Ada 8 aspek penting dalam Universal Intellectual Standard yang menjadi ciri khas seorang intelektual. Semua aspek tersebut dibahas tuntas dalam artikel ini.
Intelek, Intelektual, Kaum Intelektual… Lo sering denger kata-kata itu nggak sih? Menurut lo sendiri, orang yang intelek itu yang gimana? Yang disebut kaum intelektual itu adalah orang yang gimana? Dan apa maksudnya berbicara secara intelek?
Well, pastinya nih, lo nggak perlu menggunakan kata-kata kayak kontroversi hati, konspirasi kemakmuran, dan lain-lain untuk nunjukin kalau lo intelek lah ya 🙂 . Intelek itu nggak harus ditunjukin dengan penggunaan kata-kata yang nggak lazim, istilah yang aneh, atau gabung-gabungin istilah yang irrelevant satu sama lain. Malah sebaliknya, kalau kita menggunakan istilah-istilah itu untuk konteks yang nggak tepat, malah kelihatannya kita lagi sok-sokan jadi intelek, bukan intelek beneran.
Nah, kalau gitu omongan yang intelek beneran tuh yang gimana? Apakah harus ngomong dengan bahasa formal baru dibilang intelek? Atau harus sopan? Kalau menurut gue sih enggak. Hehe… lo bisa lihat sendiri gaya ngajar kita di video, di blogging, dan juga kalau lagi ngajar live di kelas, kita nggak pernah pake bahasa formal sih. Sopan santun mungkin ada kali ya… tapi normanya rada beda sama kebanyakan orang. Contohnya, orang-orang manggil guru Zenius pake nama aja, tanpa embel-embel ‘kak’ atau ‘pak’. Kalo di tempat lain dianggap nggak sopan, di sini malah disarankan. Hehe…
Terus, kalau gitu apa dong yang penting? Okay, yang mau gue sampaikan di sini sebenernya gue ambil dari buku Critical Thinking (by Bassham | Irwin | Nardone | Wallace).
Dalam buku itu, ada satu bagian yang membahas 8 aspek Universal Intellectual Standard. Wait! Seriously? Ada yang namanya standard yang universal untuk intelektual? Yeap. Standard itu penting banget untuk diterapin dalam berpikir dan berkomunikasi, terutama ketika kita pengen ngecek kualitas reasoning kita tentang suatu masalah, issue, atau situasi.
Kita nggak bisa berpikir kritis dengan mengabaikan standard-standard ini. Jadi ketika kita berpikir, berdebat sama orang lain, mendiskusikan suatu masalah, dan lain-lain… selalu inget nih 8 aspek yang akan gue tulis di sini. So… kita mulai aja yah.
Daftar Isi
CLARITY – Kejelasan
Okay, yang pertama tentang CLARITY atau Kejelasan. Jujur aja nih, gue sering terima pertanyaan yang sebenernya nggak jelas, tapi gue nebak aja kira-kira maksudnya ke mana. Hehe.. contoh:
“Cara buat bimbel di Zenius-X gmna ya?”
Ada yang nanya gimana caranya membuat bimbel di Zenius-X. Nggak bisa, Men. Lo nggak bisa membuat bimbel di Zenius-X, kita nggak terima siapapun untuk membuka bimbel baru di Zenius-X 😛
Tapi kalau gue tebak sih, kayaknya maksud pertanyaannya bukan itu. Mungkin maksudnya adalah dia pengen bimbel di Zenius-X, dan pengen tau gimana cara daftarnya. Kalau memang bener begitu, dia bisa memperbaiki pertanyaan itu menjadi:
“Gue mau daftar bimbel di Zenius-X nih. Gimana caranya?”
Atau
“Gimana cara daftar bimbel di Zenius-X ya?”
Ada banyak cara untuk berkomunikasi dengan jelas. Nggak perlu formal. Komunikasi informal pun bisa jelas juga kok.
ACCURACY – Ketepatan
Apapun yang kita omongin, cek dulu kebenarannya. Nah, ini bagian yang serius penting sepenting-pentingnya. Untuk ngecek sesuatu itu bener atau salah emang susah banget, tapi ya harus lo latih dan biasakan.
Kalau mau contoh, nggak perlu jauh-jauh lah… kita sering banget kok denger jargon-jargon motivasi yang sebenernya sama sekali nggak akurat. Salah satu yang pernah kita bahas itu tentang otak kanan dan otak kiri. Selama ini orang banyak banget yang ngomongin tentang otak kanan dan otak kiri, eh ternyata cuma mitos.
