penyimpangan semu hukum mendel

3 Penyimpangan Semu Hukum Mendel dan Penyelesaiannya

Halo Sobat Zenius! Dalam artikel ini gue akan membahas salah satu bab dalam pelajaran Biologi. Yap, gue bakal ngajak elo semua buat mengetahui berbagai macam penyimpangan hukum Mendel dan kasusnya di dalam dunia nyata beserta contoh soal.

Elo pasti udah pernah dengar, kan, hukum Mendel itu seperti apa? Itu lho hukum pewarisan sifat.

Nah, gue banyak banget, nih, dapet request buat ngejelasin bab ini karena banyak siswa yang masih belum paham sepenuhnya dan masih bingung bagaimana cara yang tepat untuk memahami bab ini.

Gue bakal ngebahas secara detail di artikel ini tentang penyimpangan hukum Mendel dan contoh-contoh aplikasinya.

Dengan demikian, Sobat Zenius jadi lebih memahami materi yang membahas genetika yang satu ini. 

Jadi, yuk, disimak bersama-sama artikelnya!

Apa Itu Penyimpangan Semu Mendel? Apa Bedanyan Dengan Hukum Mendel?

3 Penyimpangan Semu Hukum Mendel dan Penyelesaiannya 9
Ilustrasi Gregor Mendel (Dok. Wikipedia)

Sebelum belajar mengenai berbagai jenis penyimpangan semu Mendel dan aplikasinya, kita harus paham dulu definisi dari hal tersebut.

Jika Sobat Zenius mengingat materi hukum Mendel sebelumnya, dalam hukum Mendel terdapat yang namanya persilangan monohibrid dan dihibrid.

Dalam kondisi normal, suatu persilangan monohibrid akan menghasilkan suatu rasio fenotipe 3:1 dan 1:2:1, sedangkan pada persilangan dihibrid menghasilkan rasio fenotipe 9:3:1:1. 

Usut punya usut, saat percobaan serupa dilakukan oleh para ahli genetika di berbagai perlakuan, rasio fenotipnya tidak sesuai dengan hukum Mendel.  

“Lah, artinya hukum Mendel ngaco dong?”

Tidak seperti itu ferguso~


Pada kenyataannya di kehidupan, tidak semua persilangan dapat menghasilkan rasio fenotipe yang sesuai dengan hukum Mendel.

Hal ini umumnya disebabkan oleh gen-gen yang mempengaruhi gen lain, bahkan ada yang terkait dengan reaksi asam basa kimiawi.

Meskipun terdapat berbagai penyimpangan, rasio fenotipenya masih “patuh” pada kaidah hukum mendel, sehingga fenomena ini disebut oleh para ahli sebagai Penyimpangan Semu Hukum Mendel.

Penyimpangan semu hukum Mendel ini ada banyak banget, sehingga ggak bakal efektif jika gue bakal bahas semuanya dalam satu tulisan ini.

Oleh karena itu, gue bakal bahas 3 penyimpangan yang sering elo temuin dalam soal-soal baik itu UN hingga UTBK. 

Jenis Penyimpangan Semu Hukum Mendel

1. Epistasis-Hipostasis

Gue bakal jelasin dari penyimpangan semu paling mudah, yaitu Epistasis dan Hipostasis.

Secara definisi, Epistasis dan Hipostasis merupakan peristiwa penyimpangan hukum Mendel di mana suatu gen dominan menutup pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya.

Gen ini bukanlah alel/pasangan dari gen tersebut, namun bisa menutupi pengaruh dominannya. Epistatis merupakan gen yang menutupi, sedangkan Hipostatis merupakan gen yang ditutupi. 

Biar Sobat Zenius nggak ketuker antara keduanya, elo bisa pahami bahasa Latin, di mana epi berarti “sebelah atas” seperti epidermis dan epikotil, sehingga dapat dianalogikan sebagai suatu yang “menutup” atau dominan, dan hipo berarti “sebelah bawah” yang dapat dianalogikan sebagai yang “ditutupi”.

