Ilustrasi siswa sedang menyebutkan beberapa daftar kerajaan maritim Islam di Indonesia.

10 Kerajaan Maritim Islam di Indonesia – Materi Sejarah Kelas 11

Halo, Sobat Zenius! Setelah mengetahui bagaimana sistem kerajaan maritim Hindu Buddha di Nusantara, selanjutnya kita cari tahu gimana kehidupan kerajaan maritim Islam di Nusantara, yuk!

Sebelum ke situ, elo penasaran, nggak, kenapa Nusantara pada masa itu menjadi dunia maritim?

Dunia maritim Nusantara bisa tercipta karena adanya faktor geografis dan alam, guys. Faktor geografisnya, yaitu Nusantara berada di perairan yang menjadi jalur perdagangan inter-Asia.

Faktor alamnya, yaitu adanya teknologi perkapalan pada masa itu yang hanya mengandalkan energi angin. Sehingga, para pelayar harus singgah terlebih dahulu di Nusantara sebelum berlayar ke tempat tujuannya. Hal itu memberikan dampak pada perkembangan Islam dan kemaritiman di Indonesia, lho.

Yuk, cus, langsung aja kita bahas satu per satu daftar kerajaan maritim Islam di Nusantara.

Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan maritim Islam pertama yang akan kita bahas adalah Kerajaan Samudera Pasai. Pasalnya, masuknya agama Islam ke Indonesia ditandai dengan berdirinya kerajaan ini, guys.

Samudera Pasai terletak di pesisir utara pulau Sumatera, tepatnya ada di kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara.

Ilustrasi peta Kerajaan Samudera Pasai.
Peta letak Kerajaan Samudera Pasai. (dok. Wikimedia Commons)

Raja pertama Samudera Pasai adalah Sultan Malik as-Saleh. Namun, dulu namanya bukan itu, guys. Sebelum memeluk Islam, Sultan Malik as-Saleh bernama Meurah Silu.

Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Malik Az-Zahir. Pada waktu itu, kerajaan menjalin hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di India dan Semenanjung Arab. Komoditas yang diperdagangkan saat itu adalah rempah-rempah seperti lada.

Selain itu, lokasi Kerajaan Samudera Pasai juga terbilang strategis untuk perdagangan, lho. Selat Malaka merupakan salah satu jalur yang dilalui kapal-kapal perdagangan internasional. Tentu saja para pedagang dunia sering mampir ke kerajaan ini.

Pada masa pengaruh Islam, pedagang di Nusantara mayoritas berasal dari Cina, Eropa, Timur Tengah, dan India.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Samudera Pasai di artikel berikut: Silsilah Kerajaan Samudera Pasai, Awal Berdiri, Masa Kejayaan, dan Keruntuhannya.

Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh merupakan salah satu kerajaan maritim yang besar di Nusantara. Posisinya yang berada di ujung barat Pulau Sumatera menjadikannya tempat yang strategis bagi arus perdagangan laut internasional (lintas Samudera Hindia).

Dulu, Aceh menjadi pelabuhan transit, kemudian berkembang menjadi kota pelabuhan, hingga akhirnya menjadi suatu kerajaan yang menguasai Selat Malaka dan Semenanjung Melayu. Jadi, kerajaan yang satu ini memang berangkat dari sektor maritim, guys.

Selain itu, Aceh juga menjadi daerah penghasil lada yang melimpah, lho. Dengan begitu, bisa dipastikan bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Aceh pada masa itu adalah bidang pelayaran dan perdagangan.

Semua berawal sejak abad ke-15, dengan raja pertamanya adalah Ali Mughayat Syah (1514-1530 M). Kebesaran Kerajaan Aceh nggak lepas dari peristiwa penaklukan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511.

Peristiwa tersebut membuat Aceh menjadi pelabuhan alternatif bagi para pedagang, khususnya para muslim yang nggak mau berbisnis di Malaka-Portugis.

Nah, raja terbesar Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar Muda. Elo tentu udah nggak asing dengan namanya, kan? Kekuasaan Iskandar Muda mampu membentuk Aceh menjadi kekuatan paling besar di Kepulauan Indonesia bagian barat. Ia mampu menaklukkan berbagai daerah seperti Deli, Aru, Bintan Portugis, Pahang, Kedah, dan Nias.

Sayangnya, Kerajaan Aceh mengalami keruntuhan pada tahun 1903 akibat invasi Belanda.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Aceh di artikel berikut: Latar Belakang Kerajaan Aceh, Kehidupan Sosial Ekonomi, Silsilah, dan Peninggalannya.

Kerajaan Banten

Kerajaan maritim Islam selanjutnya datang dari Kerajaan Banten. Lokasi kerajaan ini ada di wilayah barat Pulau Jawa hingga Lampung, dan berlangsung sejak tahun 1526 hingga 1813.

