3 Alasan Skala Prioritas Gagal Karena Malas

3 Alasan Skala Prioritas Gagal Karena Malas

Sering banget terjadi, sudah tahu ada deadline tugas tapi karena malas waktu pun habis untuk rebahan atau ngelakuin hal lain. Yuk, cari tahu kenapa malas bisa bikin skala prioritasmu gagal di artikel ini!

Hai Sobat Zenius!

“Kesehatan mental harus menjadi prioritas kita semua”

“Diantara keluarga dan teman siapa yang jadi prioritas elo?

“Prioritas elo, gue atau dia?”

Pasti elo sudah nggak asing bukan dengan ungkapan atau pertanyaan-pertanyaan di atas? Pada dasarnya, semuanya itu membicarakan tentang prioritas atau hal yang paling diutamakan. 

Dalam kehidupan sehari-hari, menentukan prioritas itu ternyata penting banget untuk membantu kita dalam time management atau manajemen waktu lho, Sobat. Manajemen waktu sendiri kita perlukan untuk bisa membagi waktu antara kewajiban elo untuk mengerjakan pekerjaan sekolah, melakukan pekerjaan rumah, dan melakukan aktivitas di luar sekolah dengan efektif dan efisien. 

Eh, tapi pasti elo juga nggak asing dengan ungkapan dibawah ini nih.

Skala Prioritas Gagal Karena Malas

Yak, siapa sih yang nggak pernah merasa malas? Punya rencana untuk olahraga tapi mau bangun dari rebahan saja rasanya buerat banget. Alhasil gagal deh, rencana pun ditunda. 

Bayangin deh, kalau elo punya beberapa prioritas untuk dilakukan dalam satu hari tapi elo malas untuk melakukan itu semua. Bisa-bisa prioritas itu tidak terpenuhi pastinya. 

Nah, di artikel kali ini, gue akan sharing tentang apa itu skala prioritas, tujuan seseorang membuat skala prioritas, caranya, dan juga kenapa malas bisa bikin skala prioritas yang elo buat gatot alias gagal total. 

Kala begitu, yuk, lanjutin bacanya supaya skala prioritas elo anti gagal!

Apa itu Skala Prioritas? 

Untuk mengetahui tentang skala prioritas, pertama-tama kita review dulu nih apa itu prioritas.

Kalau menurut KBBI, prioritas adalah suatu hal yang didahulukan dan dutamakan dari pada yang lain, Sobat. 

Jadi, kalau ada 3 deadline tugas sekolah nih (besok jam 08:00, besok jam 16:00, dan lusa jam 13:00) kira-kira mana nih yang bakal elo kerjakan terlebih dahulu? Kalau elo memilih mengerjakan tugas dengan deadline paling dekat, yaitu besok jam 08:00, maka tugas itu lah yang menjadi prioritas elo, Sobat.

Lalu, kita kan punya 3 deadline tugas tuh kan? Kalau sudah memilih satu yang menjadi prioritas, lalu sisanya bagaimana?

Nah, di situlah elo akan butuh membuat yang namanya skala prioritas.

Skala prioritas sendiri bisa kita artikan sebagai deretan perbandingan tingkat keutamaan suatu hal yang diurutkan dari mana yang terpenting dan mendesak hingga yang paling tidak penting dan memiliki tingkat urgensi paling rendah. 

Maka, sebagai contoh, bisa saja skala prioritas elo dimulai dari tugas dengan deadline paling dekat. Mulai dari tugas untuk besok jam 08.00 yang menjadi prioritas utama, lalu disusul dengan tugas untuk besok 16:00, dan terakhir tugas untuk lusa jam 13:00.

Dengan menggunakan skala prioritas ini, akan ada kalanya kita juga perlu memilih mana yang perlu dilakukan dan yang tidak perlu dilakukan berdasarkan tingkat kepentingannya, Sobat. Kalau kata Bruce Lee, seorang superstar Kung Fu dunia: 

“Bukan tentang penambahan harian, tetapi pengurangan harian. Singkirkan semua hal yang tidak penting”

Quotes Bruce Lee tentang Skala Prioritas

Kalau kata gue sih, kurangi buang-buang waktu untuk ngelakuin yang gak penting. Setuju?

