Ilustrasi Penelitian Sosial

Metodologi Penelitian Sosial Kualitatif dan Kuantitatif

Followers ayang nambah satu, stalking. Penasaran sama doistalking. Hayo, siapa yang gitu juga? Memang susah menahan rasa kepo. Ya, Kalo udah penasaran tuh, skill stalking nya, beuh! Agen FBI aja lewat!

Ketika melakukan stalking, elo pasti punya hipotesis dan berusaha membuktikannya kebenarannya, dong? Siapa nih, followers tersebut? Apa hubungannya sama ayang elo?

By the way, stalking juga jadi salah satu topik bahasan Sosiologi kelas 10, lho.  Topik ini diberi nama penelitian sosial. Eits, tapi stalking  yang dilakukan Sosiologi tentu saja jauh lebih ilmiah dan objektif, ya. 

Dalam meneliti, para peneliti mencari tahu informasi melalui subjek penelitiannya langsung  untuk bisa membuktikan teori maupun fenomena yang ada. Bagaimana caranya?

Tentunya, elo perlu ngelakuin beberapa langkah dulu, mulai dari awal perancangan hingga narik kesimpulan. Nah, salah satu langkah dalam penelitian sosial adalah mengidentifikasi metodologi penelitian sosial.

Dalam Sosiologi, metodologi penelitian sosial dibagi menjadi dua, yaitu metodologi penelitian sosial kualitatif dan kuantitatif. 

Oh iya, penyebutan metodologi penelitian sosial pada satu buku pelajaran dengan buku lainnya seringkali berbeda, lho, Sobat Zenius. Ada yang nyebutnya pendekatan penelitian sosial, ada pula yang menyebutnya metodologi penelitian sosial. Namun, keduanya memiliki makna yang sama, kok. 

Supaya lebih familiar, di artikel ini gue akan menggunakan penyebutan pendekatan penelitian sosial, ya, Sobat Zenius. 

Pendekatan Penelitian Sosial 

Saat kita ingin melakukan penelitian sosial, tentunya kita butuhpendekatan atau metode khusus. Pendekatannya pun berbeda-beda bergantung objek penelitiannya. 

Ya, kurang lebih, samalah kayak pedekate ke doi. Buat nyenengin hatinya, elo pasti suka kepoin dulu kan hobi atau kebiasaan dia. 

Nah, kalau di penelitian sosial, mah, elo perlu cari tahu metode pendekatan yang cocok digunakan untuk memahami sebuah fenomena. Tentunya, beda fenomena, beda pula metode penelitiannya. 

Lalu, apa pentingnya pendekatan penelitian, sih? Tentu saja penting banget, dong! Bagi peneliti, pendekatan penelitian merupakan cara pikir yang dapat digunakan mendapatkan gambaran dari awal menyusun rumusan masalah hingga menarik kesimpulan penelitian.

Untuk lebih jelasnya, cari tahu lebih lanjut mengenai jenis-jenis pendekatan penelitian sosial, yuk!

  1. Pendekatan Penelitian Sosial Kualitatif

Penelitian Kualitatif digunakan untuk memahami fenomena yang bersifat khusus. Kayak gimana, tuh? Simak contohnya di bawah, ya.

Contoh Pendekatan Penelitian Sosial Kualitatif
Contoh Pendekatan Penelitian Sosial Kualitatif (Sumber: Arsip Zenius)

Nah, lho. Fenomena premanisme merupakan fenomena khusus dan seperti yang kita tahu, pekerjaan tersebut dianggap menyimpang karena merugikan orang lain. Akan tetapi, realitanya ada juga preman yang nggak didorong faktor ekonomi. Kayak si Zeni ini.

Untuk menjawab penelitian tersebut, elo perlu cari tahu dulu alasan seseorang menjadi preman tetapi bukan didorong faktor ekonomi. Kemudian, pahami lebih dalam fenomena tersebut. Inilah yang gue maksud memahami fenomena yang bersifat khusus tadi. 

Bagaimana cara memahami fenomena tersebut? Tentu saja elo perlu mencari tahu dari sumbernya langsung. Dalam hal ini elo perlu melibatkan si Zeni sebagai subyek penelitian elo melalui wawancara mendalam. Nah, dari sini lah data penelitian kualitatif dikumpulkan, Sobat Zenius. Selanjutnya, data akan ditampilkan berupa narasi.

Untuk itulah, penelitian kualitatif juga disebut sebagaipenelitian induktif. Mengapa? Karena penelitian kualitatif dilakukan dari fenomena yang bersifat khusus dan nggak bermaksud untuk menguji teori. Akan tetapi, berusaha melakukan penggambaran mendalam terkait fenomena yang sedang diteliti. 

