MH Thamrin

ZenRp – MH Thamrin, Pahlawan Nasional dari Betawi

Bukan hanya nama jalan, MH Thamrin (1894-1941) merupakan pahlawan nasional yang memiliki darah Betawi dan berjuang secara diplomatis kooperatif melalui Volksraad (Dewan Rakyat). Ketahui selengkapnya di sini!

Hi, guys! Apakah Sobat Zen pernah mendengar nama Mohammad Husni Thamrin? Beliau lebih dikenal dengan nama MH Thamrin. Dia adalah salah satu pahlawan nasional, lho. Status pahlawan nasional itu didapat melalui Keppres No. 175 Tahun 1960.

Thamrin memiliki peran penting dalam perjuangan bangsa. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya, nama MH Thamrin diabadikan menjadi nama jalan di pusat Ibu Kota Indonesia, universitas, dan gedung museum di Jakarta. Wajahnya juga terpampang dalam uang pecahan Rp2.000,00 yang dikeluarkan Bank Indonesia pada 19 Desember 2016 menggantikan sosok Pangeran Antasari.

Apa sih yang membuat nama MH Thamrin bisa seperti itu? Apa jasa-jasa yang telah ia berikan hingga mendapat titel pahlawan nasional? Yuk, kita coba mengenal lebih dekat sosok MH Thamrin.

Profil MH Thamrin

Mohammad Husni Thamrin lahir pada 16 Februari 1894 di Sawah Besar, Batavia (Jakarta). Meski lahir di Batavia, Thamrin memiliki keturunan Eropa-Indonesia. Ia merupakan anak dari pasangan Tabri Thamrin dan Nurkhamah.

MH Thamrin
Potret MH Thamrin dan Istri (Sumber: mitramuseumjakarta)

Thamrin mendapat darah Eropa dari ayahnya, sedangkan ia mendapatkan darah Indonesia dari ibunya yang berasal dari Betawi. Ayahnya, Tabri Thamrin, adalah seorang Wedana Batavia (jabatan tertinggi nomor dua yang terbuka bagi warga pribumi setelah bupati) di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Cornelis van der Wijck tahun 1908. 

Kakeknya, adalah orang Inggris bernama Ort yang menikah dengan perempuan Betawi, yakni Noeraini. Kakeknya juga seorang pemilik hotel bernama Ort de Rijwik di bilangan Petojo. Setelah kakeknya meninggal, Tabri Thamrin (ayahnya) yang berusia sepuluh tahun diadopsi oleh Muhammad Thabri. Muhammad Thabri adalah paman dari pihak Noeraini yang memiliki pekerjaan sebagai Pamong Praja di Kepulauan Seribu. 

Thamrin mendapatkan pendidikan yang layak sejak belia. Ia mengenyam pendidikan menengah di Gymnasium Koning Willem III School te Batavia. Setelah lulus, ia memulai karier sebagai pemagang di Kepatihan Betawi. 

Karena kinerjanya yang baik, Thamrin lalu pindah ke kantor Karesidenan Betawi. Ia tidak bertahan lama di sana. Thamrin kemudian melanjutkan kariernya di perusahaan pelayaran/perkapalan milik Belanda, yaitu Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM).

Di KPM, Thamrin bertemu dengan van der Zee yang merupakan anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Betawi. Mat Seni (nama kecil Thamrin) dan van der Zee saling bertukar pikiran, terutama tentang pengembangan masyarakat Betawi. 

Nantinya, MH Thamrin akan menjadi Dewan Kota (Gemeenteraad, 1919-1941). Selain itu, ia juga akan menjadi Dewan Rakyat (Volksraad, 1927-1941). Thamrin mampu meniti karier di Volksraad walau tanpa organisasi politik.

Dengan latar belakang yang dimilikinya, tetap tidak mudah bagi Thamrin untuk menjadi seorang tokoh pergerakan. Ia memulainya dengan menjadi tokoh gerakan lokal Betawi. Memang, sejak ia muda, ia sudah memikirkan nasib masyarakat sekitarnya.

Perjalanan Kehidupan MH Thamrin

Cara MH Thamrin Berjuang

Perjuangan yang dilakukan oleh kaum pergerakan dilakukan dengan dua cara, yaitu bekerja sama dengan pihak kolonial atau kontra dengan pihak kolonial. Bisa juga disebut dengan kooperatif dan nonkooperatif.

Kata “kooperatif” memiliki konotasi yang kurang positif jika digunakan dalam kasus perjuangan. Mengapa demikian? Karena perjuangan secara kooperatif kerap dianggap sebagai kaki-tangan Belanda. Jadi, orang-orang lebih menghargai tokoh yang memilih berjuang dengan cara nonkooperatif. 

