Gold Glory Gospel

Gold, Glory, Gospel: Latar Belakang, Tujuan dan Dampak – Materi Sejarah Kelas 11

Sobat Zenius, elo tau alasan kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia? Salah satu penyebabnya adalah misi Gold, Glory, Gospel yang diusung oleh Penjelajah Eropa. Ini jugalah yang menyebabkan lahirnya praktik imperialisme dan kolonialisme.

Dalam artikel ini gue akan membahas semua hal mengenai Gold, Glory, Gospel. Mulai dari latar belakang kemunculannya, tujuan, hingga dampaknya bagi masyarakat Indonesia. Simak, ya!

Apa itu “Gold, Glory, Gospel”?

Sebelum kita masuk ke pembahasan, gue mau kasih tau dulu kalau istilah Gold, Glory, Gospel sebenarnya tidak secara eksplisit disebutkan oleh para penjelajah Eropa pada saat itu. Namun, istilah ini dikeluarkan oleh beberapa sejarawan ketika orang-orang Eropa memulai masa eksplorasinya di awal abad 15. 

Kata “gold” mengacu pada usaha mencari berbagai sumber daya untuk memperoleh kekayaan. Kata “glory” berarti usaha dari masing-masing bangsa untuk menunjukan kehormatannya dengan  memberikan pengaruhnya di setiap wilayah yang dikuasai.

Sedangkan, kata “gospel” berarti usaha untuk menyebarkan ajaran agama, khususnya Kekristenan. Nah, lantas apa sih yang melatarbelakangi lahirnya ketiga misi itu. Yuk simak pembahasannya!

Latar Belakang Gold, Glory, Gospel

Timbulnya misi Gold, Glory, Gospel ini menurut J.H. Parry (Sejarawan Lautan dan Perdagangan) terjadi saat  Age of Discovery atau Zaman Penjelajahan bangsa Eropa sejak abad 15 hingga akhir abad 17. Terdapat  tiga faktor yang menjadi alasan lahirnya misi ini.

Latar Belakang Gold, Glory, Gospel
Latar belakang munculnya Gold, Glory, Gospel. (Arsip Zenius)

Kejatuhan Konstantinopel 1453

Sejak kejatuhan Kota Konstantinopel ke tangan Kesultanan Turki Usmani pada tahun 1453, pedagang-pedagang dari Eropa menjadi sulit untuk melakukan perdagangan.

Alasannya karena Kesultanan Turki mempersulit pedagang Eropa yang melewati jalur perdagangan di Selat Bosporus (selat yang menghubungkan benua Eropa dan dunia Timur).

Akibatnya, pasokan barang-barang penting di Eropa menjadi berkurang, terutama rempah-rempah. Sedangkan rempah-rempah sangat dibutuhkan karena berfungsi sebagai pengawet makanan, bumbu masakan, obatan-obatan, dan penghangat tubuh.

Kenapa bangsa Eropa nggak menanam rempah-rempah sendiri? Saat itu, rekayasa pertanian belum canggih seperti saat ini, guys. Kondisi iklim di Eropa nggak memungkinkan pertanian dan produksi rempah-rempah.

Nah, karena kebutuhan akan rempah-rempah ini harus dipenuhi,membuat bangsa Eropa pun berusaha untuk menemukan jalur perdagangan baru dan “dunia baru”.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan juga menjadi salah satu alasan lahirnya misi Gold, Glory, Gospel. Penemuan Nicolaus Copernicus, yang didukung oleh Galileo Galilei, bahwa bumi itu bulat menjadi alasan bangsa Eropa untuk mengelilingi dunia.

Sehingga, masyarakat Eropa mulai meyakini walaupun mereka berlayar ke arah timur ataupun ke barat, mereka akan kembali lagi ke tempat asalnya. Selain itu, penemuan dan penyempurnaan kompas sebagai alat penunjuk arah mata angin juga memudahkan penjelajahan samudra bangsa Eropa.

Reconquista

Semangat untuk menjelajahi samudera juga didukung untuk penyebaran ajaran agama Katolik. Semangat ini dikenal dengan nama “Reconquista” atau semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam di Semenanjung Iberia.

Semangat penyebaran ajaran agama Katolik juga dimaksudkan untuk menyaingi ekspansi penyebaran ajaran Kristen Anglikan di Inggris, Kristen Calvinis di Belanda, dan Huguenot di Perancis. 

