Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 89

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah

Udah kenal belum sama Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah? Apa yang udah dilakukan Herodotus, sampai akhirnya sejarah ada di dunia? Yuk, baca selengkapnya!

Jujur ya, waktu gue SMP sampai SMA, sejarah jadi mata pelajaran yang bikin gue overthinking dan mager. Tiap gue baca materi sejarah di buku paket atau LKS, rasanya kayak banyak … banget materinya.

Elo ngerasain gitu juga nggak, sih?

  • Iya banget
  • Nggak kok, I love Sejarah

Mempelajari materi yang isinya ngebahas masa lalu melulu bikin gue bertanya-tanya, “Siapa sih yang pertama kali ngide bikin mata pelajaran Sejarah? Gue aja ingin ngelupain masa lalu. Dianya justru fokus ngomongin masa lalu.”

Ternyata, mata pelajaran Sejarah nggak tiba-tiba ada gitu aja di kurikulum sekolah. Emang, ternyata ada sosok dari zaman kuno yang pertama banget jadi pencetus ilmu sejarah, sampai akhirnya seluruh siswa di dunia belajar sejarah!

So, kali ini, gue akan ngobrolin tentang biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah. Mengapa Herodotus bisa terpikirkan apa itu sejarah? Motivasinya apa coba?

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 90

Patung Herodotus di parlemen Wina, Austria. (Dok. Pixabay/Morhamedufmg)

Alt text: Patung Herodotus, Bapak Sejarah yang sedang duduk dengan gulungan kertas di tangannya.

Yuk, langsung aja gue kenalin.

Kehidupan Awal Herodotus [HEADING 2]

Sejak kecil, Herodotus adalah anak yang suka kepo. Semua bermula dari kelahirannya di kota Halicarnassus, Yunani, pada tahun 484 Sebelum Masehi (SM). Kalau sekarang, Halicarnassus ada di kota Bodrum, Turki.

Terus, apa hubungannya kota kelahiran Herodotus sama bibit kekepoannya?

So, Halicarnassus dulunya adalah wilayah yang bernama Caria, wilayah kuno yang berada di barat Asia Kecil (sekarang disebut Turki). Wilayah ini juga jauh dari kota-kota di Yunani lainnya, dan jadi wilayah kekuasaan Persia. Hal ini bikin Halicarnassus jadi kota blasteran, wilayah dari berbagai campuran budaya.

Mengutip All About History Magazine, Christopher Baron, profesor klasik di University of Notre Dame, menyebut posisi Halicarnassus yang unik itu membentuk Herodotus menjadi sosok yang punya rasa ingin tahu yang besar. Dia suka belajar langsung dari lingkungannya, ngobrol sama tetangga-tetangga, dan mendengarkan cerita mereka.

Selain itu, Herodotus adalah sosok yang menyukai karya sastra. The Iliad and the Odyssey (1581) karya Homer, penulis hits era Yunani Kuno, jadi salah satu puisi epik yang dibaca Herodotus.

Puisi itu nyeritain tentang Perang Troya, salah satu perang terbesar dalam mitologi Yunani Kuno. The Iliad and the Odyssey jadi salah satu alasan Herodotus tertarik tertarik sama masa lalu Yunani dan menginspirasi dia buat menulis.

Btw, kalau elo juga sama keponya dengan Herodotus tentang cerita masa lalu Yunani Kuno, elo bisa baca Peradaban Yunani Kuno, Peninggalan, dan Hasil Kebudayaannya.

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 91

The Iliad and The Odyssey karya Homer. (Arsip Zenius, Dok. Creative Commons/Henry Moses/https://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/deed.en)

Alt: The Iliad and The Odyssey merupakan puisi epik karya Homer.

Di balik kecemerlangan pribadi Herodotus, keluarga Herodotus punya masalah sama pemimpin Halicarnassus waktu itu, Lygdamis II. Soalnya, keluarga Herodotus menentang Lygdamis II yang sewenang-wenang sama rakyatnya.

Waktu Herodotus berusia sekitar 27 tahun, Lygdamis mengasingkan keluarga Herodotus ke Pulau Samos, Yunani. Herodotus juga otw ke sana dan nyari perlindungan.

Baca Juga: Sejarah Demokrasi – Gimana sih Demokrasi Athena Zaman Yunani Kuno?

