Artikel ini membahas dan mengajak diskusi tentang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang dimiliki oleh robot, dengan berbagai kemungkinannya di masa depan.
Halo guys, ketemu lagi sama gue, Ncen. Judul artikelnya kok serem banget? Kayak di film-film aja. Iya, sih, tapi gue bukan lagi lebay, loh, gue mau nulis artikel ini karena gue cukup tertarik dengan ide bahwa bagaimana robot sudah (dan akan) menjadi bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, beberapa waktu lalu, gue baca 2 buku yang menurut gue keren banget, dan cukup menantang pemikiran gue. Buku pertama berjudul Hit Refresh dari Satya Nadella (CEO Microsoft) dan yang kedua adalah Homo Deus dari Yuval Noah Harhari. Setelah gue membaca kedua buku ini, gue jadi cukup penasaran, bahkan sampai menerawang jauh ke masa depan tentang bagaimana teknologi bisa memengaruhi kehidupan manusia. Nah, teknologi yang gue maksud adalah Artificial Intelligence (AI), atau dikenal juga sebagai kecerdasan buatan. Jadi, kalo kita lihat kondisi teknologi sekarang, AI pada robot sudah cukup canggih, contohnya coba lo lihat video ini:
Gimana? Setelah nonton ini, apakah lo yakin dengan kata-kata Sophia bahwa robot cerdas seperti dia akan membantu kehidupan manusia di masa depan? Atau lo malah serem lihat robot secerdas ini? Untuk bisa mendiskusikan ini lebih lanjut, gue memfokuskan pembahasan kepada Artificial Intelligence (AI).
Daftar Isi
Apa itu Artificial Intelligence?
Dalam bahasa yang mudah dimengerti, AI itu merupakan mesin yang bisa melakukan fungsi-fungsi kognitif yang kayak manusia lakukan seperti “berpikir” dan “memecahkan masalah”.
Terus apa bedanya dong mesin dengan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dengan program komputer biasa?
Nah, kalo program komputer tanpa AI, ia hanya akan memberikan output sesuai dengan apa yang kita program. Kalo ada variabel yang gak sesuai dengan algoritmanya, ia gak bisa memberikan output dengan benar. Sementara program dengan AI jauh lebih cerdas daripada program komputer biasa. Contohnya pada saat lo mengetik sesuatu di Google Translate, apabila kata/kalimat yang lo ketik ternyata tidak akurat, AI di Google Translate bisa membantu lo untuk betulin dengan cara memberi suggestions. Jadi sebenarnya AI itu udah ada di dalam kehidupan sehari-hari lo. Selain contoh google translate tadi, ada juga AI dalam algoritma mesin pencarian Google, asisten pribadi seperti Siri & Cortana, game-game strategis kaya catur yang dimainin di komputer, dan sebagainya.
AI yang ada sekarang ini lebih tepatnya disebut AI terbatas. Maksudnya adalah AI yang ada sekarang “hanya” bisa melakukan fungsi-fungsi tertentu aja seperti pengenalan wajah atau suara, pencarian internet, atau menjalankan mobil yang bisa jalan sendiri. Sedangkan dalam jangka panjang, AI dipredikisikan untuk bisa menjadi AI general. AI general memungkinkan terciptanya mesin yang bisa mendekati kemampuan manusia dalam melakukan berbagai hal seperti berpikir, berkomunikasi dengan bahasa yang bisa dimengerti manusia dan mesin, beralasan, berencana, dan sebagainya.
Teknologi AI sendiri juga gak bisa dibilang sebagai “barang baru” ya. Dari Era Tiongkok Klasik pun sebenarnya manusia udah memiliki ide untuk membuat AI, bahkan pada saat itu sudah ada robot sederhana yang bisa bergerak sendiri, tentunya gak secanggih si Sophia, ya. Nah, untuk teknologi AI modern seperti yang kita gunakan pada saat ini, idenya sendiri sudah dibincangkan sejak tahun 1940-an, tapi karena jatuh bangunnya perkembangan peradaban manusia (terutama di bidang teknologi), AI belum terlalu banyak tersentuh pada saat itu.
Teknologi AI mulai mencuri perhatian publik lagi di era 1990-an saat mesin bernama Deep Blue berhasil mengalahkan juara dunia permainan catur, Garry Kasparov. Kemudian publik sempat geger lagi saat IBM Watson, mesin AI pencari jawaban buatan IBM berhasil mengalahkan juara kuis Jeopardy dalam bidang pengetahuan umum. Belakangan ini teknologi AI emang cukup menjadi perhatian banyak orang. Bahkan, di tahun 2016 aja nih, nilai pasar segala produk yang berhubungan dengan AI, baik itu hardware maupun software, telah mencapai nilai pasar lebih dari USD 8 M (sekitar Rp 108 T). Laju perkembangan AI bukan hal yang remeh.
Pro dan Kontra terhadap AI
Nah, ini bagian yang menurut gue menarik banget untuk kita bahas.
