Artikel ini mengajak murid untuk berdiskusi tentang pendapat, gagasan, pengalaman, dan semua ide lain yang berhubungan dengan topik OSPEK / MOS.
Ketika tahun ajaran baru bergulir, biasanya para siswa sama orang tuanya akan disibukkan untuk belanja seragam, alat tulis, sepatu, tas, dkk. Selain disibukkan beli kebutuhan dasar anak sekolah, ada juga yang disibukkan untuk membeli barang-barang yang bisa dibilang ga ada kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar. Ada yang beli ember lah, permen lah, pita rambut, bola plastik, karung beras, macem-macem deh. Yup! pada artikel blog kali ini gua pengen mengajak lo semua untuk berbagi dan diskusi sehat tentang budaya unik yang terus menjadi fenomena tersendiri di dunia pendidikan Indonesia, apalagi kalo bukan untuk proses perkenalan siswa baru atau lebih sering dikenal dengan istilah OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) atau MOS (Masa Orientasi Sekolah).
Dari berbagai macam implementasi OSPEK/MOS, ada berbagai macam pendekatan yang dilakukan. Dari yang menempatkan para siswa baru sebagai ‘tamu kehormatan’ yang disambut secara positif oleh kakak angkatan kelas dan para guru, sampai ada yang menggunakan pendekatan ‘kurang bersehabat’. Pendekatan umum dengan cara kurang bersahabat ini biasanya mengharuskan siswa/mahasiswa baru untuk melakukan hal-hal ‘aneh’, seperti disuruh bikin topi dari bola plastik lah, rambut harus dikepang 10 dengan susunan warna tertentu, untuk yang cowok ada yang dipaksa suruh dibotakin, dikasih teka-teki ga jelas, diteriak-teriakin, disuruh push-up, joget2, bahkan dalam beberapa kasus proses orientasi siswa ini sempat menelan korban jiwa.
Pendekatan seperti ini biasanya memang dapat dilihat dari beberapa sisi, biasanya sih alasan dari pihak kepanitiaan sekolah untuk tetap menjalankan proses orientasi yang semacam itu adalah: untuk membangun karakter yang kuat, memperkokoh tali ikatan persahabatan dan emosional antar angkatan, agar para adik-adik baru tidak petantang-petenteng dan menghormati kakak, guru, dan staf di lingkungan sekolah yang baru, dsb… dan akhirnya pendekatan orientasi siswa seperti itu terus membudaya dari jaman orangtua kita dahulu hingga sekarang kita juga masih mengalaminya.
Namun beberapa tahun belakangan ini udah mulai kenceng nih suara yang mempertanyakan esensi dari OSPEK/MOS yang seperti itu. Malah ada yang pengen MOS dihapusin aja. Contohnya ya seperti gambar di bawah ini.
ZeniusBLOG juga sebelumnya udah bahas secara komprehensif tentang MOS dan senioritas di artikel berikut.
OSPEK beserta ‘senioritas’ (dalam arti positif) pada dasarnya bisa memberi manfaat yang berharga bagi para siswa yang memasuki lingkungan baru. OSPEK dan senioritas bisa jadi media untuk transfer pengetahuan yang membantu para siswa baru bisa lebih survive di lingkungan barunya. Itulah kenapa muncul gagasan bahwa format kegiatan MOS/OSPEK di sekolah-sekolah/universitas Indonesia mungkin bisa diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang lebih sehat, seperti seminar, bakti sosial, hingga pentas seni.
Kemendikbud sendiri telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Pencegahan Praktik Perpeloncoan, Pelecehan, dan Kekerasan pada Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah. Mendikbud, Anies Baswedan, juga melakukan sidak ke beberapa sekolah terkait hal ini.
Nah, ZeniusBLOG kali ini tidak ingin membahas OSPEK/MOS dan senioritas secara lebih dalam. Tapi kami mau diskusi nih sama sobat ZeniusBLOG semua. Apa sih pendapat kalian tentang MOS dan senioritas di Indonesia? Apakah kalian pro atau kontra? Mungkin kalian pernah mengalami pengalaman negatif bahkan traumatis tentang MOS. Mungkin ada beberapa juga yang pernah berkesempatan menjadi panitia MOS/OSPEK dan pendapat tersendiri dari pendekatan orientasi siswa ini dari sudut pandang yang lain. Bagi yang sekolahnya gak memberlakukan pendekatan MOS yang ‘kurang bersahabat’, mungkin bisa juga share cerita sekolah lo yang punya program MOS yang positif. Selanjutnya, menurut kalian, sebaiknya bagaimana Mendikbud menyikapi praktik MOS di Indonesia? Apakah Surat Edaran dan inspeksi mendadak sudah cukup? Atau perlu lebih dari itu? dan untuk lo yang sekarang udah di level universitas, apakah menurut lo Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Bapak Muhammad Nasir juga perlu mencontoh sikap Bapak Anies Baswedan?
Okey silahkan tuangkan pendapat, ide, gagasan, dan pengalam lo semua di comment section bawah artikel ini ya. Mari kita diskusikan bersama. Oh iya, sebelum meluncur ke bagian komen, isi dulu yuk voting di bawah ini yak!
==========CATATAN EDITOR===========
Kalo ada yang pengen ngobrol sama Fanny atau mau share juga tentang pengalaman MOS/OSPEK, tinggalin aja comment di bawah artikel ini. Btw tolong pastikan diskusi di comment section berjalan dengan sehat dan diiringi itikad baik untuk bertukar pikiran yah. Kalo gua lihat lo memakai kata-kata kasar atau ad hominem terhadap lawan bicara, gua akan hapus comment tersebut dan block id lo dari diskusi zeniusBLOG ini. Jadi sekali lagi, gua berharap diskusi yang berjalan bisa mencerminkan kapasitas lo sebagai intelektual muda yang mampu berkomunikasi secara sehat menghargai pendapat orang lain.
Mos penting lah, tapi gausah pake atribut/peraturan yang ga jelas. Mos hrs nya dimanfaatin buat kenalan se kenal2nya sm temen, lingkungan, guru, organisasi2 sekolah, fasilitas dll. Kalo perlu mosnya seminggu jgn cuman 3 hari, tapi di ajarin basic skills, pola pikir, upgrade mindset biar tau di sekolah mau ngapain aja hahaha… kalo buat masuk kuliah, ospeknya Zenius kali yaahaha ahayde.
Lo sendiri tau sekolah yang udah menerapkan sistem MOS dengan pendekatan kekeluargaan seperti itu ga bro?
“di ajarin basic skills, pola pikir, upgrade mindset biar tau di sekolah mau ngapain aja”
wah itu mah zenius banget hahaha
di Universitas Katholik Atma Jaya sudah menerapkan sistem tersebut mba Fanny…dan seperti yang dikatakan mas Herdanein MOS hanya dilaksanakan selama 3 hari,,tapi buat saya pribadi sanagt bermanfaat meski singkat
Di sekolah smaku sistem hukumannya jelas jadi siappun yang melanggar misalnya telat dan kurang atribut aja yang dihukum. itupun sebutannya bukan hukuman tapi ” konsekuensi” . Jadi diawal sudah diberi tahu kalo nge langgar apa konsekuensinya apa.
Dan yang menarik waktu pelaksanaan konsekuensi si kakak tingkat bakalan ikutan juga .Misal push up dia bakal ikut push up juga
Pilihan kedua (y)
boleh kasih contoh ga pendekatan kekeluargaan menurut kamu gimana?
Kalo mas pernah bertamu ke rumah org lain pasti ngerti.
kalo ospeknya kaya film The Internship sih oke
waduh gue belum nonton, kayak gimana tuh?
wahaha iya sih kaya film the Internship, tapi yang di club nya jangan ditiru hahah
setuju tuh
adanya MOS itu menurut gue sah-sah aja asal gak kelewatan dan gak menggunakan kekerasan. jujur sih, gue pernah mengalami “MOS” yang lumayan gak enak. Tapi senior gue dulu gak pernah sampe yg adu fisik sih, paling cuma dikerjain, diteriakin, gak pernah sampe yg main pukul gitu. Jadi menurut gue, fine fine aja sih. Tapi yg gue tangkep dari MOS dulu itu ambil positifnya aja. Walaupun ada gak enaknya juga tapi gue anggap aja itu sebagai pengalaman. tapi sebaiknya kalo sekarang ngga perlu ada yg kekerasan gitu lah. mending yg secara kekeluargaan aja.
“asal gak kelewatan dan gak menggunakan kekerasan”
Jadi lo ga masalah ya dengan atribut2 aneh seperti yang gue contohkan di atas?
naif ni orang hahaha.
Gak setuju dengan MOS yg menggunakan atribut gak jelas. Tujuannya apa? Yang ada cuma ngabisin duit, dan pada akhirnya yg repot ya orang tua juga. Gua pernah jadi bendahara mos, dan uang kas mos habis cuma buat kegiatan “berburu ttd panitia” yg gak ada gunanya dan cuma ngabisin kertas. panitia cuma ngejalanin apa yg sudah jadi kebiasaan senior sebelumnya tanpa ada perubahan. Harusnya sekolah berperan aktif utk menghapuskan hal2 gak berguna kayak gitu. Apa hebatnya pakai hal2 aneh kayak gitu.
Bukannya katanya berburu ttd panitia itu biar bisa kenalan langsung, lebih dekat, n bisa sharing info n wejangan dari panitia yang notabene udah senior?
Boleh kamu jelaskan lagi ga, kenapa berburu ttd itu ga ada gunanya?
Nggak, karena mereka cuma dikasih waktu beberapa menit dan harus ngumpulin ttd sebanyak mungkin. Nggak ada obrolan penting yg terjadi selain, “kak minta ttd dong, saya kasih makanan nih” nahloh, jadi nyogok kan. Selain itu kertas yg dipakai utk ttd juga fotokopian dari panitia, hasilnya? Kertas sebanyak itu jadi percuma dan nyampah. Ya begitulah, mungkin konsepnya bagus tapi caranya yg kurang tepat.
Hoo begitu.