Perjalanan Herodotus Menemukan Sejarah [HEADING 2]

Waktu hidup di Pulau Samos, Herodotus banyak belajar tentang Yunani. Salah satu hal yang paling bikin dia penasaran adalah Perang Yunani-Persia (499-448 SM). Perang Yunani-Persia adalah perang yang terjadi antara Kekaisaran Persia dan beberapa negara kota di Yunani. Perang ini nggak berhenti-berhenti, sampai akhirnya Yunani berhasil bikin Persia kalah.

Namanya juga punya bibit kepo sejak lahir, ye kan. Apalagi, Herodotus juga suka sama cerita masa lalu Yunani sejak baca karya-karya sastra tentang peperangan. Herodotus jadi penasaran, “Kenapa sih negara gue dulu ngabisin waktu 50 tahun lebih buat perang sama Persia? Awalnya kenapa coba? Kok bisa Yunani akhirnya ngalahin Persia yang segede itu?”

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 92

Ilustrasi perang Yunani-Persia. (Arsip Zenius)

Alt: Perang Yunani-Persia.

Waktu nyari karya sastra yang membahas Perang Yunani-Persia, Herodotus nggak puas. Nggak ada karya penulis sebelumnya yang menjelaskan alasan terjadinya perang. Mereka cuma nyeritain beberapa potongan cerita, itupun nggak utuh. 

Jadinya, Herodotus punya ide. Dia ingin mencari jawabannya sendiri dengan skill yang udah dia punya sejak kecil: berkeliling dan tanya ke orang-orang. Herodotus mantap buat keliling dunia dan nyari cerita utuh tentang perang Yunani-Persia. Tujuan utamanya adalah biar cerita masa lalu tentang nenek moyangnya nggak terputus gitu aja.

Perjalanan Herodotus pun dimulai. Dia pergi mengelilingi kawasan Mediterania, dari satu wilayah ke wilayah lain yang pernah dikuasai Persia dan disinggahi para perantau Yunani. Dia traveling ke Mesir, Palestina, Suriah, Babilonia, Byzantium, sampai Makedonia.

Elo bisa lihat peta wilayah pengembaraan Herodotus di bawah ini.

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 93

Wilayah pengembaraan Herodotus. (Dok. Arsip Zenius, Wikimedia Commons/Bibi Saint-Pol, Public Domain)

Alt text: Herodotus berkeliling wilayah Mediterania untuk mencari penyebab Perang Yunani-Persia.

Nah, selama singgah ke sana ke mari, Herodotus melakukan penyelidikan informasi dengan cara otopsi.

“Maksudnya, dia membedah tubuh mayat gitu?”

Nggak gitu konsepnya. Dalam bahasa Yunani, otopsi berarti pertanyaan pribadi. Mengutip History, Herodotus melakukan wawancara ke orang setempat yang kotanya disinggahi. Kebanyakan dari mereka adalah saksi perang Yunani-Persia.

Herodotus bertanya dan mencatat cerita-cerita mereka. Yang didapat Herodotus pada akhirnya nggak hanya tentang perang aja, tetapi juga mitos dan legenda di tempat tersebut.

Selain dari wawancara, Herodotus mencatat hasil pengamatannya terhadap tempat atau hal-hal yang dilihat, seperti prasasti atau bangunan bersejarah yang dia temukan. Hasilnya, Herodotus belajar banyak tentang tradisi, budaya, politik, dan rakyat wilayah yang didatangi, meskipun nggak ada hubungannya dengan perang Yunani-Persia.

Meskipun begitu, Herodotus nggak percaya sama kebanyakan cerita yang dia rasa nggak masuk akal. Herodotus tetap memilah informasi yang dikiranya akurat dan masuk akal.

Contohnya, setelah dapat berbagai informasi dari Mesir, Herodotus pergi ke kuil-kuil di Tirus, Lebanon, buat menanyakan keakuratan informasi yang udah diperoleh. Setelah dapat verifikasi dari cerita yang didengar, baru Herodotus masukin ke catatannya.

Setelah jadi musafir yang nomaden selama bertahun-tahun, Herodotus pulang dan pindah ke kota Thurii, Italia, sekitar tahun 447 SM. Di Thurii, Herodotus rehat dan menyelesaikan catatan perjalanannya.

Seluruh catatannya kemudian menjadi sebuah buku yang berjudul Historia. Dalam bahasa Inggris, karyanya dikenal sebagai Histories.

Nama bukunya inilah yang jadi cikal bakal istilah “sejarah”. Di Yunani, History artinya “penyelidikan” atau “investigasi”. So, pengertian sejarah menurut Herodotus meliputi penyelidikan kritis tentang sebab-akibat peristiwa di masa lalu, yang digambarkan dalam Histories.