Secara tidak sadar, dalam kehidupan sehari-hari elo pun pasti sudah menerapkan skala prioritas ini walaupun mungkin masih belum efektif. Apa sih, sebenarnya tujuan seseorang menyusun skala prioritas? Yuk, kita bahas!

Baca Juga

Manfaat Matematika untuk Perkembangan Otak Remaja

Kesalahan Belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya

Kenapa Kita Sering Lupa?

Tujuan Seseorang Menyusun Skala Prioritas

Ilustrasi Prioritas
Ilustrasi Prioritas (Dok. Unsplash.com by Brett Jordan)

Seperti yang sebelumnya gue katakan, skala prioritas memiliki hubungan yang erat dengan baiknya time management yang elo miliki. Dengan memiliki skala prioritas, elo akan lebih bisa mengatur waktu dengan efektif. Elo jadi bisa memilih hal-hal mana yang perlu dilakukan terlebih dahulu dan mana yang bisa dilakukan lain waktu atau bahkan tidak perlu dilakukan sama sekali.

Menurut ahli, pengaplikasian model manajemen waktu itu dimaksudkan untuk memaksimalkan tingkat produktivitas belajar (Britton & Glynn, 1989). Penelitian yang lebih baru pun membuktikan hal tersebut, bahwa ada hubungan yang positif antara perencanaan waktu atau manajemen waktu dan performa akademik siswa dan pencapaian akademik (Cemaloglu & Filiz, 2010). 

Artinya, jika seseorang memiliki manajemen waktu yang baik, maka performa dan pencapaian akademiknya di sekolah akan baik juga, Sobat.

2 Cara Membuat Skala Prioritas Menurut Ahli

Setelah mengetahui apa itu skala prioritas dan tujuan dibuatnya, kurang lengkap jika tidak ada cara membuatnya. Nah, kali ini, gue akan share nih 2 cara membuat skala prioritas menurut ahlinya, yaitu seorang penulis buku The 7 Habits of Highly Effective People, Stephen Richards Covey, dan penulis buku How to get Control of your Time and Your Life, Alan Lakein.

Kedua orang tersebut dianggap sebagai ahli nya dalam menyusun skala prioritas agar dapat memiliki manajemen waktu yang efektif dan efisien. Berikut adalah cara menyusun skala prioritas menurut mereka.

  1. Cara Menyusun Skala Prioritas Menurut Stephen Covey

    Skala Prioritas Menurut Stephen Covey
    Menurut Stephen Covey sebuah prioritas itu memiliki tingkat kepentingan dan urgensinya. Sehingga, dalam menyusun skala prioritas, tentu elo perlu mempertimbangkan apakah suatu hal itu penting dan urgen atau tidaknya.

    Skala prioritas dapat dibagi menjadi 4 kuadran atau 4 kategori, Sobat. Penting dan urgent, penting tapi tidak urgen, tidak penting tapi urgen, dan yang terakhir adalah tidak penting dan tidak penting.

    Nah, untuk menerapkan cara ini, elo bisa mulai dengan mengkategorikan hal-hal atau aktivitas-aktivitas elo dalam 4 kategori tersebut, sobat. Lalu, usahakan untuk selalu memprioritaskan kuadran 1 dan 2, yaitu hal-hal yang penting dan urgen ataupun yang penting namun tidak urgen.

    Nah, kalau elo tertarik untuk mengetahui lebih detailnya terkait cara ini, elo juga bisa nih cek video keren yang sudah disiapkan di aplikasi Zenius dibawah ini ya.

    Video: Cara Mengkategorikan Task

  2. Cara Menyusun Skala Prioritas Menurut Alan Klein

    Alan Klein mempunyai metode yang melibatkan pembuatan to-do list atau daftar kegiatan dalam menyusun skala prioritas. Caranya adalah dengan dengan terlebih dahulu menyusun to-do list elo dan kemudian memberikan status prioritas pada setiap hal yang ingin kamu lakukan.

    Status prioritasnya disimbolkan dengan A, B, dan C.

