Materi majas eufimisme dalam bahasa Indonesia

Pengertian Majas Eufimisme Beserta Contohnya dalam Kalimat

Elo pernah nggak sih, tiba-tiba kebelet buang air kecil pas guru elo lagi jelasin materi di depan kelas? Gue sih, pastinya pernah.

Kalau elo sudah kebelet banget, kira-kira bakal izin gimana sama guru elo?

Ilustrasi penggunaan majas eufimisme di lingkungan sekolah
Ilustrasi penggunaan majas eufimisme (Arsip Zenius)

Kalau gue, bakal bilang buat izin ke belakang sih, daripada harus ngejelasin soal buang air kecil atau buang air besar. Soalnya, kalau bilang izin ke belakang itu terbilang lebih sopan, gengs, walaupun maksud kalimatnya itu cukup kasar.

Ibaratnya, kita sebagai pembicara mau ngomong lebih halus, etis, atau lembut kepada si pendengar.

Siapa yang pernah merasakan hal kayak gitu? Mau ngomong, tapi malah lama mikirin gimana cara memperhalus maksud perkataan supaya lebih enak didengar. 

Nah! Hal kayak gitu tuh, ada materinya di bahasa Indonesia, lho. Yap! Namanya majas eufimisme, yakni menjelaskan tentang pemilihan kata yang halus dalam berbicara.

Pas banget nih, gue mau ngasih tahu ke elo kalau ternyata majas eufimisme ini sering kita gunakan di kehidupan sehari-hari. Gimana contohnya?

Yuk, kita bahas di sini!

đź“Ś Artikel ini merupakan bagian dari ragam majas dalam Bahasa Indonesia. Untuk mempelajari jenis majas yang lain, baca artikel berikut: Apa itu Majas? Jenis, Fungsi, dan Contohnya.

Pengertian Majas Eufimisme

Apa itu majas eufimisme? Mungkin, elo agak asing sama istilahnya, tapi sebenarnya elo pasti sudah nggak asing sama pemakaian majas eufimisme dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, majas eufimisme adalah majas yang mengandung pernyataan kasar, tetapi diungkapkan dengan kata yang lebih halus. Sederhananya, majas eufimisme adalah majas pelembut ucapan.

Contoh majas eufimisme secara gampangnya ini kayak yang gue sebutin di atas. Elo bermaksud buat izin buang air kecil sama guru elo, tapi elo lebih memilih kata-kata buat “izin ke belakang”. 

Sadar ataupun nggak sadar, pemilihan kata yang elo putuskan menjadi lebih halus itu termasuk ke penggunaan majas eufimisme. Nggak cuma dalam konteks sehari-hari, penggunaan majas eufimisme dalam puisi juga sering banget ditemukan, lho.

Sampai sini, gue harap elo jadi lebih paham tentang salah satu majas ini, ya. Intinya, elo bisa menggaris bawahi kalau eufimisme ini bertujuan untuk memperhalus perkataan.

Ciri-Ciri Majas Eufimisme

Kalau begitu, semua kata-kata yang diperhalus termasuk ke majas eufimisme, dong? Bukan gitu. Supaya lebih jelas, gue punya beberapa ciri-ciri majas eufimisme, nih.

Ketiga ciri-ciri majas eufimisme
Ciri-ciri majas eufimisme (Arsip Zenius)
  1. Mengganti Kata Tabu

Ciri-ciri majas eufimisme yang pertama, yaitu ada kaitannya dengan kata tabu. Hayo … pada tahu maksud dari kata tabu nggak, nih? Coba gue ambil pengertiannya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dulu, ya.

Kalau menurut KBBI, tabu adalah hal yang nggak boleh disentuh, dilakukan, atau diucapkan karena ada kaitannya dengan pantangan atau larangan.

Jadi, kata tabu merupakan kata yang masih pantang untuk diucapkan, nih. Contohnya, ada orang yang memiliki kondisi hambatan dalam pendengaran. Terus, elo menyebut kalau orang itu tuli.

Penyebutan tuli itu sebenarnya nggak boleh diucapkan atau masih termasuk kata tabu, gengs. Sebaiknya, elo menyebut orang tersebut sebagai tunarungu.

  1. Mengganti Kata yang Mengalami Peyorasi

Terus, majas ini juga berciri-ciri untuk mengganti kata yang sudah mengalami peyorasi atau pergeseran makna yang tadinya netral menjadi negatif.

Contohnya nih, mungkin elo sering banget mendengar kata bangsat yang diasosiasikan sebagai makna umpatan. Tapi sebenarnya, bangsat itu merupakan salah satu jenis hewan yang bernama kutu kasur atau kutu busuk.

Aslinya, maknanya itu nggak kasar, kan? Soalnya, memang menjelaskan tentang si hewan tersebut. Tapi semakin ke sini, maknanya jadi bergeser atau mengalami peyorasi menjadi sebuah umpatan.

Maka dari itu, majas eufimisme berguna untuk mengganti kata-kata tersebut.