Agak beda sih dengan ospek gue pas jaman kuliah dulu. Ada disuruh berburu ttd. Tapi ga sedikit senior (khususnya panitia) yg memanfaatkan momen itu utk kenalan lebih dekat, kasih wejangan, dsb. Para junior jg jadi tanya2 ttg kehidupan kampus. Ada jg sih senior yg asal ttd. Tapi berimbang lah. Ga pake sogok2 jg.
Jadi mungkin kembali lagi ke konsep n komitmen panitianya ya.
dikampus saya malah disuruh minta tanda tangan rektor, karyawan, dosen, sama 120 mahasiswa. yang gak bisa ngumpulin pilihannya cuma 2. Diskors atau cuti semester 2.
Angkatan kemaren ada yang nyampe cuti sih karena ga rela diskors. ahahah
MOS itu ttp penting,dengan catatan bahwa esensi dari MOS itu sendiri adalah memperkenalkan lingkungan sekolah dan juga meningkatkan kepercayaan diri siswa barunya. MOS yang ada di Indonesia pada umumnya harusnya udah gak ada sih soalnya esensinya udah hilang. Yang ada juniornya hormat ke seniornya karena “takut”, bukan karena “segan” dan biasanya junior yg udah begitu timbul rasa “balas dendam” buat ngelakuin hal yg sama kaya seniornya dulu ke junior2 berikutnya dan akhirnya jadi budaya sampe sekarang. Gw gak setuju banget kalo MOS di Indonesia kaya gini, yang ada bikin kita takut sama penguasa sendiri.
hehe iya, jadi kayak lingkaran setan terus ya.
Tapi gue tertarik dengan kata2 lo yang ini, “meningkatkan kepercayaan diri siswa barunya”
Nah, kira-kira lewat kegiatan yang kayak gimana ya?
kalo gue rasa MOS sangat sangat penting, tapi penting dari segi apa dulu ? kalo untuk mendekatkan kakak dan adik kelas agar bisa mengakrabkan diri, atau untuk mengenalkan kampus dan melatih rasa percaya diri sih oke, tapi gue kurang setuju sama mos mos yang pake topi gak jelas, atau atribut yang bikin malu diri sendiri, gue yakin kalo orang tua nya liat anaknya kayak gitu gak rela deh orang tua nya, yang penting mos itu gue rasa bukan dari banyak nya kegiatan, tapi esensi dari tiap kegiatan itu sendiri, dan gue rasa udah saatnya mos di indonesia dengan mos yang lebih bermanfaat, tapi tetep gak menghilangkan tujuan dari mos itu sendiri, caranya ? biar panitia nya yang fikirin, kita bisa liat panitia dari sekolah itu kreatif apa engga, katanya anak organisasi, harusnya gak terlalu sulit buat mikirin gimana caranya MOS itu bermanfaat tanpa ngilangin tujuan dari mos itu sendiri, sekian dari gue
Tapi bisa aja ortunya mikir, “ah gue dulu lebih parah dari ini” hahaha
Ada ga sih ya ortu yang masih berpikir begitu.
Kamu sendiri pernah jadi panitia MOS ga, zaki?
mungkin aja ada sih kaak hahaha tapi masih belom liat sih kak secara pribadi liat ortu yang kayak gitu hahaha…
pernaah kak kebetulan gue dari pesantren di garut, dan gue bagian yang bimbing anak2nya bukan yang marah2in, kalo di pesantren gue kak ada hukuman gitu gara gara telat bangun tidur pas hari itu mau mos, paling cuman push up 5x disuruh panitia yang bagian marah2in biar seger, dan di pesantren gue kak bukan lebih condong ke fisik, tapi ke character building, dan kita juga ngundang orang2 penting pas MOS itu kalo gak salah yang gue inget ngundang ketua peace generation irfan amalee, gak ada kak di pesantren gue yang pake atribut gajelas, paling cuman papan nama pake karton dan itu nama kelompok mereka dari nama nama ilmuwan islam, gak ada yang menjelek2an diri mereka sendiri, karena pesantren gue kebetulan salah satu organisasi islam besar di indonesia dan target nya punya kader yang mantap, nah di mos ini kita manfaatin buat bikin character mereka kuat kuat dan siap buat nerima pelajaran nanti dikelas atau di lingkungan pesantren, sekian kak 😀
Wih mantap mantap
Pendapat gua (mohon maaf bila banyak salah, karena ini berasal dari pemikirian yang cetek, belum mendalam hehe):
Klo kata gua sii MOS/OSPEK itu pada dasarnya penting. Karena tujuannya kan mengenalkan seluk-beluk sekolah/kampus. Dari bagaimana sistem nilai sekolah, aturan sekolah, guru-gurunya, dan banyak lagi. Jadi pas murid masuk tuh gk terlalu kaget. Klo buat ospek kuliah, ospek bisa jadi kegiatan yang penuh informasi penting tentang hal-hal teknis buat ngejalanin kuliah nantinya. Kayak sistem sks tahun ini gimana, sarana prasarana yang berubah tahun ini gimana, dan lain-lain. Nah tapi MOS (gua gk terlalu tau tentang ospek sekarang) sekarang-sekarang ini makin formalitas aja akhirnya. Mereka ngikutin pendahulu-pendahulunya. Mereka pikir klo MOS sekarang itu identik sama atribut-atribut unik (baca: aneh dan tijel, wkwkwk). Terus klo misalnya MOS itu ada materi-materi gitu, mereka tau itu cuma formalitas. “Ooh mos tahun lalu materinya gini, berarti sekarang juga harus ada gini”. Jadi intinya sekarang MOS cuma formalitas, bukan lagi sebagai kegiatan positif. Gua harap besok-besok untuk para panitia MOS, pahami konsep dasarnya, lalu kreatiflah membuat kegiatan-kegiatan tanpa membuat MOS itu dipandang jelek, susah, ribet, dan gak guna serta “capek-capekin aja”
MOHON MAAF BILA ADA KESALAHAN. SEKALI LAGI INI HANYA BUAH PEMIKIRAN YANG CETEK, BELUM MENDALAM. TERIMA KASIH
santai aja bro. kita semua di sini latihan berdiskusi.
Kalo kamu sendiri, ada contoh ide kreatif yang kayaknya seru buat diterapin di MOS?
Menurut gua sii kita harus menyambut mereka dengan acara penyambutan ala kepresidenan wahahaha…. Menggunakan jas rapi bak pelayan hotel bintang lima terus pake karpet merah. Kenapa? Karena mereka adalah calon pemimpin bangsa. Kita harus menyambut mereka dengan penuh hormat. Ada tour guidenya setiap kelompok. Cari cewek2 yang cantik dan cowok2 yang ganteng di sekolah itu buat jadi tour guide. Dijamin!! Gak mau pulang wkwwk
Gw setuju MOS . simple aja.. Dengerin zenius learning sampe tamat.. Hahah
Bahahaha. Sabda for all Indonesian students..
Menurut gue MOS itu ngelatih mental kita biar gak manja. Contohnya kayak selama MOS kita wajib dateng ke sekolah pagi-pagi, supaya disiplin, nggak suka ngaret. Untuk soal atribut ya menurut saya kalo masalah topi yang sewajarnya aja, paling mentok ya pakai topi capil, pokoknya atribut selama MOS yang sewajarnya aja yang gak terlalu aneh-aneh (contohnya: kaos kaki beda warna). Rambut putri kepang 2 saya rasa sudah cukup, untuk apa dikuncir banyak-banyak sampai 10? Yang putra sah-sah aja lah rambutnya disuruh cukur, supaya rapi, seniornya aja rambutnya dicukur kok. Kalau gak ngerjain tugas atau salah buat tugas ya paling kita disuruh nyanyi lagu anak-anak, itupun gak sendirian karena banyak juga yang salah, intinya biar kita malu karena salah. Gak bisa protes juga sih kalau misalnya senior marah karena kita terlambat, mereka bahkan udah di sekolah lebih awal, jadi ya emang yang terlambat yg salah. Kalau masalah diteriakin ya gak apa sih, iyain aja walaupun wajah mereka galak abis, hehehe. Untungnya di sekolah gue cuma pake modal teriakan + wajah galak, gak ada hukuman fisik sama sekali.
Lagi pula biasanya setelah MOS ada Malam Inagurasi (gak tau apakah di setiap sekolah ada), jadinya MOS bakalan berkesan, hehe.
Kalo boleh tau, gunanya diteriakin itu buat apa ya? Gue sendiri pernah pengalaman jadi panitia OSPEK, modal teriakan dan wajah galak hanya memberi efek kontraproduktif. Itu membuat anak baru “takut” tanpa respek, bukan “segan” yang benar2 menghormati. Di belakang, mereka jadi males sama senior.
Jika memang MOS ditujukan untuk membantu beradaptasi, cara yang begitu, malah memberi tekanan mental tambahan, menurut gue. Ketika mereka sedang beradaptasi dengan sistem akademik yang baru, beberapa bulan pertama masa OSPEK, tekanan bertambah karena ada “bayang2” senior. Padahal senior bisa menjadi salah satu sumber bantuan yang berharga di masa2 kritis tersebut.
Jika yang dicari keindahan dan kenangan, kenapa harus menunggu Malam Inagurasi? Gue tiba2 terpikir sebuah program MOS yang dari awal udah fun. Senior adalah sosok yang ngemong buat para junior. Tugas tetap diberikan. Disiplin tetap ditegakkan dengan reasoning yang pas. Tapi itu bisa dilakukan tanpa teriakan. Analoginya begini, apakah orang tua perlu jadi ortu yang galak dan suka teriak2 untuk membentuk anak yang disiplin? Orang tua yang penuh kasih sayang tapi tetap tegas dan konsisten, gue rasa bisa lebih efektif membentuk anak yang disiplin dan apresiatif. Dengan begitu, mereka yang salah, bisa berpikir mengapa tugas itu penting. Bukan karena “ah gue kerjain karena males dimarahin sama si senior galak”. Malam puncak pun bisa tetap ada. Bisa berupa pentas seni dari para anak baru, senior, panitia, mungkin bahkan guru. Semua dilakukan dalam suasana kekeluargaan. Tanpa diiringi kecemasan, “ada jebakan betmen apa nih di balik ini?”