Pro
Saat ini, AI sudah banyak sekali diaplikasikan menjadi suatu produk. Pemanfaatan AI sudah membantu manusia memecahkan berbagai masalah berat dan meningkatkan produktivitas di berbagai bidang seperti:
Di dunia kesehatan, AI digunakan pada robot yang mengasisteni dokter. Contohnya, Microsoft telah mengembangkan AI yang dapat membantu para dokter untuk menentukan jenis obat dan perawatan apa yang ideal bagi pasien. Selain itu, ada juga Children’s National Medical Center di Washington yang telah sukses menggunakan robot AI untuk membantu tindakan operasi ke pasien. Di rumah sakit, AI sangat membantu dalam hal diagnosis medis dan analisis detak jantung. Robot juga digunakan untuk merawat orang jompo, konsultasi, dan pendeteksi tumor. Diperkirakan ada 90 startups yang mengembangkan AI di insustri kesehatan ini.
Di dunia otomotif, perusahaan ternama yang terlibat dengan AI seperti Tesla, Google, Apple, telah melakukan penelitian mobil tanpa pengemudi. Beberapa ahli mengatakan bahwa ke depannya manusia akan terbiasa menggunakan kendaraan tanpa pengemudi.
Di industri ekonomi dan keuangan, AI membantu di berbagai hal seperti investasi keuangan, pencataan keuangan, jual beli saham, penipuan dan kriminalisasi di bank, dan lain-lain.
Di dunia penerbangan, AI digunakan untuk mensimulasikan penerbangan sehingga pilot bisa diasisteni dengan memberikan informasi pergerakan yang terbaik, informasi keadaan udara dan tekanan, dan lain-lain.
Di dalam dunia pendidikan, tutor robot telah diperkenalkan di kelas untuk mengajar anak-anak mulai dari pelajaran biologi sampai dengan ilmu komputer, meskipun hal ini belum banyak dilakukan. Machine learning pada AI digunakan untuk menilai hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki pada masing-masing siswa dalam proses belajarnya.
Di bidang industri, robot sering dijumpai untuk menggantikan manusia, terutama dalam pekerjaan yang repetitif (berulang-ulang). Lo mungkin udah sering liat mesin-mesin otomatis di pabrik-pabrik yang membantu proses produksi sebuah produk.
Di bidang Human Resources, AI dimanfaatkan untuk proses perekrutan dan pengembangan sumber daya manusia. AI digunakan dalam menentukan pekerjaan yang cocok antara pelamar dan pencari kerja. Di tahun 2016 dan 2017, Unilever menggunakan AI untuk seleksi karyawan yang bersifat entry level (itu loh, posisi pekerjaan yang buat karyawan yang baru masuk banget dunia kerja yang gak butuh pengalaman banget). Unilever menggunakan ilmu neuroscience, analisis wajah dan suara dalam wawancara, dan lain-lain untuk mendapatkan kandidat karyawan yang terbaik. Unilever telah memotong waktu kerja dari empat bulan menjadi empat minggu dan menghemat 50,000 jam para perekrut.
Di bidang IT sendiri gak usah ditanya lagi, mesin-mesin AI udah banyak dipake untuk membantu para programmer dalam melakukan problem solving.
Kemudian, coba lo dengerin lagu ini:
Lo percaya gak, kalo gue bilang musik ini dibuat oleh AI? Komposisi musik seindah ini bahkan bisa diciptakan oleh sebuah mesin AI yang bernama Iamus. Hebat, ya?
Kontra
Meskipun terlihat sangat menguntungkan bagi manusia, ternyata AI dinilai sangat berpotensi untuk menghasilkan sesuatu yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Banyak ahli komputer & teknologi, serta ilmuwan seperti Alan Turing, I.J. Good, Stephen Hawking, Marvin Minsky, Bill Gates, Elon Musk, Stuart Russell, Peter Norvig, dll. mengatakan bahwa perkembangan teknologi AI ini perlu diawasi banget, karena berpotensi untuk merugikan manusia di kemudian hari. Potensi kerugian manusia akibat AI antara lain:
- Eksistensi manusia bisa punah karena dominasi AI. Tidak seperti manusia, robot atau mesin AI tidak terikat pada hambatan biologis. Robot AI bisa aja nyari sumber energi sendiri, dan mereka gak perlu khawatir akan deteriorasi fisik seperti yang dialami manusia.
- AI bisa aja menjadi terlalu pintar, sehingga malah memperbudak manusia.
- AI bisa meng-upgrade dan update dirinya sendiri, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk mereka bisa memiliki kesadaran yang sama atau mendekati manusia.
- Perkembangan AI bisa terjadi di luar dugaan. Saat ini terjadi, AI akan menjadi sulit untuk dikontrol oleh manusia.