Kalau gue sebutkan nama-nama ini, elo tentu sering mendengar namanya, kan? Ada Sultan Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama Kerajaan Banten dan Sultan Ageng Tirtayasa sebagai raja yang pada masa kepemimpinannya, Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan.

Puncak kejayaan tersebut bisa dilihat dari meluasnya wilayah perdagangan Kerajaan Banten hingga ke wilayah selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bahkan, pada masa itu, Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam terbesar di Nusantara dan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tokoh yang gencar melawan dominasi dan pengaruh VOC.

Nggak hanya itu, pada masa pemerintahannya, Sultan Ageng Tirtayasa juga menjadikan Banten sebagai wilayah perdagangan internasional. Kerajaan ini juga punya armada laut, lho. Tujuannya untuk melindungi aktivitas perdagangan dari ancaman kerajaan lainnya.

Oh iya, meskipun Sultan Maulana Hasanuddin adalah raja pertamanya, namun pendirinya orang lain, lho, guys. Pendiri Kerajaan Banten adalah Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan julukan Sunan Gunung Jati.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Banten di artikel berikut: Latar Belakang Kerajaan Banten, Masa Kejayaan, Peninggalan, dan Era Kemundurannya.

Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586 hingga 1755. Pendiri kerajaan ini adalah Sutawijaya atau Panembahan Senopati. Menariknya, selama berdirinya kerajaan ini, lokasinya berpindah-pindah, guys. Mulai dari Kotagede, Karta, Plered, hingga ke Kartasura. Namun, tentu saja areanya masih di sekitaran Jawa Tengah.

Pada masa itu, kehidupan masyarakatnya sangat memegang erat toleransi beragama, lho, guys. Soalnya, dulu pengaruh ajaran Hindu Buddha masih melekat di kerajaan ini. Misalnya, bisa kita lihat pada corak-corak bangunan kerajaan yang mirip sama candi. Selain itu, peninggalannya juga ada yang memadukan unsur agama selain Islam juga.

Kerajaan Mataram Islam mulai melemah sejak Sultan Agung Hanyokrokusumo gagal merebut Batavia—sekarang Jakarta—dari VOC. Dari situlah, rakyat mulai khawatir dan terjadi pemberontakan yang kemudian dimenangkan oleh VOC. Keputusan akhirnya adalah terbaginya wilayah Mataram dan mengakhiri Kerajaan Mataram Islam di Jawa.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Mataram Islam di artikel berikut: Sejarah Kerajaan Mataram Islam, Kehidupan Sosial, Silsilah, dan Peninggalannya.

Kerajaan Demak

Sebelumnya, kita udah bahas beberapa kerajaan maritim Islam di Nusantara, ada yang di Jawa juga. Namun, tahu nggak sih, kalau ternyata kerajaan Islam pertama yang ada di Pulau Jawa adalah Kerajaan Demak?

Peta wilayah Kerajaan Demak.
Lokasi Kerajaan Demak. (Arsip Zenius)

Yap, Kerajaan Demak terletak di pesisir pantai utara Jawa, tepatnya di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan Demak berdiri sekitar tahun 1478 atau akhir abad ke-15 SM. Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah, sekaligus sebagai raja pertamanya. 

Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, yaitu sekitar tahun 1521-1546. Pada masa itu, Kerajaan Demak berhasil memperluas kekuasaannya hingga ke Sunda Kelapa, Tuban, Surabaya, Pasuruan, Malang, dan Blambangan.

Dengan semakin luasnya cakupan wilayah kerajaan, maka Kerajaan Demak juga berhasil menyebarkan agama Islam, bahkan menjadi pelopor persebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Demak di artikel berikut: Latar Belakang Kerajaan Demak, Pendiri, Silsilah, dan Masa Kejayaannya.

Kerajaan Cirebon

Kerajaan maritim Islam selanjutnya adalah Kerajaan Cirebon. Sesuai namanya, kerajaan ini terletak di wilayah Cirebon, Jawa Barat.

Elo tentu udah nggak asing dengan nama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, kan? Yap, gue juga udah pernah menyinggung nama ini di awal sebagai pendiri Kerajaan Banten.

Nah, Sunan Gunung Jati ternyata memimpin Kerajaan Cirebon pada 1479-1568 M, guys. Pada masa kepemimpinannya itulah Kerajaan Cirebon mencapai puncak kejayaannya. Hal itu dicapai berkat adanya hubungan dagang dengan Dinasti Ming dari Cina, serta penyebaran agama Islam seantero Pulau Jawa.

Kerajaan Cirebon mulai runtuh pada tahun 1666 di bawah kepemimpinan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi. Keruntuhan ini disebabkan oleh fitnah dari Sultan Amangkuran I yang merupakan penguasa Mataram.

