Mitigasi Bencana: Definisi, Tujuan, dan Jenis-jenisnya - Materi Geografi Kelas 11 25

Mitigasi Bencana: Definisi, Tujuan, dan Jenis-jenisnya – Materi Geografi Kelas 11

Sobat Zenius sadar nggak, sih, kalau kita berada di area yang rawan bencana? Nah, kalau belum, gue mau ngajak elo semua buat membahas materi mitigasi bencana kelas 11, mulai dari pengertian, jenis-jenis, hingga berbagai upaya dalam mengatasinya.

Sebelumnya, pada materi tentang dinamika planet bumi dan juga dinamika litosfer, kita udah mempelajari kalau ternyata Indonesia terletak di antara 3 lempeng aktif dunia yaitu lempeng Eurasia, Hindia-Australia, dan juga Pasifik.

Dengan keadaan tersebut, Indonesia termasuk negara yang rawan akan bencana. Untuk beradaptasi dengan kondisi seperti itu, kita perlu mempelajari materi mitigasi bencana alam.

Sobat Zenius yang duduk di kelas 11 tentu juga sedang mempelajari materi yang satu ini. Oleh karena itu, di dalam artikel ini kita akan membahas rangkuman mitigasi bencana alam buat elo pelajari.

Pengertian Mitigasi Bencana

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita simak sekilas mengenai pengertian dan konsep mitigasi bencana.

Dilansir dari website resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menurut UU No. 1 Tahun 2014, mitigasi bencana didefinisikan sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik yaitu melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun non struktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K). 

Secara sederhana, mitigasi bencana adalah rangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik pada pra bencana, saat bencana hingga pasca bencana.

Tujuan Mitigasi Bencana

mitigasi bencana alam
Ilustrasi orang sedang rapat untuk menanggulangi bencana (Dok. Pexels)

Bagaimana? Sudah memahami pengertiannya? Untuk lebih memperluas lagi wawasan Sobat Zenius, di bawah ini ada tujuan dari mitigasi bencana itu sendiri:

  1. Meminimalisir adanya korban jiwa akibat bencana.
  2. Meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana.
  3. Meminimalisir kerusakan pada sumber daya alam (SDA).
  4. Sebagai pedoman pemerintah dalam merencanakan pembangunan di masa depan.
  5. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai resiko dan dampak dari adanya bencana.
  6. Membuat masyarakat merasa lebih nyaman dan juga aman.

Jenis-jenis Mitigasi Bencana Alam

Selain pengertian dan tujuan, Sobat Zenius juga perlu tahu, nih, apa saja jenis mitigasi bencana alam.

Secara garis besar, ada dua jenis yang perlu elo ketahui, yaitu:

Mitigasi struktural

Secara garis besar, jenis mitigasi yang satu ini dilakukan dengan cara membangun prasarana menggunakan berbagai macam teknologi modern yang dirancang untuk tahan menghadapi bencana.

Upaya ini dilakukan untuk mengurangi adanya tingkat kerusakan yang parah akibat bencana itu sendiri.

Sebagai contoh, dibangunnya waduk untuk mencegah terjadinya banjir ataupun membuat bangunan yang didesain untuk meminimalisir terjadinya kerusakan parah akibat gempa.

Mitigasi non-struktural

Lain halnya dengan struktural, mitigasi non-struktural tidak mengacu pada pembangunan dengan pendekatan teknologi modern. 

Jenis mitigasi yang satu ini dilakukan melalui peraturan pemerintah dengan tujuan untuk meminimalisir kerusakan akibat bencana.

Contohnya, pemerintah membuat UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Upaya Mitigasi Bencana

Mitigasi Bencana: Definisi, Tujuan, dan Jenis-jenisnya - Materi Geografi Kelas 11 26
Ilustrasi waduk untuk meminimalisir banjir (Dok. Pexels)

Meskipun adanya bencana seringkali tidak di ekspektasi, tetapi kita sebagai manusia dapat melakukan berbagai upaya guna meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kerusakan parah atau menelan banyak korban jiwa.

Berbagai macam upaya mitigasi bencana juga dilakukan dengan tujuan untuk beradaptasi dengan letak Indonesia yang rawan akan bencana. 

Berikut ada cara-cara mitigasi bencana alam yang bisa diaplikasikan untuk meminimalisir kerugian materi dan juga korban jiwa:

Edukasi

Hal yang pertama yang bisa kita lakukan dan paling sederhana atau paling mudah adalah adalah memberikan edukasi terkait dengan kebencanaan, seperti dijadikan materi pelajaran sekolah atau dimasukkan oleh kompetensi dasar agar anak-anak telah diajarkan dan dikenalkan sedari dini, melakukan diskusi interaktif, serta simulasi terjadi gempa bumi atau kebakaran. 