- Kekhawatiran lain yang juga cukup besar adalah bagaimana AI nantinya akan menghilangkan lapangan kerja manusia. Lo kebayang gak, kalo suatu hari nanti di sekolah udah gak ada lagi guru, tapi pengajarnya adalah robot. Pekerja konstruksi, pramusaji, dan banyak bidang pekerjaan lainnya yang akan digantikan oleh AI. Bahkan, gak cuma pekerjaan yang gue sebutin barusan, bidang pekerjaan yang sarat dengan estetika/bidang seni seperti musisi, komposer, penulis, desainer, dll. bisa aja nantinya diambil alih oleh AI. Ini sangat mungkin banget, loh, lo liat aja contoh si AI Iamus tadi.
Elon Musk, tokoh yang cukup vokal terhadap perkembangan AI aja ngeri-ngeri sedap. Beliau aktif ikutan mantau perkembangan AI agar tercipta AI yang aman bagi manusia. Musk bahkan nyumbang USD 10 juta (sekitar Rp135 miliar) untuk Future of Life Institute dalam rangka mendanai riset pada bagaimana AI membuat keputusan. Musk juga mendanai Google DeepMind dan Vicarious untuk memantau apa yang terjadi pada perkembangan AI. Ini semua Musk lakukan karena ia mengendus adanya potensi bahaya di AI, sehingga ia bener-bener secara serius memantaunya agar potensi bahaya itu gak muncul.
Jadi sebenernya AI itu positif atau negatif buat kita?
Oke, gue sadar apa yang gue jelaskan di atas masih secuil bagian tentang topik penggunaan Artificial Intelligence. Masih buanyak banget hal yang bisa dibahas. Tapi di sini gue mau kasih perspektif ke lo tentang pro dan kontra yang ada. Semoga penjelasan singkat dan padat gue di atas bisa memancing curiosity lo untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang topik ini. Lebih bagus lagi kalo lo ikutan baca buku Hit Refresh dan Homo Deus yang gue sebut di atas.
Setelah membaca cerita gue di atas, mungkin beberapa dari lo ada yang setuju dan gak setuju tentang masing-masing pro dan kontra AI. Menurut gue sendiri, terlepas dari pro dan kontranya, AI adalah sesuatu yang gak bisa kita hindarkan di masa depan. AI telah menjadi bagian di dalam kehidupan sehari-hari kita dan AI akan semakin deket dengan kehidupan kita di masa depan. Nah, sekarang gue tanya balik nih ke lo:
Jadi, menurut lo, Artificial Intelligence ini berpotensi untuk meringankan kehidupan menusia, atau nantinya malah menjadi sumber kehancuran manusia?
This is the million Dollar question, guys. Gue pengen tahu bagaimana pendapat lo terhadap perkembangan AI ini. Apakah lo pro, atau kontra? Paparkan alasan lo di kolom komentar di bawah, ya.
Sekian dulu tulisan gue mengenai AI. Gue berharap ini bisa menjadi topik yang seru untuk jadi diskusi kita.
Referensi:
- https://waitbutwhy.com/2015/01/artificial-intelligence-revolution-1.html
- https://waitbutwhy.com/2015/01/artificial-intelligence-revolution-2.html
- https://en.wikipedia.org/wiki/Artificial_intelligence
- https://futureoflife.org/background/benefits-risks-of-artificial-intelligence/
- https://en.wikipedia.org/wiki/Predictions_made_by_Ray_Kurzweil
- https://en.wikipedia.org/wiki/Ray_Kurzweil
- https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_artificial_intelligence
- https://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_artificial_intelligence
- https://en.wikipedia.org/wiki/Galatea_(mythology)
- https://en.wikipedia.org/wiki/Existential_risk_from_artificial_general_intelligence
- http://time.com/4948633/robots-artificial-intelligence-war/
Sorry bois, pertamax diamankan… Good Artikel bang Ncen.. (y) Keep it up:)
Pertamax Diamankan gan..
Sebagai Gambaran bagi yg masih awam tntang AI ini , coba Anda Download “Play Chess With Magnus Carlsen” di Play Store, itu adalah game catur AI yang menirukan pola permainan GrandMaster Catur Dunia, Magnus Carlsen, disitu ada level2 nya (level nya disesuaikan dengan umur Magnus Carlsen itu sendiri). Belum ada yang bisa ngalahin level tertinggi nya. Bahkan orang Aslinya (si Magnus Carlsen) aja kalah lawan robotnya sendiri , padahal itu belum level tertinggi dari robotnya.
Btw good artikel, bang ncen , Keep it up 🙂
Halo Good Boye,
Thank you buat referensinya. Kayaknya lo ngikutin juga nih topik AI.
Gimana ya perasaan si Magnus Carlsen dikalahkan oleh sistem yang surpass keahlian dia. Garry Kasparov aja frustasi tuh pas dikalahin sama Deep Blue.
Anyway, pendapat lo sendiri gimana? Menurut lo perkembangan AI ini malah menguntungkan atau membahayakan manusia/
Good Boye, bagi link yang bilang kalo Magnus Carles aja kalah lawan robotnya sendiri dong! Gue belum nemu link-nya.
Jadi, menurut lo gimana nih AI? Bisa bagus buat manusia atau justru berdampak negatif?
