Apa Itu Body Positivity? Yuk, Kenalan di sini! 9

Apa Itu Body Positivity? Yuk, Kenalan di sini!

Gue tuh, tipe orang yang suka banget selfie. Ya, walaupun belum tentu gue upload di Instagram juga, sih. Tapi, gue suka aja gitu ngambil foto diri sendiri yang bisa dijadiin koleksi pribadi (atau buat ngirimin ke ayang). Hehehe ….

Ada yang sama kayak gue nggak, sih? Nah, semenjak Instagram punya fitur Instagram Stories yang mengandung ribuan filter, gue makin happy aja.

Soalnya, gue bisa banget pas bangun tidur langsung selfie pakai filter, terus upload ke story pakai hashtag #IWokeUpLikeThis. Padahal, gue masih rebahan di kamar dengan kantung mata yang bengkak gara-gara bergadang nonton drama korea.

Tapi, gara-gara gue pernah upload selfie pakai filter ke Instagram Stories, ada yang pernah bilang gini ke gue, “Eh, muka elo putih banget? Pakai filter, ya? Kayaknya, kulit asli elo rada gelap, deh”.

Terus, gue berpikir, “Emangnya, kenapa sih, kalau pake filter? Kan, filter diciptain buat dipakai. Bukan buat dianggurin”. Terus, gue juga dibilang nggak bisa embrace body positivity. Hmm … gue jadi bingung sendiri. Apa tuh, maksudnya?

Pas gue cari tahu lebih dalam, ternyata body positivity itu sebuah kampanye buat memandang tubuh secara positif. Simpelnya sih, itu di mana kita harus menerima dan mencintai tubuh sendiri. 

Tapi, emangnya kalau selfie pakai filter itu termasuk nggak menerima diri sendiri, ya? Hmm … kalau menurut elo gimana?

Daripada kita saling nanya satu sama lain, mending bahas bareng-bareng aja, yuk!

Baca juga: Mengenal Apa Itu Introvert dan Ekstrovert

Apa Itu Body Positivity?

Kayak yang udah gue bilang di atas, nih. Emangnya kenapa sih, kalau pakai filter? Kan itu diciptain buat dipakai. Nah!

Kalau menurut Issuu, salah satu platform penerbitan di Amerika Serikat, awal mulanya filter ini ada tuh dari sebuah perusahaan di bidang perangkat lunak bernama Looksery. Mereka menciptakan Augmented Reality (AR) filter yang akhirnya dibeli sama Snapchat di tahun 2015. 

Mungkin elo udah nggak asing lagi sama filter Snapchat yang ada hidung anjingnya.Nah, itu sempat booming banget! Dari situ, lanjut deh Instagram juga launching Stories di tahun 2016 bersamaan bareng Facebook. 

Akhirnya, sampai sekarang, AR filter (filter dengan efek menyerupai asli seperti topeng atau makeup) berkembang, nih. Bahkan, elo bisa bikin filter sendiri. Makanya, udah bukan jadi hal yang aneh juga kalau zaman sekarang, orang foto pakai filter. Jangankan buat foto, bikin video aja punya filternya sendiri.

Terus, kenapa ya, foto dan video pakai filter bisa dianggap nggak menerima kekurangan diri sendiri? Emang itu nggak termasuk ke body positivity? Coba kita bedah dulu pengertiannya, deh.

Menurut jurnal yang judulnya Body Image (2019), awalnya ini merupakan sebuah kampanye body positivity di media sosial. Simpelnya sih, tren ini dibuat untuk mengajak orang-orang menerima kekurangan dan kelebihan dalam tubuhnya masing-masing.

Nah, berawal dari kampanye di media sosial, ini juga cukup mengubah trend fashion. Contohnya, sekarang tuh udah banyak banget fashion brand yang ngeluarin baju-baju dengan ukuran lebih besar atau kayak XXL, sampai yang ekstra kecil kayak XS. 

Bahkan, brand pakaian dalam terkenal bernama Victoria’s Secret juga ikut menampilkan model dengan ukuran tubuh beragam, lho. Contohnya, di tahun 2017 kemarin, Ashley Graham menjadi salah satu perwakilan model dengan ukuran tubuh plus. Dari situ, mulai deh stigma akan tubuh model yang harus jenjang jadi tersamarkan pelan-pelan.

Contoh toxic positivity kepada laki-laki (Arsip Zenius)
Contoh toxic positivity kepada laki-laki (Arsip Zenius)

Menurut Tabloid Nova edisi 1593, seorang dokter ahli gizi bernama Dr. Grace Judio-Kahl mengatakan kalau ada beberapa hal yang bisa elo lakuin sebagai bentuk merawat diri. Salah satunya, yaitu menjaga pola hidup yang sehat lewat olahraga. Hayo … siapa yang suka males olahraga?! (Gue, sih).

