project based learning

Mengenal Metode Project Based Learning – Zenius untuk Guru

Apa yang terlintas di pikiran Bapak dan Ibu Guru ketika mendengar istilah Project Based Learning (PBL)? Metode yang juga dikenal dengan istilah Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah suatu metode pembelajaran di mana guru menggunakan proyek sebagai media belajar melalui tahapan-tahapan tertentu. 

Project based learning menjadi topik yang menarik beberapa tahun terakhir karena menekankan pada efektivitas pembelajaran. Metode ini memungkinkan Bapak dan Ibu guru untuk mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif dan bisa menjadi salah satu alternatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Lewat project based learning, siswa Bapak dan Ibu Guru bisa menemukan solusi dari permasalahan yang ditemui secara langsung di kehidupan sehari-hari.

Adakah Bapak dan Ibu Guru yang sudah menerapkan project based learning dalam kelas? Bagaimana ya langkah-langkah untuk menerapkannya? Nah, simak penjelasannya di bawah ini untuk mengetahui lebih dalam tentang project based learning yuk Bapak dan Ibu Guru!

Pengertian Project Based Learning

Project based learning adalah model pembelajaran yang didasarkan pada proyek, di mana siswa dihadapkan dengan masalah yang ada di dunia nyata yang dianggap bermakna, kemudian bertindak secara kolaboratif untuk menciptakan solusi dari masalah tersebut.

Pembelajaran berbasis proyek membuat pembelajaran menjadi sesuatu yang lebih “hidup” bagi siswa. Siswa Bapak dan Ibu Guru akan mengerjakan proyek dalam waktu tertentu, di mana mereka terlibat langsung dalam proses pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kompleks.

project based learning
Gold Standard sebagai salah satu model Project Based Learning. (Foto dari pblworks.org)

Tujuan Project Based Learning (PBL) adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga tercipta pembelajaran mandiri yang kolaboratif, inovatif, unik, dan berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. 

Siswa dapat menunjukkan pengetahuan dan kemampuan mereka melalui presentasi atau produk yang dihasilkan untuk publik secara nyata. Selain itu, project based learning juga dapat mengembangkan pengetahuan konstan yang mendalam serta keterampilan berpikir yang kritis, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi.

Baca Juga: Blended Learning: Jenis dan Penerapannya

Karakteristik Project Based Learning

Penerapan project based learning tidak hanya menekankan pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan tapi juga dapat melakukan perencanaan, perancangan, pemecahan masalah, dan pelaporan. Berikut ini adalah ciri-ciri atau karakteristik dari model project based learning, antara lain:

  1. Pelaksanaannya bermula dari masalah atau keinginan pribadi atau yang dimiliki secara kolektif. Dari permasalahan yang ditemukan, lalu dibuat sebuah perencanaan proyek untuk menemukan solusi dari masalah tersebut.
  2. Melibatkan riset sesuai dengan topik agar dapat menentukan masalah dan penyelesaian yang tepat. Dalam tahap ini, siswa Bapak dan Ibu Guru melakukan penelitian sesuai dengan proses yang sudah dirancang untuk mendapatkan informasi, melakukan evaluasi, dan melihat kembali apakah riset yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana sebelumnya.
  3. Diadakan untuk mencari solusi yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah. Pemecahan masalah yang didapat menjadi hasil pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
  4. Menggunakan kerangka kerja yang berisi masalah yang dirasakan, tantangan seperti apa yang ditemukan, lalu kesempatan, dan bagaimana cara untuk menyelesaikannya. 
  5. Ada jadwal yang memayungi proyek sehingga proses pembelajaran tetap terorganisir meskipun berfokus pada siswa.
  6. Hasilnya terukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
  7. Dilakukan evaluasi setelah proyek selesai agar kedepannya hasilnya bisa digunakan kembali atau diperbaiki.

Keutamaan dan Kekurangan Project Based Learning

Project based learning membantu siswa untuk belajar dan aktif secara mandiri. Meskipun begitu, Bapak dan Ibu Guru tetap melakukan pemantauan secara berkala terhadap progres belajar dan proyek yang dilakukan siswa. Kekurangannya, bisa saja siswa menjadi tidak produktif karena Bapak dan Ibu Guru tidak selalu ada mendampingi siswa. Bimbingan yang dilakukan secara berkala membuat siswa memiliki kesempatan untuk tidak melaksanakan tugas atau proyek yang telah diberikan, dan hanya akan mengerjakan ketika guru melakukan pemantauan.

Dalam penerapannya, siswa lebih sering dibagi ke dalam kelompok untuk melakukan sebuah proyek. Hasilnya, kegiatan ini bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan siswa lain. Namun jika proyek dilakukan secara daring, siswa akan merasa jenuh berinternet karena ada batasan-batasan tertentu yang tidak bisa mereka lakukan.