Cuma mau nambahin dikit, alasan lain AI baru berkembang pesat akhir-akhir ini padahal udah ada dari dulu itu karena sekarang ada big data. Intinya adanya internet juga mendorong perkembangan AI.
Yep bener banget.
Malahan yg pernah gue baca, kekayaan informasi yang ada di internet bisa membuat sistem AI jadi superintelligent banget, sampe2 manusia ga bisa comprehend apa aja yang bisa dilakukan sistem superintelligent ini.
Big data ini sebenarnya udah ada dari sekitar tahun 1990-an sih. Terus di tahun 2012, big data berkembang pesat. Perkembangan itu membantu perkembangan AI, data mining, dll.
Perkembangan internet juga memengaruhi perkembangan big data dan memengaruhi parkembangan AI juga.
kalo menurut aku, AI bisa berpotensi sebagai sumber kehancuran manusia karena manusia tidak selalu bisa mengontrol perkembangan AI bahkan based on artikel di atas perkembangan AI susah dikontrol sama manusia. kalo pendapat aku sih bang, untuk mencegah perkembangan AI yang enggak kekontrol kita harus membuat mesin atau AI yang juga bisa ngontrol perkembangan AI itu sendiri. analoginya kaya intensitas kecepatan mobil yang bisa dikontrol oleh manusia karena ada teknologi meteran yang bisa diliat sebagai pembatas kecepatan. Nah, mungkin begitu juga seperti perkembangan AI dan kepintarannya. kita mungkin bisa menciptakan mesin yang mengawasi perkembangan AI dan kepintaran AI di tingkat tertentu sehingga mereka tidak terlalu pinter buat memperbudak kita. menurut aku yang sangat awam dalam bidang AI ini dan pengen berpendapat sebisanya karena bersimpati untuk kehidupan manusia di future gitu sih.
Menurut kamu, kalo AI diregulasi oleh mesin (AI) lagi, apakah tidak kontraproduktif?
Ketakutan AI menurut beberapa orang sama seperti Ketakutan datangnya Teknologi baru seperti yang terjadi di masa lalu, tapi menurutku mungkin AI masih netral untuk saat ini, konsep teknologi kan memang begitu tujuannya membuat kehidupan manusia semakin efisien, lain cerita kalau AI malah dijadikan alat kekuasaan atau ada suatu unsur kehidupan, hal yang tidak diinginkan itu bisa saja terjadi, yang saya harap dari munculnya AI sih akan semakin membuat manusia hidupnya semakin kompetitif…..
Saya sendiri ingin membuat AI :3
Hai HDRizal,
Thank you banget buat pendapatnya.
Masalahnya nih, banyak banget expert dan saintis (nama-nama besar yg disebut di atas, mulai dari Stepehen Hawkings sampe Elon Musk) yang biasanya optimis dengan perkembangan teknologi baru, tapi mereka nervous banget soal AI.
Mareka tau, AI ini bisa bermanfaat, tapi blunder sedikit, pengembangan AI ini bisa saja seperti membuka kontak pandora yang efeknya ga bisa di-reverse.
Dan yang membuat mereka makin gemas, orang-orang tuh masih santai-santai aja sm AI. Padahal menurut mereka, AI adalah salah satu ancaman terbesar yang bisa membuat manusia punah.
Dulu, pas issue tentang terjadinya global warming disebabkan oleh manusia apa bukan itu baru muncul, banyak para ahli yang berbeda pendapat tentang pro dan kontra terjadinya global warming yang disebabkan oleh manusia. Sekarang, pendapat para ahli sudah semakin mengerucut untuk sepakat bahwa manusia punya peran penting terhadap terjadinya global warming.
Begitu juga di AI, saat ini emang banyak banget para ahli yang masih berseberangan pendapatnya tentang AI. Para ahli banyak yang di pihak pro maupun kontra terhadap ketakutan pengembangan AI. Namun, dalam beberapa waktu ke depan, kemungkinan para ahli mulai sepakat untuk mengerucut ke suatu pendapat tentang AI. Tebakan gue sih pendapatnya adalah AI bakal tetap dikembangkan (bukannya disetop) tapi bener-bener harus diatur dengan tepat regulasinya.
Bener2 artikel yang mewakili pertnyaan gw selama ini apakah ai bakalan ngegantiin manusia dalam pekerjaan dll. Ai memang bantuin manusia, tapi kalo ai itu lebih pinter dari manusia apa gak bahaya? Kebayang dong film terminator bakalan jadi kenyataan dimana ai buatan manusia melawan manusia si pembuatnya. Nice artikel ?
Gw pernah baca di sebuah portal berita bahwa di Amerika ada unjuk rasa yang menentang penggunaan otomatisasi pramusaji (waiter/waitress). Satu sisi ini efisien banget, tapi kasihan yang pekerjaannya jadi hilang.
Hai Yohanes,
Thank you ya udah komen.