Gimana menurut kamu?
Gunanya teriakan-teriakan, menurut gue, supaya suaranya terdengar tegas, layaknya seorang pemimpin pasukan maka kita harus berteriak. Dari situlah mental kita dididik. Senior-senior itu dilatih selama tiga bulan kak, biar murid barunya siap mental, biar gak manja, biar gak cengeng. Mereka gak sembarangan latihan, mereka juga orang-orang terpilih. Sedangkan yang ikut MOS seminggu. Jadi gue yakin ada maksud yang baik di balik sikap tegas dan keras mereka. Mereka cuma melakukan tugasnya agar kami murid baru bisa belajar disiplin, tegas, dan bertanggungjawab.
Jika yang dicari keindahan dan kenangan, kenapa harus menunggu Malam Inagurasi? Setelah kami capek-capek, seniornya juga capek, di ajang itulah kita bisa melepas semuanya. Mungkin kalian aja belum nyadar efeknya, yang kalian tau cuma sedih, capek dan susah-susahnya. Yg gak ikut MOS suatu saat kalian akan menyesal karena sudah melewatkan suatu hal yang penting dan mungkin akan merubah cara berpikir dan bersikap kalian di kehidupan ke depan. Dan setelah MOS selesai, semuanya kembali normal kok. Gak ada istilah “takut sama senior” lagi, malah kami jadi akrab.
Salam damai, ini cuma pendapat gue kak. 😀
Sekian.
Gue pernah jadi panitia ospek dulu di kuliah yg konsep acaranya masih begitu. Malah gue adalah salah satu senior yg dapat peran sering teriak2.
Dari pengalaman gue sebagai peserta hingga jadi panitia, kelemahan dari konsep seperti itu adalah ke imej ospek itu sendiri. Ga sedikit akhirnya senior non-panitia yg ngebocorin ke junior, “ah itu cuma sandiwara aja, ga ngaruh jg ke perkuliahan.” Junior yg tadinya udh keteteran sm tuhas kuliah, makin males ngikutin kegiatan ospek, dan semakin melihat betapa pointless nya konsep ospek yg seperti itu. Beberapa akhirnya ga menghiraukan kegiatan ospek, di mana imbasnya ke satu angkatan. Di bilang kurang merangkul lah, kurang kekeluargaan, dan segala macam. Padahal konsep acara seperti itu kurang mengundang pesertanya utk memiliki motivasi intrinsik, “oh acara ini berguna lho”. Kebanyakan motovasi hanya datang dari ekstrinsik, utk
Sekedar menghormati tradisi yg ada
Karena sudah capek2 jd nunggu kenangan terindah di malam inagurasi? Hemhh.. Kayaknya poin gue belum
Tersampaikan dgn baik deh. Maksud gue adalah kenapa nunggu fun nya di malam terakhir? Bisa jg kan fun sepanjang acara, di mana puncaknya malam inagurasi jadi super duper fun hahaha.
Ya intinya, gue mempertanyakan, kenapa emosi build up nya harus dibangun dari sandiwara. Kenapa tidak lepas topeng saja dr awal, dan terang2an menerapkan disiplin tanpa kesan sok disiplin?
Hmm..saya setuju, kalau MOS/ OSPEK-nya ga minta kita buat ngelakuin hal2 yg aneh, ga jelas, & ga mendidik.
Untungnya MOS SMA saya yang baru aja dijalanin ga kayak gitu..
Seneng bgt, soalnya yang kita jalanin semuanya mendidik.. sampai games yang dibuat pun mendidik semua.
Soalnya pihak sekolah juga ngasih aturan No Bullying and Hazing. Jadi kalau ada senior yg berani ngelakuin itu, bisa langsung dilapor & mungkin juga dikeluarin dari anggota OSIS atau panitianya..
Dan ternyata…. untuk bisa jadi bagian dari anggota OSIS di sekolah saya, itu juga ketat lho..
jadi ga asal pilih.. katanya sampai 2 kali tes-nya, bahkan ada tes tertulisnya juga, selain tes kepemimpinan..
Terus sekolah saya ktnya juga sering ngelakuin upgrading anggotanya.. jadi yg dirasa kerjanya kurang bagus, bakal diganti.. atau ada murid yg tadinya bukan bagian dari anggota, bisa jadi anggotanya kalau emang pantes.. Dan itupun harus di-tes lagi..
Hmm.. jadi kayaknya ini juga pengaruh sama panitia MOS/ OSPEK-nya..
Kalau panitianya bener yaa MOS/ OSPEK-nya juga bakalan bener.
Saya harap semua sekolah juga bakalan jadi lebih baik lagi, mendidik & ga ada pembulian atau bahkan perpeloncoan, Aamiin..
Wah ini keren nih sekolahnya.
Boleh dong diceritain lebih detil tentang program MOS di sekolah kamu?
Kamu tau ga udah berapa lama sekolah kamu menajalankan program seperti itu? Karena gue jadi tertarik untuk tau efeknya ke mental para siswanya. Apakah ada perbedaan karakter/mental siswa di sekolah kamu yang menjalankan program MOS terdidik dengan sekolah lain yang program MOS nya masih melibatkan atribut aneh dan teriakan?
Hmm..sebenernya kalau atribut aneh masih ada.. tapi yaa masih dalam batas kewajaran, kayak name tag bentuknya suruh apa, fotonya apa, dsb.
Trus masih disuruh bawa barang2 pake teka teki, tapi itupun barang2 yg berguna, kayak pensil, pulpen, penghapus, penggaris, buku tulis. Buktinya barang2 itu skrng jadi kepake pas sekolah..
Selebihnya, barang2 utk dikasih ke orang2 kurang mampu, kayak beras, teh, mie, susu, dsb. Jadi tetep ada manfaatnya..
Trus MOSnya juga bener2 sesuai tujuan, yaitu untuk mengenalkan lingkungan sekolah.
Di hari pertama kita ketemu sama beberapa guru, kayak guru agama, trus guru BK.
Hari ke-2, kita dikasih tau tentang program kerja bidang kurikulum, dijelasin semua tata tertib sekolah yang ternyata banyak banget, sama program2 apa aja yang bakal kita ikutin selama sekolah, kayak LDKS, Pemilihan Ketua Osis, Pelantikan Osis, Rapat Pengesahan Program Kerja OSIS, Pentas Seni, Jambore Ekskul, Class Meeting, Upgrading Pengurus, Tour, Psikotest, Seminar, Pembimbingan Jurusan, dsb.
Di hari ke-2 ini, kita dikasih tau fasilitas2 sekolah. Kita diajak buat masuk ke ruangan2 yg ada di sekolah, kayak ruang biologi, fisika, ruang musik, dsb.
Trus pastinya juga dikasih tau tata tertib selama di ruang itu, kayak ga boleh bawa makanan, harus pake jas lab, alas kaki dibuka, dsb.
Hari ke-3, ada pembicara Binmas Polresta Bekasi, buat ngasih tau tentang tata tertib berkendara, larangan narkoba & pergaulan bebas, dsb.
Trus di hari terkahir ini, kita juga dikenalin tentang struktur OSIS sama pengenalan Ekskul.
Kalau masalah udh berapa lama sih kurang tau juga yaa..
Hmm.. efeknya kalau untuk saya sendiri berpengaruh banget. Bisa dibilang ini MOS terbaik yg pernah saya rasain 😀
Kita jadi makin pede sama sekolah yg bener2 udah tau kedepannya ngapain aja.. Gampangnya, sekolah tau tujuan.
Trus disini kita bener2 dibimbing buat jadi bisa. Ga cuma pas jam KBM aja, bahkan pas ekskul pun pelatihnya niat banget ngelatihnya. Misal, saya ikut musik. Jadi tuh kita dituntut buat tampil setiap minggunya. Otomatis itu juga nuntut kita buat ga kehabisan ide setiap kali pertemuan. Gitu sih..
Hemhh begituu.
Kalo ada pemikiran yg mengatakan “konsep mos yg kekeluargaan akan melahirkan junior yg nyeleneh”, gimana menurut lo?
Wah, salah banget!
Justru itu tuh malah ngebuat kita jadi lebih happy, gak tertekan, ga asal tunduk2 aja, atau bahkan takutan.
Ada yang bilang, “MOS diteriak-teriakin/ dibentak – bentak itu biar junior bisa lebih hormat ke senior” (yang muda hormat sama yg tua).
Hmmm…kalau saya ga bakal bisa respect sama orang2 yang sembarangan ngelakuin apapun ke saya.
Gini lho.. jadi, senior yg cool itu yang ga nerapin hal2 bodoh ke junior. Kalau perlu, contohin sikap yang patut diacungi jempol.
Kalau senior2 kayak gitu, saya rasa sebelum mereka minta kita buat respect, kita udah respect duluan sama mereka.
MOS di sekolahnya kok keren sih, wkwk
Nah ini nih. Yg lain harus baca ini!
setuju banget. cuma gini, bradah and sistah. sistem pengenalan lingkungan sekolah yang teriak-teriak dan ngomong kasar itu sudah ‘mendarah daging’ bahkan sampai ke dosen-dosen dan pejabat sekolah (rektor, wadek, bahkan mayoritas dosen), membuat pemikiran revolusi mental (jangan hubungin ke urusan politik ya wkwk) seperti itu susah banget buat diterima.
pernah saya mengutarakan pendapat, “ga harus teriak-teriak bisa kan? harusnya kakak itu jadi contoh buat adek-adeknya. mengajarkan adek-adeknya rasa hormat dan sopan santun ya dengan menjadi orang terhormat dan punya sopan santun, bukan teriak-teriak dan gamau terima koreksi (inget peraturan ‘senor selalu benar? yep, that’s it). tradisi kalo jelek ngapain dilanjutin?”
laluuu teman-teman yang sudah berpola pikir seperti para kakak tingkat comel itu berdalih bahwa setiap yang dilakukan senior ada maksud dan tujuan yang baik. bisa dibilang ada filosofi di balik semua tindakan mereka. dan yang membuat saya semakin pesimis untuk membuat perubahan adalah hal-hal semacam ini disetujui oleh rektor dan bahkan didukung. ga kaget si, karena para pejabat kampus juga alumni kampusku, yang so pasti pernah mendapatkan perlakuan yang sama (bahkan jauh lebih buruk). belum lagi perkara ‘barang hijau’ yang bukan lagi jadi porsi saya untuk berbicara hehe.
untuk orang-orang yang menuntut perubahan seperti saya, beberapa teman, kakak tingkat, dan dosen, susah sekali mengubah tradisi ini karena perkara-perkara tersebut. jadinya ya mengimplementasikan apa yang saya yakini melalui individu saya sendiri, bukan atas nama panitia ospek.
tapi seneng banget ternyata di Indonesia sudah ada sekolah yang punya ospek tanpa kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, semacam itu. mantuul
Menurut ane sih yang harus di blame ya Panitia MOS/OSPEK nya, BUKAN kegiatan nya.
lagian kenyataannya, kegiatan yang dilakukan sangat bertolak belakang dengan definisinya.
