pertempuran surabaya

Mengenang Pertempuran Surabaya dan Peristiwa Sepuluh November

Halo Sobat Zenius, apa kabarnya nih? Elo tau gak sih kalau Zenius merilis film pendek bertajuk ‘Cerita Terlupakan dari Pertempuran Surabaya 1945’ untuk mengenang peristiwa pertempuran surabaya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Elo bisa nonton lewat tautan YouTube di bawah ini. Tapi setelah itu balik lagi ke sini ya, karena artikel ini gak kalah menariknya, lho!

Yuk bersama-sama mengenang jasa pahlawan-pahlawan Indonesia. Bayangkan, siapa saja pahlawan atau tokoh yang memperjuangkan kebebasan nusantara dari zaman kerajaan, pemberlakuan sistem tanam paksa, politik etis, pendudukan Jepang, hingga akhirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan? 

Begitu banyak pahlawan baik yang tercatat maupun nggak tercatat ikut berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang penuh dengan lika-liku tantangan dan peperangan. 

Ketika Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, rakyat Indonesia tentu berbahagia dan bersemangat untuk menyambut Indonesia yang baru. Negara Indonesia yang bebas dari kekuasaan penjajah. 

Namun kenyataannya, rakyat Indonesia masih harus melalui aneka pergumulan dan pertempuran di berbagai daerah. Salah satu pertempuran terbesar terjadi di Jawa Timur dengan sebutan Pertempuran Surabaya dengan puncaknya Peristiwa Sepuluh November.

Yuk kita bedah bareng dan mengenang pertempuran dahsyat antara rakyat Indonesia dan pasukan militer Inggris ini. Coba mulai inget-inget dulu gimana sih keadaan Indonesia sebelumnya dan pertempuran surabaya dipimpin oleh siapa ya?

Keadaan Indonesia sebelum Pertempuran Surabaya

Sesuai dengan catatan sejarah, tanah air udah pernah didatangi dan dijajah oleh berbagai negara. Konon, leluhur pernah dijajah oleh Belanda hingga  hampir 350 tahun lamanya sebelum akhirnya Jepang datang dan merebut kekuasaan Belanda atas tanah Indonesia. 

Sebenarnya, nggak tepat kalo dibilang Indonesia itu dijajah selama 350 tahun. Elo bisa baca pembahasannya di artikel “Indonesia Dijajah Ratusan Tahun Oleh Bangsa Eropa, Masa Sih?”.

Nah, pada bulan Agustus 1945, Jepang harus mencicipi dahsyatnya kehancuran dan penderitaan yang disebabkan oleh bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika di Kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 secara berurutan. 

Jepang yang punya semangat dan harga diri yang tinggi akhirnya dengan terpaksa mengumumkan bahwa mereka menyerah pada 15 Agustus 1945. Secara otomatis, daerah jajahan Jepang termasuk Indonesia jatuh ke tangan sekutu.

Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta
Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. (Dok: Wikipedia / Public Domain)

Kekalahan Jepang di Perang Dunia II menimbulkan kekosongan kekuasaan atas Indonesia. Apalagi, saat itu pihak sekutu maupun Belanda belum mendarat di tanah Indonesia. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno yang didesak oleh berbagai pihak membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. 

Nggak lama setelah proklamasi, disiarkan kabar pada 28 Agustus 1945 bahwa Inggris dan Belanda telah sepakat bahwa Inggris akan  membantu Belanda menguasai Indonesia kembali. Waduh… ini sih musuh bebuyutan bersemi kembali. Indonesia itu memang aset yang berharga bagi Belanda. 

Dulu gue pernah bahas gimana sistem tanam paksa yang diimplementasikan sama Belanda itu berhasil banget ngisi kas Belanda dan nyelamatin mereka dari kebangkrutan. Jadi ya, nggak kaget kalo dulu Belanda “sesayang” itu sama Indonesia.

Pasukan sekutu dan NICA mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok kira-kira pada pertengahan September 1945. Sekutu (Inggris) setuju ngebantuin tentara otoritas sipil dan militer Belanda yang disebut Netherlands Indies Civil Administration (NICA) untuk ‘mendisiplinkan’ rakyat Indonesia. 