Tidak hanya pelajar, seluruh masyarakat juga perlu di edukasi seperti dengan penyuluhan atau seminar mengenai kebencanaan sehingga masyarakat tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana dan bagaimana cara mengurangi risikonya. 

Kearifan lokal

Kearifan lokal itu sendiri merupakan pengetahuan atau pandangan tradisional yang menjadi acuan perilaku secara turun-temurun, biasanya hal ini sudah dibentuk masyarakat zaman dahulu berdasarkan adat-istiadat, agama, budaya setempat untuk menjaga alam semesta di sekitarnya. 

Contohnya, pada bencana tsunami tahun 2004, Pulau Simeulue, Aceh, kearifan lokal yang mereka lakukan adalah menanam tanaman mangrove, terbukti pada saat tsunami, air yang sampai pulau ini hanya 2-4 meter saja, karena hampir seluruh pantai di pulau ini ditutupi oleh tanaman mangrove.

Selain itu, mereka juga memiliki istilah “smong” sebagai peringatan dini ketika akan terjadi tsunami agar masyarakat menjauhi pantai dan mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Masih banyak lagi kearifan lokal lainnya, seperti rumah panggung di suku Baduy, Banten agar tahan gempa, dan juga kearifan lokal di Mentawai, Sumatera Barat, dengan mensakralkan pohon beringin dan jawi untuk menghindari banjir dan kekeringan.

Bagaimana contoh lain mitigasi bencana yang berlandaskan kearifan lokal? Baca ringkasannya di artikel ini: Yang Perlu Kamu Tahu Seputar Mitigasi Bencana.

Teknologi Modern

Seperti yang kita ketahui, pada umumnya teknologi modern identik memiliki teknik yang lebih cepat, lebih praktis, dan juga sistematis sehingga teknologi ini memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan, meninjau kerugian materi, dan juga korbannya sehingga kerugiannya bisa diminimalisir.

Berikut beberapa teknologi modern yang dapat digunakan dalam penanggulangan bencana:

  • Telemetry, alat pendeteksi dini banjir. 
  • Bottom pressure sensor, alat untuk mengukur tekanan dasar laut. 
  • Seismograf, pengukur getaran gempa.

Selain alat-alat di atas, juga dibutuhkan sistem informasi geografis (SIG) untuk pengambilan keputusan terkait kebencanaan. 

Misalnya, membuat peta konsep mitigasi bencana alam dengan memetakan daerah yang rawan bencana.

Setelah dibuat, lalu menganalisis risiko bencana, perencanaan evakuasi, seperti bagaimana sistem evakuasinya dan tempat-tempat mana yang bisa dijadikan tempat evakuasi.

Lebih lanjut lagi, SIG bermanfaat untuk pemodelan atau simulasi bencana, dan masih banyak lagi. 

Jenis-jenis Bencana Alam

mitigasi bencana alam
Ilustrasi bencana alam gunung meletus (Dok. Alain Bonnardeaux via Unsplash)

Sobat Zenius tahu nggak kalau ternyata bencana itu bukan cuman bencana alam? menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), bencana itu dibagi menjadi 3 jenis yaitu bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial. 

Bencana alam

Bencana alam merupakan bencana yang pemicu utamanya berasal dari fenomena atau proses fisik di lapisan atau ruang geosfer, yaitu lapisan udara (atmosfer), lapisan batuan dan tahan (litosfer), lapisan hidrosfer, dan biosfer. 

Contohnya, gempa bumi, letusan gunung api, tsunami, banjir, kekeringan, tanah longsor,  dan angin puting beliung. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas beberapa di antaranya.

1. Gempa bumi

Bencana ini ditandai oleh guncangan yang tiba-tiba yang diakibatkan oleh tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga dari dalam bumi, yang telah dibahas di materi dinamika litosfer. 

Di mana faktor bahaya dari gempa bumi diukur berdasarkan seberapa dekat jarak dengan pusat gempanya (hiposentrum), dan juga analisis kekuatan gempanya. 

Selain itu, dari kerentanan fisik, dapat dilihat dari kekuatan bangunannya, dan sebagainya. 


Materi Video Bencana Alam: Gempa Bumi

Bisa nggak sih, kita memprediksi kapan datangnya gempa bumi? Nah, buat yang sudah berlangganan paket belajar Zenius, tonton jawabannya di video materi Zenius. Jangan lupa login dulu, ya, buat mengaksesnya!


2. Letusan gunung api

Bencana akibat aktivitas magma yang terjadi di dapur magma yang akhirnya mendorong ke permukaan bumi atau yang biasa disebut erupsi, di mana materi letusan gunung api ini juga pernah kalian pelajari di dinamika litosfer.