Baca Juga: Biografi Johann Winckelmann – Bapak Sejarah Seni dan Arkeologi Modern

Apa Itu Peradaban dan Bagaimana Ada Peradaban Manusia? | #ZeniusUntukSemua

Tentang Histories, Mahakarya Herodotus [HEADING 2]

“Ini adalah tampilan penyelidikan Herodotus dari Halicarnassus, sehingga hal-hal yang dilakukan oleh manusia tidak dilupakan pada waktunya, dan perbuatan-perbuatan besar dan menakjubkan oleh orang Hellenes (Yunani) dan orang barbar tidak kehilangan kemuliaan mereka, termasuk penyebab mereka berperang satu sama lain.” – Herodotus dalam prolog Histories, mengutip Perseus Digital Library Project.

Begitulah kalimat yang ditulis Herodotus sebagai pembuka Histories. Tema besar dari pemikiran dan hasil karya Herodotus tersebut adalah naik-turunnya nasib bangsa Yunani dan Persia waktu itu, baik kebangkitan maupun kejatuhan mereka.

Namun, nasib dua bangsa itu diceritakan nggak semata-mata takdir Ilahi seperti cerita ala-ala penulis Yunani Kuno sebelumnya. Cara berpikir sejarah Herodotus lebih mengarah pada cerita dan hasil analisis yang dia dapat dari informasi yang udah dikumpulkan.

Terus, gimana isi Histories?

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 94

The Histories, karya Herodotus yang menjadi cikal bakal ilmu sejarah. (Dok. goodreads.com)

Alt text: The Histories karya Herodotus.

Histories terdiri dari sembilan buku. Empat buku pertama ngebahas tentang sejarah, deskripsi geografi, dan struktur sosial Kekaisaran Persia. Herodotus nyeritain gimana awal mula Kekaisaran Persia, karakteristik kepemimpinan para penguasanya, negara mana aja yang pernah ditaklukkan, sampai adat istiadat dan karakter rakyat Persia.

Pada buku kelima, Herodotus mulai membahas awal mula pemberontakan negara-negara kota di Yunani kepada Persia pada tahun 499 SM. Ini jadi awal mula Pertempuran Marathon, yang terjadi di wilayah Marathon, dekat Athena, Yunani.

Selanjutnya, mengutip New World Encyclopedia, buku keenam nyeritain serangan Persia untuk pertama kalinya ke Yunani. Di bawah pemerintahan Raja Darius, Persia balas dendam sama rakyat Iona Yunani yang udah melakukan pemberontakan ke Persia.

Namun, serangan itu justru bikin Persia kalah dari Pertempuran Marathon pada 490 SM.  Raja Darius terbunuh dalam perang itu.

Tiga buku terakhir ngebahas tentang upaya raja Persia selanjutnya sekaligus anak Darius, Xerxes. Dia balas dendam atas kekalahan Persia di Marathon. Xerxes pun menyerang Yunani. Serangan itu berakhir pada tahun 479 SM, di mana pasukan Persia lagi-lagi kalah. 

Selain ngomongin Perang Yunani-Persia, Herodotus juga memasukkan cerita lain, seperti budaya dan masyarakat di negara-negara yang udah didatangi, keajaiban buatan manusia (kayak piramida di Mesir), sampai kondisi alam di sungai Nil.

Kalau elo juga kepo tentang hal-hal yang berkaitan sama Mesir Kuno, elo bisa baca Peradaban Mesir Kuno dan Peninggalannya – Materi Sejarah Kelas 10

Dalam Histories, Herodotus menekankan pesan moral kalau dia percaya sama “karma” Ilahi; orang yang terlalu sombong, kejam, dan membanggakan kekuasaannya akan jatuh pada akhirnya.

Semua itu ditulis Herodotus dengan gaya penulisan yang mendongengi pembacanya. Herodotus juga membacakan Histories ke warga sekitar. Dia memposisikan diri sebagai bestie pendengarnya, bukan dosen yang lagi nyeramahin mahasiswa.

Jadinya, cerita Histories mulai menyebar, nggak hanya di wilayah sekitar Herodotus aja. Inovasi Herodotus dengan membawa metode otopsi untuk pertama kalinya dalam karya sastra bikin Histories jadi terobosan penting dalam dunia sejarah Barat era Yunani Kuno.

