin dalam artian sempit ini.Terus kalo di Sejarah, dia itu ngebahas yang teori ‘missing link’ dikait”in sama Evolusinya Darwin yg dari Homo Sapiens.
Intinya, berarti generasi” pendidikan kita terdahulu udah ‘teracuni’ sama beberapa ilmu yang kurang diserap gini. Masa iya sih generasi berikutnya mau juga, atau bahkan adik” kita masih mau dicekokin sama salah satunya Teori Darwin yg kita salahin persepsi. Hmmmm….
Hi Wildan, makasih juga ya udah baca.
Betul itu bro, fenomena evolusi ini menarik dan luas banget, makanya selain di biologi, evolusi dikaji juga di banyak bidang studi lainnya, contohnya: Kimia, Geologi, Antropologi, Psikologi, Sejarah, dll.
Meluruskan persepsi tentang Teori Evolusi emang penting banget, jadi if you like this stuff, don’t hesitate to spread the word ??
Ini semua berkat Harun Yahya. Anak SMA nonton lihat negara asalnya aja dah silau duluan. Kkkkk
dari https://www.theguardian.com/science/2008/feb/09/darwin.myths yang aku tangkap bahwa Darwin said that monkeys, apes and humans must have a common ancestor because of our great similarities compared to other species. bagaiman pendapat kakak glenn?
Kalo ditinjau dari perkembangan ilmiah saat ini, berdasarkan genome mapping, kemiripan struktur morfologi, anatomi, dan fisiologi, diduga kuat manusia dan primata lainnya memang memiliki nenek moyang yang sama.
https://en.wikipedia.org/wiki/Darwinius
jadi faktor yang membuat terjadinya evolusi itu apa? apakah habitat tempat hidupnya? atau karena perkawinan silang? gue masih bingung bang.
Sederhananya Evolusi = Mutasi genetik yang didukung oleh seleksi alam dimana prosesnya berlangsung dalam periode yang sangat lama (bisa ribuan bahkan jutaan tahun)
Bnyk yg ngira “teori” itu kyak step bkin telor dadar.. scra “teori” dr nenek moyang, telor dikocok pakek sendok lalu goreng.. lalu mereka bilang “itu kan teorinya, praktiknya beda, bisa aja telornya diblender”, misalnya.
Teori ILMIAH itu beda sm konsep “teori” telor dadar itu.. definisi teorinya bukan sprti “lain teori lain praktik”. Beda… Sdgkn utk memastikan sebuah teori itu diuji dgn bnyk tahapan trmasuk praktik yg berulang2 dgn berbeda2 ilmuan biar data dan hasilnya bner2 akurat smpe hal tsb bs dikatakan sebuah teori…
Begitu kali ya.
Halo Kak!!
Aku mau tau pandangan kakak-kakak mengenai sanggahan dari Adnan Oktar aka Harun Yahya yang disinyalir telah mematahkan teori evolusi Darwin dooong! Hehe
Terima kasih, Kak!!
terima kasih mimin atas tulisannya yang ringkas soal kesalahpahaman dalam teori evolusi. saya akan gunakan apabila ada teman2 yang masih salah paham dalam memahami teori evolusi. ?
Agak kacau untuk proses mutasi pada beruang yang mengakibatkan perubahan warna menjadi putih dati sebelumnya coklat dan kebetulan diuntungkan dengam lingkungan es yang mudah untuk berburu.
Namun sama2 masih beruang hanya mutasi dengan atribut warna bulu saja menjadi putih kok bisa punya daya tahan hidup di habitat es selama ratusan tahun yang normalnya habitat di hutan?mohon jawabannya
Kalo bulunya putih dan daerahnya putih (salju), beruang akan sulit ketahuan sama mangsanya.
Tapi kalo yg warna putih tinggal di hutan bakal keliatan jelas sama mangsanya kalo ada beruang, mangsanya bisa kabur atau sembunyi, akibatnya ga makan dan ga survive.
Jadi beruang putih akan lebih diuntungkan di lokasi salju, dan beruang hitam akan lebih diuntungkan di lokasi hutan.