Selain itu, pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk berkonsultasi secara langsung dengan guru ketika ingin mengkonfirmasi apakah proyek yang mereka lakukan telah sesuai dengan perencanaan. Tapi, prosesnya bisa saja justru menimbulkan kebingungan antara guru dan siswa. Guru tidak bisa memantau secara langsung sampai mana proses belajar siswa, sementara siswa tidak bisa yakin apakah hal yang dipelajarinya benar atau tidak.

Hal yang paling utama dari project based learning adalah siswa mengetahui dan memahami konteks yang ada di dunia nyata karena permasalahannya pun berawal dari lingkungan sekitar. Mereka dapat mencari solusi dari permasalahan yang ada. Sayangnya, kendali guru dalam pembelajaran berbasis proyek sangat kecil karena siswa memang difokuskan untuk belajar mandiri.

kelebihan dan kekurangan project based learning
Keutamaan dan kekurangan project based learning secara sederhana.

Baca Juga: Teknologi dalam Pembelajaran, Bagaimana Memanfaatkannya?

Teori Pendukung Pembelajaran Berbasis Proyek

Project based learning tidak hanya membantu siswa untuk aktif dan mandiri dalam pembelajaran namun juga menciptakan pemahaman yang lebih mendalam. Berikut merupakan beberapa teori menurut para ahli mengenai project based learning.

  1. Teori Kognitif dan Konstruktivistik (Jean Piaget)

Menurut teori Kognitif dan Konstruktivistik yang disampaikan oleh Jean Piaget, perkembangan kognitif seseorang sebagian besar ditentukan oleh penanganan obyek dan interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif, teori konstruktivistik Piaget menyampaikan bahwa pengetahuan akan lebih bermakna jika dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, terutama sejak mereka kecil. Siswa akan lebih memahami suatu pengetahuan ketika mereka merasakannya secara langsung melalui indera dan didasarkan pada pengalamannya sendiri.

penerapan project based learning
Siswa bisa memahami pengetahuan lebih dalam ketika menemukan sendiri pengetahuan tersebut. (Foto dari Freepik)

Sejalan dengan pembelajaran berbasis proyek, pengetahuan yang siswa dapatkan lebih berfokus pada proses bagaimana memperolehnya dibandingkan bagaimana mereka mengingat pengetahuan tersebut. Karena itu untuk mendukung proses perkembangan kognitif dalam pandangan konstruktivisme, Bapak dan Ibu Guru bisa menerapkan project based learning dalam kelas. Melalui metode pembelajaran ini, Bapak dan Ibu Guru menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan mencari solusi dari pemikirannya sendiri, serta mengarahkan siswa untuk menerapkan solusi yang ditemukan dalam belajar dan di kehidupan nyata.

  1. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky yang berfokus pada aspek sosial pembelajaran juga memiliki kaitan dengan project based learning. Menurutnya, interaksi sosial dapat memicu pengembangan ide-ide baru dan memperkaya intelektualitas siswa. Interaksi yang berlangsung dengan orang dewasa atau teman sebaya mampu membuat siswa belajar lebih efektif.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pembelajaran berbasis proyek lebih banyak menekankan pada kegiatan berkelompok. Melalui interaksi siswa dengan teman atau kelompoknya, perkembangan intelektual siswa bisa didapat dengan lebih cepat.

Dalam Zona Perkembangan Terdekat atau Zona of Proximal Development yang disampaikan Vygotsky, terdapat dua tingkat perkembangan yang berbeda. Pada tingkat perkembangan aktual, siswa bisa mempelajari dan meningkatkan pengetahuannya atas upaya mereka sendiri. Lalu pada tingkat perkembangan potensial, siswa dapat mencapai perkembangan intelektual dengan bantuan orang lain salah satunya teman mereka sendiri.

Baca Juga: Lev Vygotsky, Psikolog Berpengaruh Dalam Dunia Pendidikan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Project Based Learning

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, Bapak dan Ibu Guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP project based learning. RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. 

Lingkup RPP paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Muatan dalam RPP, minimal mencakup: 

  1. Tujuan pembelajaran
  2. Materi pembelajaran
  3. Metode pembelajaran
  4. Sumber belajar
  5. Penilaian
  6. Hasil belajar

RPP dapat digunakan pada berbagai tingkat pendidikan mulai dari PAUD hingga SMA. Berikut contoh RPP project based learning PAUD:

Mengenal Metode Project Based Learning - Zenius untuk Guru 9
Format RPP Pembelajaran Mandiri (Sumber: Modul Kemendikbud)

Penerapan project based learning di setiap sekolah tentunya akan berbeda-beda karena menyesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing. Kita ambil contoh salah satu penerapan project based learning di SD kelas 5. Misalnya untuk tema ekosistem dengan sub tema hubungan antara makhluk hidup dengan ekosistem, yaitu mengamati situasi di sekitar rumah atau sekolah yang menunjukkan adanya hubungan rantai makanan kemudian membuat ilustrasinya dalam bentuk gambar.