Bagi ane, MOS/OSPEK yang dilakukan hingga saat ini adalah pemikiran/sifat bocah yang memperlakukan mereka layaknya boneka.
Mungkin mereka masih ingin bermain2 layaknya bocah bro
kemenristekdikti(panjang amat) saya rasa perlu mencontoh Bapak Menteri Pendidikan,kalau perlu pake polisi buat jaga kampus yang lagi OSPEK,kalau ospek/mos di pandang buruk oleh masyarakat itu juga bakal berpengaruh ke mental siswa sendiri,mungkin ada yang mutusin ga MOS/OSPEK gara-gara ga guna dan malu-maluin.(*selipin Quotes)
Ya benar. Dulu pas ikut OSPEK kuliah, ada beberapa teman yang begitu. Imbasnya ke satu angkatan. 🙁
Nah gini ni yang bikin demen, diskusi masalah OSPEK/MOS, jujur kalo disuruh pakai atribut gajelas aku bakal gak mau, mending OSPEK isi nya harus diubah dengan kegiatan yang positif, misal kegiatan sosial, bakti sosial, etc.
MOS/Ospek? penting tapi bukan yang ala ala indonesia, yang katanya demi mendisiplinkan(?), Menghormati/respek(?), dan kemunafikan lainnya. saya pernah di ospek dan menjadi panitia ospek.. di kampus saya ospek masih ortodoks, push uplah tugas ga penting lah ini itulah, saya pernah usul perbaikan dan pembaharuan, tapi yang terjadi saya di tendang abis abisan haha.. karena katanya cara cara ospek jadul itu adalah untuk menghormati senior dan alumni(?) yang nyatanya alumni pun bodo amat.. saya sih mikir ospek begituan itu karena ospek itu cuma asyik asyikan, sok ngerasa bener, merasa senior dan lebih dewasa, seru seruan aja deh di atas dalil mahasiswa harus bla bla bla di kampus ini yang sok sokan menjanjikan bahwa ospek akan memberikan impact kepada diri sendiri.. padahal BIG NO.. yang disiplin dari dulunya ya tetep disiplin, yang males malesan ya tetep males, yang enjoy ya enjoy, tak ada yang memberi perubahan pada ospek ala senioritas.. saya lebih senang ospek berasma TNI yang jelas kedisplinannya( dan seru gak pake sosoan marah.. salah ya marah ada yang lucu ya ketawa) dibandung dengan senior/panitia yang disiplinnya pas lagi ngospek.. abis itu ya kembali ke habitat heuheuheu.. saya lebih setuju ospek untuk pengenalan saja dan motivasi.. dan kalau bisa memberi pengalaman yang berharaga yang bisa ter impact pada diri sendiri dan orang lain.. contoh:
– membuat puluhan orang senang dalam 1 hari ospek lalu divideokan dan unggah socmed(mengikuti perkembangan jaman)
– membuat kegiatan sosial, berkreatif ria menggalang dana untuk pasien kanker contohnya atau yang lainnya
– pergi bermain bersama anak yatim/difabel/sakit keras..
– memningatkan displin berlalu lintas(senior sok ngedisplinin pas di jalan srantal sruntul ngelanggar lampu heuheuheu)
-dll banyak anget ide yang bisa bikin impact buat banyak orang
so ospek penting tapi ikuti arus globalisasi dan jangan terpaku dengan ospek jadul yang penuh dengan kesenioritasan. berantakan? yo wis ben heuheueu
setujuu sekali kak, huhuhuw yo wis ben
It’s annoying ketika sekarang saya jadi panitia Ospek Jurusan, konsep global Ospek di-“disturb” sama beberapa alumni dan mahasiswa yang sudah “seharusnya” alumni. Protes ini itu, ini itu. Intinya, merasa tradisi lama yang paling bener.
komprehensif.
kamu tegaskan posisi kamu. reasoning dimasukin. menggunakan pembanding yang masih sesuai. serta nyelipin contoh. kumplit.
MOS menurut gue itu penting banget kalau di jalankan dengan syariat yang benar/?/ maksudnya memang inti acaranya memang mengenalkan sekolah yang akan di lalui oleh pelajar-pelajar baru. Dan juga perkenalan antar seangkatan gitu biar lebih dekat. tapi kebanyakkan di realitanya agak menyimpang.
Gue jujur, cuma sekali ngalamin MOS saat smp. pas sma gak karna kecelakaan dan cuma datang di mos hari pertama. gue liat yah masih ada peloncoan sih. dan sebenarnya sih bukan senior/panita MOS aja yang perlu di beri penyuluhan tapi juga sekolahnya. di sma gue malah pihak sekolah ngeliat aksi peloncoan begitulah. jadi dua pihak tesebut yang di berikan sanksi tegas serta penyuluhan agar menjalankan MOS dengan baik dan benar. karna kita harus menghentikan yang namanya ‘dendam bergulir’, panitia mos yang melakukan mos itu lebih tepatnya kaya balas dendam karna dulu dapat peloncoan dari panitia tahun sebelumnya dan juga ada yang berfikir “enak ngerjain anak orang” begitulah.
Tapi di sisi lain, sebenarnya gak semua anak nganggap MOS itu buruk. misalnya di sma gue, ada sebagian anak gak suka sama MOS tapi ada pula yang have a fun sama MOS padahal ada peloncoan didalamnya. dan juga saat ada panitia MOS suruh buat kedepan di kelas atau di outdoor. sebenarnya menurut gue, panitia mos itu nyuruh buat berani tampil di depan orang banyak. secara murid baru, atau kebanyakkan murid sekarang itu gak berani tampil didepan orang banyak dan cuek bebeklah. tapi panitia mosnya salah dalam penerapan.
Jadi menurut gue sih, semua salah di pola pikir. dari pihak sekolah, panitia mos serta pelajar baru. karna kalaupun MOS di tiadakan, dan senior terdahulu pernah ngerasain peloncoan di MOS. mereka tetap bakal ngelakuin pembalasan dendam tapi bukan di acara MOS, tapi di lain acara.
begitu sih pendapat gue, ada sih yang lain. tapi garis besarnya ini aja.
Gue rasa itu adalah lingkaran setan yang ada sekarang. Memang perlu ada intervensi.
Berkaca dari penagalaman gue. Dulu gue termasuk panitia OSPEK yang masih melibatkan teriak2an gitu deh. Dan yaa, gue menikmati peran itu, karena ada aroma “balas dendam”. Tapi pas gue jadi panitia, kami saat itu lumayan dapat banyak intervensi dari pihak dosen yang kurang setuju dengan konsep kegiatan yang kita usung. Jadi bisa dibilang, ospek pada angkatan itu agak better dibanding tahun2 sebelumnya. Ga ada lagi jemur2an di tengah hari bolong. Makin tahun makin mending.
iya itu maksud gue kak, lingkaran setan yang gak pernah berakhir. melancarkan dendam saat dulu di ‘kerjai’ oleh seniornya terdahulu.
menurut gue pribadi kalau teriak sih boleh kak kalau di tempat outdoor tapi jangan keseringan teriak. lebih baik setiap MOS/OSPEK itu menerapkan sistem tegas, bukannya sistem marah-marah. dan sistem tegas itu harusnya di komitmen pada setiap panitia jadi pas seleksi panitia acara tsb, harusnya di pilih orang-orang yang tegas serta berkarisma. sehingga junior-juniornya patuh dan gak nyeleneh serta bersikap sopan santun. karna gue sendiri tipikal sarkastik, jadi pas liat senior gak komitmen gue baka mikir gini “pas mos sok marah-marahan eh udah kelar malah kaya bocah. sok berkuasa banget sih.” gitulah.
secara menurut gue kalau gak ada MOS/OSPEK, junior bakal nyeleneh kak. gak ke senior aja ke teman-teman dia dan bahkan ke guru juga. karna gak semua junior itu ‘polos’ kan? mereka udah terbiasa di keluarga tidak menghargai orang lain, maka bakal melekat disana. dan MOS/OSPEK itu jadi kaya bahan teguran atau peringatan pertama bagi junior agar mereka tidak melakukan tindakan yang tidak baik dan saat masa pembelajaran di sekolah lebih di perkuat. ini menurut pengalaman gue di sma yah.
Apakah konsep MOS yg kekeluargaan akan memiliki kelemahan, di mana juniornya jadi punya mental yg nyeleneh?
konsep kekeluargaan yang di mindset gue sendiri itu ada kalanya tegas ada kalanya penuh keakraban. dan hal tersebut di gunakan saat waktu yang tepat. jadi menuru gue kalau konsep MOS yg kekeluargaan (yg benar benar di terapkan dan dalam arti konsep sebenarnya) akan mengurangi junior-junior jadi punya mental nyeleneh.
sorry kak kalau gue terlalu banyak bacot masalah ini dan ngebahas ini malah jauh dari inti yang sebenarnya.
menurut gue adanya MOS itu tidak apa apa, ngak perlu juga dihapus. fenomena yang sekarang inikan mos atau ospek seringnya ditangani oleh kakak2 senior tuh, padahal yang lebih baiknya mos itu ditangani dan diadakan langsung oleh bapak ibu guru yang lebih memahami karakter seorang peserta didik. kegiatnnya pun harus yang berupa misal pengenalan lebih mendalam tentang sekolah, dan yang lebih positif untuk peserta didik kedepannya. nah itu koment gue, hhiiiww
Gua setuju2 aj ada ospek/mos, asal jangan sampe ada kekerasan fisik,
kalo teriakan gimana bro?