    Skala Prioritas Menurut Alan Klein
    A: Untuk hal-hal yang tergolong sangat penting dan jika tidak dilakukan akan ada konsekuensi besar yang harus ditanggung.
    Contohnya, belajar untuk ujian besok pagi.

    B: Untuk hal-hal yang tidak beresiko setinggi A jika tidak dilakukan tetapi masih tetap penting.
    Contohnya, mencicil tugas yang dikumpulkan dua hari lagi.

    C
    : Untuk hal-hal yang kurang penting dan jika dilakukan konsekuensinya rendah atau mungkin bahkan tidak ada sama sekali.
    Contohnya, menonton Netflix.

Nah, itulah 2 cara menyusun skala prioritas menurut Stephen Covey dan Alan Klein. Elo boleh pilih salah satu yang menurut elo paling nyaman untuk dicoba. Dengan begitu telo tidak hanya bisa membuat skala prioritas dan manajemen waktu yang baik, tapi elo juga memiliki kesempatan lebih besar untuk meningkatkan pencapaian akademik elo di sekolah.

Eits, tapi ada hal yang nggak kalah pentingnya nih untuk diketahui, yaitu hal yang membuat skala prioritas gagal! Pasti elo sudah bisa nebak deh apa hal yang bikin gagal ini. Yak, jawabannya adalah “malas”.

Tapi elo penasaran nggak sih alasan sebenarnya kenapa malas bisa bikin skala prioritas elo gagal? Untuk tahu alasannya, langsung saja kita bahas, yuk!

3 Alasan Skala Prioritas Gagal Karena Malas

  1. Malas Menandakan Tidak ada Motivasi yang Cukup

    Alasan Skala Prioritas Gagal Karena Malas
    Malas biasanya ditandai dengan perasaan tidak mau melakukan suatu hal walaupun sebenarnya bisa dan mampu. Salah satu penyebab dari malas adalah tidak adanya motivasi yang kuat dalam diri lo.

    Padahal, menurut studi, manajemen waktu hanya dapat diwujudkan jika ada motivasi diri yang kuat, Sobat (Brigitte, Claessons, Eerde, & Rutte, 2005). Jadi, kalau elo malas, bisa jadi skala prioritas yang elo buat itu akan gagal karena tidak terlaksana.

    Solusi untuk permasalahan ini adalah dengan menemukan atau membuat kesenangan dalam hal yang ingin elo lakukan itu. Kenapa? Karena, menurut Mark Waldman, seorang ahli otak, otak cenderung merespon dengan baik hal-hal yang menyenangkan, Sobat.

  2. Malas Berujung Menunda Pekerjaan

    Alasan Skala Prioritas Gagal Karena Malas
    Malas atau ketidakmauan seseorang menuangkan tenaga untuk melakukan suatu hal atau tujuan juga dapat berujung prokrastinasi atau penundaan pekerjaan, Sobat (Özer, Demir & Ferrari, 2010). 

    Kalau seseorang menunda-nunda pekerjaan, bagaimana skala prioritas yang sudah ia buat dapat digunakan? Tentu saja akan sangat sulit, bukan? Oleh karena itu, malas ini menjadi kunci penting yang bisa membuat elo gagal mengikuti skala prioritas yang sudah elo buat.

    Kenapa kita sering menunda-nunda pekerjaan dari sisi neurosains

    Malas merupakan salah satu faktor pendukung prokrastinasi. Kok bisa? Kaitannya adalah dengan bagaimana otak kita bekerja, Sobat.

    Di alasan skala prioritas gagal yang pertama gue menyebutkan bahwa kalau malas, itu tandanya tidak ada motivasi yang cukup untuk melakukan hal tersebut. Lalu, kenapa sih kita butuh motivasi yang kuat? Jawabannya adalah karena sistem otak kita terutama pada sistem limbik suka yang namanya kepuasan atau kesenangan instan.

