tragedi holocaust zenius

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust?

Setelah tragedi Holocaust berakhir, Jerman melakukan serangkaian upaya untuk menebus kekejaman Nazi terhadap orang Yahudi. Bagaimana cara Jerman menebusnya? Yuk, simak selengkapnya!

Halo, Sobat Zenius! Kali ini, gue akan kembali membahas tentang tragedi Holocaust. Sebelumnya, gue udah pernah membahas tentang awal mula kenapa Holocaust bisa terjadi, dan apa yang terjadi selama Holocaust. Elo bisa baca itu semua di sini ya.

Kalau kemarin gue membahas tentang sebelum dan ketika Holocaust terjadi, sekarang gue akan nyeritain tentang nasib Jerman dan orang Yahudi pasca-Holocaust.

So, tragedi Holocaust berakhir setelah Jerman kalah melawan Sekutu (yang dipimpin oleh Inggris Raya, Prancis, Amerika Serikat, dan Uni Soviet) dalam Perang Dunia 2. Saat itu, Sekutu masuk ke Eropa dan mulai menyisir wilayah-wilayah yang sebelumnya diduduki Nazi Jerman.

Waktu penyisiran wilayah, tentara Sekutu nemuin kamp-kamp yang dibangun Nazi. Sekutu pun ngebebasin para tahanan yang masih hidup.

Setelah melihat apa yang mereka temui, Sekutu menganggap kalau apa yang dilakukan Jerman merupakan kejahatan kemanusiaan. Negara-negara Sekutu kemudian bermaksud buat mengadili para tokoh Nazi Jerman atas pembunuhan massal terhadap 11 juta orang, yang di antaranya adalah 6 juta orang Yahudi.

Hingga akhirnya, diselenggarakanlah pengadilan internasional pertama atas kejahatan kemanusiaan, yang dikenal sebagai Persidangan Nuremberg.

Gue akan mengawali berbagai peristiwa pasca-tragedi Holocaust dari Pengadilan Nuremberg.

Pengadilan Nuremberg

Sesuai namanya, persidangan ini digelar di kota Nuremberg, sebuah kota di negara bagian Bavaria, Jerman. Alasan pemilihan Nuremberg sebagai lokasi persidangan yakni karena wilayah tersebut nggak mengalami kerusakan yang begitu parah karena Perang Dunia 2.

Selain itu, Nuremberg juga jadi pusat tempat propaganda Nazi. So, mengakhiri rezim Nazi di tempat semuanya dimulai dianggap jadi ide bagus buat Sekutu.

Persidangan berlangsung hampir setahun, yaitu pada 20 November 1945-1 Oktober 1946. Setiap negara menunjuk hakim dan jaksa penuntut. Mereka pun berunding buat nentuin hukum dan prosedur yang digunakan di Persidangan Nuremberg.

Akhirnya, kesepakatan mereka dituangkan dalam Piagam London, yang dikeluarkan oleh International Military Tribunal (MIT) pada 8 Agustus 1945. Isinya, ada tiga tuduhan kejahatan yang nantinya akan diberikan kepada terdakwa, yaitu kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust? 57
Suasana persidangan di Pengadilan Nuremberg, Jerman. (Dok.US Army via Wikimedia Commons)

Selama persidangan, pengadilan nampilin bukti-bukti tragedi Holocaust yang dilakukan oleh Nazi Jerman. Ada foto-foto di kamp konsentrasi yang dijepret sama fotografer militer Sekutu, pemutaran film Nazi Concentration and Prison Camps dan The Nazi Plan, dokumen rincian Solusi Akhir, sampai dokumentasi kekejaman di kamp-kamp pemusnahan. Semua visual yang ditampilkan jadi bukti yang kuat buat memvonis para terdakwa.

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust? 58
Salah satu foto yang diabadikan oleh fotografer militer Sekutu. Mereka adalah orang-orang yang selamat di kamp konsentrasi Buchenwald, Jerman, yang dibebaskan Sekutu pada April 1945. (Dok. United States Holocaust Memorial Museum)

Secara keseluruhan, 199 terdakwa diadili di Pengadilan Nuremberg. 161 divonis bersalah dan 37 orang dijatuhi hukuman mati. Namun, ada beberapa pejabat Nazi yang lolos dari hukuman karena mengakhiri hidupnya terlebih dahulu, seperti Robert Ley dan Hermann Göring.

“Adolf Hitler diadili juga nggak?”

Nggak, soalnya dia udah mengakhiri hidupnya duluan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia 2.

Baca juga: Mengapa Jerman Kalah di Perang Dunia II?