Selanjutnya, mulai masuk ke awal lembah peperangan yang dipenuhi dengan ledakan, keributan, serta berbagai orang-orang yang berlarian di Surabaya. 

Tentara Inggris dan Belanda mendarat di Surabaya

Sebelumnya sudah bahas gimana kondisi Indonesia sebelum awal-awal pertempuran Surabaya. Sudah tahu kan bahwa setelah Jepang menyerah, Belanda kembali sebagai NICA dan memboncengi Inggris untuk kembali menguasai Indonesia. Nah, tentara Belanda dan Inggris itu mulai mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tentara sekutu yang mendarat di Surabaya dipimpin oleh Brigjen AWS Mallaby. 

Sebenarnya tentara Inggris itu datang sebagai  AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) mewakili blok sekutu dengan misi menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang. Mereka bertugas melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan tawanan perang, dan memulangkan serdadu-serdadu Jepang. Selain itu seperti yang sudah dikabarkan sebelumnya, tentara Inggris juga punya agenda membantu Belanda menguasai Indonesia kembali.

AFNEI di Indonesia
AFNEI (Dok. Seputar Ilmu)

Penyebab Pertempuran Surabaya

Sesampainya tentara Inggris di Surabaya, mereka terkejut karena situasi di Surabaya nggak seperti ekspektasi mereka. Kota Surabaya telah dihiasi oleh bendera merah putih dan situasinya bisa dibilang panas-panas tegang gitu deh.

Para pemuda sudah mengambil alih kekuasaan dan melucuti senjata para tentara Jepang. Keberanian rakyat Surabaya terhadap tentara sekutu menunjukkan bahwa mereka ingin kembali berjaya. Kedatangan sekutu dan keberadaan Belanda yang bau-baunya ingin kembali menguasai Indonesia.

Sebelum tentara Inggris mendarat dengan 4.000 pasukan, masyarakat Surabaya itu udah mengalami berbagai insiden-insiden entah berantem sama Jepang maupun Belanda. Bayangin gini, para pemuda Surabaya itu udah mulai dapat kabar kalo Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan. 

Sekitar tanggal 1 September 1945, sudah resmi juga bahwa Negara Indonesia itu memakai Sang Saka Merah Putih sebagai bendera nasional yang harus dikibarkan di mana-mana. Jadi, para pemuda dan pejuang di Surabaya mulai berani melawan dan merebut persenjataan Jepang. Selain itu, mereka juga waswas banget sama pihak manapun yang berusaha mengganggu kemerdekaan Indonesia. 

Nah, nggak lama setelah penetapan bendera putih, ada sebuah insiden yang membuat hubungan Belanda dan Indonesia makin tegang. Pada 18 September 1945, sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh W.V.Ch. Ploegman mengibarkan bendera Belanda yang berwarna merah putih biru di atas Hotel Yamato secara diam-diam di malam hari. Bendera tersebut dikibarkan di sebuah tiang yang berada di tingkat teratas hotel.

Keesokan paginya, para pemuda Indonesia ngeliat bendera Belanda yang berkibar di atas Hotel Yamato. Tentu ini adalah penghinaan. Mereka pun merasa marah. Ini seakan-akan menunjukkan Belanda enggan mengakui kedaulatan Indonesia. Nggak terima dengan pengibaran bendera itu, massa pemuda Surabaya mulai berkumpul di area hotel. 

Sempat terjadi perundingan dengan Ploegman untuk menurunkan bendera namun ia menolak. Akhirnya terjadi perkelahian dan penembakan. Sementara beberapa pemuda lain memberanikan diri naik ke atas Hotel Yamato dan merobek bagian biru bendera sehingga terlihat bendera merah putih.

Lalu apakah kejadian Hotel Yamato (yang sempat berganti nama menjadi Hotel Oranje) ini menjadi penyebab Pertempuran Surabaya? Ya… insiden ini sering dikaitkan dengan meletusnya Pertempuran Surabaya. Namun, sebenarnya banyak hal-hal yang mendorong bentrokan antara arek-arek Suroboyo dengan Belanda dan Inggris. Utamanya, arek-arek Suroboyo ingin menjaga kedaulatan Indonesia. 