Terus ada juga Broadcast pesan-pesan kayak “Aspartame penyebab wabah pengerasan otak atau sumsum tulang belakang dan lupus”, “Udang dan Vitamin C Menjadi Racun”, dan lain-lain. Yang sebenernya kalau kita Googling dikit aja, kita bisa tau kalau itu Hoax alias cerita bohong.
Saran gue sih, kalau mau ngecek apa-apa, lo bisa mulai dengan Wikipedia, terutama yang berbahasa inggris. Terus kalau lihat angka [1], [2], [3] gitu-gitu di Wikipedia, jangan lo lewatin gitu aja. Hover mouse lo ke atasnya, akan muncul tulisan kayak gini:
Dari situ lo bisa lihat sumbernya. Terus kalau sumbernya itu berupa halaman web, klik juga sumbernya, baca langsung dari sana. Itu salah satu teknik untuk ngecek seberapa akurat hal yang kita omongin.
Malu juga kali kalau kita udah ngomong seru-seru, eh taunya datanya nggak akurat. Hehe…
Terus sama satu lagi nih yang penting banget juga: melek statistik. Banyak loh argumen-argumen yang sebenernya gampang banget dibantah cuma dengan nunjukin data statistik. Misalnya: Pendapat bahwa orang jaman dulu lebih cerdas dibanding orang jaman sekarang. Waktu itu gue bikin tulisan yang nunjukin kalau itu salah, dan kalau lo perhatiin di tulisan gue itu, gue men-support argumen gue dengan data statistik. Di era internet sekarang ini, data itu murah dan gampang dicari, asal lo niat nyarinya.
PRECISION – Ketelitian
Akurasi (ketepatan) sama Presisi (ketelitian) itu dua hal yang berbeda yah. Buat yang udah nonton video gue yang bahas konsep pengukuran sih pasti tau bedanya lah ya. Simple-nya gini: Gue bisa nebak berapa tinggi badan lo secara akurat sekarang juga. Pasti tinggi badan lo adalah antara 1 meter dan 3 meter. Bener nggak tebakan gue? Gue sih yakin bener, tapi ya jelas itu nggak presisi. Dan, kalau gue bilang “tinggi badan lo itu antara 1 meter dan 3 meter”, itu nggak informatif sama sekali. Semua orang juga tau.
Tapi kalau gue bilang, “Tinggi badan si X adalah 169 cm”, itu adalah kalimat yang informatif, karena data yang dikasih lebih presisi dibanding cuma “antara 1m s.d 3m”. Nah, berkomunikasi tuh juga gitu. Bisa nggak, kita menyampaikan sesuatu dengan lebih detil? Bisa nggak, kita lebih spesifik terhadap apa yang lagi kita omongin?
Gue kasih contoh lagi dari yang pernah kontak ke gue nih:
“Ka Wisnu, persiapan sekolah kedinasan, tolong dong Kak… :)”
Ouch… beneran deh gue bingung responsnya. Hehe… Yang mau dicari apa ya, kira-kira? Tips persiapan sekolah kedinasan? Atau nyari video zenius.net tentang tes-tes masuk sekolah kedinasan? Atau apa? Akan lebih enak kalau pertanyaannya lebih spesifik atau lebih detil lagi. Misalnya gini:
“Gue mau ikut tes persiapan masuk sekolah kedinasan nih, Nu. Ada tips nggak?”
Atau gini juga bisa:
“Di zenius.net ada latihan soal untuk persiapan sekolah kedinasan nggak, Nu?”
RELEVANCE – Relevansi
Berikutnya adalah relevansi. Maksudnya gini, kalo lu lagi ngebahas satu konteks masalah, apa pun hal yang lu kemukakan harus sesuai dan nyambung sama konteks yang lagi dibahas. Kesalahan umum yang seringkali dilakuin sama orang-orang adalah.. pada saat kita lagi ngebahas satu topik, kita kadang suka asal nyablak aja ngomong hal yang terlintas di pikiran kita, yang tanpa kita sadari bahwa itu sebenernya nggak nyambung sama apa yang lagi dibahas. Contohnya misalnya gini deh:
A : “Menurut lo gimana sih caranya supaya Jakarta nggak macet?”
B : “Iya, ini pasti karena kesalahan pemerintah yang nggak becus!”
Lo bisa lihat kalau si B ngerespons hal yang sama sekali irrelevant dengan yang lagi dibahas. Konteks yang lagi dibahas kan “gimana caranya supaya Jakarta nggak macet”, tapi ini tau-tau nyambung ke “pemerintah nggak becus”.