Pengakuan Kesalahan atas Tragedi Holocaust

Sebelumnya, gue udah jelasin kalau Sekutu membebaskan para tahanan di kamp setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia 2. Sekutu kemudian mendirikan kamp-kamp baru buat menampung para penyintas Holocaust yang telantar. Kamp-kamp itu didirikan di zona pendudukan Amerika dan Inggris, yang dulunya diduduki Jerman.

Pada tahun 1947, populasi Yahudi yang telantar mencapai sekitar 250.000 orang. Karena jumlah mereka banyak, mereka pun bikin organisasi pemerintahan sendiri. Hingga akhirnya, organisasi pusat komunitas Yahudi minta dibolehin keluar dari Eropa dan pindah ke Palestina. Soalnya, banyak orang Yahudi yang udah pindah ke Palestina.

Namun, kepindahan mereka ke Palestina dibatasi oleh Sekutu pada tahun 1939, karena sudah overload dan bahkan ada yang pergi ke sana secara ilegal. Ada juga tujuan lain dari keinginan komunitas Yahudi buat pindah ke Palestina, yaitu mendirikan negara Israel.

Dalam jurnal berjudul A Tale of Two Reconciliations: Germans and Jews after World War II and Bosnia after Dayton (2008), saat berjuang buat mendirikan Israel, Kongres Yahudi Dunia menyelenggarakan pertemuan pertama di Atlantic City, Amerika Serikat, pada tahun 1944.

Dalam konferensi itu, perwakilan komunitas dan lembaga Yahudi memutuskan kalau Jerman berkewajiban membayar ganti rugi kepada orang-orang Yahudi yang jadi korban tragedi Holocaust. Nantinya, dana yang diperoleh bakal digunakan buat pengembangan Palestina, yang nantinya akan diduduki kaum Yahudi sebagai negara Israel.

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust? 59
Kongres Yahudi Dunia menyelenggarakan konferensi untuk pertama kalinya di Atlantic City, Amerika Serikat, 1944. (Dok. Facebook World Jewish Congress)

Pasca berakhirnya Perang Dunia 2, Jerman sendiri dibagi menjadi dua bagian, yakni Jerman Barat yang dikuasai Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat. Sementara itu, Jerman Timur menjadi negara komunis dan dikuasai oleh Uni Soviet. Permintaan komunitas Yahudi akhirnya mendapat respons dari Jerman Barat untuk pertama kalinya. Pada Oktober 1947, Ketua Partai Sosial Demokrat, Kurt Schumacher, bilang kalau negaranya bakal membayar kerugian yang dialami orang-orang Yahudi.

Dua tahun kemudian, Kanselir Jerman Barat yang baru diangkat, Konrad Adenauer, membuat deklarasi publik pertamanya tentang bangsa Yahudi dan negara Israel, yang baru mendeklarasikan kemerdekaan setahun sebelumnya.

Adenauer bertekad buat menebus kekejaman Nazi Jerman terhadap orang-orang Yahudi. Jerman Barat bakal ganti rugi kepada orang-orang Yahudi yang jadi korban tragedi Holocaust, dan membantu Israel sebagai tempat perlindungan mereka. Dia juga menjamin hak-hak umat Yahudi yang jadi warga negaranya.

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust? 60
Konrad Adenauer. (Dok. Peter Bouserath via Creative Commons)

Komitmen itu pun direalisasikan Adenauer melalui Perjanjian Reparasi pada 10 September 1952. Perjanjian itu ditandatangani oleh Adenauer, Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion, dan ketua Kongres Yahudi Sedunia, Nahum Goldmann.

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust? 61
Konrad Adenauer menandatangani perjanjian reparasi antara Republik Federal Jerman dan Israel. (Dok. Courtesy of Benjamin Ferencz/ United States Holocaust Memorial Museum)

Dalam perjanjian itu, Adenauer mengakui kalau kekejaman telah dilakukan atas nama Jerman terhadap orang-orang Yahudi, serta Jerman Barat bersedia buat ganti rugi harta benda dan kerusakan material.

Nggak hanya ke Israel, Jerman Barat juga sepakat ngasih kompensasi secara individu kepada orang-orang Yahudi yang terdampak tragedi Holocaust. Ganti rugi ke Israel dalam bentuk barang dimulai pada tahun 1953, dan berakhir pada tahun 1965.

Pada akhir 2008, Jerman tercatat sudah memberikan kompensasi sebesar 66 miliar euro ke Israel maupun individu Yahudi yang terdampak Holocaust. Setiap tahun, Jerman diperkirakan memberikan ganti rugi sebesar 1,1 juta dolar Amerika. Sampai sekarang, Jerman masih membayar ganti rugi individu.

