Infografik: Tugas Sekolah yang Membebankan 17

Infografik: Tugas Sekolah yang Membebankan

Berikut adalah hasil survei yang dilakukan oleh Zenius tentang pandangan pelajar Indonesia terhadap tugas sekolah.

Hola-hola! Apa kabar sobat Zen? Gimana nih sekolahnya lancar? Atau penuh liku seperti kisah cinta Naruto dan Hinata? :p

“Iya nih berliku, tiap hari disapa cobaan hidup, berupa PR menggunung yang menghalangi sinar mentari kebahagiaan menyentuh wajahku.” Cie sok puitis.

Ehm… Ngomong-ngomong tentang PR, apa nih yang terlintas di pikiran lo ketika denger kata PR? Excited, biasa aja, nafsu makan turun, mual atau muntah? Bentar…. itu reaksi kepikiran PR atau gejala kehamilan? :p

Menurut legenda, PR atau tugas sekolah konon selalu dianggap sebagai elemen penting dalam kegiatan belajar siswa. Lewat latihan soal yang diberikan, diharapkan siswa bisa melatih skill yang dibutuhkan untuk makin “akrab” dan memahami suatu materi pelajaran. Semakin banyak berlatih, semakin mahir sehingga bisa meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu ilmu. Dengan rutin ngerjain tugas sekolah, siswa jadi terbiasa mengatur waktu belajar, dan akhirnya bisa menumbuhkan disiplin diri. Kalo dianalogikan, kayak sebuah hubungan, semakin banyak bertemu, maka akan semakin erat. Gitu.

Tapi belakangan ini, udah banyak yang mulai mempertanyakan efektivitas tugas sekolah. Rutin mengerjakan tugas sekolah memang dapat mendongkrak nilai siswa di sekolah. Namun, ga sedikit juga penelitian yang menunjukkan bahwa tugas sekolah malah bisa memberikan efek negatif kepada siswa. Nah lho, jadi yang bener yang mana!?

Pada kesempatan kali ini Zenius Education akan mencoba menganalisis bagaimana efektivitas tugas sekolah yang diterima pelajar Indonesia. Analisis ini didasarkan pada hasil survei yang dilaksanakan Zenius Education berjudul “Survei Pandangan Siswa/i tentang Sekolah, Guru, dan Orang Tua”. Survei ini dilaksanakan mulai 22 September 2014 hingga 15 Desember 2014. Zenius berhasil mengumpulkan jawaban dari 1340 responden pelajar dari berbagai pelosok Indonesia.

Tulisan ini akan khusus mengulas hasil temuan tentang pandangan pelajar Indonesia terhadap tugas sekolah dan kebiasaan mereka dalam menyelesaikan tugas sekolah yang mereka terima hampir setiap hari. Selain itu, kita juga melakukan sedikit perbandingan antara Zenius user dan non-user untuk mengetahui apakah cara pengajaran Zenius selama ini dapat secara efektif mengubah kebiasaan siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah.

PS. Intip juga infografik sebelumnya: Infografik Persepsi dan Kebiasaan Belajar Siswa Indonesia

Harap diingat untuk tidak serta-merta melakukan generalisasi dalam menginterpretasi hasilnya mengingat survei ini disebarkan secara online melalui sosial media Zenius dan teman-teman yang bersedia membantu menyebarkan.

Hayuk deh langsung ajah.

Infografik: Tugas Sekolah yang Membebankan 18

Data Demografi Responden

demografi

Kebanyakan responden merupakan siswa kelas 12 SMA. Sebanyak 61% responden bukan Zenius user sehingga kita bisa memperoleh data yang lebih representatif tentang pelajar Indonesia secara keseluruhan. Sisanya, 39% responden merupakan Zenius user. Rasio responden yang lumayan berguna untuk membandingkan kebiasaan dan persepsi belajar pengguna Zenius dan bukan pengguna Zenius. Selain itu, antusiasme ternyata tidak didominasi pelajar ibu kota. Sebanyak 66% responden berasal dari kabupaten/kota.

Apakah tugas sekolah membebani pelajar?

beban1

48% responden mengaku bahwa Tugas Sekolah Membebani Mereka. Ngga begitu mengejutkan, sih. Gue udah sering banget melihat banyak murid yang mengeluh dan merasa dikejar-kejar tumpukan tugas. Ngeluh di Facebook, di Twitter, di Path lah, tapi ketika di kehidupan nyata, pura-pura tegar. Kemudian mengepalkan tangan sambil bergumam, “Aku cowok kuat!”. Lama-lama, tugas sekolah yang seharusnya membantu proses belajar, malah bikin siswa stres! Ngga heran kalau anak-anak lebih suka ngerjain temennya dari pada ngerjain PR -_-

Tugas sekolah yang seharusnya kasih efek positif bisa berubah jadi sumber stres siswa dalam 2 kondisi, yaitu dari segi kualitas (tipe soal) dan kuantitas (lama pengerjaan).