Kak, aku pernah denger ada hewan yang namanya liger. Itu katanya kan perkawinan silang antara singa (lion) dan macan (tiger) kalau itu gimana kak? Apa keturunannya bakal fertil? Makasih kak
Harimau dan singa bisa memilki keturunan bersama namun keturunan mereka tidak fertil sehingga harimau dan singa adalah dua spesies yang berbeda
betul, memang singa dan harimau bisa kawin silang, namanya liger. tapi bukan berarti itu melahirkan spesies baru karena anak hasil perkawinan silang itu tidak fertil (tidak bisa punya keturunan)
Tapi ka, aku pernah denger soal Peter dan Rosemary Grant yang menemukan terjadinya spesiasi di salah satu pulau di kep Galapagos. Di pulau itu mereka menemukan hibrid dari medium ground finch dan cactus finch. Yah hampir mirip dengan liger begitulah. Hasil kawin silang dari dua spesies yang berbeda. Nah si hibrid ini kawin sama finch lokal terus punya anak. Grants couple pun ikut keturunan ini selama 28 thn. Tapi setelah 4 generasi pulau tempat mereka meneliti itu kena kekeringan, jd byk burung2 finch yg mati. Sisa dri keturunan hibrid ini tinggal 2 ekor, trus mreka kawin deh. Sekarang mereka jadi spesies tersendiri yang cma kawin dgn spesies mrk sendiri. Walaupun yah ini kejadian yg sangat langka.
Wah. Menarik sekali ya
jadi nenek moyang manusia itu siapa bang?
Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa
Kak Glenn, sorry bgt ini rada out of topic tapi yg gue liat2 di berita SBMPTN bakal dihapuskan dan diganti dengan Test Center gitu kak. Sebagai pejuang PTN 2019 paniklah gue denger kabar itu. Menurut kakak Test Center itu apa sih dan bedanya dengan SBMPTN. Klo bisa kak sekalian jelasin sistem penilaiannya, berubah atau sama kyk SBMPTN 2018. Makasih ya kak, gue tunggu artikel yg bahas hal ini.
baru rencana. liat aja kedepannya jadi apa gak
Artikelnya terlalu bertele-tele dan tidak menjawab pertanyaan nya. Malah bilang ilmunya terlalu ribet untuk dijelaskan.
Kalau lu tidak mengerti secara sederhana, maka lu tidak cukup paham(einstein)
Misal gini, ada pasien mau nanya ke dokter kenapa antibiotik tidak boleh sembarangan digunakan? Apakah dokter bakal jawab waduh jawabannya panjang lebar bu. Sebelum kita tau mekanisme resistensi antibiotik kita perlu mengetahui apa itu bakteri, mekanisme kerja antibiotik dll. Padahal bisa dijawab dengan analogi sederhana. Apakah manusia berasal dari kera? Jawabannya sederhana manusia dan kera dari nenek moyang yang sama. Ada yang berevolusi jadi Gorilla, monyet, simpanse dll. That’ it .Simple, to the point dan jawab pertanyaan langsung tidak nakutin bahwa harus ada pendalaman lengkap. Pendalaman oke perlu tapi tidak menutup orang awam ataupun disiplin ilmu yang lain buat memahami.
Halo Yunandar, terima kasih atas komentarnya.
Sebelumnya perlu saya tekankan bahwa artikel ini memang tujuannya bukan untuk menjawab pertanyaan apapun. tapi (sesuai dengan judulnya) bertujuan untuk menguraikan berbagai pandangan yg keliru terkait teori evolusi.
jika ingin dirangkum sederhana, sebetulnya mudah saja. saya bisa menyederhanakan :
Evolusi = mutasi genetik + seleksi alam.
Saya juga bisa dengan mudah menyatakan bahwa manusia diduga kuat memiliki common ancestor dengan primata lainnya.
Tapi apakah audience pembaca akan menerima penjelasan seperti itu? Saya rasa tidak.
Saya lebih suka mengajak pembaca untuk ikut terlibat dalam proses berpikir dan mengambil kesimpulan bersama-sama, daripada menyuapi mereka dengan pernyataan sepihak.
Makanya rata2 buku sains populer yg menjelaskan “what is Theory of Evolution” itu sekitar 400-600 halaman. Karena utk menjelaskan pada orang awam, tetap saja mau tidak mau kita harus memberi pengertian apa itu konsep mutasi, seleksi alam, genetika, dan segala bentuk turunannya.
Jadi panjangnya artikel ini sudah versi yg super ringkas. 🙂
“Saya juga bisa dengan mudah menyatakan bahwa manusia DIDUGA kuat memiliki common ancestor dengan primata lainnya.”
kenapa diduga? Jadi untuk kasus common ancestor ini masih perlu dikaji lebih dalam lagi ya min, hingga akhirnya mungkin dimasa depan dapat ditemukan bukti2 lain yg lebih kuat ?