Pertanyaan si A itu sebenernya bisa direspon dengan pernyataan yang lebih relevan, misalnya:
“Menurut gue, solusinya adalah kita bikin transportasi umum yang memadai supaya orang lebih tertarik berkendaraan dengan transportasi umum dibanding naik mobil pribadi”
CONSISTENCY – Konsistensi
Kalau di matematika, gampang nih ngasih contoh konsistensi. Misalnya, lo punya pernyataan:
x = 3
Terus lo kasih lagi pernyataan:
2x + 12 = 10
Secara matematis, pernyataan pertama dengan pernyataan ke dua ini nggak konsisten. Yang satu bilang x harus sama dengan 3, sementara yang satu lagi kalau kita jabarin, bilang kalau x harus sama dengan -1. Nggak mungkin dong x sama dengan tiga DAN x juga kurang dari -1? Berarti salah satu pasti salah. Nggak mungkin dua-duanya bener.
Nah, dalam berpendapat, kita juga bisa nggak konsisten. Awalnya ngomong A, terus berikut-berikutnya ngomong sesuatu yang kontradiktif dengan A. Itu namanya nggak konsisten secara logika. Selain itu, bisa juga lo nggak konsisten antara yang diomongin dengan yang dilakuin.
LOGIC – Logika
Nah, kalau bagian ini, kita udah sering banget ngomongin. Banyak juga konten kita yang ngebahas tentang logika, ini gue daftarin yah:
- Latihan Soal Logika TPA 1
- Latihan Soal Logika TPA 2
- Basic Thinking and Reasoning Skills
- Logika Matematika di kelas 10 SMA
Ada juga tulisan Wilona tentang Logika Kuantor di blog ini. Baca deh.
Di sini, gue bahas salah satu kesalahan yang umum aja, misalnya gini:
Premis 1: “Kalo turun hujan, pasti jalanan jadi basah”
Premis 2: “Jalanan basah”
Kesimpulan: “Oh pasti tadi turun hujan”
Nah, itu contoh yang kesimpulan yang salah. Karena premisnya bilang “Kalau turun hujan, jalanan jadi basah”, bukan sebaliknya. Sama aja kalau gue bilang gini, “Kalau dia orang Indonesia, maka dia orang Asia” (premis 1). Terus gue bilang lagi, “Nakamura adalah orang Asia” (premis 2). Apakah bisa gue simpulkan kalau “Nakamura adalah orang Indonesia“? Jelas nggak bisa.
Gue nggak perlu bahas panjang-panjang tentang logika di sini deh ya, karena udah dijelasin di link-link di atas.
COMPLETENESS – Kelengkapan
Aspek berikutnya adalah kelengkapan. Maksudnya gini, dalam proses lu menganalisa sesuatu, upayakan hal itu dilakukan secara lengkap. Secara general, penjelasan yang lengkap itu berarti nggak ada hal yang perlu kita tambahin lagi; nggak kurang dan nggak lebih.
FAIRNESS
Nah, aspek yang terakhir adalah fairness. Kalau gue terjemahin ke bahasa Indonesia, sebenernya ini artinya “keadilan”. Tapi “keadilan” itu juga bisa berarti “justice”, padahal bukan itu maksud gue. Jadi untuk yang ini, kita pake bahasa inggrisnya aja: Fairness. Maksudnya gimana nih? Maksudnya, dalam setiap kita mikir dan juga menyampaikan sesuatu, pastiin bahwa pertimbangan kita bebas dari segala macam bias, prejudice, asumsi nggak jelas, subjektivitas, stereotype, dendam pribadi, ketidaksukaan, dsb.
Maka segala hal yang kita sampaikan bisa didasarkan pada pertimbangan yang jernih kalo sejak awal kita bisa berpikir secara fair, open-minded, objektif, serta bebas dari segala bias.
***
Jadi kira-kira gitu deh penjabaran tentang Universal Intellectual Standards. Terus ada lagi nih… dengan membaca tulisan ini dan tau semua standard itu, bukan berarti bisa langsung nerapin ini dalam keseharian. Gue sendiri kadang-kadang juga masih silap. Hehe… karena itu memang butuh latihan. Sama kayak belajar Matematika atau Fisika, nggak langsung bisa cuma dengan baca doang kan? Itu perlu dilatih terus-menerus, makin lama makin perfect.