Faktor bahaya dari letusan gunung api dapat dilihat berdasarkan awan panas, lava, dan lahar dingin, dan juga seberapa jauh jarak dengan gunung api yang meletus. 

3. Banjir

Bencana yang berupa genangan air yang berlebihan yang merendam daratan. 

Di mana faktor bahaya banjir ini dapat dilihat berdasarkan besarnya genangan banjir dan juga kecepatan atau seberapa deras aliran genangan air. Selain itu, daerah yang lebih rendah lebih rentan terkena banjir dari pada daerah yang ada di dataran tinggi.  

Ketika bencana alam tak terhindarkan, kenapa kita nggak mencoba hidup berdampingan dengannya? Gimana sih, maksudnya? Ketahui di artikel ini: Hidup Berdampingan Dengan Bencana Alam.

Bencana non-alam

Kebalikan dari bencana alam, bencana non-alam, bukan atau tidak dipicu oleh fenomena fisik aktivitas ruang geosfer, melainkan pada umumnya pemicu utamanya adalah faktor biologis dan faktor teknis.

Namun, aktivitas fisik ruang geosfer bisa mempengaruhi signifikansi dari wabah tersebut. Contohnya penyebaran penyakit atau epidemi yang berasal dari virus, atau bakteri, namun bisa dipengaruhi oleh aktivitas ruang geosfer seperti dibawa air, dibawa udara. 

1. Wabah penyakit

Penyebaran wabah penyakit ini juga merupakan fenomena geografi karena hal ini berhubungan dengan interaksi antara alam fisik dan juga kehidupan manusia yang bisa dikaji dengan pendekatan keruangan. 

Contohnya, yang saat ini kita alami penyebaran virus corona atau SARS-CoV-2, yang disebabkan oleh faktor biologis, bukan dari fenomena fisik ruang geosfer.

Di mana hal ini juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh masing-masing, seperti orang tua tergolong lebih rentan terinfeksi COVID-19 daripada orang yang masih muda atau orang yang berada di usia produktif. 

2. Gagal teknologi

Bencana non-alam ini berupa kesalahan, kelalaian dalam penggunaan, pengoperasian, pengelolaan teknologi modern atau alat industri tertentu. 

Selama hal ini masih bisa dikaji secara keruangan dan berhubungan dengan interaksi antara alam fisik dan juga kehidupan manusia, maka masih termasuk fenomena geografi. 

Contohnya ledakan nuklir yang terjadi di PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di Chernobyl, Ukraina, pada 1986, yang merupakan ledakan nuklir terburuk sepanjang sejarah. 

Hal ini terjadi karena kesalahan teknis pada alat industri yang membuat partikel radioaktif menjadi tersebar di lapisan udara dan menyebar ke wilayah Uni Soviet dan Eropa, dan menyebabkan kematian ratusan jiwa.


Materi Video Bencana Non Alam

Selain COVID-19, wabah apa lagi sih yang termasuk bencana non alam? Terus, apa lagi contoh kasus gagal teknologi pada masa lampau? Nah, buat yang sudah berlangganan paket belajar Zenius, tonton video materinya di website Zenius. Jangan lupa login dulu, ya, buat mengaksesnya!


Bencana sosial

Berhubungan antara manusia, bencana yang dipicu oleh konflik antara manusia sebagai makhluk sosial, atau semacam interaksi yang berdampak negatif tanpa dipengaruhi fenomena fisik di geosfer, contoh tawuran, peperangan, kriminalitas, aksi teror.

1. Tawuran

Tawuran merupakan kekerasan antar grup pada masyarakat urban.

Hal ini seringkali terjadi antar sekolahan atau antar individu yang akhirnya mengajak masing-masing kelompoknya, di mana faktor bahayanya dipengaruhi oleh jumlah anggota yang mengikuti tawuran, alat-alat yang digunakan, dll.

Semakin masif tawuran ini dapat menyebabkan korban jiwa atau merusak bangunan maupun sarana dan fasilitas umum.

2. Terorisme

Terorisme merupakan serangkaian serangan yang terorganisasi sehingga membangkitkan perasaan teror atau ancaman, pada sejumlah masyarakat. 

Di mana pada umumnya pada saat terjadi teror bom atau teror bunuh diri yang pernah terjadi merupakan fenomena yang sudah direncanakan sedemikian rupa, yang pada awalnya berupa berita ancaman pada wilayah yang ditargetkan.

Terlebih, jika bukan hanya sekedar ancaman, namun identik dengan penggunaan senjata api dan senjata tajam bahkan bom.

Mengapa bencana harus terjadi? Bagaimana juga sebaiknya kita menyikapi bencana? Jawabannya ada di link berikut ini, nih: Mengapa Bencana Dapat Terjadi?