Epi = atas = menutupi

Hipo = bawah = ditutupi

Karena ada gen dominan yang menutupi alel lain, maka saat persilangan dihibrid, fenotipe yang dihasilkan bukanlah 9:3:3:1 namun 12:3:1.

Biar lebih gampang, gue bakal kasih contoh soal dari kasus Epistasis dan Hipostasis.

Kacang koro hitam dengan genotipe HHkk disilangkan dengan kacang koro kuning dengan genotipe hhKK menghasilkan F1 heterozigot berwarna hitam, sesama F1 disilangkan dan  menghasilkan 1000 kacang, Gen koro hitam epistasis terhadap gen koro putih. Berapa jumlah kacang koro yang berwarna hitam?….

Untuk menjawab pertanyaan ini, Pertama-tama kita harus mengetahui genotipe dari F1 

P : HHkk   x     hhKK

F1 : HhKk 

Karena gen warna hitan bersifat epistasis terhadap gen warna kuning, maka F1 memiliki fenotipe yang berwarna hitam. Selanjutnya kita mencari rasio fenotipe dari F2 dengan persilangan dihibrid. 

P : HhKk   x    HhKk

Alel : HK, Hk, hK, hk

HKHkhKhk
HKHHKKHHKkHhKKHkKk
HkHHKkHHkkHhKkHhkk
hKHhKKHhKkhhKKhhKk
hkHhKkHhkkhhKkhhkk

Nah, di sini elo harus hari-hati, karena gen hitam bersifat dominan terhadap alel gen kuning, maka jika ada H besar, kacang tetap memiliki fenotipe hitam meskipun terdapat K besar.

Tinggal elo itung deh rasionya.    

HKHkhKhk
HKHHKKHHKkHhKKHkKk
HkHHKkHHkkHhKkHhkk
hKHhKKHhKkhhKKhhKk
hkHhKkHhkkhhKkhhkk

Sehingga didapatkan rasio sebesar 12:3:1.  

Karena diminta untuk mengetahui jumlah kacang koro yang memiliki fenotipe hitam, maka tinggal kalian cari deh berdasarkan rasio di atas.

12/16×1000 = 750 buah  

Elo dapet deh, jumlah kacang koro berwarna hitam sebesar 750 buah.  

Semoga dengan soal sederhana ini, elo bisa jauh lebih paham mengenai konsep Epistasis-Hipostasis.

2. Atavisme 

Pasti elo pernah ngeliat foto ini, at least sekali baik itu di buku paket maupun soal-soal biologi yang pernah elo kerjain. 

penyimpangan hukum mendel
Jambul ayan (Dok. kelaspintar.id)

Emang sebenernya atavisme itu apaan, sih? Sebelum lanjut ke soal, kita harus paham secara definisinya.

Secara definisi, atavisme merupakan kasus penyimpangan di mana interaksi antar gen yang menghasilkan keturunan yang memiliki fenotip berbeda dari induknya

“Lah kok bisa beda?”

Hal ini disebabkan karena adanya kesempatan berbagai gen untuk melakukan rekombinasi atau penyatuan kembali. Nah interaksi berbagai alel yang spesifik ini mampu menghasilkan fenotipe yang tidak ditemukan pada induk sebelumnya.

Salah satu contoh kasusnya adalah jambul/jengger ayam di atas. 

Secara umum, jengger ayam bisa dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu Sumpel (walnut), Biji (Pea), Bilah (Single), dan gerigi (rose). Fenotipe dari masing-masing jenis jengger ini ditentukan oleh interaksi alel yang spesifik.

Fenotipe walnut terbentuk dari genotipe (R-P-), Pea (rrP-), single (rrpp), dan rose (R-pp).

“Maksudnya tanda strip itu apaan has?”

Tanda strip pada genotipe itu memiliki makna bahwa alel apapun yang ada di dalam genotipe baik itu dominan maupun resesif, tidak akan berpengaruh pada ekspresi fenotip.

Biar lebih jelas, gue bakal highlight biar elo bisa memahaminya lebih jelas.

