quarter life crisis

Quarter Life Crisis, Keresahan Tentang Masa Depan

Hari ini, pas gue baru beranjak dari kasur, gue langsung menuju ke cermin. Dengan muka bantal dan mata yang setengah terbuka, gue memandang cermin dan gue bisa lihat betapa kosongnya tatapan gue di sana.

Gue coba membayangkan hal-hal yang terjadi di masa lalu. Lalu, gue paksa otak buat memproyeksikan gimana hidup gue di masa depan nantinya. Se-simpel, kira-kira 5 tahun lagi gue bakal jadi apa, ya?

Hasilnya ya… nihil.

Justru malah rasa bingung yang mampir, nggak tahu rencana kayak gimana yang mau gue tempuh di umur segini, buat jadi jembatan ke masa depan. Lalu, orang-orang ramai ngomongin istilah fase quarter life crisis. Apa jangan-jangan, ini yang namanya lagi ada di fase itu?

Elo mungkin ada juga yang lagi mengalami fase kayak gini. Apalagi baru-baru ini ada menfess yang mampir di salah satu autobase @workfess (21/01/2022), di mana menfess itu berisi screenshot dari orang yang merencanakan apa yang mau dia lakukan dari umur 18 sampai 25.

Kalau kita lihat, lucu juga ya bikin rencana kayak gitu? Mungkin memang seharusnya kita punya rencana hidup. Tapi, nggak semua orang setuju sama apa yang ada di postingan itu. 

Banyak yang berpendapat kalau setelah lulus kuliah dan mulai masuk ke dunia kerja, kenyataan justru jadi semakin samar, semakin abu-abu, dan semakin kayak jepretan foto pas kameranya belum fokus─blur.

Ya, kenyataan memang nggak semudah angan ya. Tapi, itu juga nggak bisa jadi alasan elo buat stop punya mimpi. Meskipun rasanya sulit buat menentukan apa yang mau dilakukan pas lagi ada di fase quarter life crisis ini. Jangankan rencana hidup, sehabis bangun tidur aja suka bingung mau ngapain, ya nggak sih?

Quarter life crisis sering banget diomongin dan dijadikan alasan anak-anak di umur 20-30 tahun seakan nggak punya kompas, kehilangan arah, dan nggak tahu mau kemana. Tapi sebenarnya, apa sih quarter life crisis itu? Kalau ada yang nanya ke gue pun, mungkin cukup rumit ngejelasinnya.

Nah, walaupun lumayan rumit, yuk kita belajar bareng-bareng supaya nggak bingung lagi!

Baca Juga: Menangis Malam Hari Bisa Menurunkan Berat Badan, Masa Iya?

Quarter Life Crisis itu Apa?

Melansir dari LinkedIn Post, quarter life crisis merupakan fase atau tahap yang dimulai pada pertengahan 20 tahun hingga awal 30 tahun, di mana elo ngerasa bingung dan nggak tahu apa yang harus elo lakukan sama hidup elo.

Biasanya bakal diawali sama perasaan kayak apakah pilihan hidup yang gue ambil sudah benar, ya?

Setelah itu elo bakal mulai mempertanyakan juga tentang pencapaian apa saja yang sudah elo punya selama ini. Nggak jarang keadaan kayak gini memunculkan rasa anxious atau cemas, depresi, bahkan pikiran negatif tentang diri sendiri.

Quarter life crisis ini juga punya hubungan yang cukup dekat sama karir. Apalagi kita tahu kalau di umur 20 – 30 tahun itu merupakan umur yang lagi produktif banget buat berkarir. Jadi, wajar kalau kita suka membandingkan kesuksesan karir kita sama orang lain, khususnya teman dekat kita sendiri.

Kecemasan yang paling utama datang dari pekerjaan. Banyak, lho, di umur segini yang merasa kalau mereka kurang cocok sama pekerjaannya, melakukan pekerjaan yang bukan passion-nya, susah beradaptasi dengan jobdesk, dan lain-lain.

Makanya di dalam riset tersebut, sebanyak 36% memilih untuk langsung career switch atau berganti karir dalam rentang waktu yang cukup singkat.

Walaupun kehadirannya terasa ‘nyata’ banget, tapi fase quarter life crisis ini masih jadi perbincangan para ahli. Apakah fase ini merupakan fase yang bisa diklasifikasikan sebagai sesuatu yang real atau nggak? Ini masih jadi pertanyaan yang sering ditanyakan.