Pertama: tentang tipe instruksi/soal yang diberikan pada tugas sekolah.

Seperti yang gue tulis di atas, tugas sekolah adalah ajang latihannya para siswa biar makin ngerti suatu materi. Tapi, latihan yang bener itu gimana? Guru harus bisa kasih instruksi yang jelas dan nunjukin ke murid-murid kalo mereka bisa lho ngerjain PR dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas sekolah sebaiknya dirancang untuk membangun kemampuan yang dibahas di kelas. Sehingga siswa bisa menyelesaikan tugasnya di rumah dengan tingkat kesulitan yang wajar dan betul-betul berfungsi untuk mengevaluasi pemahaman dari materi yang sudah disampaikan sebelumnya.

Sayangnya, kenyataan masih jauh dari ideal. Sering ngga sih lo ngerasa bahwa materi atau kemampuan yang dibutuhkan buat nyelesain tuh tugas lebih sulit dari materi yang udah dipelajari di kelas. Hal itu bisa jadi memberikan dampak negatif bagi siswa yang merasa ga mampu menyelesaikan dan ujung-ujungnya bisa berpikir bahwa mata pelajaran tersebut sulit, gak asik, dan juga membebani.

Untuk mengatasi kesulitan ini, ada siswa yang akhirnya diskusi bareng teman, nanya ke ortu, atau minta bantuan tutor les, masih dalam konteks yang positif. Tapi, ngga jarang juga yang mengambil jalan pintas dengan mencontek kerjaan temannya karena udah pusing dan ngerasa ga mampu ngerjain tugasnya. Yah, kalo udah mencontek, tentunya esensi dari tugas itu sendiri ngga kecapai.

Kedua, soal kuantitas (lama pengerjaan).

Penelitian dari Stanford University menemukan bahwa pelajar yang menghabiskan terlalu banyak waktu untuk ngerjain PR (> 2jam/hari) mengalami lebih banyak stres, masalah kesehatan, hidup ga seimbang, bahkan keterasingan dari masyarakat. Penelitian lain memberikan rekomendasi tentang lamanya waktu pengerjaan tugas sekolah, yaitu sebagai berikut.

  • Kelas 1–3 SD: 1–3 tugas dalam semingu, masing-masing harus bisa diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari 15 menit
  • Kelas 4–6 SD: 2–4 tugas dalam semingu, masing-masing harus bisa diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari 15–45 menit
  • Kelas 7–9 SMP: 3–5 tugas dalam semingu, tiap tugas harus bisa diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari 45–75 menit
  • Kelas 10–12 SMA: 4–5 tugas dalam semingu, tiap tugas harus bisa diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari 75–120 menit

Nah, sekarang gue tanya, berapa jam sih waktu yang kalian butuhkan untuk ngerjain PR tiap harinya? Udah termasuk jam efektif di atas ngga?

Apakah tugas sekolah penting bagi pelajar?

penting

Walaupun mayoritas responden berpikir tugas sekolah membebani, mereka masih berpikir bahwa Tugas Sekolah Itu Penting. Tapi tidak dapat diketahui, apa dasar mereka berpikir tugas sekolah itu penting. Apakah mereka sungguh menyadari pentingnya tugas sekolah dalam membantu mereka memahami suatu materi pelajaran? Atau mereka berpikir tugas itu penting karena ada kaitannya dengan faktor eksternal, seperti nilai di sekolah atau takut dimarahin guru dan ortu?

Bagaimana pelajar menyelesaikan tugas sekolahnya?

Untuk tau mengapa masih banyak pelajar yang berpikir tugas sekolah itu penting (sekalipun membebankan), mari kita lihat bagaimana mereka menyelesaikannya.

pelajar mengerjakan tugas

Melihat “Mengerjakan Sendiri” dan “Diskusi Bareng Teman” menduduki peringkat 1 dan 2, kayaknya gue perlu acungin jempol buat para responden karena keliatannya mereka masih niat mengerjakan tugasnya di jalan yang benar. #tsaah

Namun, peringkat 3 ditempati oleh “Mencontek”. Yang perlu digarisbawahi ketika seorang siswa mencontek untuk menyelesaikan tugasnya adalah berarti mereka masih pikir tugas itu penting dan mesti diselesaikan, tapi belum tentu mereka menghargai esensi dari tugas itu sendiri.