Faktor keruntuhan lainnya adalah adanya perjanjian dengan VOC pada 7 Januari 1681. Perjanjian tersebut mengakibatkan terjadinya monopoli ekonomi dan perdagangan di Kerajaan Cirebon. Hingga akhirnya, Kerajaan Cirebon terpecah menjadi dua, yaitu Kacirebonan dan Kaprabonan pada tahun 1697.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Cirebon di artikel berikut: Perkembangan Kerajaan Cirebon, Silsilah, dan Alasan Keruntuhannya.

Kerajaan Gowa Tallo

Kita coba jalan ke Indonesia bagian timur, yuk! Di sana ada Kerajaan Gowa Tallo, tepatnya di kota Makassar.

letak kerajaan gowa tallo di pulau sulawesi berada di selatan Makassar
Peta Kerajaan Gowa Tallo. (dok. Wikimedia Commons)

Ada dua suku bangsa yang serumpun di daerah Sulawesi Selatan, yaitu suku bangsa Makassar dan Bugis. Keduanya sama-sama terkenal sebagai pelaut tangguh dan prajurit yang pemberani. Nah, mereka sering kali terlibat dalam kegiatan-kegiatan patriotisme dan pertempuran.

Salah satu raja dari Kerajaan Gowa Tallo adalah Sultan Hasanuddin (1653-1669) dengan julukan Ayam Jantan dari Timur. Setelah naik tahta, ia menghadapi situasi yang bergejolak, guys. VOC mulai datang ke Sulawesi dan menginginkan kekuasaan di daerah kepemimpinannya.

Kenapa VOC ingin menguasai daerah tersebut? Karena, daerah tersebut cukup strategis untuk jalur rempah. Tentu saja Sultan Hasanuddin nggak setuju dengan keinginan VOC, kemudian VOC memutar taktik supaya tetap bisa merebut daerah kekuasaan Sultan Hasanuddin.

VOC menggunakan taktik devide et impera atau politik adu domba dengan cara mendukung Arung Palakka, seorang sultan dari Bone.

Akhirnya, taktik tersebut berhasil menarik mundur pasukan Sultan Hasanuddin. Hingga pada 18 November 1667, Sultan Hasanuddin dipaksa oleh VOC untuk menandatangani Perjanjian Bongaya yang tentu saja merugikan Gowa Tallo.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Gowa Tallo di artikel berikut: Sejarah Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo, Kehidupan, Silsilah, dan Keruntuhannya.

Kerajaan Pajang

Selain Kerajaan Mangkunegaran dan Kasunanan Surakarta, ternyata di Solo ada satu kerajaan lagi, lho, guys. Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Pajang.

Bagi elo yang masih sedikit asing dengan nama kerajaan ini, elo nggak salah, kok. Karena, berdirinya kerajaan ini relatif sebentar dibandingkan dengan kerajaan maritim Islam lainnya di Nusantara. Jangka waktu berdirinya sekitar tahun 1568-1587, hanya 19 tahun, guys!

Pendiri Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir. Ia masih ada hubungan keluarga dengan Raden Patah dari Demak, lho.

Meskipun bercorak Islam, namun kerajaan ini masih kental dengan pengaruh Hindu Buddhanya. Terlihat dari berdirinya Masjid Laweyan yang berbentuk seperti klenteng. Masyarakat sekitarnya pun masih erat dengan kepercayaan kejawen.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Pajang di artikel berikut: Kehidupan Kerajaan Pajang dan Sumber Sejarahnya.

Kerajaan Perlak

Dengar-dengar, Kerajaan Perlak merupakan kerajaan maritim Islam tertua di Aceh, lho. Bahkan kerajaan Islam tertua se-Asia Tenggara! Iya, nggak, sih?

Kerajaan Perlak berlokasi di Peureulak, Aceh. Kerajaan ini berdiri sejak tahun 840-1292 M. Wah, ternyata udah lebih dari 1.000 tahun yang lalu, guys. Pendiri Kerajaan Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah. Yap, seorang keturunan Arab.

Ada beberapa bukti bahwa Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam tertua se-Asia Tenggara, yakni naskah Melayu seperti Idharatul Haq, Kitab Tazkirah, dan silsilah Kerajaan Perlak.

Nah, masyarakat di sana menjalankan perekonomian dengan cara berdagang. Namun, nggak seperti masyarakat di kerajaan lainnya yang menjalankan sistem barter, masyarakat Kerajaan Perlak menggunakan mata uang dirham atau emas, perak, dan tembaga, guys.

Masa kejayaan Kesultanan Perlak (Arsip Zenius)
Masa kejayaan Kesultanan Perlak. (Arsip Zenius/Nabila Ramadhani)

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Perlak di artikel berikut: Sejarah Kerajaan Perlak, Masa Kejayaan, Silsilah, dan Peninggalannya.