Salah satu contoh latihannya nih, di bagian accuracy misalnya, dengerin statement-statement orang (atau bisa juga statement lo sendiri) yang bisa dicek kebenarannya dengan nyari data yang akurat. Untuk bagian logika, di zenius.net udah banyak banget deh konten-konten yang melatih itu, gue udah kasih link-linknya di atas. Lo bisa juga latihan dengan bikin tulisan (nulis di blog misalnya). Kadang debat di internet juga bisa jadi tempat latihan juga sih.
Dan, yang namanya pengetahuan dasar (basic math, basic natural science, basic social science) juga penting buat lo kuasain. Karena ketika kita belajar pengetahuan dasar itu dengan bener, secara nggak langsung kita melatih diri kita juga untuk bisa ngikutin standard di atas.
=========================================================================
[ Catatan Editor : Seperti biasa kalo ada yang mau nanya, komentar, atau ngobrol sama Wisnu. Bisa langsung tinggalin comment aja di bawah artikel ini. Buat lo yang belum gabung jadi registered account di zenius.net, pastiin lo gabung sama kita dengan daftar Zenius di sini ]
Oh iya, penasaran sejauh mana skill fundamental dan logika lo? Nih, cobain Zencore! Dengan adaptive learning dan CorePractice, lo bisa tau seberapa jago kemampuan dasar lo, sekaligus upgrade otak biar makin cerdas beneran! Ketuk banner di bawah buat cobain!
Thanks ka, tlisannya sangat mnmbh wawasan:)
Yo. Sama-sama. Thanks yah
ini keknya aku pernah baca deh, isinya sama kayak di buku apa gitu. pokoknya tentang critical thinking
yup, tuh di atas kan wisnu udah bilang kalo tulisan ini diambil dari buku Critical Thinking (karya Bassham | Irwin | Nardone | Wallace)
🙂
keren nih tulisannya, mo nanya dong, gw kan anak sosial nih kira-kira apa aja yg mesti gw pelajarin dari basic math, basic natural science, basic social science, biar
bisa ngikutin standard di atas? 🙂
Sebenernya semua yang basic2 itu ada di zenius.net sih. Kita beberapa kali ngasih list materi yang penting buat dikuasain, contohnya di tulisan Sabda tentang SBMPTN, dan di beberapa tulisan lain juga.
Yang paling penting dari mempelajari basic science itu sebenernya adalah konsep metode ilmiahnya sih, bukan cuma koleksi pengetahuannya. Konsep “evidence”, testing theory againts reality, gitu2 🙂
Dari kedelapan aspek yang dijabarin, cuma 1 yang agak sulit gua kuasain, which is the last, fairness. Hahahahah 😀 agak pendendam gua soalnya. You know what I mean. 😀
Lo pasti orang Jawa ya. Orang jawa biasanya pendendam. *just kidding*. <– kalo lagi diskusi, argumen lo ga separah contoh gue barusan kan? Hehe..
Wah sama nih kayak gue, susah nguasain fairness. -_-
Ka Wisnu yg keren dan tulisannya yang keren 😀
8 aspek yang dipunya orang kritis nih. banyak orang yang belum tahu standar diatas dan ada dimana mana, misalnya internet. gerah gak sih kalo lagi asik2 baca artikel terus baca komentar eh isinya sempit&kosong tanpa bukti dan ngomong gak ada sangkut pautnya sama topik. atau malah sumbernya yang gak akurat sama sekali. standar diatas emang perlu banget dilatih. ayo generasi zenius 😀
konspirasi hati wakakaka
Tx diingetin lg.. Ttg kelengkapan sy rasa ga mungkin utk mengetahui 100% semuanya.. Hanya Tuhan yg Maha Tahu 🙂 . Paling kita berpikir sesuai pengetahuan yg kita miliki dan siap2 dikritik sama org lain yg mgkin memiliki pengetahuan yg berbeda utk semakin menambah/membuat pengetahuan baru..
bang ane lagi masuk bab 2 di buku gregory bassham nih, tentang “arguments”,seru banget ternyata bukunya haha, kpn nih dibahas lg sama zenius? biar gue lebih tmbah ngerti lgi hehehe
saya mau tanya ka di zenius.net ini ada gak sih soal-soal untuk persiapan masuk sekolah ikatan dinas ?