Nah, insiden seperti Hotel Yamato ini bisa dibilang mengganggu kelangsungan dan keamanan kemerdekaan Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa insiden ini salah satu faktor atau kejadian yang memprovokasi terjadinya pertempuran tapi bukan satu-satunya penyebab pecahnya pertempuran. 

Terus gimana prosesnya sampai Pertempuran Surabaya bisa berlangsung dari 27 Oktober sampai 20 November 1945? 

Setelah Inggris sampai di Surabaya, mereka sempat melakukan perundingan dengan pihak pemuda Surabaya hingga mencapai kesepakatan pada 26 Oktober 1945. Kesepakatan ini disetujui oleh Brigadir Mallaby. 

“1. Hanya tentara Jepang yang dilucuti, bukan pemuda 

  1. Sekutu jamin dan bantu keamanan serta ketertiban kota 
  2. Setelah dilucuti, tentara Jepang keluar Surabaya dari laut” 

Ehh..belum juga hari itu selesai, pihak Inggris sudah mengingkari kesepakatan itu di siang harinya. Tentara mereka mulai memasuki area niaga dan menduduki pos-pos penjagaan. Kalo begitu kan kesannya mereka mau menguasai kota.

Keesokan harinya pada 27 Oktober 1945, Inggris kembali beraksi dengan menurunkan “hujan” ribuan pamflet yang disebarkan melalui pesawat militer dari Jakarta. Ribuan pamflet itu menyerbu Kota Surabaya bak salju. Ketika dilihat dengan lebih dekat, ternyata pamflet yang ditandatangani Jenderal D.C. Hawthorn tersebut berisi rencana sekutu untuk menguasai kota-kota di Jawa. 

Selain itu,  tentara sekutu diperbolehkan membawa senjata. Sedangkan, pihak lain harus menyerahkan senjata dalam 48 jam. Bila seseorang kedapatan membawa senjata, ia akan ditembak di tempat. Wah, ini benar-benar menyulut kemarahan pemuda dan masyarakat Surabaya. 

Namun sebagai catatan, ternyata Brigadir Mallaby tidak tahu soal rencana penyebaran pamflet ini. Sepertinya koordinasi antara anggota militer Inggris sendiri tidak begitu kompak.

Di hari yang sama pertempuran antara tentara Inggris dan rakyat Surabaya mulai terjadi. Tapi pertempuran ini masih tergolong dalam skala kecil sampai akhirnya sebuah insiden kembali terjadi: Brigadir Mallaby yang merupakan pemimpin tentara Inggris tewas.

Kematian Brigadir Mallaby

Pada tanggal 30 Oktober 1945, pihak Inggris yang diwakilkan oleh Jenderal D.C. Hawthorn dan pihak pemerintah Indonesia yang diwakilkan oleh Soekarno berhasil mencapai persetujuan bersama. Kesepakatan kali ini sebenarnya cukup baik dalam arti pamflet yang sebelumnya dibagikan tidak lagi diberlakukan. 

Selain itu, daerah penjagaan tentara sekutu juga dibatasi. Perjalanan mantan tawanan pun dijamin hingga ke pelabuhan. Nah, Mallaby kemudian berkeliling kota untuk mengumumkan kesepakatan tersebut. Namun, saat itu kondisi Surabaya lagi nggak kondusif. Pertempuran-pertempuran kecil terjadi di mana-mana.

Scene during the Battle of Surabaya in 1945 when Brig. Gen. Mallaby was murdered
Pertempuran Surabaya pada 1945. (Dok. Wikipedia/CC BY-SA 3.0)

Singkat cerita, Brigadir Mallaby yang sedang berkeliling entah diserang atau terserang oleh pemuda Surabaya yang tidak diketahui identitasnya. Mallaby yang sedang mengendarai mobil menuju Jembatan Merah dicegat pasukan Indonesia. Mereka terjebak dalam baku tembak. 