Kerajaan Malaka

Kerajaan maritim Islam yang akan kita bahas terakhir adalah Kerajaan Malaka. Meskipun kerajaan ini terletak di Malaysia, namun kerajaan ini nggak bisa dipisahkan dengan kerajaan yang ada di Nusantara, lho.

Kenapa, sih? Hal itu dikarenakan raja dari Kerajaan Malaka masih keturunan dari Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Malaka mencakup wilayah Semenanjung Malaya dan pesisir timur Sumatera.

Peta wilayah Kesultanan Malaka
Peta wilayah Kesultanan Malaka. (Dok. Wikimedia Commons)

Kalau elo lihat pada peta di atas, wilayah Kerajaan Malaka ada di Malaysia, kan? Namun, garis keturunan rajanya masih berhubungan dengan raja-raja di Nusantara, ya, guys. Pendiri Kerajaan Malaka adalah Raja Parameswara. Ia merupakan salah seorang pangeran dari Kerajaan Sriwijaya.

Jadi, dulu itu, setelah hancurnya Kerajaan Sriwijaya, Parameswara kemudian melarikan diri ke Malaka dan mendirikan kerajaan di sana.

Untuk perekonomiannya, masyarakat Malaka bermata pencaharian pedagang. Hal itu didukung oleh geografis kerajaan yang terletak di tepi Selat Malaka. Jadi, nggak heran kalau Malaka menjadi jalur internasional bagi kapal-kapal asing untuk berlabuh.

Pelajari lebih lanjut materi Kerajaan Malaka di artikel berikut: Berdirinya Kesultanan Malaka, Kehidupan, dan Peninggalannya.

Uraian di atas bisa elo pelajari menggunakan video belajar Zenius dengan klik banner di bawah ini.

klik ke video Sejarah Zenius

Sebelum kita lanjut ke contoh soal, gue pingin ngingetin nih. Kalau Sobat Zenius lagi butuh teman setia yang siap nemenin elo belajar, elo bisa berlangganan paket belajar Zenius lho. Klik gambar di bawah ini ya, dijamin belajar elo juga bakal makin seru!

Paket Belajar Zenius

Contoh Soal dan Pembahasan Kerajaan Maritim Islam

Untuk menguji sejauh mana pemahaman elo mengenai materi kerajaan maritim Islam di Nusantara, gue ada beberapa contoh soal dan pembahasan yang bisa dijadikan sebagai referensi. Cekidot!

Contoh Soal 1

Mengapa kerajaan Gowa Tallo menjadi kerajaan maritim Islam yang besar di nusantara?

A. Kerajaan Gowa Tallo menghasilkan komoditas rempah yang penting.
B. Kerajaan Gowa Tallo mempunyai kapal pinisi dengan teknologi canggih.
C. Kerajaan Gowa Tallo mampu mengalahkan Belanda dan Portugis.
D. Kerajaan Gowa Tallo letaknya strategis, yakni di antara Malaka dan Maluku.
E. Kerajaan Gowa Tallo memiliki pemimpin yang kuat, yakni Sultan Hasanuddin.

Jawab: D. Kerajaan Gowa Tallo letaknya strategis, yakni di antara Malaka dan Maluku.

Pembahasan:

Kerajaan Gowa Tallo letaknya sangat strategis. Hal itu membuat kerajaan tersebut mampu menguasai jalur laut antara Maluku dan Malaka. Dengan begitu, Kerajaan Gowa Tallo menjadi kuat secara maritim.

Contoh Soal 2

Apa penyebab kebanyakan dari keruntuhan kerajaan maritim Islam di Nusantara jika dilihat dari dampak maritim itu sendiri?

A. Wilayahnya terlalu besar untuk diperintah.
B. Jumlah populasinya terlalu besar untuk diperintah.
C. Lokasi yang strategis membuat banyak negara ingin menguasainya.
D. Kehilangan sultan atau raja yang berkompeten.
E. Kurangnya dana untuk menjaga kesultanan tetap berdiri.

Jawab: C. Lokasi yang strategis membuat banyak negara ingin menguasainya.

Pembahasan:

Lokasi kerajaan-kerajaan maritim Islam Nusantara yang strategis membuat banyak negara saling berebut untuk menguasainya. Misalnya aja Kerajaan Gowa Tallo dan Banten yang runtuh karena adanya intervensi dari VOC.

*****

Gimana nih, sampai sini udah paham kan tentang kerajaan-kerajaan maritim Islam di Indonesia? Buat yang lebih menyukai belajar dengan nonton video, elo bisa mengakses materi Sejarah lainnya di video Zenius. Elo juga bisa mencoba melatih kemampuan dengan level soal yang mirip UTBK beneran dengan klik link di bawah ini!

Try Out bareng Zenius.

Referensi:

Modul Pembelajaran SMA Sejarah – Kemdikbud (2020).

Bagikan Artikel Ini!