Padahal, adanya kedua cara tersebut justru saling melengkapi pergerakan bangsa dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Bahkan, Thamrin tetap bergerak di Volksraad saat pergerakan dari tokoh seperti Soekarno dan Sjahrir pada kisaran tahun 1933⎼1942 terkesan mandek. 

MH Thamrin pernah memberi pernyataan bahwa “Nasionalis kooperatif dan nonkooperatif memiliki satu tujuan bersama yang sama-sama yakin pada Indonesia Merdeka! Jika kami kaum kooperator merasa bahwa pendekatan kami tidak efektif, maka kami akan menjadi yang pertama mengambil arah kebijakan politik yang diperlukan“. (Handelingen Volksraad, 1931-1932).

Thamrin memiliki kedekatan dengan Soekarno. Dengan kedekatan itu, dapat dikatakan jika Thamrin merupakan penghubung antara kelompok pergerakan kooperatif dan pergerakan nonkooperatif, serta antara kelompok pergerakan dengan pemerintah (Volksraad). 

Bung Karno dalam beberapa pidatonya sering kali membahas tentang persoalan yang besar (makro), seperti falsafah dan ideologi negara. Lalu, Thamrin hadir untuk membahas tentang persoalan kecil (mikro), seperti permukiman becek, permukiman tanpa penerangan, dan banjir. Thamrin juga membahas tentang prioritas pembangunan, harga-harga komoditas yang dihasilkan rakyat, pajak, serta sewa tanah.

Thamrin memang kooperatif, tetapi ia bukanlah seorang loyalis Belanda. Thamrin akan keberatan jika ada aturan dari Pemerintah Hindia Belanda yang merugikan perjuangan kaum pergerakan serta rakyat. Ia tahu betul cara beroposisi yang santun.

Patung MH Thamrin Monas
Patung MH Thamrin di Halaman Monumen Nasional (Sumber: Google Arts & Culture)

Kontribusi dan Kegiatan Politik

Pertemanan antara Thamrin dan van der Zee berlanjut sejak bertemu di Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM). Ketika Thamrin masih bekerja di KPM, Thamrin mendaftar lowongan Gemeenteraad di Batavia dan mendapatkan dukungan dari van der Zee. Kala itu, van der Zee adalah ketua perkumpulan pemilih anggota Dewan Kota. Thamrin baru keluar dari KPM setelah enam tahun diangkat menjadi anggota Gemeenteraad. Sebagai informasi tambahan, Gemeenteraad atau Dewan Kota setara dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

MH Thamrin pun diangkat menjadi Dewan Kota pada usianya yang ke 25 tahun. Pada 27 Oktober 1919, ia memberikan pidato dalam pengangkatannya sebagai Dewan Kota Batavia. Di dalam pidato tersebut, Thamrin menyampaikan harapan dari ibunya terhadapnya.

“Tetapi saya pun minta izin supaya kepada sidang ini untuk menceritakan apa yang diharapkan oleh ibu saya almarhumah yang sederhana. Beliau mengharapkan saya menjadi orang pandai, agar dapat memikirkan kehidupan bersama di sekeliling saya,” Thamrin berkata dalam pidatonya.

Dalam masa jabatannya, salah satu isu yang menjadi fokus Mat Seni adalah ketimpangan antara pembangunan kampung dan kota di Batavia. Perhatian Mat Seni tersebut tampaknya dipengaruhi oleh pengalaman Thamrin sendiri karena sudah tinggal di Batavia sejak lahir. Mat seni pun berjuang untuk memperbaiki nasib para penduduk lokal di Batavia. Salah satu hasil yang masih dapat dilihat hingga sekarang adalah kanal Ciliwung yang bertujuan agar Jakarta terlepas dari banjir.

Ya, di antara banyaknya ide atau pikiran Thamrin, ia juga mengungkapkan keresahannya soal pentingnya pembendungan Sungai Ciliwung untuk menghindari banjir. Gagasan itu membuat van der Zee tertarik, yang lalu diadopsi oleh van der Zee untuk disampaikan dan dibahas dalam parlemen Dewan Kota. Usaha ini tidak sia-sia, gagasan proyek penanggulangan banjir pun disetujui dan dieksekusi oleh gubernur jenderal.