Memang tujuan MOS/OSPEK itu baik, yaitu untuk memperkenalkan siswa/murid baru ke lingkungan dan suasana yg baru, namun yang salah adalah caranya, mungkin hanya perlu sedikit diperbaiki atau lebih baik dapat dihilangkan saja, saya kasi’ saran, kalo emang tindakan MOS/OSPEK ini dilarang buatalah undang2/pasal tentang larangan MOS/OSPEK ^_^
Kalo ada pasal ttg MOS, kira2 konsekuensi yg setimpal sebagai ganjaran atas pelanggarannya apa ya bro?
gw pribadi sih setuju sama mos, dengan catatan mos yang ga aneh2 ga pake teriak2 ga pake digoblok2in. gw sebenernya alumni yang ikut sbm lagi. gw keluar dari jurusan lama soalnya ngeliat nih senior di mos ko masih punya pikiran yang konyol dan ga punya ilmu yang mendalam dibidangnya. Ane sama temen sih ga setuju juga sama kelakuan senior ane, eh malah ane dan temen ane dijauhin satu angkatan dan sama senior. bahkan sampe sekarang temen ane masih diperlakukan ga enak lah. Padahal yang digembor gemborin kekeluargaan lah. Mana ada coba ospek kekeluargaan tapi hasilnya kaya gitu?
Gw pikir sih ospek harus membangun pemikiran, membuka wawasan, bahkan kalau perlu ngudang zenius buat ubah pola pikir wkwwkkw
Wedeew. Ngundang zenius.
Tapi nih ya bro, setelah gue amati diskusi di percakapan2 di atas, secara implisit seperti ada kesan ragu pada sistem mos/ospek kekeluargaan akan menciptakan mental siswa baru yg nyeleneh.
Gimana menurut lo bro?
iya emang, masalahnya kan kita ga tau mos itu bener ga sih bisa menguatkan mental dan kekeluargaan, emang udah ada riset mengenai itu
Gue belum cari sih riset spesifik ttg itu.
Tapi kalo baca pengalaman anak2 yg ngikutin MOS konsep kekeluargaan yg komen di sini, kesan dan efek yg mereka rasakan positif sih.
wah kalu gitu kayaknya harus ada riset lebih mendalam nih
mungkin yang positif juga kaya gimana mereka di mos nya. kalau di gw sih gw liat negatif ya, nyisihin gitu aja yang beda pendapat, gosip di belakang, akhirnya emang kebanyakan nyatu tapi ya beberapa disisihkan. Juga di kampus gw nih banyak yang ngelakuin MOS yang illegal gitu -___- jadi banyak yang beda pendapat.
ini kayaknya gue tau universitas mana. wkwkw
dari universitas mana?
Alhamdulillah di sekolah gua(sekolah negri), mos itu diisi dengan kegiatan positif. Ga ada itu yang namanya atribut ribet, yang ada cuma nametag biasa doang, sama slayer berwarna utk menunjukan kelas. Berhubung gua juga bisa dibilang salah satu panitia mopdb yang mendampingi mereka jadi gua mau cerita ttg mos yang berbasis kekeluargaan di sekolah gua, yang mungkin(pasti) berbeda dengan mos disekolah lain :D.
Pra MOS,
Mereka disambut oleh ekskul kerohanian didepan gerbang, diajak salaman diberikan tulisan motivasi gitu lah, diberikan petunjuk kelas dan barisan oleh salah satu ekskul kerohanian di sekolah gua. Tentunya dengan 5S, Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun.
Hari pertama MOS,
Para siswa disambut didepan gerbang. dibimbing dengan baik dalam segi akademik maupun spiritual, jadi halal bihalal > tes MBTI > Tes pemetaan kelas, kemudian ada sedikit siraman rohani ketika ishoma.
Hari kedua
mereka mulai diperkenalkan dengan ekskul-ekskul (vital) yang bermaanfaat melatih kedisiplinan dan kreatifitas yaitu pramuka dan paskibra, mereka diperkenalkan dengan sistem yang asyik, enjoy, nyantai, tapi disiplin. Btw gua anak pramuka tapi yang lumayan pasif. Antusias mereka thp acara ini keliatan banget yang nyimpang dan songong dalam arti rusuh itu hampir ga ada, ada tapi 1-4 orang aja yg bandel tapi mereka lumayan kagum ngeliat pramuka di sekolah gua wkwk, nanti bakalan lebih kagum ketika hari terakhir demo ekskul. Setelah adanya perkenalan dan pendidikan pramuka dan paskibra, ada jam keagamaan yang oleh kerohanian untuk membimbing para siswa baru dapat seimbang antara akademik dan spiritual itu juga agar mereka nyaman dalam segi spiritual, oiya btw ekskul kerohanian itu di sekolah gua ga ada. Ekskul kerohanian di sekolah gua bisa dibilang bukan ekskul, tapi suatu organisasi yang bisa dibilang istimewa lah, jadi disebutnya ekskul istimewa, Kenapa? ga ada oprec di semua ekskul kerohanian(Rohis, Rokris, & Rohani katolik) yang ada mereka yg beragama tsb otomatis masuk di ekskul istimewa tsb. Jadi ekskul kerohanian di sekolah gua itu ikut serta dalam mengisi acara mopdb tsb untuk mengenal ekskul istimewa dan menambah ilmu spiritual mereka biar lebih asyik, lebih tenang, tebih semangat, dll. Setelah jam keagamaan tsb maka ada juga materi yang disampaikan oleh dinas pendidikan yang dimana itu bermanfaat juga untuk menambah ilmu mereka.
Gimana?? ini hari kedua loh, mereka semua sudah mulai dekat dengan kakak kelas bahkan udah ada yg langsung curhat ke gua padahal gua dari sekolah yg berbeda dgn anak tsb wkwkwk. Tapi ga apa-apa gua dengerin curhat anak tsb. Oiya ini bukan modusin ya, ini yg curhat anak cowo ttg masa kelam dia. Jadi bisa dibayangkan dong serunya… wkwkwk curhat gua di diskusi zenius ini wkwk…
Hari ketiga,
Mereka diberika informasi ttg sekolah, hymne sekolah, mars sekolah, lebih mendalami tata tertib sekolah, tour keliling sekolah yang tentu didampingi oleh pendamping kelasnya masing masing dan pastinya tanpa ada atribut kecuali nametag kecil yg ada dikantong. Hari ketiga ini juga diisi jam keagamaan setelah ishoma, jadi bisa dibayangin mereka dapat istirahat jauh lebih banyak dan pengetahuan ttg sekolah dan spiritual lebih banyak. Berhubung gue muslim gua juga salah satu yg mendampingi mereka ketika jam keagamaan. Jadi rohis di gua itu bisa dibilang paling aktif kali ya, jadi setelah ishoma siswa muslim ke masjid untuk mentoring boleh tanya apa aja dan dibagikan snack utk mereka 😀 agar mereka menghapus semua mindset ttg mos itu bully, dibentak, telat makan, dll hal negatif lainnya. Tapi disini mereka dibikin enjoy abis, dan pendamping mereka juga dilatih utk gaul sama adek kelasnya yg baru masuk. dan hari ketiga ini asli adek kelas ini udah deket sama kakak kelas..
Hari Keempat,
Hari keempat ini mereka dikenalkan dengan +-20 ekskul yang ada disekolah gua, mereka yg takjub melihat demo-demo ekskul yang ada di sekolah gua, beberapa yaitu pramuka, silat, taekwondo, paskibra, dll. Pramuka di sekolah gua itu mantep pokoknya mereka membuat menara pandang menggunakan 9 bambu dengan waktu +-7 menit. Dan taklupa jam keagamaan juga ada di hari ini kwkwk, mereka antusias gitu ngikutin acara ini (dapet bingkisan dan makanan lagi wkwk) jam keagamaan ini mereka mendapatkan materi yang diisi oleh guru agama yang ada di sekolah.
Hari Kelima, dan Keenam
Ini full yang namanya jam keagamaan, jadi seluruh ekskul istimewa kerohanian di sekolah gua ini bener-bener bener istimewa. Hari kelima dan keenam itu ada kegiatan keagamaan yang ga garing dan bikin boring. Materinya dibawakan oleh alumni dari sekolah gua yang aktif di ekskul kerohanian tsb. Tentunya dengan enjoy, dan dapet makanan 😀 kwkwk. di hari ini pula ada lomba-lomba berbasis keagamaan dan ajang kreatifitas masing-masing kelas yang tentunya ada hadiahnya. Dan terakhir ada perenungan/muhasabah/introspeksi diri agar mereka menjadi lebih baik di SMA nanti.
Gimana? kebayang kan? gaada bullying kan? kenyang kan? jadi kegiatan MOS itu sangat baik banget, apabila dijunjung kreatifitas yang baik. Jujur aja, kalo ada MOS yang bullying itu kesalahan ada di OKNUM PANITIA. Bodoh banget kalo oknum panita tersebut mencemarkan masa MOS yang sangat baik untuk mengenalkan sekolah malah jadi bullying/Ploncoan. Kreatifitas itu ga harus atribut, ga harus nyuruh-nyuruh.. Cukup ngenalin dan dekati adek kelas agar mereka nyaman dan enjoy di sekolah saja udah cukup!! Dan memang seharusnya panitia MOS ini harus diseleksi dengan baik dan benar, agar ga ada kegiatan menyimpang dalam MOS ini.
Oiya, gue sekolah di daerah Jakarta Utara percis dekat kantor Walikota Jakarta Utara 😀
Kalian bisa liat beberapa kegiatan-kegiatan ketika MOS di sekolah gue di
1. https://twitter.com/MPK13JKT
2. https://twitter.com/SRI_13JKT / http://www.facebook.com/sie.rohis
3. https://twitter.com/mudika13
Yaudah sekian aja curhatan panjang dari gua, Terima Kasih.