Brigadir Mallaby kemudian tewas tertembak pemuda misterius yang hingga sekarang tidak diketahui. Nggak selesai di situ aja, mobil yang dikendarai Brigadir Mallaby juga terbakar karena terkena granat sehingga jasad Mallaby susah diidentifikasi. 

Ultimatum dan Peristiwa 10 November 1945

Jenderal Eric Carden Robert Mansergh
Jenderal Eric Carden Robert Mansergh (Dok. Alchetron)

Kematian Brigadir Mallaby menimbulkan kemarahan besar bagi pihak Inggris. Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh selaku pengganti Brigadir Mallaby mengeluarkan ultimatum pada 9 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan sebelum pukul 6 pagi pada 10 November 1945 dan menghentikan perlawanan terhadap tentara AFNEI dan administrasi NICA. Lalu gimana reaksi rakyat Surabaya?

Kenyataannya besoknya tidak ada penyerahan senjata. Rakyat Surabaya nggak peduli. Mereka tetap berani melawan pihak sekutu. Maka pertempuran hebat antara tentara Inggris dan masyarakat Surabaya pun nggak terelakkan. 

Pidato Bung Tomo

Masih di hari yang sama pada 10 November 1945, Bung Tomo sebagai salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia berpidato untuk membakar semangat masyarakat Surabaya agar berpegangan dengan keyakinan merdeka atau mati. Walau mereka harus menghadapi 30.000 tentara Inggris yang memiliki persenjataan canggih.

“Bismillahirrohmanirrohim..

Merdeka!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.

Kita semuanya telah mengetahui.

Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.

Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,

menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka

Saudara-saudara.

Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.

Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,

Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,

Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera,

Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.

Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.

Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.

Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.

Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.

Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.

Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.

Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara kita semuanya.

Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu,

dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya.

Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia.

Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.

Dengarkanlah ini tentara Inggris.

Ini jawaban kita.

Ini jawaban rakyat Surabaya.

Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris!

Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.

Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.

Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu

Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita:

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah

Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih

Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!

Tetapi saya peringatkan sekali lagi.

Jangan mulai menembak,

Baru kalau kita ditembak,

Maka kita akan ganti menyerang mereka itu kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk kita saudara-saudara.

Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.

Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara.

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,

Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah saudara-saudara.

Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka!!!”

*(Pidato diambil dari Suara.com)

Peristiwa 10 November 1945 dan Pertempuran Surabaya

Pertempuran-pertempuran kecil yang sebelumnya kerap terjadi kini berubah menjadi pertempuran yang jauh lebih sengit. Tentara Inggris mulai menyerang bagian utara Surabaya dengan serangan meriam kapal perang Inggris. Di sisi lain, para pemuda Indonesia tetap berdiri tegak.

Serangan-serangan dari tentara Inggris nggak menciutkan mereka. Puncak kemarahan pemuda pada tanggal 10 November 1945 ditandai dengan menembakkan meriam serangan udara dan mengenai pesawat tempur yang ditumpangi Komandan Batalyon Artileri Brigadir (jenderal) Robert Loder-Symons. 

Hingga beberapa minggu ke depan, pertempuran di Surabaya sangat sengit. Ribuan korban jiwa berjatuhan. Bom dan baku tembak menjadi makanan sehari-hari. Tank Sherman dikerahkan oleh Inggris untuk mempercepat kemenangan. Sayangnya, rakyat Indonesia nggak punya persenjataan yang memadai untuk melawan tank-tank yang berkeliaran di jalanan Surabaya.  

Keadaan di Surabaya benar-benar kacau, perlawanan terjadi di mana-mana. Langit yang harusnya cerah terasa seperti mendung dihiasi asap dari gedung dan benda lainnya yang terbakar.

Suasana Mencekam Peristiwa 10 November 1945
Suasana Mencekam Peristiwa 10 November 1945 (Dok. pwmu)

Peperangan terus berjalan. Bala bantuan pasukan dari daerah di luar Surabaya juga berdatangan. Namun gimana pun juga, persenjataan rakyat Indonesia saat itu kalah canggih dengan tentara Inggris. Jumlah tentara Inggris yang banyak beranggotakan tentara India itu juga lumayan banyak. 

