Belajar financial planning sejak dini

Belajar Financial Planning Sejak Dini

Basic financial planning harus kamu miliki sejak dini, lho, walaupun kamu masih sekolah dan belum punya pendapatan tetap. Apa, sih, maksud dan tujuannya?

Duh, uang jajan minggu ini kepotong buat bayar iuran, nih! 

Pengen check out si oren, tapi lagi nggak ada saldo. Minta Papa, ah!

Yah, kok tumben ya uang jajan belum dikasih ….

Sobat Zenius, gue berani jamin deh, kalau beberapa kalimat di atas sering elo alami sehari-hari. Soal uang jajan, nggak bisa diganggu gugat! Setuju? 

Namun, terkadang ada elo malah jadi mikir, “Kalau minta uang jajannya lebih cepat, kira-kira bakal dikasih nggak ya?” atau “Nggak enak ah kalau minta lagi, irit dulu aja deh.” Ya, karena kita sudah memiliki kesadaran bahwa apa yang kita terima itu adalah hasil dari jerih payah orang tua kita. 

Terus, biasanya gimana sih, cara kalian untuk mengatur keuangan, terutama uang saku? Mungkin, sebagian ada yang menjawab kalau uang saku habis dipakai untuk beli kebutuhan sehari-hari. Sebagian lagi mungkin menjawab, uang saku harus disisihkan untuk tabungan.

Apa Itu Financial Planning?

Tahukah Sobat Zenius bahwa financial planning, termasuk di dalamnya cara kita mengatur uang saku, akan sangat berpengaruh pada masa depan kita? Financial planning adalah suatu proses untuk mencapai tujuan hidup seseorang melalui pengelolaan keuangan secara terencana, seperti yang dilansir dari laman OJK. 

Contoh financial planning sederhana yang bisa elo lakukan sehari-hari adalah mencatat pengeluaran harian dan berhemat. Pasti nggak sadar kan, bahwa kebiasaan tersebut adalah basic financial planning? Nah, pentingnya financial planning salah satunya adalah untuk mengalokasikan uang agar bisa beli barang incaran elo.

Kebiasaan ini bisa membangun pondasi yang kuat tentang finansial ke depannya, lho. Misalnya, kita jadi lebih bijak dalam mengelola keuangan saat beranjak dewasa. Selain itu, kita juga bisa melatih kemandirian sejak dini.

Tahu bagaimana nilai uang, tahu bagaimana sulitnya mencari uang, tahu bagaimana rasanya saat akhirnya mendapatkan uang, secara tak langsung membuat kita terstimulasi untuk menjadi lebih mandiri. 

Pendidikan atau literasi keuangan sejak dini bukannya akan menambah beban akademis kok, tapi justru akan membentuk perilaku dan kebiasaan keuangan. Sadar nggak sadar, dalam keseharian pasti elo sering melakukan transaksi keuangan, kan? Maka dari itu, dilansir dari sikapiuangmu.ojk.go.id, pendidikan keuangan juga merupakan bagian dari essential life skills dan secara mutlak kita akan terus berinteraksi dengan uang.

Baca Juga: Fungsi Jurnal Umum, Cara Membuat, dan Contohnya – Materi Ekonomi Kelas 12

Ini Dia, Kenapa Literasi Keuangan Serta Financial Planning Penting!

Sayangnya, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa anak muda usia 15-17 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 2,46% dan 18-25 tahun sebesar 13,53%.

Padahal, paham literasi keuangan termasuk financial planning sejak dini juga penting dan berperan untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang lebih sehat secara finansial. Kok bisa, sih? Ya iya dong, karena kita akan cenderung menghindari gaya hidup berlebihan. Nggak ada lagi nih, istilah work hard play hard yang justru bisa menjerumuskan kita ke dalam pola hidup hedonisme.

Nah, generasi Z yang lahir pada rentang 1997 sampai 2012 dengan persentase 27,95% dan generasi milenial yang lahir pada rentang 1981 hingga 1996 dengan persentase 25,87% memegang kendali untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Wah, bisa mengurangi risiko mengalami quarter life crisis, nih.

Untuk diketahui, pada 2024 Indonesia memiliki target inklusi keuangan, yang tentunya sejalan dengan pergeseran budaya dari yang tadinya menggunakan transaksi konvensional lalu beralih dan lebih akrab dengan dunia digital. Sadar nggak sadar juga, pandemi yang kita alami sejak 2020 juga mempengaruhi pergeseran budaya ini. 

Lalu apa imbasnya buat kita? Nah, teknologi yang begitu pesat perkembangannya yang diiringi akses internet yang semakin mudah, semestinya bisa menjadi sarana buat kita untuk memperdalam dan mencari informasi positif sebanyak-banyaknya, termasuk untuk urusan finansial.