Gue mau kasih pendapat soal Terminator nih. Menurut pemerhati AI, film-film science fiction yg selama ini menggambarkan robot vs manusia, telah menyebarkan ketakutan yg ga realistis. Penggambaran robot di film-film yang bisa ditambahkan atribut khas manusia, seperti cinta, empati, simpati, dll; itu misleading banget. Pada akhirnya, semua atribut itu hanya khas dimiliki manusia.
Misalnya nih, kita bikin seekor laba-laba jadi 300x lebih cerdas dari laba-laba pada umumnya. Mau dia lebih cerdas, tetap kan dia tidak memiliki atribut yg dimiliki manusia? Apa yang dia bisa lakukan dengan kecerdasan 300x lipat itu adalah hal-hal yg khas laba-laba. Pada dasarnya, ia adalah seekor laba-laba.
Begitu juga dengan robot atau komputer. Mau dia lebih cerdas dari manusia, pada dasarnya dia adalah komputer yang tidak memiliki nilai moral seperti manusia.
At least, itu menurut sejauh yang gue baca ya. Ya bisa aja sekumpulan saintis berhasil menanamkan nilai moral ke AI. Hehehe. Mungkin abang Ncen nih yang lebih tau.
Yap bener Fan, penggambaran robot di film-film itu kadang suka lebay.
Selain itu, untuk masalah moral memang sering dibenturkan terhadap AI. AMA atau artificial moral agents adalah sebuah konsep yang dikatakan oleh Wendel Wallach di dalam bukunya yang berjudul “Moral Machines”. Bagi Wallach, AMAs telah menjadi bagian dari riset AI yang dipandu oleh dua pertanyaan penting, yaitu: “Apakah manusia mengingingankan komputer yang bisa membuat keputusan moral” dan “Apakah Robot bisa mempunyai moral.”
Ilmuwan politik, Charles T Rubin percaya tidak ada satupun AI yang didesain sebagai sesuatu yang bijaksana. Dia berpendapat bahwa manusia sebaiknya tidak menganggap mesin atau robot akan memperlakukan manusia secara menyenangkan. Alasannya karena tidak ada alasan kuat untuk memercayai robot atau mesin yang tidak mempunyai rasa simpati terhadap sistem moral manusia. Sistem moral manusia tersebut juga berubah ubah dengan faktor biologis manusia.
Ada beberapa teori yang membahas tentang risiko dari AI. Salah satunya adalah existensial risk from artificial general intelligence, yaitu teori yang mengatakan bahwa AI memungkinkan terjadinya kepunahan (atau bencana global lainnya) pada manusia suatu hari nanti. Salah satu argumen yang mendukung teori ini adalah bahwa manusia saat ini mendominasi spesies lain karena otak manusia mempunyai kemampuan yang lebih dibanding otak spesies lain. Oleh sebab itu, apabila ada produk AI yang “superintelligent” dan melewati kemampuan manusia, maka hal itu bisa membuat manusia tidak dominan dan membuat nasib manusia bergantung pada mesin superintelligent tadi.
Menurut gua dalam perkembangan AI itu sendiri perlu adanya pembatasan. Pembatasan disitu maksudnya, AI jangan dijadikan multi talent selayaknya manusia. Tapi, lebih di spesifikan fungsinya dari tiap-tiap AI
Tapi bisa aja saat mereka sudah bisa berpikir dengan sangat cerdas, mereka saling mencari satu sama lain untuk bisa melakukan sesuatu.
Seperti yang aku bilang di awal. Perlu adanya pembatasan kecerdasan itu sendiri. Sebutlah AI yg bertugas untuk memperbaiki mesin, yasudah dia hanya sangat cerdas dalam memperbaiki mesin. Jangan diberikan kecerdasan tambahan seperti yang lu khawatirin (saling bertemu dan menyatukan kekuatan)
Nah pembatasan itu yang mjd problematika si AI, cma manusia yg bisa, tpi mslhnya sifat manusia yg selalu ingin mengeksplorasi, atau ingin melampaui batas, ini yg jdi mslhnya, bgmn mengendalikannya?? Makanya banyak perusahaan2 bekerja sama spt openAI dan google yg berusaha menekan perkembangan AI agar tdk terjadi hal diluar batas
Saya sih berharap ada pembatasan dalam bentuk peraturan hukum tertulis seiring pengembangan AI yg besar2an ini
Salah satu kesimpulan pada buku “The New Digital Age” oleh Eric Schmidt and Jared Cohen adalah di masa depan, manusia dan komputer akan semakin memisahkan diri dalam pembagian tugas masing-masing. Kita akan menggunakan kecerdasan manusia dalam membuat penilaian, intuisi, nuansa, dan interaksi manusia secara unik. Kita akan menggunakan kemampuan komputer untuk kemampuan memori yang tak terbatas, processor yang cepat, dan hal-hal yang terbatas oleh kemampuan biologis manusia. Kita akan menggunakan komputer untuk menjalankan proses prediksi korelasi dari data yang didapat dalam jumlah masif untuk mengetahui dan menangkap teroris. Tetapi, bagaimana teroris ditangani dan diinterogasi, itu akan tetap berada di bidang yang dilakukan oleh manusia.