Perjanjian Tordesillas

Namun, semangat untuk menjelajahi samudera sempat menimbulkan konflik antara Spanyol dan Portugis. Pengeksplorasian benua Amerika oleh Christopher Columbus (pelayar Italia yang didukung oleh Kerajaan Spanyol) pada tahun 1492, membuat Kerajaan Spanyol merasa berhak untuk menduduki kawasan tersebut. 

Ketika Columbus kembali dari pelayarannya, cerita tentang tanah yang baru “ditemukan” pada tahun 1493 telah menyebar dengan cepat. Mendengar berita ini, Raja Portugis sangat marah.

Menurut Raja Portugis, tanah yang diklaim oleh Spanyol adalah bagian dari kerajaan Portugis. Portugis merasa bahwa pelayaran Spanyol itu menuju daerah selatan, yaitu benua Afrika yang merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Portugis.

Spanyol menolak klaim tersebut dan menyatakan bahwa ekspedisinya mengarah ke barat Eropa, bukan ke selatan.

Dalam usaha menengahi konflik kedua bangsa itu, akhirnya dikeluarkanlah sebuah perjanjian bernama Perjanjian Tordesillas oleh Paus Alexander VI (pimpinan Gereja Katolik) pada tanggal 7 Juni 1494.  

Perjanjian Tordesillas
Peta pembagian wilayah antara Portugis  dan Spanyol (Wikimedia Commons)

Isi perjanjian itu adalah pembagian garis demarkasi. Wilayah timur benua Afrika dikontrol oleh Portugis, sedangkan wilayah barat Afrika dikontrol oleh Spanyol. Dengan adanya perjanjian ini, Portugis dan Spanyol melakukan pelayarannya ke berbagai wilayah.

Memasuki abad ke-17, misi ini menyebar ke bangsa-bangsa Eropa lainnya seperti Belanda, Inggris, dan Prancis. Ketiga bangsa tersebut berusaha untuk mencari jalur perdagangan yang baru, serta memenuhi kebutuhan sumber daya yang sangat dibutuhkan di Eropa.

Baca Juga:

Memahami Zaman Renaissance atau Renaisans, Sejarah dan Latar Belakangnya

Tujuan Gold, Glory, Gospel

Jadi, dari penjelasan latar belakang tadi, kita bisa simpulkan beberapa tujuan dari misi Gold, Glory, Gospel adalah:

  • Usaha untuk mencari komoditi rempah-rempah yang pada saat itu sangat dibutuhkan di Eropa akibat musim dingin
  • Penjelajahan samudra untuk menemukan dunia baru
  • Membuka jalur perdagangan bangsa Eropa yang telah ditutup oleh Turki Usmani, sejak kejatuhan Konstantinopel pada 1453
  • Semangat menyebarkan ajaran agama Kristen ke wilayah baru

Namun, misi “gospel”, tidak sepenuhnya dijalankan oleh setiap bangsa di Eropa. Hanya bangsa Portugis dan Spanyol yang secara terbuka menyebarkan ajaran agama Katolik.

Makanya, negara-negara koloni Portugis dan Spanyol, khususnya di bagian Amerika Selatan, mayoritas beragama Kristen Katolik, serta berbahasa Spanyol atau Portugis.

Hal Ini berbeda dengan negara-negara jajahan Inggris dan Belanda. Masyarakat negara-negara jajahan Inggris dan Belanda tidak mayoritas beragama Kristen, serta tidak berkebudayaan Inggris maupun Belanda. Bangsa Inggris dan Belanda cenderung lebih menekankan pada Gold dan Glory

Fokus Inggris dan Belanda dalam bidang perdagangan terlihat ketika keduanya membentuk badan usaha atau kongsi dagang. Pada tahun 1600, Inggris membentuk kongsi dagang bernama East India Company (EIC) di India. Dua tahun berikutnya Belanda membentuk kongsi dagang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1602 yang berlokasi di Batavia, Hindia Belanda.

Kongsi Dagang Inggris dan Belanda: VOC dan EIC
Logo kongsi dagang EIC dan VOC (Wikimedia Common)

Kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara

Misi Gold, Glory, dan Gospel lah yang akhirnya membawa bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Nusantara sejak abad ke-16. Negara-negara yang singgah di nusantara adalah: 

Portugis

Kedatangan pertama bangsa Portugis ke Nusantara adalah pada tahun 1511 di Malaka yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque untuk berdagang. Namun, karena mereka ingin mencari rempah-rempah, pelayaran pun dilanjutkan hingga ke Maluku. Mereka pun singgah di Ternate pada tahun 1512. Kedatangan bangsa portugis di Maluku disambut baik oleh Kerajaan Ternate. 