MH Thamrin juga menggalang semangat perjuangan pemuda Betawi, ia membentuk Kaum Betawi pada 1 Januari 1923. Lalu, pada 17 Desember 1927 ikut mendirikan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) sebagai upaya menggalang gerakan perjuangan nasional. Di tahun yang sama, Thamrin naik ke tingkat nasional, ia bergabung dengan Volksraad (Dewan Rakyat) atau setingkat DPR untuk mengisi lowongan yang dinyatakan kosong oleh gubernur jendral.

Pada awalnya, kedudukan tersebut ditawarkan kepada HOS Cokroaminoto, tetapi ditolak. Kemudian, ditawarkan lagi ke dr. Sutomo dan kembali mendapat penolakan. Agar tidak mendapatkan penolakan untuk kesekian, dibentuklah panitia Dr. Sarjito yang akan memilih seseorang untuk mengisi kursi Volksraad yang kosong. Akhirnya, Panitia Dr. Sarjito memilih Mohammad Husni Thamrin dengan alasan bahwa Thamrin cukup pantas mengisi posisi di Volksraad jika mengingat sepak terjangnya sebagai anggota Gemeenteraad. Itu menjadikan MH Thamrin sebagai tokoh Betawi yang pertama berkarier menjadi anggota Volksraad. 

Menjadi anggota Volksraad tidak membuat Thamrin lupa diri. Thamrin justru semakin menyadari tujuan dari kehadirannya, yaitu untuk memperjuangkan nasib bangsa. Thamrin berpidato tentang analisa perbedaan struktur sistem kolonial dan sistem yang dianut oleh pribumi saat rapat Volksraad pertama. Intinya, Thamrin ingin mengatakan bahwa kaum kolonial harus memberikan hak kepada kaum pribumi untuk mengatur pemerintahannya sendiri.

Pada tahun 1929, terjadi sebuah masalah di dalam Gemeenteraad. Masalah ini berkaitan dengan pengisian lowongan jabatan wakil walikota Betawi. Pemerintah kolonial saat itu mengamanatkan seseorang dari Belanda yang kurang berpengalaman di jabatan tersebut. Tindakan yang diambil oleh Belanda tersebut mendapatkan reaksi keras hingga berujung mogok kerja dari fraksi nasional. Alhasil Muhammad Husni Thamrin pun diangkat sebagai Wakil Walikota Batavia.

Di samping itu, perjuangan MH Thamrin di Volksraad pun semakin menjadi-jadi. Thamrin dan beberapa tokoh nasional lainnya membentuk Fraksi Nasional di Volksraad. Fraksi tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan golongan nasionalis dalam memperjuangkan kemerdekaan di dewan.

Peran lain Thamrin di Dewan Rakyat adalah membantu mosi Kusumo Utoyo yang memprotes penggeledahan terhadap tokoh-tokoh PNI. Protes itu disampaikan di depan perwakilan pemerintah pada sidang tertanggal 27 Januari 1930. MH Thamrin menyebut penggeledahan itu sebagai upaya provokatif dari pihak Belanda. Ia pun menyampaikan data-data penggeledahan terhadap tokoh PNI yang dilakukan pemerintah di berbagai kota di Indonesia.

Bersama dengan Kusumo Utoyo pula Thamrin mengadakan peninjauan ke Sumatera. Peninjauan itu dilakukan untuk menyelidiki nasib buruh perkebunan yang sangat menderita akibat adanya poenale sanctie atau hukuman yang diberikan kepada para buruh apabila mereka melanggar kontrak (melarikan diri). 

Thamrin menyampaikan tentang permasalahan terhadap buruh ini dalam pidatonya di Volksraad. Pidato itu memiliki pengaruh hingga ke luar negeri, contohnya timbul kampanye untuk tidak membeli tembakau Deli di Amerika Serikat. Setelahnya, poenale sanctie melunak dan pada akhirnya dihapuskan.

Pada kisaran tahun 1938, Thamrin juga berperan dalam kegiatan Partai Indonesia Raya (Parindra) yang didirikan oleh dr. Sutomo. Setelah dr. Sutomo meninggal, Thamrin diangkat menjadi ketua Parindra. Sementara itu, perjuangan Thamrin di Volksraad masih berlanjut. 

Pada tahun 1939, tepatnya pada tanggal 17 Agustus, MH Thamrin serta tokoh lainnya di Volksraad juga pernah mengajukan mosi pengadaan pendidikan sastra di Indonesia. Dalam mosi itu, diharapkan pada tahun 1940 Indonesia sudah memiliki Fakultas Sastra. Dalam perhitungan suara, mosi ini memenangkan perhitungan dengan suara 29 berbanding 17 dan disetujui. Oleh karena itu, Mohammad Husni Thamrin dapat juga dikatakan sebagai pelopor lahirnya pendidikan tinggi di bidang sastra.