Ini baru yg bener. Semoga menjadi kenyataan di masa depan
Gimana caranya AI bisa lebih pinter dari penciptanya (manusia)?
Kalau pun manusia punah, akankah sama dampaknya dengan ketika dino punah?
Ambil contoh kalkulator ya. Ada perhitungan begini:
235*543*80+2
Apakah kalkulator bisa memberi hasil yg bener? Bisa dong. Apakah manusia bisa? Bisa juga.
Tapi lebih cepat mana? Kemungkinan sih kalkulator ya. Manusia juga bisa ngitung begitu, tapi lebih lama aja prosesnya.
Ini baru kalkulator, sebuah sistem yang masih jauh dari AI.
Sekarang kita ambil contoh AI, yaitu Google Search.
Lo pikirin lagi deh pekerjaan yang dilakukan Google Search. Dia memberi lo jawaban pualing relevan atas keyword yang lo cari dari jutaan sumber yang tersedia di intener. Dan itu dilakukan hanya dalam hitungan detik.
Apakah manusia bisa melakukan itu? Ya bisa dong. “pencarian informasi berdasarkan memori yang sudah ada” kan adalah salah satu fungsi dasar kognitif manusia. Tapi mungkin manusia butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan pekerjaan yang bisa dilakukan Google Search dalam hitungan detik aja. Karena manusia terhambat oleh keterbatasan biologis. Lo belajar 3-5 jam non-stop, butuh rehat kan?
Pada dasarnya, AI ini adalah sistem yang dibikin untuk bisa “berpikir sendiri”, memodifikasi dan meng-improve dirinya sendiri. Ketika sistem ini dilengkapi dengan kemampuan komputasi yang mutakhir (CPU, RAM, storage, dll), koleksi informasi yang tak terbatas (seperti internet), dan keleluasaan yang tak terbatas untuk meng-improve dirinya.. bukan tidak mungkin ia akan melewati kecerdasan manusia.
Mobil buatan Jepang yang bisa ngomong sama mobilnya pas nyetir termasuk AI juga gak, Fan? Gue sih miris aja banyak manusia tapi ngerasa sepi (gue doang ini mah) ditambah AI hahahaha. Gue kontra karena gue masih hidup. Kalo gue dah tiada baru gue pro. Gue pengen ngeliat bumi semuanya robot kek mana, kayaknya lebih bisa mikir robot dari pada manusia. Ngejaga lingkungan, ngurus pemerintahan, jadi fashion designer, bangun rumah, dlsb. Ehhh, tapi robot tidur gak sih? Mikir tentang keindahan gak si? ?
Yes, itu juga termasuk sistem dengan kecerdasan buatan.
Hehe, namanya juga udah mati, kayaknya terserah aja lah ya yg masih hidup mau ngapain, toh ga ngaruh sm yang udah mati. :p
Prediksi para ahli saat ini adalah, jika memang nanti ada Artificial Super-intelligent (ASI), sistem ini bakal RASIONAL banget. Ia hanya akan fokus mencari jalan paling efektif untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan pas di awal dia diciptakan, tanpa adanya pertimbangan “moral” bahwa mereka telah membahayakan manusia. Tanpa disangka-sangka, sebuah sistem yang mungkin tujuan awalnya harmless, malah nanti membahayakan manusia.
Contoh, kita bikin robot yang tujuan utamanya, “buat gue hepi”.
Bisa aja kan ternyata si ASI nemu bahwa cara yg paling efektif untuk memenuhi tujuan tersebut adalah dengan menanamkan elektrode ke otak manusia dan menstimulasi bagian otak yg mengatur kesenangan secara konstan. Eh terus dia sadar, bagian otak lain bisa “dimatikan” aja biar dia bisa terus menstimulasi pusat kontrol kesenangan di otak dengan lebih efisien. Toh tujuan awal dia adalah ” buat manusia hepi”.
Contoh lain, kita nge-program sebuah robot dengan tujuan utama, “buat gue tersenyum”.
Bisa aja si ASI ini melumpuhkan otot-otot di wajah kita hingga akhirnya muka kita cuma bisa senyum. Tujuan utama tercapai toh?!
Kita bikin program, “buat gue aman”. Eh terus dia mempenjarakan kita di rumah.
Atau kita bikin program, “akhiri semua kelaparan di dunia”. Gampang! Dia bunuh semua makhluk di muka bumi. xD
Itulah masalah dari perkembangan AI sekarang. Manusia bisa bikin sistem yang cerdas. Tapi sistem ini bisa mencapai suatu titik kecerdasan di mana dia bisa memanfaatkan jaringan internet hingga menggerakkan atom di jagat raya untuk mencapai tujuan awalnya. Tantangannya adalah menanamkan premis awal atau safety measurement di core coding program tersebut agar suatu waktu ia tidak menimbulkan bahaya ke manusia ketika berusaha mencapai tujuan awalnya. Dan menemukan premis atau saftey measurement tersebut jauh dari gampang hahaha
mungkin ga sih AI bakalan punya selera humor kaya film interstellar?