Biodata Alfonso de Albuqurqe
Alfonso de Albuquerque (Arsip Zenius)

Sambutan baik ini bukannya tanpa sebab. Kala itu, Kerajaan Ternate sedang berperang melawan Kerajaan Tidore. Kerajaan Tidore mendapat dukungan dari Spanyol. Sehingga, Kerajaan Ternate memerlukan dukungan bangsa Portugis untuk menjadi sekutu. Peristiwa tersebut membuat perselisihan antara Portugis dan Spanyol semakin memanas.

Pada akhirnya dibentuklah Perjanjian Saragosa pada tahun 1521 yang isinya:

  • Bumi ini dibagi atas dua pengaruh, yaitu Spanyol dan Portugis
  • Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari Meksiko ke arah barat sampai ke kepulauan Filipina
  • Wilayah Kekuasaan Portugis membentak dari Brasil ke arah timur sampai ke Kepulauan Maluku

Akhirnya, Spanyol pun meninggalkan Maluku, dan Portugis menetap di Maluku

Baca Juga: 

Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia Selama 350 Tahun, Benarkah?

Spanyol

Spanyol mendatangi Nusantara pada tahun 1519, tepatnya di Filipina Selatan. Oh iya, dulu Filipina Selatan merupakan bagian dari Nusantara di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Ekspedisi Spanyol ini dipimpin oleh Ferdinand de Magelhaens. Namun, ia akhirnya meninggal terbunuh akibat keberpihakannya kepada salah satu kerajaan di Filipina yang saat itu tengah saling berperang. 

Akhirnya rombongan Magelhaens yang dipimpin oleh Juan Sebastian Elcano melanjutkan perjalanan menuju Kepulauan Maluku pada tahun 1521.

Namun, akhirnya rombongan Elcano tidak bertahan lama di Maluku sebagai akibat dari Perjanjian Saragosa 1521. Dengan demikian, rombongan Sebastian Elcano kembali ke Filipina

Belanda

Belanda datang ke Nusantara adalah pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman di Banten. Kemudian Belanda pun melanjutkan perjalanannya menuju timur Nusantara untuk mencari rempah-rempah. Keberhasilan Cornelis de Houtman pun membuat banyak pedagang Belanda untuk singgah di Nusantara untuk berdagang.

Biodata Cornelius de Houtman
Cornelis de Houtman (Arsip Zenius)

Banyaknya pedagang Belanda, membuat persaingan antara sesama pedagang menjadi tak terhindarkan. Hal ini yang membuat Kerajaan Belanda membentuk VOC pada tahun 1602 sebagai badan yang menaungi pedagang-pedagang Belanda di kawasan Nusantara.

Baca Juga:

4 Alasan Besar Penyebab VOC Bubar

Inggris 

Bangsa Inggris tiba di Nusantara pada tahun 1602, dipimpin oleh Sir James Lancaster di Banten. Inggris bermaksud untuk mengadakan hubungan bilateral dengan Kesultanan Banten. Hal ini yang membuat Inggris memiliki kantor-kantor dagang (EIC) di daerah Jayakarta. 

Memasuki abad ke-16, Inggris sudah mendirikan beberapa kantor dagang di Gowa, Makassar, dan Aceh. Namun, karena pengaruh VOC cukup kuat di Jawa, akhirnya EIC harus mencari wilayah baru, dan hal ini yang membuat Inggris akhirnya menetapkan wilayahnya di Bencoolen (Bengkulu) pada tahun 1685.

Dampak Gold, Glory, Gospel

Misi Gold, Glory, Gospel membawa dampak yang cukup signifikan bagi negara-negara yang dikuasai antara lain:

Timbulnya Kolonialisme dan Imperialisme

Kolonialisme merupakan penguasaan sebuah negara atas negara lain secara penuh yang cenderung menggunakan kekuatan fisik. Sedangkan, imperialisme berarti kebijakan sebuah negara untuk mendominasi ekonomi dan politik suatu negara lain yang umumnya melalui sebuah diplomasi atau kekuatan fisik.

Hal ini terlihat ketika bangsa-bangsa Eropa menggunakan kekerasan untuk menduduki wilayah barunya. Contohnya saat penguasaan Malaka pada tahun 1511 oleh Portugis, penguasaan Filipina oleh Spanyol pada tahun 1521, penguasaan India oleh British pada tahun 1600 di bawah EIC dan Penguasaan wilayah Jayakarta (Batavia)  pada tahun 1619 oleh Belanda di bawah VOC. 

