TB Simatupang

ZenRp – TB Simatupang Menjadi Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) di Usia 30 Tahun

TB Simatupang (1920-1990) pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang dan turut berjasa dalam pengembangan militer di Indonesia. Ketahui selengkapnya di sini!

Hi, guys! Gue masih mau bahas tokoh-tokoh yang ada dalam mata uang Rupiah nih. Kali ini, gue akan bahas tokoh yang ada dalam uang logam Rp500,00 yakni Letnan Jenderal (Purn) Tahi Bonar Simatupang atau dikenal dengan TB Simatupang asal Sumatera Utara. Ia resmi berada dalam uang tersebut sejak tanggal 19 Desember 2016.

Dari beberapa pahlawan nasional lainnya yang dimuat dalam Rupiah, TB Simatupang adalah tokoh dengan status pahlawan nasional termuda. Ia baru dianugerahkan gelar pahlawan melalui Keppres No. 68 Tahun 2013.

TB Simatupang dikenal sebagai tentara intelektual dan konseptor peletak dasar-dasar kemiliteran Indonesia. Bahkan, ia sempat menjadi orang nomor satu di militer Indonesia. Pada tahun 1950-1953, ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang dengan pangkat Mayor Jenderal.

TB Simatupang
Potret TB Simatupang (Sumber: wikimedia)

Nama Tahi Bonar Simatupang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia, khususnya DKI Jakarta. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya jalan yang menggunakan nama Simatupang di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya di Jakarta Selatan.

Yuk, langsung saja kita kenalan dengan tokoh tersebut!

Profil TB Simatupang

Tahi Bonar Simatupang lahir pada tanggal 28 Januari 1920 di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Ia dipanggil dengan nama Bonar oleh teman-temannya ketika masih kecil. Bonar lahir dalam keluarga sederhana. Menurut Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), Bonar merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara (sumber lain mengatakan delapan bersaudara). Ayah dan ibunya bernama Simon Mangaraja Soaduan Simatupang dan Mina Boru Sibutar.

Ayahnya adalah intelektual yang bekerja sebagai ambtenaar (pegawai negeri) di Jawatan Pos dan Telegraf (PTT: Post, Telefoon en Telegraaf). Ayahnya juga pendiri Persatuan Kristen Indonesia yang kemudian menjadi Partai Kristen Indonesia (Parkindo).

Bonar alias TB Simatupang memiliki peran besar dalam pembangunan sistem militer pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Ia menyadari bahwa pertahanan Indonesia harus kuat jika ingin lepas dari pengaruh Belanda. Ia juga berjasa dalam terciptanya pedoman TNI seperti Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.

TB Simatupang lebih menyukai penamaan yang sederhana seperti Pedoman Prajurit untuk tujuh pokok (Sapta Marga) pedoman TNI. Namun, sebagian peserta rapat saat itu menolaknya dengan alasan menginginkan istilah yang menunjukkan suatu identitas, menunjukkan loyalitas, dan memiliki daya tarik serta imajinasi, contohnya seperti Pancasila. 

Awalnya, Simatupang keheranan dengan istilah “Marga” karena dari daerah asalnya istilah ini memiliki arti “bagian kekerabatan” atau bisa disebut nama keluarga. Padahal, istilah “Marga” yang diusulkan itu memiliki arti sebagai “pegangan hidup”. Pada akhirnya, Simatupang menyetujui usulan ini.

Sapta Marga
Isi dari Sapta Marga (Sumber: tniad.mil.id)

Gue juga sertakan isi dari Sumpah Prajurit yang di bawah ini.

Sumpah Prajurit

Demi Allah saya bersumpah/berjanji :

  1. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
  2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan.
  3. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.
  4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Republik Indonesia.
  5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.

Pendidikan Formal dan Pendidikan Militer

TB Simatupang sudah dikenal sebagai murid yang cerdas sejak masih duduk di bangku sekolah. Bonar mengawali pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Pematangsiantar dan lulus pada tahun 1934). Ia melanjutkan sekolah di Christelijke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO Kristen) Tarutung dan lulus pada tahun 1937. Kemudian, ia menyeberang pulau untuk melanjutkan sekolahnya di Algemeene Middelbare School (AMS) di Salemba, Batavia, dan lulus pada tahun 1940. 