Baca Juga: Patung Sphinx, Peninggalan Peradaban Mesir Kuno yang Terkenal

Herodotus Dianggap sebagai Bapak Kebohongan [HEADING 2]

Meskipun Histories jadi hits setelah Herodotus mempopulerkannya, feedback pertama yang didapat Herodotus justru adalah sebutan “Bapak Kebohongan” buat dirinya.

“Udah capek keliling dunia sambil nulis bertahun-tahun, kok malah disebut pembohong?”

Mengutip World History, sebutan itu bermula dari orang-orang Athena. Mereka nggak percaya sama kredibilitas catatan perjalanan Herodotus.

Contohnya adalah tulisan Herodotus tentang semut seukuran rubah yang menggali emas di Himalaya. Catatan ini ditolak selama berabad-abad. Soalnya, fakta membuktikan kalau nggak ada semut penggali emas di Himalaya.

Baru pada tahun 1984, penulis dan penjelajah Prancis, Michel Peissel, nemuin kalau yang suka menggali emas di Himalaya adalah marmut, bukan semut. Ternyata, marmut dan semut punya pelafalan yang hampir sama dalam bahasa Himalaya

So, Herodotus dianggap nggak mengarang cerita. Itu semua karena dia belum begitu paham sama bahasa Persia, dan hanya mengandalkan penerjemah yang dia temui di sana.

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 95

Kesalahan penerjemahan Herodotus tentang hewan penggali emas di Himalaya. (Arsip Zenius

Alt text: Kesalahan penerjemahan semut penggali emas di Himalaya oleh Herodotus.

Selain itu, mengutip The Conversation, yang bikin orang-orang ragu sama keakuratan Histories adalah cerita legenda di dalamnya.

Beberapa sejarawan dan filsuf, seperti Aristophanes dan Thucydides, juga menganggap cerita Herodotus hiperbola dan banyak ngarang-nya. Apalagi, Thucydides waktu itu juga digadang-gadang sebagai Bapak Sejarah. Sebagai orang yang berpegang teguh sama pendekatan ilmiah dan fakta yang akurat, Thucydides nggak percaya sama Histories.

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 96

Thucydides (kiri) dan Herodotus (kanan). (Arsip Zenius)

Alt text: Thucydides dan Herodotus.

Baca Juga: Biografi Nicolaus Copernicus, Ahli Astronomi Pencetus Teori Heliosentris

Dari Bapak Kebohongan Menjadi Bapak Sejarah [HEADING 2]

Kritik terhadap Herodotus masih berlangsung sampai era Renaisans (Abad Pembaharuan, sekitar abad 14-17). Meskipun masih ada yang nggak suka sama karya Herodotus, ada juga para cendekiawan yang jadi #TimHerodotus. Nama Herodotus makin keangkat pada periode ini.

Hingga akhirnya, nama Herodotus menjadi “bersih” lagi pada abad ke-19. Dalam buku Herodotus (1982), para arkeolog modern menyebar ke Mesir, Persia, dan seluruh Timur Tengah buat mengecek kebenaran Histories. Dari penelusuran itu, mereka menemukan bukti kalau Histories bukan fiksi!

Salah satu bukti yang bikin Histories dianggap kredibel adalah ketepatan Herodotus mengenai angka, jarak, dan pengukuran.

Herodotus menyebut jarak dari Heliopolis ke Thebes (dua kota era Mesir kuno) adalah sembilan hari melewati sungai Nil. Dia juga nyebut, Mesir punya garis pantai sepanjang sekitar 420 mil, dan jarak dari laut pedalaman tersebut ke Thebes sekitar 714 mil. Para arkeologi ngecek pernyataan Herodotus ini, dan ternyata akurat.

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 97

Meme akurat. (Dok. makeameme.org)

Alt text: meme akurat.

Selain itu, studi arkeologi tentang kota Heraklion di era Mesir kuno, nemuin prasasti Naucratis. Dalam Histories, Herodotus nyeritain kalau prasasti Naucratis didirikan pada periode Kerajaan Baru Mesir. Sebelumnya, nggak ada yang mendukung itu. Hingga akhirnya, studi arkeologi di akhir abad ke-19 tersebut membuktikannya.

Yang bikin Herodotus akhirnya jadi sumber rujukan sejarah adalah metode otopsi yang dikenalkan. Sebelumnya, para penulis Yunani Kuno melakukan pencatatan dengan metode logografi, yaitu catatan perjalanan tentang tempat-tempat dan orang-orang tertentu. Namun, masing-masing perjalanan tentang tempat atau tokoh tertentu terpisah satu sama lain, nggak menyatu jadi satu kesatuan cerita yang utuh.