Kayak si TARS, ya. Seru tuh.
Menurut gue bahaya atau tidaknya AI tergantung dengan sejauh mana ia mengembangkan “kecerdasannya”, karena kecerdasan sendiri akan selalu berkembang, apa lagi kecerdasan buatan adalah mesin, yang notabene tidak memiliki batasan biologis seperti manusia, yang juga memungkinkan dirinya sangat lebih cepat dalam mengembangkan kecerdasan daripada manusia. Bisa jadi dengan kecerdasan yang dilampaui AI, seperti kecerdasan emosional yang lebih baik dari manusia, ia melihat bahwa perang dan pemusnahan manusia adalah hal yang buruk atau mungkin sebaliknya.
Semoga dengan adanya researchers dan perusahaan kayak DeepMind atau OpenAI, diharapkan bisa mengembangkan dan mengontrol AI yang lebih aman
Hai Dio,
Thanks ya buat pendapatnya. Kayaknya lo lumayan ngikutin topik AI nih.
Tapi mungkinkah nilai moral manusia bisa ditanamkan ke sebuah sistem komputer?
Kecerdasan AI hanya mampu menyamai, mendekati, bukan menyetarakan dengan kecerdasan manusia, dan adapun batasan sisi kecerdasan AI ada di sisi softwarenya, dan hanya manusia yang mampu mengontrol batasan kecerdasan AI tsb, jadi seandainya manusia dipenuhi dengan nafsu dan rasa ketidakpuasan dalam mengembangkan teknologi AI tentunya itu berdampak Buruk kedepannya, maka itu sebaiknya manusia mengembangkannya secara bertahap dan penuh waspada, kecerdasan manusia bisa membunuh manusia itu sendiri…
Menurut kamu apakah AI tidak akan sanggup mencapai level kecerdasan manusia di kemudian hari?
kayanya belum sih, untuk simulasiin (mempelajari kenapa manusia bisa berpikir/awareness/sadar akan dirinya, seperti mempertanyakan hal2 yg sifatnya eksistensial) otak manusia aja sulit, gmn cara AI punya consciousness, sedangkan kita sendiri ga bisa mendefinisikan consciousness itu secara algorimatik
aku setuju, karna sebagai orang yang menyukai di bidang kesehatan, ini memungkinkan semua kegiatan atau hal yang mustinya di lakukan oleh para tenaga medis , misalkan dokter atau siapapun bisa di lakukan oleh AI, kapanpun dimanapun tanpa khawatir akan adanya kesalahan dalam mengoprasikan teknis penyelamatan dalam kehidupan sehari hari. terima kasih
Apakah kamu ada kekhawatiran bahwa nantinya segala profesi di hidang kesehatan akan hilang, dan semua tenaga kerjanya diganti dengan robot?
wah keren nih artikel 🙂 . aku mau tanya dong , jurusan kuliah yang ngebahas AI masuk apaya ?? informatika, elektro atau apa?
Lebih ke Teknik Informatika atau Ilmu Komputer
Teknik Elektro juga sering banget ngebahas AI Maz day.
Coba admin dan zeniusian semuanya baca artikel ini https://indoprogress.com/2018/03/agenda-otomasi/
Oke thank you buat referensinya
Ya, ada beberapa poin menarik dari artikel tersebut, seperti penggunaan teknologi untuk melakukan efisiensi dalam berproduksi, dampak penggunaan teknlogi tersebut terhadap pekerja, dll.
Ada salah satu kesimpulan di situ yaitu “Pekerja-hidup adalah bahan bakar utama seluruh revolusi teknologi.”. Istilah pekerja hidup lebih enak diganti misal dengan istilah “pekerja kreatif”. Karena ada kesan pekerja hidup itu adalah semua orang yang bekerja. Sedangkan untuk revolusi teknologi, yang berperan signifikan tidak semua pekerja, namun sebagian orang kreatif yang bisa menghasilkan revolusi di teknologi.
Tetapi menurut saya, istilah pekerja hidup itu maksudnya para perevolusi teknologi ini mengamati para pekerja hidup dan mereka berpikir “bisa gak ya mereka para pekerja hidup kita buat AI-nya, kita lihat gimana mereka bekerja lalu kita buat algoritmanya dan menggantikan mereka dengan AI buatan kita.” bagaimana menurut Bang Jansen?
… istilah pekerja hidup itu maksudnya para perevolusi teknologi ini mengamati para pekerja hidup dan mereka berpikir…
nah itu istilahnya circular definition, dalam menjelaskan pekerja hidup, lo menggunakan istilah pekerja hidup lagi. Hehe.
Tapi maksud lo gue coba ngerti, si pekerja hidup ini mengamati bagaimana seseorang bekerja, terus bikin AI-nya buat ngerjain itu.