Walnut : (R-P-)

Rose : (R-pp)

Pea : (rrP-)

Single : (rrpp)

Sobat Zenius tidak perlu menghafal masing-masing fenotip karena dalam soal akan diberitahu masing-masing fenotip beserta genotip, kuncinya adalah kalian harus teliti dalam mencocokkan genotip yang kalian dapatkan dari hasil persilangan dengan fenotip yang terlah disediakan dari soal.

Biar lebih jelas lagi, gue bakal kasih contoh soal mengenai atavisme. 

Perkawinan antara ayam jantan berpial walnut (RrPp) dengan ayam betina berpial rose (RRpp) akan menghasilkan keturunan ayam berpial?…

Untuk menjawab soal ini, elo tinggal nentuin masing-masing alel ayam dan langsung menyilangkannya untuk mendapatkan hasil…. 

P : RrPp     x     RRpp

Alel : RP, Rp, rP, rp     x     Rp

RPRprPrp
RpRRPPRRppRrPpRrpp

Setelah elo silangkan, tinggal ditentuin deh fenotipnya apa aja berdasarkan highlight di atas.

RRPP = Walnut 

RRpp = Rose 

RrPp = Walnut 

Rrpp = Rose 

Nah, akhirnya elo dapet deh ternyata keturunan dari ayam tersebut memiliki fenotip jengger walnut dan rose.

3. Kriptomeri

Sebelumnya gua pernah menyinggung mengenai reaksi asam basa kimiawi yang mempengaruhi fenotip suatu individu, nah peristiwa ini ditemukan pada peristiwa kriptomeri.

Secara definisi, kriptomeri adalah peristiwa di mana gen dominan tidak tampak/tersembunyi jika tidak berpasangan dengan gen dominan lainnya.

Sederhananya, gen dominan ini gak mau nongol jika gak ada gen dominan yang lain. Kriptomeri sendiri berasal dari bahasa latin kriptos yang memiliki arti “tersembunyi”.

Salah satu contoh kasus yang paling terkenal adalah persilangan bunga Linaria Maroccana.  

Bunga Linaria Maroccana memiliki peristiwa persilangan yang unik, saat bunga merah (dominan) disilangkan dengan bunga putih (resesif), akan terbentuk fenotipe baru, yaitu warna ungu!

“Lah kok bisa, emang ada alelnya?”

Usut punya usut, pada bunga Linaria Maroccana terdapat alel yang meregulasi ekspresi pigmen antosianin dan asam basa protoplasma, secara singkatnya:

A = Ekspresi pigmen antosianin 

a = Non-ekspresi pigmen antosianin 

B = Protoplasma basa

b = Protoplasma asam

Uniknya, Pigmen antosianin ini akan berubah warna menjadi ungu dalam keadaan basa!   Walaupun genotip nya sama, namun fenotipnya berbeda karena adanya reaksi asam-basa antara pigmen dan protoplasma sel. 

penyimpangan semu hukum mendel
Kriptomeri (Dok. materiedukasi.com)

Nah, jika hasil persilangan F1nya disilangkan sesama, rasio fenotipe dari kriptomeri adalah 9:3:4 meskipun rasio genotipnya sama dengan hukum Mendel II.

Mungkin itu saja yang bisa gue bagikan mengenai jenis penyimpangan semu hukum Mendel beserta contoh-contoh soal dan aplikasinya.

Buat Sobat Zenius yang masih perlu belajar lagi mengenai materi yang satu ini, elo bisa banget belajar melalui video pembelajaran dari tutor Zenius.

Elo tinggal klik banner di bawah ini, lalu ketikkan materi apa yang mau elo pelajari saat itu juga. Di sana, elo bisa mendapatkan materi Biologi mulai dari kelas 10, 11, dan 12. Elo tinggal cari mana materi yang ingin dipelajari.

Mudah, bukan? Jadi, yuk, belajar dengan menyenangkan bareng Zenius dari sekarang!

penyimpangan semu hukum mendel

Baca Juga Artikel Lainnya:

Penerapan Matematika dalam Hukum Hereditas Mendel

Kenapa Ada Penyimpangan Semu Hukum Mendel

3 Kesalahan Siswa saat Mengerjakan Persamaan Hardy-Weinberg

Originally published: September 7, 2021
Updated by: Maulana Adieb

Bagikan Artikel Ini!