Kearifan Lokal di Indonesia Zenius Education

Mengenal Kearifan Lokal di Indonesia Beserta Contohnya – Materi Geografi Kelas 11

Hai Sobat Zenius, elo pernah nggak sih merhatiin orang-orang di daerah tempat elo tinggal, terus melihat ada suatu kebiasaan tertentu yang mereka lakukan dalam kehidupan bermasyarakatnya? Nah, hal inilah yang kita sebut dengan kearifan lokal!

Kali ini, gue mau mengajak elo buat kenalan lebih jauh dengan kearifan lokal khususnya di negara kita tercinta, Indonesia. Kan katanya kalau tak kenal maka tak sayang, hehe. Yaudah yuk kita mulai aja!

Pengertian dan Fungsi Kearifan Lokal

Sebelum mengintip beberapa kearifan lokal di Indonesia, pertama-tama elo harus paham dulu nih sama apa yang dimaksud dengan kearifan lokal. Kearifan lokal adalah bagian dari tata perilaku hidup masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungannya, yang menyebar secara turun menurun. Jadi misalnya nenek buyut elo dulu cerita soal budaya di desanya ke kakek elo, terus kakek elo ke ibu elo, terus baru deh nyampe ke elo.

Budaya-budaya yang ada dalam kehidupan bermasyarakat ini punya beberapa fungsi, antara lain sebagai penguat solidaritas antar individu, konservasi alam, dan kontrol sosial antar masyarakat. Widih, keren banget, kan?

Baca Juga: Sejarah Wayang: Menilik Perkembangan Budaya Klasik

Contoh Kearifan Lokal di Indonesia

Indonesia sendiri tuh merupakan sebuah negara yang kaya banget akan sumber daya alam dan manusia. Dari alam ada banyak macam, manusianya pun juga demikian, punya latar belakang yang berbeda-beda!

Karena kondisi Indonesia yang seperti itu, maka nggak heran dong kalau kita punya segudang kearifan lokal. Gue bakal jelaskan beberapa aja dari sekian banyak yang ada, ya!

Kalo elo lahir, atau tinggal, atau mungkin pernah main-main ke daerah Jawa, elo mungkin pernah dengar istilah unggah-ungguh atau “sopan santun” dan tepo seliro atau “tenggang rasa”. Nah, inilah salah satu bentuk kearifan lokal yang berfungsi sebagai penguat solidaritas antar masyarakat. Adem banget nggak sih kalau punya temen, atau paling nggak kita sendiri, bisa menumbuhkan sikap ini?

Ada lagi nih kearifan lokal dari Suku Baduy di provinsi Banten. Jadi di sana tuh nggak boleh yang namanya menebang hutan, soalnya masyarakat setempat percaya kalau hutan itu penting banget buat kehidupan, misalnya sebagai sumber persediaan air. Kalau yang ini fungsinya jadi untuk konservasi alam, ya. Di daerah Riau juga ada kearifan lokal yang tujuannya melindungi kualitas sumber daya alam dengan melarang masyarakat mengambil SDA tertentu, misalnya kayu dan batu bara.

Larangan pengambilan SDA tertentu dengan tujuan yang sama juga ada di daerah-daerah lain seperti Maluku, Halmahera, Ternate, Papua, Sorong, dan Manokwari dengan istilah “sistem sasi”. Sistem sasi ini merupakan pengaturan waktu bagi masyarakat setempat dalam pengambilan hasil laut. Jadi setelah sekali mengambil, nggak boleh langsung ambil lagi, harus tunggu beberapa waktu dulu untuk memberi kesempatan bagi SDA di laut untuk berkembang biak lagi dengan baik.

Rumah Nyanda kearifan lokal Suku Baduy Zenius Education
Sulah Nyanda, rumah adat Suku Baduy (Dok. Wikimedia Commons)

Balik lagi ke Suku Baduy, mereka juga punya kearifan lokal ilmu pikukuh yang fungsinya untuk mitigasi bencana alam. Jadi rumah-rumah mereka itu nggak langsung di tanah, melainkan posisinya agak tinggi dan bahan-bahannya dari bambu, ijuk, dan kiray. Dengan begitu kalau ada gempa, rumahnya nggak gampang roboh.

Sengkedan kearifan lokal Bali Zenius Education
Pernah lihat sawah yang kayak begini, nggak? (Dok. Wikimedia Commons)

Terus nih, elo pernah lihat nggak sih, hamparan padi di sawah yang bentuknya kayak tangga? Nah, ini juga merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang disebut dengan nyabuk gunung dalam pertanian. Tujuannya adalah untuk mencegah erosi dan degradasi lahan sekitarnya. Kalau di Jawa Barat sebutannya ngais gunung dan kalau di Bali namanya sengkedan.

Kearifan lokal lainnya di bidang pertanian ada ilmu perladangan gilir balik oleh Suku Dayak Bantian di Kalimantan Timur. Jadi di sana kalau mau membuka hutan buat dijadikan ladang itu boleh, tapi batas waktunya 2 tahun aja. Selain itu, nggak semua hutan boleh dijadikan ladang. Dengan ini, mereka berusaha melestarikan hutan yang jadi sumber air dan pencegah bencana tanah longsor.

Baca Juga: Jenis dan Siklus Air Tanah – Materi Geografi Kelas 10

Penjor kearifan lokal Jawa dan Bali Zenius Education
Apa sih, bedanya penjor janur kuning di Jawa dengan di Bali? (Dok. Wikimedia Commons)

Elo bisa pelajari contoh lainnya dengan nonton video belajar Zenius, misalnya tentang janur kuning yang sama-sama ada di Jawa dan di Bali, tapi fungsinya dan maknanya berbeda. Caranya? Tinggal klik banner di bawah ini!

Pelajari materi Geografi di video materi belajar Zenius

Penutup

Wah tau-tau udah tiba aja nih, di penghujung artikel. Rasanya kayak habis jalan-jalan keliling Indonesia nggak, sih? Seru, ya! Sekarang kan elo udah paham nih tentang kearifan lokal dan udah lihat contoh-contoh dari berbagai daerah.

Sekarang, gue juga mau tau dong kearifan lokal lain yang ada di daerah elo, atau mungkin bukan dari tempat elo tinggal tapi elo tau aja gitu. Share di kolom komentar ya, gue tunggu!

Oke deh, sampai bertemu di artikel lainnya ya!

Baca Juga: Dinamika Kependudukan Indonesia – Materi Geografi Kelas 11

Bagikan Artikel Ini!