Krisis Pengungsi Rohingya Sejarah Kelas 12

Penyebab Kasus Rohingya dan Nasib Pengungsinya – Materi Sejarah Kelas 12

Hai, Sobat Zenius!  Elo inget nggak sih, tahun 2020 kemarin ada rame-rame berita tentang Indonesia yang kedatangan pengungsi Rohingya lewat jalur laut?

Iyap, ini kejadiannya di Perairan Seunuddon, Aceh. Ada 94 orang pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia dengan naik kapal. Bahkan, mereka tuh sempat terombang-ambing selama 15 hari sebelum akhirnya mendarat di daratan Aceh!

Mungkin elo udah langsung ngeh, kalau masyarakat suatu tempat sampai mengungsi pasti ada sesuatu yang terjadi di tempat tinggal asalnya. 

Soalnya rada nggak mungkin kan, kalau tempat tinggalnya baik-baik aja terus orang sekampung sepakat untuk pindah tempat? Kecuali manusia prasejarah yang hidupnya masih nomaden, ya. 

Jadi, sebenarnya apa sih akar permasalahan konflik Rohingya ini? Kenapa orang-orang Rohingya ini sampai berbondong-bondong meninggalkan negara asalnya?

Karena permasalahan ini udah jadi isu internasional, walaupun masih anget alias masih berlangsung sampai sekarang, elo udah bisa nemuin kasus Rohingya ini di materi Sejarah Peminatan kelas 12. 

Jadi, biar elo nggak bingung-bingung, langsung kita bahas aja, ya!

Faktor Penyebab Konflik Rohingya

Sebelum kita masuk ke akar permasalahan konflik Rohingya ini, kita kenali dulu, ya, apa itu etnis Rohingya. Jadi, Rohingya ini adalah sebuah etnis atau suku yang bermukim di negara bagian Rakhine di Myanmar.

Bisa digarisbawahi ya, kalau Rohingya ini bukan nama daerahnya tapi nama etnisnya. Nama daerah tempat tinggalnya itu Rakhine dan Rakhine ditinggali nggak cuma sama etnis Rohingya aja, tapi ada juga etnis lainnya. Salah satunya etnis Rakhine.

Nah, sekarang coba elo lanjut baca sambil liat peta di bawah ini, deh.

India, Pakistan, Bangladesh, dan Myanmar sudah menjadi negara merdeka setelah dulu tergabung dalam British Raj.
Negara-negara di Asia Selatan. (Arsip Zenius, Dok. Google Maps)

Jadi dulu di abad 18, negara-negara yang elo lihat di peta itu belum terbentuk. Wilayah yang sekarang jadi India, Pakistan, Bangladesh, dan Myanmar itu dulu merupakan kawasan jajahan Inggris yang tergabung dalam British Raj atau Kemaharajaan Britania. 

Nah, pas lagi Perang Dunia II, Jepang masuk ke Myanmar dan mau ambil alih kekuasaan Inggris. Jepang bilang ke etnis Rakhine kalau mereka mau bantu ngusir Inggris supaya Myanmar bisa merdeka.

Baca Juga: Latar Belakang Keterlibatan Jepang pada Perang Dunia II

Inggris nggak kalah taktik. Mereka menggunakan strategi divide et impera (memecah belah) dan ngebisikin ke orang-orang Rohingya untuk bantu Inggris ngelawan Jepang.

Tentu aja pake iming-iming janji manis bahwa setelah Inggris menang, orang Rohingya boleh jadi penguasa Rakhine.

Jadi, penduduk Rakhine ini terpecah deh tuh. Etnis Rakhine memihak Jepang dan mau ngusir Inggris, sedangkan etnis Rohingya memihak Inggris dan melawan etnis Rakhine.

Pada 1942, Rakhine membela Jepang untuk bersama mengusir Inggris. Tetapi Inggris didukung oleh Rohingya sehingga terjadi perpecahan.
Rohingya berperang melawan etnis Rakhine pada 1942 (Arsip Zenius)

Nah, dari sini hubungan etnis Rakhine dengan Rohingya udah nggak baik, nih.

Singkat cerita, Inggris dapetin balik wilayahnya. Nah, pas kelar Perang Dunia II dan Inggris mau cabut ninggalin British Raj, Inggris membagi wilayah-wilayah British Raj jadi negara-negara. 

Tapiii, Inggris lupa sama janjinya ke orang Rohingya dulu. Sama Inggris dibuat wilayah Rakhine ini tetep masuk ke dalam garis milik negara Myanmar. 

Baca Juga: Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris di Perang Dunia II

Nah, terus, ternyata pemerintah Myanmar nggak mengakui etnis Rohingya sebagai etnis resmi di Myanmar. Mengapa Myanmar tidak mengakui Rohingya? Menurut mereka, orang Rohingya ini adalah bagian dari etnis Bengali dari India dan Bangladesh. Myanmar punya hukum negara yang mengatur kependudukan yang bunyinya kayak gini:

Hukum Myanmar yang mengatur kependudukan termasuk etnis apa saja yang dapat memiliki kependudukan.
Citizenship Law milik Myanmar (Dok. Zenius)

Nah, bagi Myanmar, Rohingya belum ada di Myanmar pada periode waktu yang ditentukan itu. Jadi walaupun secara garis wilayah tempat tinggal orang-orang Rohingya ini milik Myanmar, Myanmar nggak mau nganggep Rohingya sebagai warga negaranya.