Menariknya lagi, produk jasa keuangan berbasis digital kini semakin banyak dan mendukung kita untuk lebih melek finansial. Ingat, smartphone atau perangkat elektronik canggih nggak cukup membantu untuk kita lebih melek finansial, lho. Kita juga harus mengimbanginya dengan pengetahuan dan pemahaman tentang produk jasa keuangan itu terlebih dahulu.

Baca Juga: Mau Gap Year Sambil Kerja? Pahami Dulu 5 Tips Ini, Yuk!

Hati-Hati dengan Tren, Ingat Financial Planning

Ayo ngaku, siapa saja di antara elo semua yang mengikuti trend cryptocurrency atau bahkan sudah membeli kripto? Fenomena ini juga cukup menarik nih, apalagi dalam usaha kita untuk lebih melek finansial. Faktanya, Finder.com melaporkan bahwa tren adopsi kripto di negara-negara berkembang termasuk Indonesia sangat tinggi dibanding negara lainnya. Sementara, sebanyak 30% responden di Indonesia dan India mengklaim telah membeli kripto.

Duh, salah nggak ya, udah beli kripto? Nah, ini pertanyaan yang bisa dijawab dengan mudah. Kembali lagi, kita harus paham tentang produk keuangan tersebut. Apakah sesuai dengan tujuanmu? Apakah tepat dengan kebutuhan elo saat ini? Sudahkah sesuai dengan tujuan financial planning elo? Atau, apakah pemahaman finansial elo sudah cukup kuat?

Baca Juga: Fenomena Cryptocurrency dan Blockchain di Dunia – Zen15

Yang paling penting saat kita sudah mulai bermain dengan instrumen investasi, kita harus kembali dengan pondasi finansial kita. Tabungan adalah yang utama dan banyak disarankan. Punya tabungan juga memberi banyak manfaat positif, selain kita jadi memiliki pos dana darurat bila ada kebutuhan mendadak, kita juga bisa memanfaatkannya untuk membeli barang impian kita. Nggak apa-apa kok, untuk sesekali memberi self-reward.

Bila sudah ada, tak masalah untuk belajar dan mencoba instrumen investasi apalagi saat ini sedang nge-trend. Namun, selalu ingat untuk pakai uang dingin atau uang nganggur, ya! 

Maksudnya apa sih, uang nganggur ini? Uang nganggur atau uang dingin ini adalah istilah yang sering dipakai untuk menyebut uang yang tujuannya bukan untuk kebutuhan apapun. Dengan demikian, kita akan terhindar dari risiko tinggi seperti utang. Duh, jangan sampai deh terbelit utang.

Balik lagi soal financial planning, bisa gue asumsikan elo setuju ya, bahwa financial planning itu penting? Di awal melakukan mungkin akan terasa aneh atau membosankan, apalagi bila tujuan perencanaan keuangan kita besar atau dalam jangka panjang. 

Cara membuat financial planning pribadi yang bisa elo mulai lakukan adalah dengan budgeting. Bikin pos-pos pengeluaran yang dibedakan berdasarkan penggunaannya, apakah untuk harian, mingguan, dan seterusnya. Selanjutnya, sisihkan juga pos tabungan. Pahami terlebih dahulu konsep tabungan, yang tentu berbeda dengan pos pengeluaran harian.

Gimana, menarik nggak? Lebih menariknya lagi, mendidik diri kita untuk paham cara mengatur keuangan atau financial planning sejak dini juga bisa mengasah bakat bisnis alias wirausaha kita yang terpendam, lho. Punya penghasilan sendiri sejak sekolah itu keren, kan! 

Memang sih, cita-cita untuk kerja di lingkungan kantor jadi satu hal yang cukup mainstream. Namun, persaingan bisnis yang sangat kompetitif menjadi fakta yang menyadarkan kita bahwa persiapan masuk ke dunia wirausaha juga penting. Pada akhirnya, kita juga bisa membuat bangga orang tua dan keluarga, bahkan bisa meringankan beban mereka dengan menjadi pribadi yang mandiri.

Baca Juga: Prospek Kerja dan Kisaran Gaji Lulusan STAN

Nah, bagi yang sudah mulai membiasakan diri untuk tertib mengatur keuangan, bisa melanjutkan dan semangat untuk terus belajar financial planning, ya. Bagi yang belum, tak ada kata terlambat untuk memulainya. 

Yuk, kita belajar financial planning sejak dini, demi masa depan yang lebih oke dan cemerlang!

Bagikan Artikel Ini!