Dari yang gue tangkep di situ, maksudnya penulis mengenai living labor (pekerja hidup) adalah manusia yang bekerja (buruh pekerja). Itu buat membedakan dengan dead labor seperti mesin atau AI.
bang jansen, pihak zenius ada yg dari bidang psikologi atau bk gitu gk? mau tanya-tanya soal pemilihan jurusan lewat twitter atau media lain.
menurut gw kalau mau bikin AI sampai sama kaya manusia itu masih ga kebayang gimana caranya, dengan konsep AI yg ada skrng, AI bagus buat visual processing (face recognizer, anomaly detection), dsb. AI bagus bikin rule/kesimpulan dari pola data-data acak yg banyak. AI yg skrng ini masih sebatas mesin. Manusia harus ngasi task (tujuan) yg harus dikerjain, baru mereka ngelakuin sesuatu dengan purpose nya masing2. untuk bikin AI jadi kaya manusia, berarti ada pemikiran manusia (consciousness) yg rumit dan kompleks di implementasikan ke alogritma AI nya. dan itu yg menurut gw masi jauh bahkan sampe 20-30 tahun mendatang.
EDIT: gw ada link youtube tentang sebearapa dekat kita untuk mengganti manusia dengan robot.
https://www.youtube.com/watch?v=dA4I3PiDMz4
Iya, still long way to go buat mencapai kemampuan robot yang bener-bener canggih sehingga bisa bisa mirip-mirip kaya manusia yang mempunyai consciousness. Peneliti banyak yang mencoba membuat robot yang seperti manusia. Para peneliti itu sering menganggap bahwa manusia itu adalah sebuah robot yang di dalamnya mempunyai program dan algoritma. Misalnya, manusia yang melihat makanan enak kemudian bereaksi di otaknya melepaskan sejumlah hormom sehingga timbul rasa lapar , kemudian melakukan aksi untuk mencari cemilan. Begitu juga robot bisa saja diprogram demikian, apabila ada image “makanan enak”, maka dibuat program agar robot tersebut melakukan aksi mencari makan.
Untuk waktunya kapan, emang butuh waktu puluhan atau bahkan ratusan tahun sih buat dapetin robot yang udah lumayan OK dengan consciousness, empathy, dll.
Jika emang bisa membantu manusia dari hal positif sih gak apa²..
Dan mesti di buat aturan yg pasti dari skrang untuk kedepannya, sehingga AI tidak di gunakan untuk hal negatif.
Adanya nuklir juga bikin pusing bnyak orang, ini klo udh ada robot AI general, trus di gunakan sama orang² pinter yg gak punya rasa kemanusiaan gmna tuh..???
Nah itu dia, sama kaya di beberapa hal. Energi nuklir bisa bagus banget sebagai dijadikan sumber energi, tapi kalo dipegang oleh orang-orang pinter yang gak punya rasa kemanusiaan, bakalan bahaya.
Begitu juga AI, kalo digunakan sama orang yang gak tepat, bisa bahaya. Nah, beberapa orang yang gue sebutin di atas juga punya kekhawatiran AI digunakan oleh orang yang salah. Oleh sebab itu, menurut gue, penggunaan AI harus diregulasiakan dengan tepat biar gak jatuh di tangan orang yang salah.
Yg saya ragu kan, dalam hal regulasi pasti negara USA jd poros utama..
Mau dalam hal apapun USA slalu ikut andil dan jd poros utama, mau itu dalam bidang AI, keamanan dunia, kemanusiaan, ekonomi etc.
Wajar negara adikuasa heheh
Klo mau tanya, di negara tercinta kita ini, AI sudah ada yg ngembangin blm yak..??
Apa masih SIBUK ngembangin berita HOAX..??
Nah iya, blm banyak yang ngembangin AI di Indonesia kayanya. Masih sibuk ngembangin berita HOAX menjelang Pilkada nih. Hehehe
Mengancam eksistensi manusia maksud nya yg seperti apa ya ?
Apakah dengan membuat manusia kecanduan, lemah, dan tidak bisa melakukan apapun jika tidak dengan ai atau robot ?
Atau si ai atau robot itu bikin aliansi di dunia dan bentuk militer dan pemerintahan sendiri terus nyerang dan bunuh manusia secara cepat ??
Konyol amat emg klo si pencipta bisa kalah sama produknya sendiri. Jadi inget film2 doraemon dan dragon ball wkwkw
Mengancam eksitensi manusia misalnya apabila AI sengaja dibuat sebagai senjata pemusnah massal. Atau bisa juga si robot nyerang dan bunuh manusia.
Kalo dibilang konyol karena produknya sendiri, yaiya konyol. Hehehe.
Min, bener-bener gua suka banget sama AI. Gua bener-bener pengen ikut serta dalam perkembangan AI di dunia ini.. Nah masalahnya, gua gak tau harus fokus di bidang mana untuk bisa andil langsung dalam perkembangan AI. Itu lah kenapa gua sering “ngehindar” kalo ditanya ‘eh, lu mau kuliah jurusan apa?’ karena gua sendiri pun pusing.
Mungkin admin-admin disini bisa memberikan penjelasan.. wkwkwk