deduktif_dan_induktif_zenius_education

Metode Penalaran Deduktif dan Induktif – Deduksi VS Induksi

Ketika menghadapi suatu misteri atau masalah, ada dua metode penalaran yang sangat umum digunakan: deduktif dan induktif. Kira-kira, apa ya perbedaannya?

Coba lihat gambar di bawah ini. Apakah ada tokoh detektif yang elo kenali?

tokoh_detektif_terkenal__zenius_education

Kira-kira, apa sih hal pertama yang muncul di pikiran elo ketika melihat mereka? Kalo gue, langsung ingat betapa briliannya mereka ketika memecahkan misteri atau kasus yang begitu membingungkan.

Kok bisa ya mereka menemukan jawaban dari kasus-kasus yang mereka temui? Seruwet apapun, pasti ketemu aja penjelasannya.

Kalo diperhatikan, mereka selalu melakukan observasi terhadap tempat kejadian, mencari informasi lebih lanjut tentang latar belakang tokoh, dan menggunakan pengetahuan umum mereka. 

penalaran_detektif__zenius_education

Nah, ketika mereka menganalisis dan kemudian menggunakan pikiran mereka untuk memproses kejadian dan kemungkinan yang ada, mereka sedang menggunakan penalaran.

Umumnya, penalaran dibagi menjadi dua, yakni penalaran deduktif dan induktif. 

Kira-kira tokoh-tokoh detektif tadi pakai penalaran apa ya?

View Results

Loading ... Loading ...

Kali ini, kita akan bahas dua metode penalaran tersebut. Penasaran gimana pembahasannya? Check it out!

Apa itu Penalaran?

Sebelum kita bahas lebih dalam soal penalaran deduktif dan induktif, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan penalaran?

Penalaran sendiri merupakan aktivitas kognitif untuk menilai atau menarik kesimpulan tertentu berdasarkan suatu informasi yang kita dapatkan, dengan menggunakan kaidah logika. 

Untuk elo yang mau tahu lebih banyak tentang logika, bisa cek nih video Zenius berikut: 

Nah, penalaran logis sendiri umumnya dibagi menjadi dua, yakni penalaran deduktif dan induktif

Dua-duanya merupakan cara berpikir logis atau bernalar dengan pendekatan yang berbeda. Yuk, kita cari tahu perbedaannya dengan membahas dua metode tersebut.

Apa itu Penalaran Deduktif?

Simpelnya, penalaran deduktif merupakan pengambilan kesimpulan secara logis berdasarkan premis-premis yang ada.

Premis di sini merupakan asumsi, pemikiran, dan landasan kesimpulan yang dianggap benar. Berikut ini contoh pengambilan kesimpulan dari premis-premis secara deduktif.

Menurut penalaran deduktif, jika premis-premis yang disediakan benar, maka kesimpulannya pasti benar atau valid.

Jadi, kalo ternyata kesimpulannya gak benar atau gak valid, berarti ada yang salah sama premis-premisnya.

Premis 1: Setiap hewan adalah makhluk hidup.

Premis 2: Anjing adalah hewan.

Maka, anjing adalah makhluk hidup.

Kalo dilihat lagi, sebenarnya ada pola dalam penalaran deduktif. Coba lihat dari contoh tadi di bawah ini.

contoh_deduktif__zenius_education

Setiap hewan (A) adalah makhluk hidup (B).  → A=B

Setiap anjing (C) adalah hewan (A). → C=A

Maka, anjing adalah makhluk hidup. → Maka, C=B

Wah, menarik banget ya, Sobat Zenius. Elo ada contoh penalaran deduktif lain gak? Kalo ada, coba share  ya di kolom komentar.

Sejarah penalaran deduktif dapat dilacak hingga zaman dulu banget, ketika Aristoteles banyak berkarya. 

foto_aristoteles_zenius_education

Filsuf Yunani ini tercatat banyak mendokumentasi penalaran deduktif di abad ke-4 sebelum masehi. 

Nah, Aristoteles dikenal sebagai Bapak Penalaran Deduktif (bahasa Inggris: Father of Deductive Reasoning), karena ia orang pertama yang mengembangkan sistem formal penalaran tersebut.