Orang Rohingya tentu membela diri, bilang kalo mereka udah ada di sini dari lama banget. Yaudah, pemerintah Myanmar minta bukti dong. Mungkin pemerintah saat itu bilang kira-kira gini, “Coba tunjukkin dokumen-dokumen kalian kalo beneran kalian akamsi alias anak kampung sini!”

Tapi orang Rohingya nggak punya dokumen apa-apa. Ya, gimana mau punya ya, orang dari dulu mereka nggak pernah dianggap sebagai warga negara. Bikin tanda pengenal aja nggak pernah dibolehin karena dianggepnya orang luar.

Muter-muter aja deh itu masalah. Pemerintah Myanmar makin yakin deh kalau orang Rohingya ini asalnya orang Bangladesh yang menyusup sebagai penduduk Myanmar.

Waduh!

Tragedi Kasus Rohingya

Nggak dianggapnya etnis Rohingya ini bener-bener fatal akibatnya. Orang-orang Rohingya nggak bisa dapet kewarganegaraan Myanmar, sehingga mereka nggak bisa dapetin hak-hak yang seharusnya didapat oleh penduduk.

Nggak cuma soal hak-hak yang nggak terpenuhi, mereka juga sangat terdiskriminasi di daerahnya sendiri. Mereka nggak bisa ikut jenjang-jenjang pendidikan, apalagi punya kerjaan. 

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan seorang mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Jember, Alfi Revolusi, dikatakan bahwa pemerintah Myanmar membangun model village atau sebuah wilayah tinggal untuk warga etnis Rakhine dari wilayah hasil rampasan milik warga etnis Rohingya.

Hal ini dilakukan pemerintah Myanmar dalam rangka “membersihkan” Myanmar dari penduduk yang dianggapnya sebagai penduduk gelap. Etnis Rohingya yang diusir-usirin pun nggak tinggal diam. Mereka membentuk kelompok militernya sendiri pada 2012 sebagai bentuk perlawanan.

Dari sini, suasana udah makin panas dan nggak ngenakin. Ibaratnya kalau ada yang iseng teriak, “Senggol dong, Boss!” nggak akan ada yang nganggep itu bercanda dan malah akan disenggol beneran, saking panasnya!

Nah, pemerintah Myanmar melihat pembentukan kelompok militer Rohingya ini sebagai pemberontakan penduduk gelap terhadap warga Myanmar yang mengancam. Pemerintah kemudian mendeklarasikan status darurat atas Rakhine dan memperbolehkan intervensi militer (Dilansir dari media DW).

Baca Juga: Konsep Perang Dingin atau Cold War – Materi Sejarah Kelas 12

Udah, deh. Konflik-konflik udah nggak terelakkan lagi. Sekitar 200.000 orang udah mulai mengungsi ke kamp pengungsian mulai dari sini.

Puncaknya pada tahun 2016, kelompok militan Rohingya nyerang pos-pos penjaga di perbatasan Rakhine dan menewaskan kurang lebih selusin petugas keamanan. Inilah penyebab pembantaian Rohingya dimulai.

Mulai dari sini, pemerintah Myanmar melancarkan operasi-operasi anti kelompok militan gerilyawan yang dinilainya mulai agak-agak ngarah ke terorisme, nih.

Agustus 2017 pecah lagi nih, konflik. Masih karena gara-gara yang sama, yaitu kelompok militan Rohingya nyerang lagi pos-pos penjaga. Dari konflik ini, kurang lebih jatuh 400 korban jiwa.

Konflik ini pun merembet ke pembakaran desa-desa dan pembunuhan massal. Pihak Myanmar udah nggak ngasih ampun lagi. Dari Agustus sampai September 2017, tercatat angka meninggal mencapai lebih dari 13 ribu jiwa. 

Organisasi penegak Hak Asasi Manusia (HAM) bernama Human Rights Watch and Amnesty International bahkan berani menyatakan kalau apa yang terjadi kepada etnis Rohingya ini merupakan aksi ethnic-cleansing atau pemusnahan suatu etnis tertentu secara sengaja.

Baca Juga: Mengenal Antisemitisme dan Tragedi Holocaust Selama Perang Dunia 2

Pada konflik 2017 ini, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) atau badan pengungsi PBB mencatat sebanyak 2,5 juta orang Rohingya mengungsi ke negara-negara tetangganya.

Keadaan Pengungsi Rohingya 

Ada beberapa negara-negara yang jadi tujuan pengungsian dan mau menerima pengungsi Rohingya, di antaranya ada Bangladesh, India, Turki, Cina, Malaysia, Rusia, dan negara kita, Indonesia. 

