Apa Itu Manipulatif dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental? 9

Apa Itu Manipulatif dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental?

Elo pernah nggak, ngerasain udah belajar berhari-hari, tapi giliran ujian malah nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? Gue juga pernah gitu, kok.

Terus pas nilainya jelek, ada yang bilang sama gue, “Masa pelajaran Matematika nilainya 5? Kok, gitu doang nggak bisa, sih?”.

Dari situ, gue mulai berpikir, “Iya ya, masa gue bisa dapet 5, sih? Padahal gue kan udah belajar dari seminggu yang lalu. Kayaknya, ini emang gue-nya aja yang nggak bisa, deh”. Abis kejadian kayak gitu, pikiran-pikiran negatif akan diri sendiri biasanya mulai berdatangan, nih.

Hayo … siapa yang pernah ngerasain posisi kayak gini? Ini tuh situasi di mana elo lagi mengalami gaslighting dari orang lain, lho. 

Tapi, emangnya gaslighting itu apa, sih? Biar elo semakin familiar, pantengin artikel ini sampai habis, ya.

Baca juga: Infografis Cyberbullying: Ciri-Ciri, Dampak, hingga Cara Menghadapinya

Apa Itu Gaslighting?

Gaslighting itu menurut Psychology Today merupakan bentuk perilaku manipulasi. Nah, manipulasi ini bisa memberikan dampak panjang untuk kesehatan mental korban, lho. Tak heran kalau perilaku ini juga disebut sebagai kekerasan emosional dalam hubungan.

Kenapa disebut kekerasan emosional? Soalnya, gaslighting ini membuat perasaan korban tidak tervalidasi. Ada banyak nih, kalimat yang sering diucap pelaku ke korban. Berikut di antaranya: 

  • “Jangan drama, deh. Gitu aja masa ngambek? Baperan banget!”
  • “Gue nggak pernah bilang gitu, kok. Itu pikiran elo aja sih yang terlalu nethink-an”
  • “Kan dia cuma bercanda. Udah, jangan diambil hati banget omongannya”

Elo pernah dapat kata-kata seperti itu pas lagi down

Coba elo lihat dan resapi kembali beberapa kalimat di atas, itu intinya sebenarnya sama. Yap! Membuat korban merasa bersalah sendiri. Mungkin setelah mendengar kata-kata di atas, elo bakal mikir kayak gini:

Ilustrasi perasaan kurang percaya diri dari korban gaslighting (Arsip Zenius)
Ilustrasi perasaan kurang percaya diri dari korban gaslighting (Arsip Zenius)

Hayo … siapa yang pernah mikir kayak gitu setelah dibilang jangan baperan? 

Sebenarnya, pikiran-pikiran itu datang karena elo mendapat tanggapan yang memojokkan diri sendiri. Jadi lama-kelamaan, elo bakal meragukan pikiran dan diri elo. Nah, saat gaslighting terjadi, biasanya akan ada salah satu pihak yang lebih mendominasi pihak lainnya kayak contoh di atas.

Tapi sebenarnya, istilah gaslighting atau manipulatif ini asalnya udah ada dari lama banget, lho. Awalnya di tahun 1938, ada drama teater yang ditampilkan di Teater Richmond, London, berjudul Gas Light (1938). 

Nah, drama itu akhirnya berhasil diangkat menjadi film. Sesuai judulnya, film ini menceritakan tentang suami yang memanipulasi istrinya sampai istrinya percaya kalau ia memiliki gangguan mental.

Tapi sebenarnya, gaslighting atau sifat manipulatif ini nggak hanya terjadi di hubungan suami istri, atau pacaran aja. Bahkan, banyak banget yang terjadi di hubungan pertemanan, keluarga, atau bahkan lingkungan sekolah. Dan, sifat manipulatif ini bisa mengarah ke toxic positivity juga, lho.

Misalnya gini, elo udah latihan lama banget buat ikutan lomba tari. Pulang sekolah, latihan. Abis ngerjain PR, latihan. Tapi ternyata, elo kalah di perlombaan tari tersebut. Pasti merasa kecewa nggak, sih? Sedih? Udah jelas iya.

Terus, ada yang bilang gini ke elo “Yaudah gapapa, santai aja. Semua baik-baik aja, kok” atau “Ini nggak seburuk yang elo pikirin, kok”. Nah sebenarnya, kata-kata itu udah termasuk ke gaslighting dan toxic positivity, lho.

Pengertian toxic positivity menurut Medical News Today (Arsip Zenius)
Pengertian toxic positivity menurut Medical News Today (Arsip Zenius)

Kayak salah satu judul drama korea yang sempat booming banget, It’s Okay to Not Be Okay (2020). Yap! Nggak apa-apa kok, kalau elo merasa lagi nggak baik-baik aja. Simpelnya, semua emosi yang manusia punya tuh sebenarnya normal buat dirasakan.