Terlepas dari pertanyaan itu, riset dan lainnya sudah membuktikan, kok, kalau seseorang punya pola pikir dan perilaku yang sama ketika mereka masuk ke dalam fase quarter life crisis, contohnya seperti di ilustrasi berikut ini.

Quarter Life Crisis, Keresahan Tentang Masa Depan 43
Infografis ciri-ciri seseorang mengalami quarter life crisis. (Arsip Zenius)

Baca Juga: Genre Musik Emo, Apa Pengaruhnya dari Masa ke Masa?

Kenapa ya, Kita Ngalamin Quarter Life Crisis?

Kita mungkin lagi mengalami fase quarter life crisis, tapi sebenarnya, kenapa sih kita bisa ada di posisi ini?

Fase ini biasanya muncul dari ekspektasi yang nggak sesuai sama kenyataan. Jadi, apa yang elo mau di hidup, ternyata berbeda sama yang sebenarnya lagi elo alami.

Banyak dari kita yang hidup kayak pakai ‘autopilot’, di mana hidup seakan berjalan sendiri karena adanya campur tangan dari stereotip masyarakat yang bikin hidup kita berjalan sesuai sama ekspektasi mereka.

Contohnya hidup kita sudah terprogram untuk sekolah, kemudian kuliah, punya pekerjaan, menikah, punya rumah dan anak, sampai kemudian pensiun dengan tenang.

Tapi, semakin dewasa, mulai deh muncul pikiran-pikiran yang lebih luas lagi dari sekedar memenuhi ekspektasi lingkungan sekitar. Kita jadi mulai bingung sama hal apa yang sebenarnya paling sesuai buat diri kita.

Nah, kebingungan tentang hidup kemudian bisa membangunkan fase quarter life crisis di hidup kita. Jadinya kita seakan terlepas arah karena nggak tahu harus berjalan kemana. Tapi, kalau kita memanfaatkan momen ini dengan baik, kita justru bisa lho punya kesempatan buat menemukan jati diri kita yang sebenarnya.

Dari sini juga nanti elo bisa mulai perlahan kenal sama siapa sih elo sebenarnya, apa yang jadi prioritas di hidup elo, dan juga apa yang paling membuat elo merasa hidup dengan layak. Apakah itu pekerjaan, hubungan, maupun finansial.

Baca Juga: Tren Lagu Remake dan Pentingnya Musik di Era Pandemi

Yuk, Kita Atasi Quarter Life Crisis Bareng!

Kalau elo memang lagi ada di fase ini, tenang, elo nggak sendirian kok! Banyak juga orang di sana yang lagi ngerasain kebingungan dalam hidup, nggak tahu harus kemana, dan hidup sebenarnya untuk apa.

Melansir dari The Guardian, umumnya fase quarter life crisis berlangsung selama kurang lebih 11 bulan dengan melewati empat tahap, yaitu tahap mengurung diri, memisahkan diri dari yang lain, eksplorasi, dan yang terakhir tahap menemukan jati diri dan resolusi.

Quarter Life Crisis, Keresahan Tentang Masa Depan 45
Tips Mengatasi Quarter Life Crisis. (Arsip Zenius)

Daripada terlalu berlarut-larut di dalam fase ini, lebih baik kita coba mulai lebih mengenal diri kita dan membuat rencana hidup yang pastinya paling sesuai sama apa yang kita anggap berharga dan worth it.

Buat elo yang belum masuk ke fase ini, yuk persiapkan diri dengan baik supaya bisa mengatasi quarter life crisis dengan lancar nantinya.

Sobat Zenius yang ngerasa lagi ada di fase quarter life crisis, ceritain pengalamannya di kolom komentar, yuk!

Referensi

New LinkedIn research shows 75 percent of 25-33 year olds have experienced a quarter-life crisis (2017)

What is a Quarter-life Crisis? And How To Deal With It – Jessie J Wang (2021)

Am I Going Through a Quarter Life Crisis? Here’s 8 Tell-tale Symptoms – Jessie J Wang (2021)

Quarter-life Crisis (QLC): An overview of research and theory – Dr. Oliver C. Robinson from the University of Greenwich (2015)

Me and my quarter-life crisis: a millennial asks what went wrong – The Guardian (2018)

Bagikan Artikel Ini!