Perbandingan menyontek tugas, siswa vs siswi

pelajar nyontek

Responden pelajar cowok hampir 2x lipat lebih sering mencontek untuk menyelesaikan tugas sekolahnya dibandingan pelajar cewek. Apakah ini emang indikasi kalo pelajar cewek itu lebih rajin dan disiplin dari pelajar cowok? Di infografik sebelumnya tentang persepsi dan kebiasaan belajar, survei Zenius juga menemukan bahwa pelajar cewek lebih rajin mencatat di kelas daripada pelajar cowok. Hemhh..

Gue curiga di pergaulan anak-anak lelaki jaman sekarang, mencontek itu dijadikan identitas kejantanan. Semakin cowok sering nyontek atau di marahin guru, cowok bakal diakui kuat dan pemberani. Sungguh sesat.

Seberapa rajin pelajar mengerjakan tugas sekolah? Perbandingan siswa vs siswi

siswa rajin

Responden pelajar cowok 2x lebih sering tidak mengerjakan tugas daripada pelajar cewek. Sekali lagi, ada data yang seakan memperkuat kesan bahwa cewek lebih rajin dan disiplin daripada cowok.

Ternyata temuan survei Zenius juga sama dengan temuan penelitian terbaru yang dilakukan OECD (2015). Selama berabad-abad, masyarakat umum melihat cowok selalu lebih unggul daripada cewek di sekolah. Tapi sekarang trennya udah beda. Studi OECD menunjukkan kalo sekarang pelajar cewek lebih unggul daripada pelajar cowok. Kenapa bisa? Salah satunya emang karena pelajar cewek lebih rajin ngerjain PR daripada cowok!

*OECD adalah organisasi yang melaksanakan survei PISA, survei pendidikan internasional, di mana Indonesia meraih peringkat 64 dari 65 negara pada 2012

Apakah pelajar mengerjakan tugas sendiri? Perbandingan Zenius user vs non-user

kerjain tugas sendiri

User Zenius lebih banyak yang memilih mengerjakan tugasnya sendiri dibanding non-user. Menyambung temuan di infografik pertama, user zenius memang lebih sering dan lebih lama belajar mandiri. Ternyata ini juga termasuk dalam mengerjakan tugas sekolah. User zenius sepertinya lebih mengandalkan curiosity diri sendiri dalam mengekplorasi tugasnya daripada minta bantuan luar. Dan dengan lebih sering mengerjakan sendiri, bisa dibilang kemungkinan besar user Zenius lebih menghargai esensi tugas sekolah daripada non-user.

****

Survei ini emang masih jauh dari sempurna. Banyak aspek atau pertanyaan yang masih bisa diteliti lebih jauh untuk mendapatkan gambaran besar tentang fenomena tugas sekolah di kalangan pelajar Indonesia, khususnya tentang efektivitasnya. Namun, dengan mengetahui bagaimana responden pelajar Indonesia memandang dan menyelesaikan tugasnya, ini setidaknya dapat menjadi indikasi apakah tugas yang diberikan sekolah selama ini sudah efektif sebagai media yang membantu proses belajar siswa.

Tugas sekolah kadang bisa jadi terlalu berlebihan dan melenceng dari tujuan awalnya. Tapi kita tidak bisa serta-merta menghapus tugas sekolah dari rutinitas belajar siswa. Pandangan pribadi gue, tugas sekolah akan sepenuhnya bermanfaat jika instruksi soal dan kuantitasnya (lama pengerjaan) ditinjau ulang. Dengan begitu, siswa tidak lagi memandang tugas sekolah sebagai kewajiban yang membebankan, tapi sudah mulai mengerti kesempatan yang diberikan tugas sekolah untuk mereka berlatih dan mengeksplor lebih dalam suatu materi pelajaran.

Pesan: Jika kamu merasa hasil survei di atas menarik dan patut disebarkan seluas mungkin, silakan comot gambarnya atau share artikel ini ke pihak-pihak yang kamu anggap perlu untuk membacanya, bisa jadi orang tua, penggerak pendidikan, atau teman-temanmu. Semoga hasil survei ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih. 

Pengen tau pelajaran favorit dan paling dibenci pelajar Indonesia? Nantikan infografik selanjutnya ya 😉

—————————CATATAN EDITOR—————————

Kalo ada yang mau ngobrol lebih lanjut sama Fanny tentang hasil survei di atas, tinggalin aja komen di bawah ini.

Bagikan Artikel Ini!