Nah, para ilmuwan modern menganggap metode otopsi Herodotus logis, sistematis, empiris, dan komprehensif. Herodotus menyusun cerita perjalanannya dengan narasi yang masuk akal, punya hubungan sebab-akibat, alurnya rapi, sesuai data di lapangan, dan menyeluruh. Herodotus jadi pelopor yang mengungkap faktor why atas terjadinya suatu peristiwa dalam cerita yang utuh dan dibukukan.

Kejujuran Herodotus yang mengaku kalau dia emang nggak yakin sama kebenaran peristiwa yang ditulis, dan hanya menuliskan apa yang dia dapat dari perjalanannya, juga jadi nilai plus di mata para ilmuwan modern.

So, para ilmuwan modern menaruh hormat kepada Herodotus. Reputasinya auto membaik. Herodotus akhirnya diakui sebagai pelopor ilmu sejarah, etnografi, dan antropologi. Karyanya jadi sumber informasi sejarah Yunani era 550-479 SM.

Hingga akhirnya, Histories jadi tolok ukur studi dalam melihat peristiwa yang berulang dari zaman ke zaman. Sehingga, ilmu untuk melihat masa lalu sebuah peristiwa diambil dari kata History. Jadilah ilmu sejarah.

Empat abad setelah Herodotus menerbitkan Histories, dalam karyanya yang berjudul De Legibus, negarawan dan filsuf Romawi, Marcus Tullius Cicero, menyebut Herodotus adalah “The Father of History”. Itulah mengapa Herodotus disebut Bapak Sejarah sejak saat itu.

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 98

Cicero menyebut Herodotus sebagai “The Father of History”. (Dok. TED-ed Video, “Why is Herodotus called “The Father of History” oleh Mark Robinson)

Alt text: Cicero memberikan julukan Bapak Sejarah kepada Herodotus.

“Keterbukaan pikiran Herodotus masih bisa menjadi contoh bagi sejarawan (dan semua orang) hari ini, dalam dua cara: pandangannya yang luas tentang apa yang seharusnya terkandung dalam sejarah dan kesediaannya untuk mengevaluasi budaya asing dengan cara mereka sendiri,” Christopher Baron, profesor klasik di University of Notre Dame (All About History Magazine, Issue 117).

******************************************

Akhirnya, elo udah kenalan sama sosok yang bikin elo belajar sejarah di sekolah. Berkat Herodotus, kita bisa tahu cara menginvestigasi masa lalu (bukan masa lalu tentang mantan), menggali peristiwa, dan mengambil hikmahnya. Kalau elo bisa menguasai tahapan-tahapan itu, belajar sejarah bakal lebih fun, deh!

Kalau elo ingin kepo lebih lanjut tentang jasa-jasa Herodotus dalam perkembangan ilmu sejarah, Zenius punya video materi yang asyique buat disimak.

Elo bisa nonton videonya dengan klik gambar di bawah ini. Pastikan elo udah punya akun Zenius, ya.

Biografi Herodotus, Bapak Pencetus Ilmu Sejarah 99

Btw, setelah elo baca jasa-jasa Herodotus dalam perkembangan ilmu sejarah, nilai apa yang bisa elo ambil? Apakah elo kepikiran buat bikin terobosan baru kayak Herodotus? Kasih tahu gue di kolom komentar, ya!

Baca Juga: Peradaban Romawi Kuno dan Peninggalannya – Materi Sejarah Kelas 10

Referensi

Guide to the classics: The Histories, by Herodotus – The Conversation (2016)

Greek Gods: Uncover the Origins of the Olympian Deities and How They Shaped Ancient Greek Culture – All About History Magazine Issue 117

Herodotus – History (2019)

Herodotus – New World Encyclopedia

Herodotus – World History (2018)

Herodotus and The Invention of History – Reed Magazine (2011)

Herodotus, The Histories – Perseus Digital Library Project

J.A.S. Evans. 1982. Herodotus. Boston: Twayne Publishers.

Pipes, David. (1990). “Herodotus: Father of History, Father of Lies”. http://www.loyno.edu/history/journal/1998-9/Pipes.htm

Why is Herodotus called “The Father of History?” – Mark Robinson – Video TED-Ed

Asal Muasal Budaya dan Adat Istiadat di Indonesia | #ZeniusUntukSemua

Bagikan Artikel Ini!