Wah ini nih cerita yg gue tunggu2. Detail banget diceritain konsep acaranya.
Tapi gue liat jadinya acaranya didominasi dgn tema spiritual ya?
Karena kamu adalah panitia mos, sejauh pengamatan kamu sampe sekarang, ada ga sih junior yg nyeleneh terkait konsep acara mos yg seperti itu? Soalnya nih, kalo diperhatikan dr diskusi pd percakapan2 di atas, walaupun ga eksplisit ya, tapi kesannya ga sedikit yg meragukan kalo mos kekeluargaan itu takutnya malah melahirkan junior yg nyeleneh n semaunya sendiri.
Nah berdasarkan pengalaman lo langsung di lapangan, apakah kekhawatiran tersebut wajar atau berlebihan?
sebenernya itu yg saya ceritain itu hanya sebagian, berhubung saya dapetnya dibidang spiritual/keagamaan jadi yg saya ceritain memang didominasi tema spiritual, aslinya sih cuma 1/3 lah dalam 4 hari itu keagamaan..
ok saya jawab ya, jadi gini.. kekhawatiran itu memang wajar, ga ada berlebihan sedikit pun. Untuk junior yang nyeleneh itu pasti disetiap angkatan pasti ada dan kalo full dibersihin junior yg kaya gitu pasti susah banget dan mustahil sepertinya, yang ada itu gimana caranya angkatan atas junior tsb itu meminimalisasi resiko junior yang nyeleneh, ga sopan, semaunya sendiri, dll yang negatif. jadi kalau saya dan teman-teman saya itu pernah diberi cerita kenapa anak-anak junior, satu angkatan, maupun senior itu ada yang bandel, ada yang songong, (ada yang bolos ketika mentoring,dll. Dari cerita itu pokoknya bisa disimpulkan “jika kita(senior) bertindak yang kasar, songong, suka bolos, ga sopan, dll maka junior kita akan bertindak yg sama nantinya bahkan bisa lebih parah, dan juga respon dari junior itu tergantung dari apa yang seniornya itu berikan. Kalo misalnya senior ngasih brownies enak dengan ramah dan nanyain juniornya “enak engga?” nanti si junior itu pasti bakalan ngerespon dengan baik, itu misalnya ya. Jadi ketika ada kegiatan MOS yang melakukan bullying tahun berikutnya besar kemungkinan untuk melakukan bullying, tapi kalo MOS yang dilakukan dengan kekeluargaan, ramah, seru, asyik, santai, tapi disiplin maka itu dapat mengurangi kemungkinan besar junior yang nyeleneh dan mengurangi mos dengan bullying.
Jadi untuk mos itu dibuat enjoy, asyik, seru,tapi disiplin supaya junior ga nyeleneh, dan panitia juga harus punya wibawa dan sikap tegas, bukan mental sok berkuasa, sok bossy, sok senior. Dan juga perlu ada evaluasi setiap hari agar mengetahui para junior ada yang nyeleneh, ga sopan sama guru misalnya, sombong sama guru, dll.
Terus ada juga saya pernah baca masalah peraturan junior harus menyapa senior, staff, guru, dan kepsek gitu. Kalo menurut saya sih itu tujuannya bagus, supaya si junior ini ga kaku gitu. Kepala sekolah saya itu punya sikap selalu salam terlebih dahulu ketika bertemu muridnya jika muridnya tidak memberi salam jika bertemu, dan ini sangat patut dicontoh agar siswa ga kaku, sopan, santun, yang intinya nerapin 5S. Jadi, dari sikap tersebut panita juga berlaku untuk menyapa siswa baru biar ga kaku, ga songong, ga nyeleneh semaunya sendiri, ga sopan, dll. Jadi fair gitu peraturannya, biar junior ngenal ini loh kakak kelasnya, ini loh staff sekolah, ini loh guru-gurunya, ini loh kepala sekolahnya.
Jadi gitu aja deh kalo kata saya, mungkin nanti bakalan saya tambahkan kalo ada yang kurang
Great argument.
Dan satu hal yg perlu gue highlight adalah, evaluasi tiap hari. Itu penting!
menurutku ospek itu diliat dari penting atau tidak penting dilaksanakan itu dari untuk apa tujuan kita menjalankan ospek tersebut..
kalau memang tujuannya untuk membuat siswa baru dijadikan sebagai bahan lelucon yah mending tidak ada yg namanya ospek, kalau perlu program skolah atau osisnya di bubarkan aja, karna siswa baru masih belum fasih dengan lingkungan yg akan dia hadapi, mentalnya itu masih kurang jadi melatih mental juga wajar tapi bukan dengan hal yang tidak sewajarnya juga…
tapi kalau tujuan kita untuk membuat kekerabatan antar siswa baru dan siswa lama atau untuk bertukar ide atau hal hal yg membuat siswa membawa perubahan positif terhadap dirinya dari apa yg dia alami selama mos tsb yah saya rasa itu sudah cukup, bahkan jempol…
jadi menurut saya ide yg sangat cocok untuk sekolah” dan universitas” dalam menjalankan ospek itu dengan bertuju kepada siswa yg baru masuk, bgimana kita mengetahui keadaan siswa tsb, apa yg dia bisa petik dari tujuan pelaksanaannya ospek tsb, yg membuat perubahan sikap dan mental yg kuat untuk siswa baru, tapi dgn cara yg lebih kreatif dan lebih berkekompakan, bukan untuk kesenangan panitia saja, karna itu sangat tidak bersahabat bahkan tidak baik..
jadi intinya tujuan ospek itu untuk kepada siswa baru dan cara kita yg benar…
Nah, dilanjutin dong bro, contoh2 acara yg bisa memcapai tujuan2 ospek yg lo bilang tadi apa aja.
klo itu kak, yah dri panitianya aja, saya agak malas urus hehe.. tapi sudah ada kuncinya kan, yah kuncinya aja yg di pake buat buka pintunya..
heheh
Halo kak fanny . kemarin aku berkesempatan menjadi panitia MOS tapi aku TDK (Tim Disiplin Khusus) dari pihak MPK . naah kemarin di sekolah ku adik-adiknya kasian banget suruh bawa tas plastik , rambut dikepang , bawa snack yang harganya emang cukup merogoh kocek lah ya . sempat kasian kayak “kasian amat sih lo dek” huhu tapi aku bukan OSIS jadi aku gabisa ngatur ini dan itu .
ya memang ada beberapa sesi aku marah-marah ke mereka hehe karena emang anak-anaknya ini susah di atur tapi ada hasilnya kok kelas yang aku bimbing menang semua perlombaan yang di adain sama panitia selama MOS berlangsung.
kalo di tanya MOS penting atau tidak ya jelas penting banget kan mereka ini sedang mengalami masa transisi nah yang jadi masalahnya adalah pendekatan para kakak panitia kadang suka ngga jelas ya semacam di kerjain itu tadi which is not even educated anymore? dan selama MOS berlangsung si kakak panitia lebih suka games daripada mengajak adik-adik nya untuk berpikir dewasa kalau masuk SMA bukanlah ajang main-main , heran.
jadi MOS penting ? Ya , tapi tolong gunakanlah pendekatan yang realistis dan rasional memang dengan mengerjai adik-adik menggunakan ini dan itu melakukan ini dan itu bisa membuat mereka ngehargain kakak panitia sebagai senior? No , yang ada mereka takut dan ngomongin para panitia di belakang . dan itu sangat merugikan menurut saya , karena ” words are impactful ” kalau sesuai kebenaran ya its okay kalau tidak ya…
yasalam…
by the way sebenarnya saya jadi takut di OSPEK T_T (jadi curhat)
Saya setuju diadakan MOS apabila kegiatannya bermanfaat dan sesuai tujuan awalnya, untuk membuat siswa/mahasiswa mampu mengenal sekolah/kampusnya dengan baik dan beradaptasi dengan sistem belajar disitu. Tapi, menurut saya, program dan pendekatannya lebih baik dikaji ulang.
Tidak semua siswa/mahasiswa senang dengan diadakannya kegiatan MOS. Ada tipe orang yang santai, enjoy, go with the flow dan peduli ga peduli dengan kegiatan MOS asal menjalankan saja sampai beres, biasanya orangnya cuek dan mudah bersosialisasi.
Ada juga tipe orang yang tidak menyukai kegiatan-kegiatan seperti ini, yang melibatkan banyak orang dan tekanan mental dan fisik (apabila ada) dari senior-senior yang tidak ia kenal sama sekali. Orang-orang seperti ini biasanya cenderung pendiam, menutup diri, dan mempunyai social anxiety disorder (SOD) dan panic attacks. Biasanya ketika mereka berada di kerumunan banyak orang (terlebih lagi jika dikelilingi orang-orang yang belum ia kenal sama sekali), dan dihadapkan pada kegiatan-kegiatan asing yang berada di luar zona nyamannya seperti games yang memicu dia untuk berani bertindak, bergerak dan berbicara dengan sesamanya.
Mungkin di mata orang lain games dianggap sesuatu yang mengasyikkan dan membentuk kerja sama tim. Tapi bagi seseorang yang punya SOD, justru membuatnya stress dan depresi. Dia akan ‘kambuh’. Gejalanya biasanya keringat dingin, deg-degan, panik, mual, sesak, dan masih banyak lagi. Mereka akan sangat ingin keluar dari ruangan atau lingkungan tsb saat itu juga. Mereka tidak akan tahan.
Menurut saya, lebih baik senior-senior atau panitia MOS memikirkan hal seperti itu juga. Tidak semua orang sama, tidak semua orang bisa diberi pendekatan dan pengenalan yang sama.
MOS tidak dapat membuat orang-orang seperti itu menjadi lebih terbuka. Beberapa orang yang saya kenal dan mempunyai SOD mempunyai kebiasaan cemas dan kalah sebelum berperang. Mereka bercerita dan mengeluh, mereka tidak mau mengikuti kegiatan MOS. Apalagi mengenang pengalaman mereka dulu, dan mendengar rumor-rumor MOS yang akan mereka ikuti.