Sebenarnya saat Tahi Bonar Simatupang muda, ia ingin menjadi tenaga medis (dokter) di rumah sakit gereja. Namun, cita-cita tersebut berubah dalam perjalanannya. Ia mendaftar penerimaan taruna Koninklijke Militaire Academie (KMA) alias Akademi Militer Kerajaan Belanda di Bandung. Lulusan KMA diproyeksikan untuk menjadi perwira Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). Peluang orang Indonesia untuk diterima di sana cukup terbuka.

TB Simatupang memulai karier militernya sebagai taruna Koninklije Militaire Academie (KMA) Bandung pada tahun 1940. Setelah menempuh pendidikan selama dua tahun, ia lulus dengan gelar taruna mahkota perak karena ia merupakan murid yang berprestasi di bidang teori. Simatupang pun menjadi seorang perwira muda pada tahun 1942. 

Terdapat beberapa orang Indonesia lainnya di KMA. Nama-nama tersebut adalah Rahmat Kartakusumah, Abdul Haris Nasution, juga Alex Kawilarang. Banyak dari mereka yang kemudian masuk dalam satuan infanteri.

“Saya memilih Zeni. Pilihan itu pada satu pihak oleh karena saya memenuhi syarat yang diterima di bagian Zeni, yaitu angka-angka yang lumayan (tinggi) dalam pelajaran eksakta,” ujar Simatupang dalam Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos (1991: 84). Sebagai tambahan, Zeni merupakan satuan bantuan tempur dalam TNI AD yang lebih fokus pada bidang Teknik.

Simatupang bukan orang yang gemar dengan mata pelajaran praktik, seperti berenang, anggar, naik kuda, atau menembak. Di kelas Zeni, hanya ada sepuluh orang termasuk Simatupang. Beberapa mata kuliah yang diambil mengharuskan mereka bergabung dengan kelas yang ada di Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini Institut Teknologi Bandung) yang merupakan kampus teknik pertama di Indonesia. 

Setelah lulus dari KMA dan Indonesia Merdeka, Simatupang bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). TB Simatupang memiliki keunggulan dalam bidang manajemen organisasi dan ketentaraan. Hanya sedikit perwira yang menguasai bidang tersebut dengan baik di masa itu.

TB Simatupang
TB Simatupang (Kedua dari Kiri) Sedang Berbincang dengan Sesama Anggota (Sumber: ANRI)

Karier Militer

Menjadi tentara yang cerdas tidak membuat TB Simatupang hanya beraksi di belakang medan pertempuran, ia juga turut bergerilya melawan pasukan Belanda bersama Panglima Besar Jenderal Sudirman. Selanjutnya, Simatupang memiliki jabatan baru sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Perang (WKSAP) RI pada tahun 1948 hingga 1949. Dalam jabatannya tersebut, Simatupang menjadi wakil TNI dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

Jenderal Sudirman wafat pada tahun 1950. Tidak lama setelah itu, TB Simatupang yang saat itu berusia 30 tahun ditunjuk langsung oleh presiden sebagai Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal dalam periode 29 Januari 1950–4 November 1953. Kariernya bisa dibilang gemilang karena hanya butuh waktu delapan tahun sejak lulus akademi (1942) untuk menjadi KSAP.

Menjadi KSAP merupakan jabatan tertinggi yang pernah diemban TB Simatupang. Jabatan tersebut merupakan jabatan tertinggi dalam militer. Secara hierarki, jabatan KSAP berada di bawah tanggung jawab Menteri Pertahanan sekaligus berada di atas Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan Kepala Staf Angkatan Udara.

TB Simatupang dan Soekarno
TB Simatupang Bersalaman dengan Soekarno saat Pelantikan KSAP (Sumber: ANRI)

“Pak Sim dalam tempo enam tahun telah menjadi mayor jenderal dengan jabatan KSAP yang merupakan jabatan tertinggi dalam angkatan bersenjata RI. Mungkin karir militer seperti itu tak akan ada yang menyamai dalam sejarah Republik Indonesia,” ujar Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo dalam buku 70 Tahun Dr TB Simatupang, Saya Adalah Orang yang Berhutang.

Dalam masa jabatannya, terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Peristiwa itu tentang penuntutan pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) oleh Kepala Staf Angkatan Darat (AH Nasution) dan tujuh panglima daerah serta demonstran di Jakarta. 

Pada tahun 1953, wewenang Simatupang dalam militer mulai dikurangi oleh Presiden Soekarno. Kemudian, pada tahun berikutnya, Sukarno juga menghapus jabatan KSAP dalam tubuh militer. Menurut beberapa kabar, alasan jabatan tersebut dihapuskan disebabkan oleh sikap kritis dari TB Simatupang serta ketegangan antara TB Simatupang dan Soekarno. Setelah itu, Simatupang diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI (1954–1959). 