Meskipun banyak negara-negara tetangga yang mau menerima pengungsi Rohingya, nyatanya yang namanya mengungsi ke negara orang nggak bisa semulus itu.

Bangladesh, contohnya. Dilansir dari DW, Bangladesh sebagai negara paling dekat menjadi sasaran paling empuk bagi pengungsi Rohingya. Sampai-sampai, kamp pengungsian di sana itu super membludak dan pemerintah Bangladesh kewalahan ngurusnya.

Suatu waktu, Bangladesh pernah menolak pengungsi karena hal itu. Pengungsi disuruh balik ke Myanmar walaupun waktu itu masih terjadi konflik.

Kalau Indonesia terhadap Rohingya gimana?

Indonesia mengirim Menteri Luar Negeri, Retno L. P. Marsudi, ke Myanmar dan Bangladesh buat ngobrolin masalah ini. Buat bantuan di Rakhine, Indonesia bikin rumah sakit buat membantu para korban.

Di Aceh sendiri, kita punya penampungan untuk para pengungsi Rohingya. Warga Aceh menerima pengungsi dengan baik dan nggak ragu-ragu memberikan bantuan.

Pengungsi Rohingya sampai di Aceh menggunakan perahu
Kedatangan Pengungsi Rohingya di Aceh pada 30 Desember 2021 (Arsip Press Release UNHCR 31 Desember 2021)

Walaupun pada awal tahun 2022 kemarin, sempat ada cekcok antara warga dengan pengungsi yang mau kabur dari pengungsian. Katanya, pengungsi ini mau kabur ke Malaysia untuk bertemu keluarganya (dilansir dari media CNN).

Warga Aceh mengaku kurang suka dengan perilaku pengungsi yang mau kabur diam-diam. Seolah-olah nggak ada rasa terima kasih, begitu katanya.

Terus, Bagaimana keadaan Rohingya sekarang? 

Sekjen PBB masih mendesak Myanmar untuk menghentikan semua tindakan militer dan menyudahi semua bentuk kekerasan yang terjadi. PBB juga meminta Myanmar buat ngasih kewarganegaraan ke orang Rohingya atau seenggaknya status hukum supaya mereka bisa hidup mandiri dan layak di Myanmar.

Nah, semoga sampai sini elo udah bisa menyimpulkan ya kenapa Rohingya diusir dari Myanmar. Karena, jawabannya bukan cuma satu kalimat mutlak, tapi ya serangkaian peristiwa yang gue ceritain ini.

Yang perlu elo inget-inget adalah ini masalah yang kompleks. Kalau elo denger ada yang bilang konflik ini adalah perang agama Buddha (agama mayoritas etnis Rakhine) melawan orang  Islam (agama mayoritas etnis Rohingya), hal itu belum bisa dibenarkan, ya.

Nyatanya permasalahan ini nggak menyinggung ke arah sana, karena orang Rohingya yang beragama Buddha pun terkena imbasnya. Kasus Rohingya ini jauh lebih luas daripada itu.

Nah, setelah kita kupas tuntas sampai ke akar permasalahan konflik Rohingya, gimana, elo udah makin ngerti kan? Coba cek-cek pemahaman elo dulu, kuy, pake latihan soal di bawah ini!

Latihan Soal

1. Yang jadi akar penyebab krisis pengungsi Rohingya adalah…

a. berdirinya negara Bangladesh

b. ketidaksukaan terhadap satu agama tertentu

c. terbagi-baginya wilayah di sekitar Asia Selatan oleh pihak kolonial Inggris

d. rasisme yang dilakukan oleh ras-ras di sekitar Asia Selatan

e. kepemimpinan otoriter dari Aung San Suu Kyi

Jawabannya: c. Pasca Perang Dunia II, Inggris sangat terburu-buru membagi wilayah kolonialnya untuk dimerdekakan tanpa banyak memperhitungkan keharmonisan antar masyarakat yang sangat plural di koloninya.

Nah, segini dulu pembahasan kasus Rohingya dari gue. Buat elo yang mau lanjut belajar materi sejarah kontemporer dunia lainnya, kuy, langsung cek video Zeniusnya di sini. Kalau elo mau lanjut belajar materi ini pakai video, langsung klik banner di bawah, ya!

Penyebab Kasus Rohingya dan Nasib Pengungsinya - Materi Sejarah Kelas 12 9

References:

CNN Indonesia. 2022, 21 Maret. Warga Usir Ratusan Pengungsi Rohingya di Aceh. Diakses pada 19 Mei 2022.

Deutsche Welle. 2017, 14 September. Sekjen PBB: Rohingya di Myanmar Korban “Ethnic Cleansing”. Diakses pada 19 Mei 2022.

Deutsche Welle. 2017, 18 September. Sejarah Kelam Muslim Rohingya. Diakses pada 24 Mei 2022.

Revolusi, A., 2013. Faktor-faktor Penyebab Konflik Etnis Rakhine dan Rohingya di Myanmar Tahun 2012.

Bagikan Artikel Ini!