Ia mengamati bahwa sebenarnya validitas deduktif bisa dilihat dari struktur yang tadi kita sudah bahas. Berikut ini contoh paling klasik yang dibuat Aristoteles.

contoh_deduktif_aristoteles_zenius_education

Premis 1: All men are mortal. (Semua manusia bisa mati)

Premis 2: Socrates is a man. (Socrates adalah manusia)

Therefore, Socrates is mortal. (Maka, Socrates bisa mati)

Sebagai catatan, mortal memiliki arti fana, gak abadi, dan bisa mati.

Oke, itulah pembahasan singkat tentang penalaran deduktif. Sekarang, kita lanjut ke penalaran induktif yuk. 

Apa itu Penalaran Induktif?

Ada satu kata yang lekat banget sama penalaran induktif: generalisasi.

Berbeda dengan penalaran deduktif, penalaran induktif mengambil kesimpulan dari premis-premis umum (pengamatan, data, fakta) lalu kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat spesifik (hipotesis). 

Contohnya, elo mengamati bahwa udara di Pantai Kuta panas, udara di Pantai Ancol panas, dan udara di Pantai Pasir Putih juga panas.

Maka, elo menyimpulkan bahwa udara di pantai itu panas. Sebenarnya, penalaran induktif memiliki beberapa bentuk seperti generalisasi, analogi, dan hubungan kausal.

contoh_induktif_zenius_education

Kalo Bapak Penalaran Deduktif itu Aristoteles, siapa ya Bapak Penalaran Induktif? Kenalin, ini Francis Bacon.

foto_francis_bacon_zenius_education

Francis Bacon merupakan filsuf asal Inggris yang juga dikenal sebagai Bapak Empirisme berkat karyanya dalam mengembangkan metode ilmiah.

Ia mengemukakan bahwa dengan melakukan penalaran induktif dan mengobservasi alam dengan hati-hati, kita bisa memahami berbagai kemungkinan pengetahuan ilmiah.

Menurutnya, kita bisa menguji dan memperkuat hipotesis dengan melakukan observasi, pengukuran, dan eksperimen.

Itulah pembahasan singkat mengenai penalaran induktif. Apakah elo ada pertanyaan? Kalo ada, boleh banget ya elo tulis di kolom komentar.

Perbedaan Penalaran Deduktif dan Induktif

Sobat Zenius, dengan pembahasan di atas, apakah elo sekarang sudah bisa menarik kesimpulan apa perbedaan penalaran deduktif dan induktif?

deduktif_vs_induktif_zenius_education

Secara singkat, bisa dibilang kalo deduktif itu berangkat dari premis umum ke kesimpulan yang spesifik, sedangkan induktif mulai dari premis spesifik ke kesimpulan umum (generalisasi).

Selain itu, kesimpulan dari deduktif haruslah valid atau benar. Sedangkan, kesimpulan dari induktif memiliki kemungkinan benar karena sains bisa berubah dan terus berkembang.

Kebetulan banget nih, ada video menarik yang membahas soal perbedaan dua metode penalaran tersebut.

Langsung aja ya klik di sini. Eh, tapi pastikan elo login melalui akun Zenius dan refresh halaman elo supaya bisa akses videonya ya.

video_penalaran_deduksi_induksi_zenius_education

Penutup

Bagaimana Sobat Zenius, apakah elo ada pertanyaan seputar topik kita kali ini? Atau mungkin elo punya ide untuk artikel selanjutnya? 

Oh iya, gue juga mau ingetin kalau elo pingin belajar lebih efisien dan tetep asik, berlangganan paket belajar Zenius bisa jadi salah satu solusinya! Klik aja gambar di bawah ini untuk info lengkapnya!

Langganan Zenius

Kalo elo punya pertanyaan maupun pernyataan, jangan ragu buat komen di kolom komentar, oke? Sampai sini dulu artikel kali ini dan sampai jumpa di artikel selanjutnya, ciao!

Referensi

https://www.livescience.com/21569-deduction-vs-induction.html

https://thedailycoach.substack.com/p/the-power-of-inductive-reasoning

https://www.dictionary.com/e/inductive-vs-deductive/

https://lib-dbserver.princeton.edu/visual_materials/maps/websites/thematic-maps/bacon/bacon.html

https://whatis.techtarget.com/definition/deductive-reasoning

https://medium.com/@daniellekkincaid/the-sherlock-holmes-conundrum-or-the-difference-between-deductive-and-inductive-reasoning-ec1eb2686112

https://iep.utm.edu/aristotl/

https://examples.yourdictionary.com/examples-of-inductive-reasoning.html

Bagikan Artikel Ini!