Di tahun yang sama (1939), Thamrin mengusulkan mosi agar mengganti istilah yang diberikan Belanda seperti Indie, Nederland Indische, dan Inlander dengan istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier. Usulan ini ditolak oleh pihak Belanda, walaupun mendapatkan dukungan dari sebagian besar anggota Volksraad. Sejak saat itu, ketidaksenangan Thamrin terhadap pemerintah kolonial semakin memuncak dan mengakibatkan ia selalu dicurigai dan diawasi. 

Pada bulan Mei di tahun yang sama, MH Thamrin mempelopori bergabungnya empat organisasi nasional dalam satu wadah bernama Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Ia menghimpun kekuatan-kekuatan sosial-politik untuk menciptakan gagasan bersama yang memiliki empat tujuan utama, yaitu Indonesia menentukan nasib sendiri, persatuan nasional, pemilihan secara demokrasi, dan solidaritas antara warga Indonesia dan Belanda untuk memerangi fasisme.

Peran penting lainnya dari wadah tersebut adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia yang bertemakan Indonesia Berparlemen. Salah satu keputusan penting dari kongres tersebut adalah ditetapkannya bendera Merah Putih dan Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu kebangsaan. MH Thamrin ingin agar Indonesia memiliki pemerintahan yang bukan hanya sebatas menjadi penasihat seperti Volksraad, ia menginginkan parlemen sejati dan pemerintahan yang bertanggung jawab ketika nasib bangsa sudah bisa ditentukan oleh rakyatnya sendiri. 

Tidak berhenti di situ, MH Thamrin juga merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia sepak bola Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Pada tahun 1932, Thamrin dengan dana pribadinya pernah menyumbang sebesar 2000 Gulden untuk mendirikan lapangan sepak bola. Lapangan ini merupakan lapangan kelas atas yang pertama kali dikhususkan untuk pribumi di daerah Petojo, Batavia. 

Kemudian, lapangan itu digunakan oleh klub sepak bola bernama Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) yang berdiri sejak 1928. Lapangan atau stadion tersebut dinamakan Stadion VIJ karena diambil dari nama klub yang menggunakannya dan nama stadion tersebut tidak berubah hingga sekarang. Oiya, klub Voetbalbond Indonesia Jacatra merupakan cikal bakal dari klub Persija Jakarta yang kita kenal sekarang ini.

Stadion VIJ
Plang Stadion VIJ di Petojo, Jakarta (Sumber: liputan6)

Museum MH Thamrin

Pada awal abad ke-20, pemerintahan saat itu sedang mengembangkan prasarana Kota Batavia dengan membangun gedung-gedung untuk rumah tinggal, kantor, dan pelayanan masyarakat, termasuk juga gedung Museum MH Thamrin. Kala itu, gedung Museum MH Thamrin yang beralamat di Kenari II nomor 15, Jakarta Pusat, masih menjadi rumah pemotongan hewan dan pernah juga menjadi gudang buah impor dari Australia.

Kemudian, pada tahun 1929, gedung itu dibeli oleh MH Thamrin dari Meneer de Has yang berkebangsaan Belanda. Lalu, untuk kepentingan kaum pergerakan, gedung ini dihibahkan Thamrin kepada organisasi bernama Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Gedung itu dikenal atau dinamakan dengan nama “Gedung Permufakatan Indonesia” setelah PPPKI menjadikan gedung itu sebagai sekretariat organisasinya.

Gedung ini diamanatkan untuk kepentingan perjuangan. Di dalam gedung ini semangat kebangsaan disemai, lalu perlawanan terhadap penjajahan tumbuh. Banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung gerakan perjuangan, seperti rapat-rapat pergerakan nasional, kongres rakyat Indonesia, pertunjukan sandiwara, kursus-kursus, dan lainnya. Gedung ini memiliki peran dalam perkembangan perjuangan, terutama ketika tokoh-tokoh pergerakan nasional nonkooperatif tidak dapat bergerak karena ancaman dan ditangkap. 

Selain sebagai pusat pergerakan, gedung ini juga memiliki peran lain. Salah satunya adalah menjadi saksi bisu lahirnya lagu kebangsaan RI. Di gedung ini, konsep dari lagu Indonesia Raya dibuat oleh WR Supratman. 