Eksploitasi SDA Berlebihan dan Penderitaan bagi Masyarakat Lokal

Karena keinginan bangsa Eropa untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, timbulah eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Masyarakat lokal pun jadi tidak punya kesempatan untuk mengelola kekayaan alam asli milik mereka. Keunggulan dalam bidang teknologi pertanian menjadi salah satu faktor utama bangsa Eropa mampu mengelola kekayaan alam negara koloninya, dibandingkan masyarakat lokal

Selain itu, lahirnya kebijakan-kebijakan seperti  monopoli perdagangan, sistem kerja paksa, dan sistem tanam paksa penjualan tanah secara paksa membuat masyarakat menderita. Masyarakat lokal pun akhirnya jatuh ke dalam jurang kemiskinan, serta banyak terjangkit penyakit. 

Penyebaran Agama Kristen

Kedatangan Portugis di Maluku memberikan dampak terhadap penyebaran agama Kristen di Nusantara. Namun, kegiatan ini bukan dilakukan oleh orang-orang yang merupakan bagian dari Kerajaan Portugis. saat itu, kegiatan Portugis umumnya difokuskan kepada perdagangan, seperti perdagangan gula dan budak-budak Afrika.

Kegiatan penyebaran agama dilakukan oleh kaum misionaris dari Ordo Jesuit, yaitu Santo Fransiskus Xaverius dan Santo Ignatius Loyola melalui “Misi Kepulauan Maluku” pada tahun 1542-1682.

Pada tahun 1560-an, terdapat 10.000 komunitas Katolik di Kepulauan Maluku. Memasuki tahun 1590-an, jumlah komunitas Katolik pun bertambah jumlahnya mencapai 50.000-60.000.

Misi penyebaran agama Kristen Protestan juga sama dilakukan oleh misionaris dari Jerman bernama Ingwer Ludwig Nommensen. Nommensen melakukan misinya di Sumatera Utara, khususnya di daerah Tapanuli Utara. Pada tahun 1870, sudah berdiri 10 sekolah Zending di Lembah Silindung, Sumatera Utara. 

Terjadinya Akulturasi dan Asimilasi Budaya

Dengan hadirnya bangsa-bangsa Eropa, terjadi akulturasi dan asimilasi budaya antara bangsa-bangsa Eropa dengan masyarakat sekitar.

Akulturasi merupakan percampuran dua kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan asli atau asalnya. Sedangkan, asimilasi merupakan percampuran dua kebudayaan yang nantinya menghasilkan sebuah kebudayaan baru.

Nah, bentuk-bentuk dari akulturasi kebudayaan tersebut adalah adanya penggunaan serapan bahasa-bahasa asing di dalam bahasa Indonesia. Seperti kata sabun, kemeja, bendera, minggu, dan pesta yang merupakan serapan dari bahasa Portugis. 

Kesimpulan

Misi penjelajahan untuk Gold, Glory, dan Gospel ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa Eropa, khususnya di bidang ekonomi. Keunggulan bangsa Eropa dalam bidang pengetahuan serta kemampuannya dalam menemukan wilayah-wilayah baru membuat bangsa Eropa akhirnya mampu mengeksploitasi sumber daya dan memonopoli perdagangan di daerah-daerah jajahannya.

Misi ini juga berpengaruh terhadap kebudayaan dan sosial. Pada akhirnya, terjadi asimilasi dan akulturasi antara kebudayaan Eropa dan budaya masyarakat lokal. Selain itu, misi Gold, Glory, Gospel juga memberikan kesempatan bagi para misionaris untuk menyebarkan agama Kristen di Nusantara.

Namun, keuntungan tersebut tidak dirasakan oleh masyarakat lokal. Masyarakat lokal justru dijadikan sebagai alat untuk menyukseskan kepentingan-kepentingan bangsa Eropa, bahkan misi ini justru mendorong lahirnya praktik kolonialisme dan imperialisme.

Penutup

Itu dia penjelasan tentang Gold, Glory, Gospel. Kalau elo mau belajar materi ini lebih dalam, jangan lupa untuk klik banner di bawah ini.

Gold, Glory, Gospel: Latar Belakang, Tujuan dan Dampak - Materi Sejarah Kelas 11 17

Guys, Zenius punya berbagai paket belajar yang cocok buat elo! Ada video belajar, live class, juga berbagai latihan soal yang bikin kita lebih paham materi. Belajar jadi seru bersama Zenius. Segera klik banner di bawah ini, ya!

Gold, Glory, Gospel: Latar Belakang, Tujuan dan Dampak - Materi Sejarah Kelas 11 18

Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat dan selamat belajar!

Penulis : Luis Moya

Bagikan Artikel Ini!