Pada akhirnya, walau Inggris punya senjata dan alat perang yang jauh lebih canggih, mereka mulai menyadari bahwa pertempuran ini tidak ada habisnya. Mereka lebih baik menarik pasukan dan pergi meninggalkan neraka Pertempuran Surabaya.

Hasil Pertempuran Surabaya

Jadi, siapa yang menang dan kapan pertempuran sengit ini berakhir? Akhir dari pertempuran Surabaya, setelah tiga minggu yang penuh dengan keributan dan perjuangan, tentara Inggris menang. Yah bisa dibilang Tank Sherman itu menjadi salah satu alat perang tentara Inggris yang nggak bisa dilawan karena keterbatasan senjata arek-arek Suroboyo. 

Akhir minggu November 1945 tetap dipenuhi pertempuran namun jalanan Surabaya sudah bersih. Para pejuang sudah pindah ke bagian luar Kota Surabaya untuk meneruskan pertempuran dengan strategi lain. Sekutu terus “bersih-bersih” di daerah-daerah Surabaya hingga akhirnya mereka sampai di Gunungsari.

Sekutu menyerbu markas pejuang di Gunungsari dari darat dan udara pada 28 November 1945. Markas ini akhirnya jatuh ke tangan sekutu. Dengan itu, sekutu telah menguasai seluruh daerah Kota Surabaya. 

Kenapa 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan?

Sobat Zenius, itulah kira-kira kisah salah satu pertempuran terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia. Pertempuran ini begitu lama, memakan tiga minggu walau persenjataan sekutu jauh lebih canggih. Ini karena keberanian para pejuang yang membara. Mereka nggak segan-segan memberi perlawanan yang sengit dan agresif bagi pengganggu kemerdekaan RI. 

Peristiwa 10 November 1945 bisa dikatakan merupakan puncak dari perlawanan sengit di Pertempuran Surabaya. Begitu banyak korban dan pahlawan berjatuhan demi mempertahankan martabat Indonesia. Rakyat Indonesia berani menolak ultimatum dari sekutu dan meneruskan perjuangan mereka mempertahankan Indonesia. 

Oleh karena itu, melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959, Pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.

Kalo elo ingin belajar lebih lanjut, bisa banget nih elo coba baca-baca materi sejarah Zenius di sini. Eh tapi pastiin elo punya akun Zenius ya supaya bisa akses video-video, latihan soal, dan ringkasan materinya.

Ilustrasi Pertempuran Surabaya dari video materi sejarah Zenius Education
Ilustrasi Pertempuran Surabaya dari video materi sejarah Zenius Education

Penutup

Bagaimana sobat zenius, apakah elo ada pertanyaan seputar topik kita kali ini? Atau mungkin punya ide untuk artikel selanjutnya? Kalau punya pertanyaan maupun pernyataan, jangan ragu buat komen di kolom komentar, oke? Sampai sini dulu artikel kali ini dan sampai jumpa di artikel selanjutnya, ciao!

Referensi

Britannica. (2021). Surabaya. Diakses dari https://www.britannica.com/place/Surabaya

Tim Ahli Cagar Budaya Kota Surabaya, et al. (2018). Pasak Sejarah Indonesia Kekinian: SURABAYA 10 Nopember 1945. Diakses dari https://repository.unair.ac.id/93710/2/23%20Pasar%20Sejarah%20Fulltext.pdf

Zenius Education. (n.d.). Pertempuran Surabaya. Diakses dari https://www.zenius.net/materi-belajar/sejarah-indonesia-lp15429/pertempuran-surabaya-lp16028/pertempuran-surabaya-lu114127/

https://www.suara.com/news/2018/11/10/143836/isi-pidato-bung-tomo-yang-bakar-semangat-rakyat-surabaya?page=all

https://historia.id/politik/articles/dilema-mallaby-vVepm/page/3

Originally published: November 10, 2021
Updated by: Arieni Mayesha

Bagikan Artikel Ini!