Saya masih bingung kegiatan apa yang saya bisa sarankan supaya bisa diterima oleh semua orang yang mengikuti MOS. Seminar, bakti sosial dan pentas seni seperti itu memang baik dan berguna, tetapi kegiatan seperti itu juga tetap saja melibatkan orang-orang banyak yang mengharuskan semua orang untuk bersosialisasi. Maaf apabila menyimpang, sering kali orang yang mengidap SOD tidak dianggap normal oleh orang lain, semata-mata karena ia tidak mudah bersosialisasi dan membuka diri, kemudian mereka akan dibully dan dijauhi. Saya harap semua orang mengerti bahwa memang ada tipe orang demikian, dan membantu mereka untuk lebih terbuka, contohnya dengan berbicara secara personal dahulu, jangan langsung membawa dia ke dalam kerumunan orang banyak.
MOS di SMA gue dulu alhamdulillah gak ada main gebuk-gebuk gak jelas gitu (?). Ada sih disuruh bikin atribut-atribut kayak rok rumbai dari tali rafia, kalung beng beng, badge nama, pita di rambut, yaa gitu deh. Trus ada juga disuruh ngumpulin tanda tangan kakak senior. Tapi yang gue sebel tuh seniornya juga nyuruh kami bawa beberapa snack dengan merk yg spesifik, dan lumayan ngabisin duit menurut gue -,- Yang bikin makin sebel, gue pernah pulang dijemput agak lama tuh pas MOS. Eeh, seniornya pada bawa berplastik-plastik isi snack, chiki, minuman, banyak banget gitu ke dalem bagasi mobilnya buat dibawa pulang, yang gue yakin buat ngemil mereka di rumah. Plis, mending duitnya buat beli buku entar… -_-
Tapi pengalaman orientasi gue yg lumayan menyenangkan itu pas awal masuk kuliah. Para maba dibagi-bagi sekitar 30 orang gitu per ruangan, trus selama empat hari mereka dateng ke kelas yg sama. Dan setiap kelas berasal dari jurusan dan asal daerah yang beragam. Pada dua hari pertama,yg ngasih bimbingan itu seorang dosen–ngasih games, ngajarin tentang cara belajar di perkuliahan, diskusi kelompok, bikin presentasi, dll. Trus dua hari lainnya yg ngisi dua kakak senior, ramah-ramah orangnya. Mereka kebanyakan ngasih games seru per kelompok atau individu. Tapi di situ kami juga dikasih wawasan ttg bagaimana cara manage waktu, cara berpikir kritis, cara berkomunikasi yg efektif, cara menyusun target masa depan, wah, pokoknya guna banget deh. Kalo mau nanya tentang dunia kuliah ke kakaknya pun bebas, dengan senang hati dijawab. Dan satu kelas pun jadi kompak karena “dipaksa” untuk terus berinteraksi dengan satu sama lain. Dengan cara yg menyenangkan tentunya ^^
Pengennya sih MOS sekolah kayak gitu juga. Ada serunya, ada maknanya, jadi berefek positif ke depannya. Tapi yaa sulit. Gak semua kakak senior punya mindset kayak gitu. Tapi gue selalu berharap, semoga lebih baik ke depannya ‘-‘)9
Menurut gue ospek sah sah aja asal gada unsur2 kekerasan dan bukan buat bahan lucu2an senior. Gue lebih setuju sama mos yg berbau pendekatan, pengenalan lingkungan sekolah, materi2. Kadang pas mos/ospek ini dijadiin ajang pembullyan, untung selama ini gue belom pernah jd korban bullyan senior, pas sma juga acara mos gue diselingi sama materi2 kepemimpinan gitu, apa yg harus dilakuin pas udah masuk sekolah, rules2 disekolah, pokoknya yg berguna bgt dan positifnya jg gue tiap dateng mos selama 3 hari, gue harus ngehafalin surat2 alquran, yaa jd ada nilai positifnya buat junior yg baru masuk sekolah itu(fyi sekolah gue sekolah swasta islam). Mos/ospek ga selalu salah kok, ada mnfaatnya. Ospek/mos yg ga bermanfaat itu yg pake kekerasan dan atribut yg ga guna dan ujungnya jd sampah.
Menurut gue, MOS tuh perlu ya, tapi gak penting-penting amat. Misalnya gue kalo gak ikut MOS juga gak bakal skakmat gak bisa sekolah lagi gitu, kan enggak ya. Tapi perlunya kayak gimana? Emang MOS itu paan sih? MOS sendiri kepanjangannya kan Masa Orientasi Siswa, underline orientasinya coba. Nah sekarang apa? Secara harfiah, orientasi itu >>>>>> ori·en·ta·si /oriéntasi/ n 1 peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar; (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Nah, dapet dah tuh. ‘Peninjauan untuk menentukan sikap yang tepat dan benar’, ditinjau, diberi araham. Siapa yang di-? Ya siswa baru. Nah. “…untuk menentukan sikap.” Sikap apa? Sikap yang kayak gimana? Ya misalnya sikap what to do&don’ts di sekolah, rule/tata tertib sekolah. dll (yang tepat dan benar). Oleh siapa? Oleh senior dan guru.
Intinya, sih, gitu. Pengenalan. Siswa baru diminta untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, bersosialisasi dengan orang-orang yang baru, dll. Nah, senior di sini tugasnya adalah untuk memudahkan siswa yang beradaptasi, bersosialisasi, dll itu dengan event-event (ex: bakti sosial, ajang unjuk gigi untuk senior, junior, maupun guru, dll) yang mereka buat.
gitu.
E-ehh? Realitanya gimana, sekarang?
Katanya, sih, hal-hal yang gue sebut di atas itu cuma jadi tulisan doang, cuma omong di awal aja, cuma ini, cuma itu, dan cuma-cuma yang lain.
Kenyataannya, senior malah kayak “Gue udah lama di sini, lo mau apa?”.. Ditambah, siswa disuruh pake atribut-atribut gak jelas gitu. Ini sama sekali gak jelas, kayak orang gila. Fungsinya apa? Ya hiburan senior doang (kayaknya sih gitu.
Terus ada yang teriak-teriak. Gak ngerti buat apa tuh teriak-teriak. Biar dikira wih-nih-orang-ok-juga-ya? Biar didenger? Biar jadi public attention? Aus bang? Ada aqua?
Senior yang tadinya cool gitu dan keknya worth buat jadi panutan oleh murid baru malah bikin murid baru jadi ‘takut’. Karena first impression itu bener-bener ngaruh, gaes.
Trus, acara-acara berkualitas yang awalnya sebagai wadah pengenalan untuk siswa baru (yang harusnya bikin amazed di awal) malah jadi ajang hazing/bullying. Hazing dalam bentuk apapun itu haram hukumnya (not literally ok). Walaupun senior dengan entengnya bilang “mereka diginiin biar disiplin, biar tangguh, biar gak cengeng, dll” thats totally nonsense.
Jadi senior itu kayak jadi orangtua. Emang kita harus kasar sama anak biar anaknya disiplin? Ya enggak. Yang bener tuh kita harus tegas, tapi gak boleh kasar, karena hal itu bukannya jadiin siswa baru tuh jadi disiplin karena emang dia tau disiplin itu harus, tapi ngejadiin siswa itu ‘disiplin’ karena takut sama senior.
Apalagi sampe ada physically abuse, kayak kasus Cliff Muntu yang di IPDN. Atau misalnya, murid baru disuruh makan/minum disgusting stuff, atau hal bodoh (sori) lainnya, which did NOT make any sense.
Siapa yang rugi? Ya siswa baru. Sekolah juga bisa jadi rugi karena namanya udah jadi jelek karena ada kasus hazing/bullying.
Dan hal ini udah jadi ‘culture’ di Indonesia (atau di beberapa negara, pun).
Dan sayangnya, ada aja murid yang merasa really strong to be able to pass the stupid initiation rites. There is a sense of achievement, which is stupid, karena semua hal yang udah mereka lakuin itu full of dramas.
NAH. Yang gitu, tuh, harusnya udah gaada, deh. Siapa yang salah? Ya gini, jangan cari yang salah siapa atau dll dulu. Kita cari solusi.
Eh? Cari solusi? Enggak, enggak, kita sadar dulu, kita melek dulu, baru kita sama-sama mikir untuk ngebuat sistem MOS yang lebih berkualitas, lebih jadiin pendekatan bagi siswa baru ke senior, guru, dan yang lain, lebih bermanfaat intinya.
Yoi.
Oh ya btw menteri pendidikan kita, Anies Baswedan udah bikin surat yang isinya larangan-larangan yang harus dihindari selama MOS, berlaku untuk semua sekolah. Bisa dibaca>>>> http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/sites/default/files/Surat-Edaran-Mendikbud-Orientasi-Peserta-Didik-Baru.pdf
Kalo ada hal yang gak diinginkan terjadi (kayak pelecehan, perploncoan, kekerasan selama MOS) laporin ke >>> http://mopd.kemdikbud.go.id
Telat ya? Biarin.
sebenernya untuk masalah mos ini kayaknya gue masih mandangnya secara abu-abu. soalnya kalo yang digembar-gemborin selama ini kan mos sadis lah, tidak berperi-kemanusiaan lah, dan lah lah yang lain. terus kita jadi cenderung ngeliatnya kok mos tuh negatif abis. itu kan yang digembar-gemborin, mana tau diluar itu masih ada yang nerapin mos yang lebih ngenakin daripada yang udah sering dibahas. tapi kalo dari observasi kecil-kecilan, emang yang terjadi adalah mos yang gak ngenakin ini masih mendominasi dan tetap ada turun-temurun sampe terakhir gue merasakan di-mos dan jadi panitia mos.
dari yang gue dapet sih, mos itu tergantung sekolahnya. sekolah itu pengen ngejadiin peserta didiknya kayak apa. soalnya beda-beda nih cara pendekatannya. terus kalo ngomongin soal voting, gue agak bingung mau berpendapat yang dihapus aja atau yang kekeluargaan. soalnya belom ngerasain dan belom tau juga nih kalo suatu instansi pendidikan gak ngadain orientasi tuh bakal ngaruh banyak gak sih sama perjalanan si peserta didiknya. tapi di sisi lain, mos juga penting buat persiapan kecil-kecilan biar gak kaget lah. ya, pada akhirnya gue cenderung milih yang pendekatan kekeluargaan.
kalo yang soal perpeloncoan dan segala bentuk senioritas atau apapun itu yang gak ngenakin sih udah absolutely bakal gue bilang gue sangat gak setuju. karena mos yang kayak gitu justru malah merusak dan cenderung mengindahkan segala cara demi kepentingan-kepentingan tertentu. senior-seniornya juga gak bisa langsung disalahkan mengenai adanya mos yang kayak gitu, toh mereka cuma ngejalanin regulasi yang memang udah ditetapkan sama instansinya msg2. pengennya sih kedepannya mos itu:
– dijadikan ajang sharing dan berbagi ilmu antara senior-junior tanpa ada kesan saling menggurui. gak ada garis pembatas yang terlalu ekstrem antara senior-junior.