  1. Agar Terlihat Lebih Sopan

Ciri-ciri majas eufimisme terakhir, yaitu bertujuan untuk terlihat lebih sopan. Contohnya, kayak yang sempat gue sebutkan di atas tentang izin ke belakang saat guru sedang mengajarkan materi.

Tujuannya, supaya ada rasa sopan santun di dalam kata-kata yang elo keluarkan. Jadi, nggak terlihat sembrono atau nggak etis.

Nah, itu dia ketiga ciri-ciri majas eufimisme yang perlu elo ketahui.

Contoh Majas Eufimisme

Terus, gimana contoh majas eufimisme, dong? Pas banget! Gue punya contoh kalimat majas eufimisme, nih.

Contoh kalimat majas eufimisme
Contoh majas eufimisme (Arsip Zenius)

Supaya lebih jelas, gue coba bedah penggunaan majas di setiap kalimat tersebut, ya.

  1. Bapak paruh baya yang tidur di depan toko itu adalah tunawisma.

Menurut elo, kata apa yang mencerminkan eufimisme? Bener banget, tunawisma di akhir kalimat.

Kalau secara kasar, tunawisma ini memiliki arti gelandangan. Nah, supaya penyebutannya menjadi lebih sopan dan diperhalus, katanya diganti menjadi tunawisma.

  1. Bu Ani sedang mencari asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumahnya.

Contoh kalimat eufimisme yang kedua ini terletak di frasa asisten rumah tangga. Secara harfiah, frasa tersebut merupakan penghalusan dari kata kasar yaitu pembantu.

  1. Di masa pandemi, banyak buruh yang dirumahkan gara-gara perusahaan bangkrut.

Hayo … kalau di contoh kalimat yang ketiga, di mana letak majasnya? Bener banget. Majasnya itu dirumahkan yang berarti dipecat.

  1. Saat unjuk rasa berlangsung, puluhan mahasiswa diamankan ke kantor polisi.

Nah, di contoh kalimat majas eufimisme yang terakhir, majasnya ini terletak di kata diamankan. Kata tersebut memiliki arti ditangkap yang akhirnya diubah ke diamankan agar lebih sopan dan halus saat didengar.

Setelah melihat beberapa contoh di atas, semoga pertanyaan-pertanyaan di benak elo tentang majas ini jadi terjawab, ya. 

Tapi kalau elo merasa masih ada kebingungan di materinya, gue punya solusi yang cukup manjur, nih.

Elo cukup klik banner di bawah ini aja, terus banner-nya bakal mengarahkan elo ke video penjelasan tutor tentang majas eufimisme.

banner bahasa indonesia zenius

Contoh Soal Majas Eufimisme

Supaya pembelajarannya semakin menempel di otak elo, gue mau memberikan dua contoh soal majas eufimisme yang bisa elo jawab, nih.

Semangat ngerjain soalnya, ya!

Contoh Soal 1

Manakah kalimat di bawah ini yang tidak mengandung majas eufemisme?

A. aku sulit menemukan kamar kecil di gedung ini.

B. pramusaji menawarkan makanan laut kepada kami.

C. Bella siswa yang pandai, tetapi keluarganya orang yang tidak mampu.

D. kasih ibu tak terhingga sepanjang masa.

Jawaban:

Kalimat “Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa” ini nggak mengandung ciri dari eufimisme, melainkan majas hiperbola. Jadi, jawabannya yaitu D.

Contoh Soal 2

Dokter menyatakan bahwa Pak Hidan … karena serangan jantung.

Eufimisme yang tepat untuk mengisi bagian rumpang kalimat di atas adalah….

A. tewas

B. koit

C. mati

D. meninggal 

Jawaban:

Kata meninggal terdengar lebih sopan untuk menginformasikan kehilangan nyawa pada manusia dibandingkan pilihan yang lain. Jadi, jawabannya yaitu D.

Kesimpulan

Itu dia pembahasan materi kita hari ini tentang salah satu majas. Salah satu hal yang perlu elo ingat-ingat cukup erat, yaitu penggunaan kata yang diperhalus dalam majas eufimisme.

Sebelum elo cabut, gue punya satu challenge buat elo, nih. Coba sebutkan contoh kalimat eufimisme selain contoh di atas! Jawabannya boleh elo ketik di kolom komentar ya, biar kita bisa diskusi bareng.

Oh iya, selain contoh soal di atas, Zenius juga menyediakan puluhan soal buat elo yang mau try out, lho. Terus, latihan try out-nya juga GRATIS tanpa biaya sama sekali! Penasaran mau langsung coba, kan? Elo bisa langsung klik link di bawah ini, ya!

Latihan Try Out Bareng Zenius 

Nah, sambil elo ikut latihan ngerjain soal try out, gue punya salah satu rekomendasi video dari Zenius yang menarik banget buat ditonton, nih. Tonton langsung video di bawah ini, ya!

Bagikan Artikel Ini!