Makanya, dengan munculnya kampanye ini, jadi banyak juga deh istilah menerima tubuh tanpa merawat diri yang mengarah ke toxic positivity atau selalu berpikir positif apapun keadaannya.

Baca juga: Infografis: Ciri-ciri Anxiety dan Cara Mengatasinya

Kenapa Body Positivity itu Penting?

Oke, ternyata body positivity itu berawal dari kampanye media sosial untuk mengajak orang-orang mencintai tubuhnya masing-masing. Tapi, kenapa ini penting, sih?

Kalau menurut Ashley Kroon, psikolog dari Amerika Serikat, body positivity itu penting karena menjadi salah satu bentuk mencintai diri sendiri. Terus, pas kita mulai menerima diri sendiri, biasanya omongan orang-orang lain yang menjelekkan tuh jadi nggak bikin kita terintimidasi.

Ini penting banget, lho. Soalnya, kalau kita merasa terintimidasi, ada efek buruknya juga. Kalau mau tahu lebih lanjut, langsung aja nih cari tahu di Efek Buruk Membandingkan Diri dan Dibandingkan Terhadap Kepercayaan Diri hingga Prestasi Akademik, ya. 

Contohnya, gini. Pas ketemu teman-teman, ada teman elo yang bilang, “Eh, elo abis main panas-panasan, ya? Kok, sekarang jadi lebih gelap kulitnya?”.

 Contoh pola pikir antara orang yang menerapkan konsep body positivity dan tidak (Arsip Zenius)
 Contoh pola pikir antara orang yang menerapkan konsep body positivity dan tidak (Arsip Zenius)

Eits, tapi nggak cuma itu aja! Bahkan, ini ada efeknya juga ke otak, lho.

Menurut buku Words Can Change Your Brain (2012), ahli ilmu saraf bernama Dr, Andrew Newberg ngejelasin kalau afirmasi positif di otak bisa merangsang aktivitas lobus frontal (bagian otak untuk mengatur emosi dan gerakan tubuh).

Nah, semakin lama kita berpikir positif, nanti bagian otak yang lainnya akan ikut berpengaruh juga. Efeknya apa? Kita jadi bisa mengubah cara memandang lingkungan sekitar. Kalau kita memandang diri sendiri dengan positif, maka otak kita akan terlatih juga buat melihat kebaikan orang lain.

Hayo … jadi kebayang kan, seberapa pentingnya body positivity? 

Baca juga: Mengenal Anxiety, Gangguan Kecemasan yang Rentan Menyerang Remaja

Hubungan antara Body Positivity ke Self-Esteem

Oke, gue udah sadar sejauh apa body positivity punya peran di otak kita. Tapi, ini ada hubungannya sama self-esteem atau pandangan seseorang atas dirinya sendiri nggak, sih?

Jawabannya, ada!

Menurut jurnal International Journal of Community Medicine and Public Health (2020), saat elo berpikir positif dan menerima tubuh elo, self-esteem yang elo punya juga jadi meningkat. Elo bisa punya pandangan atas diri sendiri yang lebih sehat, dan bisa bikin elo lebih energik juga pas ngerjain sesuatu. 

Efek self-esteem yang tinggi ke kesehatan mental seseorang (Arsip Zenius)
Efek self-esteem yang tinggi ke kesehatan mental seseorang (Arsip Zenius)

Makanya, body positivity itu penting banget buat ningkatin self-esteem seseorang. Kalau kita nggak menerima kekurangan dan kelebihan di tubuh, nanti rasa percaya dirinya juga jadi berkurang.

Nah, dari situ, kita bisa jadi nggak percaya diri untuk ngeliat dunia luar, ketemu orang lain, dan membagikan aura positif ke lingkungan sekitar kita.

Duh, ternyata efek body positivity bisa sejauh ini, ya. Nggak cuma ke diri sendiri, tapi ada efeknya juga ke orang lain. Kalau gitu, kita bisa mulai untuk menerima kekurangan dan kelebihan yang ada, nih. Dari situ, kita juga bisa mulai coba merawat diri. Setuju?

Coba deh, ada yang pernah ngalamin body shaming dari teman-teman nggak, sih? Kalau iya, boleh banget cerita di kolom komentar, ya!

Reference:

History of AR Filters – Issuu (2018)

Body Image – Rachel Cohen, Lauren Irwin, Toby Newton-John, Amy Slater (2019)

What Is Body Positivity? – Verywell Mind (2020)

Body Positivity: An Important Message for Girls, AND Boys – Nationwide Children’s (2018)

The Neuroscience Behind Our Words – BRM Institute (2019)

Body Positivity = Jiwa yang Cantik – Tabloid Nova (2018)

International Journal of Community Medicine and Public Health – Amrit Virk, Parmal Singh (2020)

Bagikan Artikel Ini!