Setelah kemerdekaan, (1960⎼1964), gedung ini digunakan untuk tempat pendidikan kepamongprajaan. Lalu, gedung ini (1966⎼1977) juga sempat dijadikan tempat perkuliahan Universitas Jakarta (sekarang UNJ) pada malam harinya. Sementara itu, pada siang harinya, gedung ini digunakan untuk belajar siswa-siswi SMA sampai dengan tahun 1984.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masa Gubernur Suprapto meresmikan gedung ini sebagai museum yang fokus pada dokumentasi perjuangan MH. Thamrin dan yang lainnya. Bangunan ini pun mengalami pemugaran seperti aslinya. Selain sebagai museum, bangunan ini juga disewakan untuk berbagai macam kegiatan umum.

Museum MH Thamrin
Museum MH Thamrin (Sumber: mitramuseumjakarta)

Masa-Masa Akhir MH Thamrin

Mulanya Thamrin memang dipandang sebagai sosok yang kooperatif, tetapi pada akhirnya hayatnya ia justru dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal 6 Januari 1941, MH Thamrin menjadi tahanan rumah karena dicurigai membantu pasukan Jepang dan dianggap tidak setia kepada Belanda.

Thamrin menjalani masa tahanannya dengan sakit-sakitan, walau begitu kerabat dan dokter dilarang mengunjunginya. Pertolongan dokter datang terlambat, dokter baru diizinkan untuk memeriksanya setelah Thamrin sudah mengalami demam tinggi dan kesulitan bicara. Lima hari setelah dijadikan tahanan rumah, tepatnya pada 11 Januari 1941, Thamrin wafat di rumahnya di jalan Sawah Besar No 32 karena sakit yang dideritanya. 

Pada hari pemakaman MH Thamrin, ribuan orang mengantarkan jenazahnya ke tempat peristirahatan yang terakhir, yakni TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Atas jasa-jasanya, Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai pahlawan nasional pada tahun 1960. Namanya pun kini dijadikan nama jalan di pusat DKI Jakarta.

MH Thamrin

Perjuangan MH Thamrin patut kita teladani. Thamrin tetap berpihak pada rakyat dan kaum pergerakan serta tidak berhenti memperjuangkan nasib bangsa, walau ia duduk di pemerintahan. Ia adalah contoh pejuang yang bergerak secara kooperatif.

Nah, jadi seperti itulah sosok MH Thamrin. Sekarang, Sobat Zen telah mengenal siapa itu MH Thamrin yang berada di uang Rupiah kita. Sobat Zen masih penasaran dengan tokoh-tokoh lainnya? Kalau begitu sempatkan untuk membaca artikel lainnya, ya! Jangan lupa juga untuk terus ikuti keseruan lainnya dari Zenius di YouTube! Sampai jumpa!

Gonggong, Anhar. 1985. Muhammad Husni Thamrin. Jakarta: Depdikbud. Dapat diakses melalui http://repositori.kemdikbud.go.id/7515/1/MUHAMMAD%20HUSNI%20THAMRIN.pdf

Adam, Asvi Warman. 2006. MH Thamrin, Politikus yang Santun. Diakses pada 27 November 2021, dari http://lipi.go.id/berita/mh-thamrin-politikus-yang-santun-/241

Jakarta Smart City. 2016. Mengenang Mohammad Husni Thamrin. Diakses pada 27 November 2021, dari https://smartcity.jakarta.go.id/blog/74/mengenang-mohammad-husni-thamrin

Mitra Museum Jakarta. Tanpa Tahun. Sejarah. Diakses pada 27 November 2021, dari https://www.mitramuseumjakarta.org/mh-thamrin

Hanggoro, Hendaru Tri. 2019. M.H. Thamrin Bukan Sekadar Nama Jalan. Diakses pada 27 November 2021, dari https://historia.id/urban/articles/m-h-thamrin-bukan-sekadar-nama-jalan-P9dmJ/page/1

Kumparan. 2021. MH Thamrin, Tokoh Betawi di Uang Rp 2.000 yang Pro Rakyat Pribumi. Diakses pada 27 November 2021, dari https://kumparan.com/kumparannews/mh-thamrin-tokoh-betawi-di-uang-rp-2-000-yang-pro-rakyat-pribumi-1wGiRKoao3s

Nurdyansa. 2018. Biografi dan Profil Muhammad Husni Thamrin – Pahlawan Nasional Indonesia. Diakses pada 27 November 2021, dari https://www.biografiku.com/biografi-dan-profil-muhammad-husni-thamrin-pahlawan-nasional-indonesia/

Calista, Fariza. 2021. Biografi dan Profil Lengkap Mohammad Husni Thamrin – Pahlawan Nasional Indonesia. Diakses pada 27 November 2021, dari https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-mohammad-husni-thamrin/

Baca Juga Artikel Lainnya

Djuanda Kartawidjaja

TB Simatupang

Bagikan Artikel Ini!