Pada masa itu, TB Simatupang dipensiunkan. Setelah tidak lagi berada di militer, ia aktif dalam pendidikan dan gereja. Selanjutnya, ia menuliskan pemikiran-pemikirannya dan menerbitkannya  dalam bentuk buku yang bertema militer hingga teologi, seperti Laporan dari Banaran (1960), Pengantar Ilmu Perang di Indonesia (1969), Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai (1981), dan Iman Kristen dan Pancasila (1984).

Masa-Masa Akhir TB Simatupang

Pada 21 Juli 1959, TB Simatupang pensiun muda dari militer di usianya yang 39 tahun. Pangkat terakhirnya adalah Letnan Jenderal. Setelah pensiun, ia aktif dalam kegiatan gereja seperti menjabat sebagai Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Ketua Majelis Pertimbangan PGI, Dewan Gereja se-Asia, Dewan Gereja se-Dunia, Ketua Yayasan Universitas Kristen Indonesia, serta Ketua Yayasan Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM). 

Simatupang banyak menulis buku untuk membekali perwira-perwira di sekolah militer. Buku pertama yang ditulis adalah Laporan dari Banaran (1960). Di dalam buku ini, ia mengisahkan tentang perannya dalam Revolusi Kemerdekaan. Pada tahun 1969, berkat pemikiran ilmiahnya, TB Simatupang dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat.

Pada tanggal 1 Januari 1990, TB Simatupang wafat karena sakit di Jakarta. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Berkat jasanya terhadap bangsa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada TB Simatupang pada tahun 2013.

TB Simatupang

Nah, seperti itu kisah dari tokoh pahlawan nasional TB Simatupang yang bisa gue bagikan sama Sobat Zenius. TNI bisa berkembang sampai seperti saat ini, tidak lepas dari peran dan jasa TB Simatupang. Jadi, begitulah mengapa kita bisa melihat wajahnya terpampang dalam Rupiah.

Cukup sekian biografi kali ini, ya. Update terus blog Zenius untuk mengetahui biografi dari tokoh-tokoh lainnya, guys. Jangan lupa juga untuk terus ikuti keseruan lainnya dari Zenius di YouTube! Sampai jumpa!

IKPNI. Tanpa Tahun. PAHLAWAN NASIONAL: Tahi Bonar Simatupang. Letnan Jenderal TNI (Purn). Diakses pada 29 November 2021, dari http://ikpni.or.id/pahlawan/tahi-bonar-simatupang-letnan-jenderal-tni-purn/

Tempo.co. 2021. Pak Sim atau TB Simatupang dari Kapten Jadi Jenderal dalam Tempo 6 Tahun. Diakses pada 29 November 2021, dari https://nasional.tempo.co/read/1502973/pak-sim-atau-tb-simatupang-dari-kapten-jadi-jenderal-dalam-tempo-6-tahun

Jakarta Smart City. 2016. T.B Simatupang, Sosok Konseptor Kemiliteran Indonesia. Diakses pada 29 November 2021, dari https://smartcity.jakarta.go.id/blog/72/tb-simatupang-sosok-konseptor-kemiliteran-indonesia

Sembiring, Krina. 2021. TB Simatupang, Tentara Intelektual yang Diolok-olok sebagai Diplomat Kesasar. Diakses pada 29 November 2021, dari https://nasional.sindonews.com/read/511884/14/tb-simatupang-tentara-intelektual-yang-diolok-olok-sebagai-diplomat-kesasar-1629050919

Sitompul, Martin. 2020. T.B. Simatupang, Jenderal Jenius yang Religius. Diakses pada 29 November 2021, dari https://historia.id/militer/articles/t-b-simatupang-jenderal-jenius-yang-religius-P9d74

Matanasi, Petrik. 2018. T.B. Simatupang, Jenderal Cerdas yang Mencerdaskan Tentara. Diakses pada 29 November 2021, dari https://tirto.id/tb-simatupang-jenderal-cerdas-yang-mencerdaskan-tentara-cCml

Pratama, Ichsan. 2021. T.B. SIMATUPANG : DI BALIK PERUMUSAN PEDOMAN PRAJURIT SAPTA MARGA TNI. Diakses pada 29 November 2021, dari https://militer.id/tb-simatupang-perumusan-sapta-marga-tni/

Baca Juga Artikel Lainnya

Djuanda Kartawidjaja

MH Thamrin

Bagikan Artikel Ini!