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust? 62
Setiap tahun, Jerman diperkirakan memberikan ganti rugi sebesar 1,1 juta dolar Amerika kepada para individu Yahudi. (Dok. hub.jhu.edu)

Baca juga: Latar Belakang dan Kronologi Perang Dunia 2 – Materi Sejarah Kelas 11

Pengenalan Tragedi Holocaust kepada Masyarakat Jerman

Well, Jerman nggak hanya menebus dengan mengakui kesalahan dan memberikan ganti rugi. Pemerintah Jerman juga mengenalkan tragedi Holocaust kepada masyarakat, khususnya generasi muda, baik melalui media maupun lembaga pendidikan.

Misalnya, siswa sekolah menengah diwajibkan buat ngambil kelas Sejarah Jerman era abad ke-20, termasuk materi tentang Nazi dan tragedi Holocaust. Pelajaran Sejarah ini berlangsung selama dua jam dalam seminggu. Selain itu, ada kegiatan ekstrakurikuler yang ngajak para siswa buat mengunjungi museum dan lokasi kamp konsentrasi.

Bagaimana Jerman Mengakui Kesalahannya atas Tragedi Holocaust? 63
Holocaust Memorial di Berlin, Jerman. (Dok. Pixabay)

Pemerintah Jerman juga bikin program nasional yang disebut Schule Ohne Rassismus, atau “Sekolah Tanpa Rasisme”. Lebih dari 2.800 institusi berpartisipasi dalam program itu, buat ngasih pelajaran tambahan tentang Holocaust kepada para siswa.

Melalui media, perbincangan tentang Holocaust jadi trending topic sejak serial Holocaust (1978) muncul di televisi. Serial itu nyeritain tentang tragedi Holocaust dari perspektif keluarga Yahudi.

Memori tentang tragedi Holocaust pun semakin dikenal masyarakat Jerman dan menciptakan perubahan antar generasi. Banyak guru yang berkomitmen buat ngajar sejarah Nazisme dan penganiayaan terhadap orang Yahudi berkat serial itu.

Pelajaran dari Penebusan Jerman atas Tragedi Holocaust

Rekonsiliasi merupakan kata yang tepat buat ngegambarin perjalanan hubungan Jerman, komunitas Yahudi yang terdampak Holocaust, dan Israel. Atas nama Jerman, Adenauer mengakui kesalahan Jerman Nazi pada tragedi Holocaust. Jerman berusaha buat memulihkan hubungannya dengan komunitas Yahudi dan menebus apa yang disebutnya sebagai kesalahan, melalui Perjanjian Reparasi.

Menurut American Institute for Contemporary German Studies, rekonsiliasi membutuhkan keberanian, kemurahan hati, rasa empati, dan kemampuan untuk refleksi diri atas kesalahan yang pernah terjadi. Tanpa melangkah maju dan menghadapi segala risiko buat memperbaiki hubungan, rekonsiliasi nggak akan terjadi. Atas nama Jerman, Adenauer memenuhi semua itu.

Di sisi lain, memperbaiki hubungan bukan berarti melupakan. Apa yang dialami oleh orang Yahudi selama tragedi Holocaust emang nggak bisa digantikan dengan apapun. However, mereka mau menanggapi secara positif tawaran dan inisiatif Jerman. Melalui Perjanjian Reparasi, komunitas Yahudi nggak mengutamakan kata maaf, tetapi hanyalah peringatan atas memori tentang Holocaust dan penghormatan terhadap para korban.

Yang gue tangkap dari rekonsiliasi Jerman dan orang Yahudi pasca tragedi Holocaust adalah, kedua belah pihak punya kelapangan hati dan komitmen buat memperbaiki hubungan dan membangun kepercayaan.

Gue jadi ingat quote dari penulis terkenal asal Afrika Selatan, Alan Paton.

“It is not ‘forgive and forget’ as if nothing wrong had ever happened, but ‘forgive and go forward’, building on the mistakes of the past and the energy generated by reconciliation to create a new future.”

Alan Paton

So, dari cerita gue di atas, apa pelajaran yang udah elo dapat? Kasih tahu pendapat elo di kolom komentar ya!

Baca Juga Artikel Lainnya

Apa sih yang Menyebabkan Perang Dunia di Abad 20?

Hirohito, Kaisar Kontroversial Jepang karena Perannya di Perang Dunia 2

Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris di Perang Dunia 2

Referensi

Catic, Maja. (2008). “A Tale of Two Reconciliations: Germans and Jews after World War II and Bosnia after Dayton”. Genocide Studies and Prevention: An International Journal, 3(2), 213-242.

https://encyclopedia.ushmm.org/content/id/article/postwar-refugee-crisis-and-the-establishment-of-the-state-of-israel

https://www.aicgs.org/2012/11/personal-reconciliation-between-germans-and-jews/

https://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/germans/germans/education.html

https://www.theatlantic.com/international/archive/2019/04/germany-far-right-holocaust-education-survivors/586357/

Bagikan Artikel Ini!