Bang gua baru download ebooknya, itu sekitar 400 halaman ya? Yang mau gua tanyain disini lu sebagai orang sibuk itu membaca buku itu secara keseluruhan atau loncat-loncat? Percaya metode skimming gak? Bang glenn kan baru baru ini juga bilang kalo membaca buku itu menyita cukup banyak waktu. Siasat lu gimana?
gua mau bertanya nih bang, gimana tutur bahasa gua di komen ini? wkwkwk
gua mau bertanya nih bang, udah sempurna belom intelektual gua dari sudut pandang komenan gua ini wkwkwk
Halo, Nu. Gue pernah denger istilah kayak Argumentum ad Hominem, Red Herring, dsb yang katanya berhubungan ama aturan berpikir. Menurut lu, apakah istilah-istilah tersebut memang ada di aturan berpikir atau cuma karang-karangan aja?
Izin nyamber.
Sepertinya ‘aturan berpikir’ itu cuma semacam konvensi (kesepakatan) aja. Soalnya cara berpikir manusia itu kompleks (kalau tidak kompleks, kita sudah punya general AI sekarang). Bahkan sains secara keseluruhan mungkin bisa dilihat sbg ‘bahasa’ untuk mengomunikasikan ilmu, yaitu biar orang2 bisa mengerti temuan, hipotesis, teori2 orang lain.
yang saya tangkep :
1. Clarity : merangkai kalimat yang bener(dalam berkomunikasi)
2.Accuracy : kebenaran informasi yang kita dapatkan, kita sampaikan harus tinggi/akurat. dengan mencari data yang akurat(sains atau sumber terpercaya dan ter-akurat)
3.Precision : berkomunikasi atau mengolah informasi di pikiran secara detail.
4.Relevansi : kita ngomong di suatu pembicaraan harus relevan terhadap apa yang sedang dibahas. atau ketika ditanya jawabnya harus sesuai dengan apa yang ditanya.
5.completeness : menganalisa jangan dari satu sudut pandang saja.. harus lengkap secara menyeluruh. atau kalau berkomunikasi berikan informasi yang lengkap, secara general lengkap berarti tidak kurang dan tidak lebih.
6.fairness : harus bersikap objektif, tidak terpengaruh perasaan pribadi, persepsi2/prasangka. murni objektif sesuai fakta apa adanya.
7.Logic : berfikir dan berkomunikasi sesuai aturan Logika deduktif.
8.Consistency : harus konsisten dengan apa yang kita katakan sebelumnya(jangan bertentangan). atau jangan bertentangan dengan ilmu pengetahuan sains yang lain, harus konsisten karena realitas itu terintegrasi satu sama lain.
ada yang salah tolong dikoreksi.
trims….
Wah makasih kak atas artikelnya, bisa jadi refrensi juga buat tugas artikel UKM aku. Tapi masih ada yag aku bingung dari UIS ini.
aku sempat browsing di website lain kalo UIS ini banyak versinya. Ada yg menyebut 9 aspek (ditambah aspek DEPTH) dan aspek CONSITENCY juga ga ada, yang ada malah aspek BREADTH . Ada juga yang menyebut 8 juga, tapi aspek CONSISTENCY diganti sama DEPTH.
nah yang aku bingung, sebagai sebuah “standard” yang harusnya jadi tolak ukur kok malah banyak versinya ya?
Wah makasih kak atas artikelnya, bisa jadi refrensi juga buat tugas artikel UKM aku. Tapi masih ada yang aku bingung dari UIS ini.
aku sempat browsing di website lain kalo UIS ini banyak versinya. Ada yang menyebut aspek BREADTH tapi aspek CONSISTENCY dihilangkan (padahal yang saya pahami 2 aspek ini pengertiannya berbeda). Juga ada yang menyebut aspek DEPTH tapi aspek COMPLETENESS itu dihilangkan.
Nah aku bingung, harus pakai versi yang mana? sebagai sebuah “standard” yang harusnya jadi tolak ukur kok malah banyak versinya ya. Apa sebuah standard memang lazim punya banyak versi?
Tlisannya ka, thanks sangat mnmbh wawasan:)
h3h3
Kak aku mau nanya, bagaimana cara menumbuhkan aspek clarify sama precision pada diri kita??
mantap bang, komentar sosmed sekarang kayaknya butuh relevansi yang tinggi deh :v
Nakamura orang Jepang
mas sebaiknya kalo mau akurat fakta yang diambil jangan berasal dari wikipedia karena wikipedia tidak memiliki reviewer dan siapapun bisa mengedit. Carilah dari buku atau jurnal yang sudah terpublish. Masnya dari ITB kan, pasti sudah faham budaya mencari referensi.