Istilah dalam Kebencanaan

Pada dasarnya inti dari mempelajari materi mitigasi bencana alam bertujuan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. 

Nah, setelah mempelajari satu per satu mengenai jenis-jenis, upaya, dan juga tujuannya, kita perlu mengetahui istilah-istilah dalam kebencanaan.

  1. Bahaya (Hazard), suatu kejadian dapat dikategorikan bahaya ketika dianggap dapat menimbulkan potensi kerugian.
  2. Bencana, suatu kejadian dikategorikan bencana sudah menimbulkan kerugian atau korban. 
  3. Kerentanan (Vulnerability), suatu rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu kejadian dapat menimbulkan bencana atau seberapa besar suatu wilayah rentan terhadap bencana. Kerentanan ini dibagi menjadi 2, yaitu:
    • kerentanan fisik, meliputi kondisi bangunan seperti rumah, dan nilai kerusakan fasilitas umum.
    • kerentanan sosial, berhubungan dengan kependudukan meliputi tingkat kepadatan penduduk, selain itu juga jenis kelamin, dan usia tertentu.
    • kerentanan ekonomi, meliputi nilai lahan, PDRB wilayah tersebut.
    • kerentanan lingkungan, meliputi, luasan tutupan dan penggunaan lahan.
  4. Kapasitas (Capacity), berhubungan dengan kemampuan yang diperlukan dalam menanggapi bencana (reflek) agar mengurangi terjadinya bencana.

Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Bencana

mitigasi bencana alam
Ilustrasi masyarakat bekerja sama (Dok. Pixabay)

Partisipasi dari masyarakat itu sendiri tergolong penting dalam upaya mitigasi bencana.

Berikut berbagai bentuk partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat dalam berbagai kondisi yaitu pra bencana atau sebelum adanya bencana, saat bencana, dan pasca bencana, atau setelah bencana terjadi.

Pra bencana

Dalam pra bencana atau sebelum bencana, kita dapat ikut berpartisipasi dalam:

  • Menganalisis risiko bencana; 
  • Melakukan penelitian terkait kebencanaan;
  • Pelatihan atau pendidikan mengenai kebencanaan;
  • Membentuk atau bergabung dalam organisasi tanggap bencana.

Pelajari lebih lanjut
Dalam tahap pra-bencana, kita bisa dapetin bantuan informasi lewat Lembaga Penanggulangan Bencana. Apa sebenarnya fungsi dan contoh lembaga bencana? Baca materinya di sini: Fungsi dan Contoh Lembaga Penanggulangan Bencana.

Saat bencana

Setelah melakukan berbagai persiapan dalam pra bencana, pada saat bencana terjadi, kita dapat ikut berpartisipasi dalam:

  • Diharapkan masyarakat dapat melakukan evakuasi mandiri sebelum bantuan datang;
  • Segera menginformasikan ke instansi terkait, seperti umumnya BNPB;
  • Merespons tanggap darurat, membantu masyarakat lainnya sesuai keahlian masing-masing.

Pasca-bencana

Sedangkan dalam upaya yang dapat dilakukan pasca bencana, kita dapat ikut berpartisipasi dalam: 

  • Mengerahkan relawan beserta dengan dukungan logistik, peralatan evakuasi, serta pemenuhan kebutuhan dasar, 
  • Melakukan rehabilitasi, dan normalisasi, kegiatan layanan publik,
  • Rekonstruksi, pembangunan kembali sarana prasarana, serta kelembagaan dan instansi terkait.

Materi Video Konsep Mitigasi Bencana

Ada satu pertanyaan lagi, nih. Kalau ada gelombang tsunami di pulau tak berpenghuni, itu masih termasuk bencana alam atau nggak? Coba share jawabanmu di kolom komentar atau buruan cari tau jawabannya di video materi Zenius!


Demikian materi mitigasi bencana kelas 11 yang perlu Sobat Zenius pahami sebagai bahan pembelajaran. 

Bagi elo yang mungkin ingin mempelajari materi-materi di atas melalui video pembelajaran dari tutor Zenius, elo bisa langsung klik gambar di bawah ini! Di sana, elo akan disajikan animasi dan visual menarik sehingga tidak akan bosan saat belajar.

Mitigasi Bencana: Definisi, Tujuan, dan Jenis-jenisnya - Materi Geografi Kelas 11 27

Referensi

Mitigasi Bencana – Kementerian Perikanan dan Kelautan, Balai Pengelolaan SD Pesisir & Laut Padang (kkp.go.id/djprl/bpsplpadang/page/1062-mitigasi-bencana, Terakhir di-update pada 2018)

Originally published: March 18, 2021
Updated by: Maulana Adieb

Bagikan Artikel Ini!