    Ilustrasi Sistem Limbik (Dok. https://creativecommons.org/licenses/by/3.0)
    Ilustrasi Sistem Limbik (Dok. https://creativecommons.org/licenses/by/3.0)

    Jadi, kalau dalam skala prioritas elo ada mengerjakan tugas dan marathon series Layangan Putus, kemungkinan besarnya elo akan memilih marathon series karena elo akan langsung merasakan kesenangan dari melakukan hal tersebut. Tapi, nantinya elo juga akan menyesal karena tugas yang seharusnya sudah dikerjakan malah belum selesai dan waktunya sudah mepet dengan deadline. 

    Penelitian oleh Dr Dianne Tice dan Dr Roy Baumeister (1997) yang dilansir di laman NESS LABS juga menemukan bahwa mahasiswa yang suka menunda pekerjaan memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dan nilai yang lebih rendah dibandingkan yang tidak menunda-nunda pekerjaan, lho. 

    Oleh karena itu, membangun motivasi yang kuat untuk mendahulukan mengerjakan tugas sangatlah penting, supaya elo tidak terjebak dalam kebiasaan menunda pekerjaan dan skala prioritas elo juga dapat digunakan dengan efektif.

  3. Sifat Malas Merusak Kebiasaan Baik

    Sifat Malas Merusak Kebiasaan Baik
    Alasan yang terakhir adalah karena malas dapat merusak kebiasaan baik elo. Menerapkan sebuah skala prioritas dalam manajemen waktu sehari-hari tentunya membutuhkan kebiasaan atau
    habit yang kuat, Sobat. 

    Di artikel gue yang berjudul 4 Alasan Kenapa Resolusi Tahun Baru Sering Gagal, gue pernah menyampaikan bahwa menurut penelitian, untuk membentuk kebiasaan baru elo membutuhkan waktu sedikitnya 66 hari. Tapi sayangnya, menurut Dr.Maxwell Maltz, elo hanya butuh 21 hari saja bermalas-malasan untuk merusak kebiasaan baik yang sudah elo bentuk sebelumnya.

    Jadi, elo bisa membayangkan pastinya betapa sulitnya menerapkan skala prioritas jika ada rasa malas yang menguasai diri elo. Oleh karena itu, penting banget buat elo untuk menemukan cara mengalahkan malas, terutama cara mengalahkan rasa malas belajar kalau elo seorang pelajar.

Penutup 

Wah, nggak terasa sudah sampai di akhir saja. Bagaimana? Pasti ada hal-hal baru tentang skala prioritas dan alasan kenapa malas bikin gagal, bukan? 

Dengan apa yang gue sharing kan kali ini, semoga elo bisa membangun manajemen waktu yang lebih efektif dan efisien dengan memiliki skala prioritas yang baik dan juga dapat mengantisipasi kegagalan dengan mengalahkan rasa malas ya, Sobat!

Sekian dari gue, see you in the next article!

Referensi

Britton, B. K., & Glynn, S. M. (1989). Mental management and creativity: A cognitive model of time management for intellectual productivity. In J. A. Glover, R. R. Ronning, & C. R. Reynolds (Eds.), Handbook of creativity, (pp. 429-440). New York: Plenum Press. 

Cemaloğlu, N., & Filiz, S. (2010). The relation between time management skills and academic achievement of potential teachers. Educational Research Quarterly, 33(4), 3-23.

Claessens, B. J. C., van Eerde, W., Rutte, C. G., & Roe, R. A. (2007). A Review of Time Management Literature. Personnel Review, 36(2), 255–276. https://doi.org/10.1108/00483480710726136

He, S. (2017). A multivariate investigation into academic procrastination of university students. Open Journal of Social Sciences, 05(10), 12–24. https://doi.org/10.4236/jss.2017.510002

Oregon State University. (2019, December 6). 3 Ways to Prioritize. Oregon State University. Retrieved January 13, 2022, from https://success.oregonstate.edu/learning/prioritize

Stavrovski, N. (2020, June 8). These are the consequences of being lazy all the time. LazyWise. Retrieved January 13, 2022, from https://lazywise.com/these-are-the-consequences-of-being-lazy-all-the-time/ 

Ilustrasi Limbic System

Blausen.com staff (2014). “Medical gallery of Blausen Medical 2014”. WikiJournal of Medicine 1 (2). DOI:10.15347/wjm/2014.010. ISSN 2002-4436.

Bagikan Artikel Ini!