Baca Juga: Metode Penalaran Deduktif dan Induktif

  1. Pendekatan Penelitian Sosial Kuantitatif 

Mungkin elo pernah denger, kalo penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan angka. Sekarang, gue punya satu statement.

“9 dari 10 siswa di Indonesia kecanduan aplikasi TikTok”

Apakah statement di atas termasuk penelitian kuantitatif? Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, elo harus tahu dulu, nih, definisi pendekatan penelitian sosial kuantitatif dahulu. 

Pendekatan penelitian sosial kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan untuk memahami fenomena yang sifatnya umum di masyarakat. Dalam pelaksanaannya, penelitian dengan pendekatan ini dilakukan dengan melibatkan banyak orang sebagai subyek penelitian. 

Nah, untuk bisa menjangkau seluruh subjek penelitian, peneliti biasanya menggunakan kuesioner yang dibagikan baik secara luring maupun daring. 

Setelah data terkumpul, nggak serta merta penelitian telah selesai, lho. Data tersebut masih harus diolah dan kemudian dijabarkan menggunakan angka-angka pengukuran. Untuk lebih jelasnya, elo bisa lihat pada contoh berikut.

Contoh Kasus Penelitian Kuantitatif
Contoh Kasus Penelitian Kuantitatif (Sumber: Arsip Zenius)

Dalam penelitian kuantitatif, hal pertama yang cari tahu adalah fenomena apa yang akan elo teliti dan teori apa yang mendukungnya. Setelah itu, elo perlu buktikan atau uji keterkaitan antar variabel penelitiannya, Sobat Zenius.

Baca Juga: Pengertian Variabel dan Hipotesis Penelitian

Jadi, kalau kita balik lagi ke statement “9 dari 10 siswa di Indonesia kecanduan aplikasi Tiktok”, belum bisa dikatakan penelitian kuantitatif, ya. Mengapa? Karena dalam penelitian kuantitatif, angka-angka saja belum cukup. Elo masih harus mengolah dan menjabarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Sedangkan statement di atas hanya berupa hasil survei saja.

Baca Juga: Media Sosial, Bikin Happy atau Anxiety?

Penelitian kuantitatif sering pula disebut penelitian deduktif. Hal ini karena kita penganalisis dari teori yang bersifat umum, kemudian kita uji kebenarannya melalui satu kasus atau fenomena yang sifatnya khusus. Kayak contoh pada gambar di atas.

Perbedaan Pendekatan Penelitian Sosial Kualitatif dan Kuantitatif 

Nah, untuk memudahkan elo membedakan kedua jenis pendekatan penelitian sosial berikut rangkumannya. 

Perbedaan Pendekatan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Perbedaan Pendekatan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Sumber: Arsip Zenius)

Gimana, Sobat Zenius? Makin paham dengan perbedaan pendekatan penelitian sosial kualitatif dan kuantitatif, dong? Nah, untuk menguji pemahaman elo, coba kerjakan soal di bawah ini, yuk!

Contoh Soal

Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga marak terjadi di wilayah perkotaan. Untuk mencari tahu bagaimana hal tersebut dapat terjadi dan apa saja dampak yang korban rasakan akan lebih tepat jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena ….

A. mampu menjelaskan suatu fenomena dengan ukuran statistik

B. akan melibatkan banyak subjek penelitian sebagai responden

C. dapat menjelaskan suatu fenomena secara mendalam

D. kasus yang diteliti bersifat umum dan luas

E. memerlukan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner

Jawaban dan pembahasan: 

Pada penelitian kuantitatif, sangat menekankan pada subjektifitas informan. Mulai dari apa yang ia rasakan, perubahan yang dirasakan, pemikirannya, dan masih banyak lagi. 

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus mampu berempati kepada informan. Atau ikut merasakan apa yang informan rasakan. Hal ini berguna untuk menggali informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 

Dari sini kita tahu bahwa pendekatan penelitian kualitatif memiliki keunggulan, yaitu menjelaskan suatu fenomena secara mendalam. Sehingga, jawaban yang tepat untuk pertanyaan di atas adalah C. dapat menjelaskan suatu fenomena secara mendalam.

Oke. Itu dia pembahasan terkait metodologi penelitian sosial kuantitatif dan kualitatif. Semoga bermanfaat, ya.

Selain pendekatan penelitian sosial, masih banyak bahasan di topik penelitian sosial, lho. Mulai dari karakteristik, jenis-jenis, variabel, hingga hipotesis penelitian semua Zenius kupas tuntas khusus buat elo. Tunggu apa lagi? Cuzz, klik banner di bawah ini, ya!

Materi UTBK

Referensi:

Jenis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif – Detik.com (2021)

Kuantitatif Vs Kualitatif – Kompasiana (2015)

Bagikan Artikel Ini!