Bagaimana Langkah Menerapkan Project Based Learning?

Seperti halnya metode pembelajaran lainnya, project based learning membutuhkan persiapan dan perencanaan. Metode ini dimulai dengan sebuah ide dan pertanyaan yang digunakan untuk merancang proyek. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah langkah-langkah PBL yang bisa Bapak dan Ibu Guru ikuti untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek.

1. Mulailah dengan Sebuah Pertanyaan Mendasar

Pertanyaan harus dibuat dengan fokus melibatkan siswa Bapak dan Ibu Guru dan mengacu pada topik dalam kehidupan nyata yang berusaha untuk diselesaikan. Contohnya, apa saja yang terjadi di kelas atau di komunitas sekitar, lalu pilih pertanyaan tentang masalah yang berdampak dan memiliki makna dalam kehidupan siswa.

2. Merancang Sebuah Proyek

Dari hasil pertanyaan yang diajukan dan masalah yang ditemui, buatlah sebuah rancangan proyek. Proyek tersebut harus bisa mendukung pertanyaan dan masalah yang ada, serta harus sesuai dengan kurikulum atau capaian pembelajaran yang diinginkan. Contohnya dalam materi elektromagnetik, Bapak dan Ibu Guru bisa rancang proyek pembuatan bel listrik sederhana. Tentukan kompetensi dasar, topik, dan indikator yang ingin dicapai dari penugasan proyek ini.

3. Membuat Jadwal atau Timeline Proyek.

Tentukan periode perancangan, pengumpulan data, sampai proses pemecahan masalah yang akan dilakukan siswa. Dalam praktiknya, pasti akan terjadi perubahan atau penyesuaian jadwal. Tapi, Bapak dan Ibu Guru tidak perlu khawatir dan bersikaplah fleksibel terhadap perubahan tersebut. Bantu dan dampingi siswa dalam menyelesaikan proyek yang ditugaskan, serta berilah pengingat jika batas waktu yang diberikan sudah semakin dekat.

langkah project based learning
Penyusunan jadwal menjadi hal yang penting dalam pembelajaran berbasis proyek. (Foto dari Freepik)

4. Memantau Progres Proyek yang Dilakukan Siswa.

Langkah ini menjadi sangat penting karena project based learning adalah metode pembelajaran yang berfokus pada siswa belajar mandiri. Tapi, Bapak dan Ibu Guru juga berperan untuk melihat sejauh mana kemajuan proyek yang dilakukan siswa. Hal ini untuk memastikan bahwa tugas yang diberikan telah sesuai dan siswa bisa mendapatkan capaian belajar yang diharapkan.

5. Membuat Penilaian dari Hasil Proyek yang Dilakukan Siswa

Penilaian di sini meliputi umpan balik, keberhasilan siswa dalam memenuhi standar pembelajaran, serta melihat sejauh mana proyek tersebut berdampak pada pemahaman dan kemajuan siswa dalam belajar.

6. Melakukan Evaluasi dari Pengalaman Proyek

Di akhir pembelajaran, Bapak dan Ibu Guru bersama siswa melakukan evaluasi yang bertujuan untuk melihat hasil proyek. Sejauh mana proyek dapat mencapai tujuan pembelajaran dan apakah metode pembelajaran berbasis proyek ini bisa diterapkan di pembelajaran selanjutnya.

Nah, itulah pembahasan tentang project based learning yang memperkenalkan siswa dengan cara belajar dan permasalahan yang ada di kehidupan nyata. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru untuk memahami lebih dalam tentang pengertian hingga tahapan project based learning.

Oh iya, Bapak dan Ibu Guru juga bisa menonton video dari Zenius untuk Guru di bawah ini untuk mengetahui contoh-contoh penerapan project based learning dalam kelas. Sampai bertemu di artikel Zenius untuk Guru lainnya!

Referensi

How Does Project-Based Learning Work? – Edutopia (2007)

What is PBL? – PBL Works (2021)

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) dan Penerapannya dalam Proses Pemelajaran di Kelas (2018)

Project-Based Learning: Differentiating Instruction for the 21st Century (2012)

Modul Project Based Learning – Kemendikbud PP PAUD DIKMAS Jawa Barat – 2016

Originally published: December 10, 2022
Updated by: Aulia Rahmah Karunianti (Kampus Merdeka Intern)

Baca Juga Artikel Lainnya

Metode Mengajar yang Efektif Sesuai Kebutuhan Siswa

Cara Membuat Video Pembelajaran dari HP

Komunitas Guru ZenRu: Tempat Berbagi Pengalaman Mengajar

Bagikan Artikel Ini!