Saat elo berusaha berpikir positif bahkan di masalah yang berat banget, ini tandanya elo mengabaikan emosi diri elo sendiri.

Dilansir dari Psychology Today, ini beberapa tanda yang menggambarkan kalau elo pernah mengalami gaslighting.

Infografis tanda-tanda seseorang mengalami gaslighting (Arsip Zenius)
Infografis tanda-tanda seseorang mengalami gaslighting (Arsip Zenius)

Gimana? Elo pernah merasakan hal-hal kayak yang di atas ini, nggak?

Baca juga: Cinta Masa Remaja, Apa Hubungannya dengan Pubertas?

Efek Gaslighting untuk Korban

Terus, kira-kira ada efek jangka panjangnya buat si korban nggak, sih?

Menurut Medical News Today, gaslighting ini punya efek yang dari segi kesehatan mental untuk korbannya. Salah satunya, yaitu pembunuhan karakter. Orang yang mengalami gaslighting, lama-kelamaan bisa nggak mempercayai dirinya sendiri lagi. 

Efek paling buruknya, korban bisa mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, rasa trauma secara emosional, sampai selalu merasa cemas. 

Dilansir dari Boston Clinical Trials, rasa trauma yang dialami seseorang bisa mengubah cara berpikir otak dan reaksi tubuh akan sesuatu. 

Hasilnya, otak akan meningkatkan hormon stress. Terus, tubuh akan mempersiapkan diri untuk melawan, membeku, atau melarikan diri kalau mengalami hal yang membuat trauma lagi, kayak manipulatif ini.

Baca juga: Quarter Life Crisis, Keresahan Tentang Masa Depan 

Cara Sembuh dari Perasaan Gaslighting

“Terus, gimana sih caranya supaya gue bisa sembuh dari pengalaman gaslighting yang pernah gue alamin?”

Bisa banget, kok! 

Dilansir dari Psychology Today, elo bisa banget mengatur ulang emosi dengan cara menjaga jarak dari pelaku. Semakin elo bisa menjauh atau jaga jarak dari orang yang mempunyai sikap manipulatif, semakin gampang juga elo bakal move on dari rasa trauma secara emosional.

Tapi kalau elo mengalami gaslighting dari orang terdekat seperti guru atau orang tua, bisa coba mencari second opinion dari orang yang elo percaya, ya. Contohnya, elo bisa banget cerita ke guru Bimbingan dan Konseling (BK).

Selain itu, elo juga bisa untuk mulai melakukan kembali hal-hal yang elo suka.

Ilustrasi melakukan kegiatan yang elo suka untuk sembuh dari perasaan gaslighting (Arsip Zenius)
Ilustrasi melakukan kegiatan yang elo suka untuk sembuh dari perasaan gaslighting (Arsip Zenius)

Dari situ, elo bisa coba mulai memikirkan diri elo versi dulu. Mungkin, dulu elo jadi orang yang ceria dan riang. Tapi saat terkena gaslighting, elo jadi lebih sering banyak pikiran dan muram. 

Nah, elo bisa coba sambil melatih diri untuk menjadi versi yang lebih baik seperti dulu. Ini emang butuh waktu. Tapi, take your time

Nah, dari situ, coba juga untuk mengenali pola gaslighting, ya. Supaya elo bisa lebih waspada ke depannya. Biasanya, pola itu bisa dikenali pas elo lagi mencoba menjelaskan sesuatu, tapi orang itu selalu menyangkal dan nggak mau menerima pendapat elo. 

Cobalah untuk memaafkan diri. Mungkin elo pernah kena gaslighting yang berefek ke perubahan diri elo, tapi nggak sadar sama tanda-tandanya. 

Jadi, sekarang udah kebayang kan, gimana sifat manipulatif bisa merubah diri seseorang? Mulai dari selalu menyalahkan diri sendiri, sampai hilangnya karakter seseorang.

Mungkin elo pernah mengalaminya secara sadar ataupun nggak sadar, lho. Kalau iya, coba untuk cerita sama seseorang yang elo percaya saat lagi di-gaslight, ya. Dan, cobalah untuk mencintai diri elo sendiri yang sangat berharga itu. 

Oh iya, konsultasi sama seorang yang ahli di bidangnya juga sangat disarankan. Dengan begitu, elo bisa dibantu banget buat melihat situasinya secara lebih jelas dan objektif. Jadi, jangan ragu kalau elo mau konsultasi sama guru BK atau seorang psikolog, ya.

Baca juga: Menangis Malam Hari Bisa Menurunkan Berat Badan, Masa Iya?

Reference:

Is Someone Gaslighting You? – Psychology Today (2020)

What is gaslighting – Medical News Today (2020)

What to know about toxic positivity – Medical News Today (2021)

How Trauma Changes the Brain – Boston Clinical Trials (2020)

Bagikan Artikel Ini!