Mohon dijawab
Karena gak ada kepastian dalam sains, dan kita gak menyaksikan secara langsung proses tersebut. Bukan berarti kurang bukti. Coba cerna kalimatnya deh. Di situ dia bilang “diduga kuat”. Berarti walaupun cuma sekedar dugaan, bukti kuat yang ada saat ini mendukung dugaan tersebut.
Sama aja kayak kalo polisi nangkep tersangka, tersangka itu diduga secara kuat melakukan tindakan kejahatan. Polisi gak perlu menyaksikan secara langsung kejadian tersebut, cukup menyimpulkan dari bukti yang ada.
Kalo seandainya di masa depan ada bukti baru yang bertentangan dengan dugaan tersebut, maka dugaan tersebut harus di revisi dan ditinjau ulang. Namun selama belum ada bukti yang bertentangan, dan ada banyak bukti yang justru mendukung dugaan tersebut, maka dugaan tersebut termasuk dugaan kuat dan kemungkinan besar dugaan tersebut benar.
Begitu pula dalam kasus common ancestor ini. Saat ini ada banyak bukti yang mendukung kasus common ancestor, dan belum ada bukti yang bertentangan. Jadi kemungkinan sangat besar, dugaan tersebut benar
Halo zen, nice to read this article, emang sih zen kalo bikin artikel bisa membawa pembaca untuk berpikir dan isi artikel yang dikemas dengan ringan, tapi gue mau nanya niih kasih tips dong gimana cara kita mencari artikel atau sumber bacaan seperti ini di media yang lain, I mean kayak gimana cara author blog zenius bisa dapetin insight itu dan bisa dikonversi jadi konten artikel kayak gini,
Halo Rizqi, terima kasih atas apresiasinya. Untuk saya pribadi, memahami suatu konsep adalah proses akumulasi belajar bertahun-tahun. Jadi bukan membaca 1-2 buku atau hanya menonton 1-2 video dokumenter sains lalu kemudian kita bisa menulis atau mengemas kembali topik itu dengan tulisan kita sendiri. Perlu ada proses pembelajaran dalam setidaknya 4-5 buku untuk melihat polanya dan kemudian bisa kita kemas lagi
saya pribadi gemar mempelajari sains dan membaca buku sejarah sejak masa-masa SMA dan kuliah. Co-author saya Dhia juga mempelajari sains sejak jaman SMA, kuliah jurusan sains, dan saya tahu betul dia membaca banyak buku dengan tema sains, khususnya biologi.
sebagai referensi awal, kamu bisa mencoba membaca buku:
– Genome by Matt Ridley
– What is Evolution by Ernst Mayr
– the Growth of Biological Thought by Ernst Mayr
– Selfish Gene by Richard Dawkins
Tapi kenapa proses evolusi manusianya ga dibahas. Oh iyh kenapa juga teori evolusi ga naik tingkat jadi hukum. CMIIW
Teori dan Hukum adalah dua hal yang berbeda. Dan tidak ada ceritanya Teori bisa naik tingkat jadi hukum. Karena Hukum tingkatannya tidak lebih tinggi dari Teori Ilmiah.
Teori dan Hukum adalah 2 kategori yang berbeda. Bedanya kalo hukum itu adalah upanya pembuktian secara matematis. Sementara kalau teori itu adalah hasil dari eksperimen yang berupaya menjelaskan “mengapa hal itu bisa terjadi”.
Contohnya, hukum newton itu adalah pembuktian matematis untuk menghitung gravitasi. Tapi mengapa itu bisa terjadi? “Mengapa”-nya itu dijelaskan dengan teori relativitas Einstein.
Hukum Newton dan teori Relativitas Einstein sama-sama telah teruji berkali-kali dan belum terpatahkan sampai hari ini.
Begitu juga dengan teori evolusi, teori ini berupaya menjelaskan “mengapa makhluk hidup beranekaragam”. Teori ini juga sudah teruji berulang kali dalam eksperimen dan hasilnya belum terpatahkan sampai hari ini.
Glenn, mau sedikit koreksi bagian AUTHOR: GLENN & DHIA. Itu kayaknya ada yang salah ketik deh, kenapa ada nama Wisnu di sana?
zen, rekomendasiin buku lanjutan untuk paham evolusi lebih dalam dong, jelasnya setelah baca selfish gene sama blind watchmaker sih…
Loh, di artikel ini genetic drift/hanyutan genetika belom dibahas yah?
Intinya tetap Allah lah yang menciptakan segala sesuatu.
jadi… manusia itu menurut admin bukan keturunan Nabi Adam ya? tapi hasil evolusi dari apes?