– melakukan kegiatan outdoor seperti menginap di perkemahan diselingi games2 yang menambah wawasan, ilmu kepemimpinan, dan kekompakan. oke juga kayaknya.
– bakti sosial dan kegiatan positif lainnya buat lingkungan sekitar sekolah. seru juga kayaknya.
– dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya.
gue setuju OSPEK/MOS yang dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan, bukan pake cara2 gila ini dan itu.
ini karena pengalaman gue yg mengerikan dan menjijikan dimasa MOS SMP membuat gue jadi trauma ikut MOS 🙁
Buat blog tentang ekstrakulikuler dikuliahan dong kak, yang bagus yang mana, apa lebih baik ke organizing, atau lebih ke academical, dan impact ke diri sendiri tuh apa, ntar kita di situ ngapain aja. Kan bisa new acquire skill juga, skalian jalin komunikasi maba yg pasti suka socially awkward penguin. Hehe.. bantuin ya kaak, biar skalian pengenalan dunia kampus ala zenius.. ayo doong, ditunggu artikelnyaa
MOS itu penting banget sih, asal mengacu ke hal yang positif dan tidak adanya kasus perploncoan.
memang menggunakan atribut yang aneh aneh menjadi pengalaman yang tak terlupakan, tapi manfaatnya sih kurang dapet apalagi jika d bumbui dengan tindakan senioritas.
nah untungnya pas masuk kuliah, MOS yang diadakan di universitas bagus banget nih, kami disana diberi bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam dunia perkuliahan. kami di ajak untuk berdiskusi bersama memecahkan masalah, di perkenalkan bagaimana kehidupan d kampus, organisasi yang ada di kampus,intinya fasilitator “transfer knowledge” sama MaBa.
nah karena saya pernah mengalami MOS yang berbeda itu, saya sangat merasakan bahwa pemberian bekal ilmu pengetahuan mengenai lingkungan sekolah/kampus serta lingkungan sekitar jauh lebih bermanfaat dan melatih siswa/ mahasiswa untuk dapat berpikir kritis, peka, dan tanggap. masalah biar patuh sama kakak kelas atau guru mereka, siswa baru juga pasti akan berpikir siapa yang harus mereka hormati karena kebaikannya sama siswa baru tersebut.
intinya jangan pernah nurut apa yang dikatakan oleh senior jika senior tersebut tidak pernah memberikan ilmu pengetahuan dan sharing pengalaman yang bermanfaat untuk bekal kehidupan masa depan.
Gue secara pribadi masih bilang kalau MOS itu penting, tapi gue lebih setuju MOS dengan cara kekeluargaan dibandingkan yg ada perpeloncoan. Walau pun dibilang ngelatih mental siswa biar kuatlah, gak cengeng dan manja atau biar 1 angkatan akrablah atau semacamnya gue tetep gak setuju kalau caranya begitu. Emang gak ada cara lain selain hal hal kaya gtu ? misalnya aja, selama MOS disuruh bawa tas dari karung, dari pada begitu kenapa gak bikin tugas / kegiatan dimana siswa/i MOS ngebuat sebuah benda yang bermanfaat dari barang-barang bekas, kan itu lebih bagus atau dibotakin buat anak cowok biar mentalnya kuat ( hahaha, pernah ngerasain ini ) padahal apa itu mental bisa kuat karena dibotakin ? gak ada hubunganya ah menurut gue, kenapa gk diisi seminar yang jelas lebih efektif misalnya seminar pembentukan mental anak remaja yang baik gimana.
Terus, kalau bagian pengenalan lingkungan sekolah peraturan dll gue harap bener-bener dijelasin secara detail, beberapa kali ngeliat paling cuma dijelasin sekilas-sekilas doang tapi pas masa MOS selesai, ternyata kenyataannya beda banget penerapannya disekolah sama yg dikasih tau selama masa MOS.
Untuk yang bilang MOS diisi dengan full seminar, pembekalan buat siswa, atau dikasih tugas-tugas yang ngelatih mereka agar siap saya pembelajaran sekolah dimulai. Beberapa sekolah ada kok dan gue akuin lebih bagus kaya gini ( pas MOS wktu SMP ngerasain soalnya, hahahaha ) dan itulah kenapa gue lebih ngedukung MOS dengan cara kekeluargaan karena menurut gue lebih efektif dan manfaatnya lebih jelas. Karena umumnya MOS yg ada Perpeloncoaan itu kadang cuma jadi ajang balas dendam kakak kelas atau ngerjain hal yang masih gk jelas maksud dan artinya ( Pakai pakaian aneh, rambut di botakin atau kuncir dengan berbagai warna )
“Ospek merupakan kegiatan untuk memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru. Kegiatan ini merupakan kegiatan institusional yang menjadi tanggung jawab Universitas untuk mensosialisasikan kehidupan di Perguruan Tinggi dan proses pembelajaran yang pelaksanaannya melibatkan unsur pimpinan universitas, fakultas, mahasiswa dan unsur-unsur lainnya yang terkait.” https://id.m.wikipedia.org/wiki/Orientasi_Studi_dan_Pengenalan_Kampus
Kita semua sudah tahu bahwa OSPEK dan MOS hanya untuk mengenalkan, bukan yang lain. Saya rasa panitia menuntut peserta untuk menjadi kreatif pada saat Ospek ke semua mahasiswa saja sudah salah. Terkecuali yang mereka suruh kreatif itu maba seni. Walaupun kegiatan itu terdengar baik, tapi kalau sudah keluar dari makna Ospek itu apa, sudah pasti itu salah. Contoh : Memberi tugas. MEMPERKENALKAN : Bukan memaksa, menyuruh, menyiksa. Panitia hanya disuruh MEMPERKENALKAN, MEMBERI TAHU tentang seluk beluk perguruan tinggi, fakultas, jurusan yang mereka masuki ( baik itu peraturan, fasilitas, dosen mereka, dll ).
seru ni thread..
gua sih pengen nekenin pertanyaan dasarnya aja: MOS Penting Gak Sih?
buat gua sendiri, AFAIK di SMA tahun ajaran 15/16 ini oke juga. konsep MOS dibikin kayak seminar, seharian full materi dari pembicara tertentu mengenai sekolah tersebut. sistem kayak gini bikin dede2 kelas 10 ngerasa dihargain di sekolah barunya dan ngilangin stigma negatif tentang MOS itu sendiri.
beberapa kali kuping gua pernah denger entah sekilas atau gak, mereka bilang bahwa MOS itu harus ada plonco2an, bawa ini itu dengan atas nama senioritas, biar mental gak manja, dan tahan banting. statement demikian gua pandang dua sisi.
Senioritas, mental bagus, dan tahan banting itu penting; jika sesuai porsinya. jujur aja nih di sekolah gua nyebut abang2 kelas dengan tanpa sebutan “kakak” itu merupakan hal yang menyimpang. bahkan untuk kata ganti aja sering banget pake “saya”. kesannya formal banget ya? tapi ya itulah, mungkin nilai dan norma sekolah gua udah begini apa yak. mental bagus dan tahan banting juga penting. anak ekskul pasti tau dong gimana susahnya ngajuin proposal? digas ama gurulah, debat kusir ama gurulah, dan lain2 yang bikin ngedown. untuk itu mungkiiiinnnn nih, plonco2 gitu untuk melatih hal2 di atas supaya gak gampang ngedown.
gua sih ga setuju dengan MOS suruh bawa sesuatu dengan nama yang sulit diterka, dikeras2in, diapain, malah gua denger2 katanya ada kayak (maaf) ngeseks gitu, bener kah? ga setuju aja, ga logis gituan esensinya buat apaan. yah mendingan kasih seminar2 ajalah ke mahasiswa/siswa baru, itu juga asik…
enak waktu SD yang ada cuma berburu bangku haha 😀
Hai, gue salah satu murid yang baru aja selesai MOS sekitar minggu lalu, jadi pengalaman gue masih fresh. Menurut gue MOS sebenernya masih penting, hanya aja mungkin di beberapa sekolah masih sering ada hukuman fisik, etc. yang udah bener-bener kita semua tahu nggak boleh, nah yang kayak gitu harus dibina. MOS ini gue wajib udah dateng jam 6 kurang, telat semenit langsung hukum, pokoknya bener-bener strict, lumayan beda dari yang gue kira. Tapi bagusnya, nggak ada hukuman fisik sama sekali selain berdiri bentar (beneran bentar). Kalo kata kakak-kakak OSIS-nya, ini buat ngelatih mental selagi sekolah di tempat gue. Bangun jam 4-an, tugas numpuk, beneran numpuk sampe kami bisa tidurnya jam 12-1. Gue kira tadinya ‘halah, nakut-nakutin junior doang’ tapi sebenernya ini bener. Tugas real dari sekolah beneran banyak, tidur gue beneran kurang, tapi gue udah lumayan terbiasa karena MOS kemaren, plus bentak-bentaknya. Conclusion-nya, MOS itu penting, asal membangun.
Mos perlu tapi tanpa harus mengadakan kegiatan yang cenderung bisa kasih memori gak enak buat seseorang atau sampai melukai psikologisnya. Kesan mos di indo sekarang yang mempermalukan seseorang masih gak jelas buat apa tujuannya..
Setuju yg kedua, kekeluargaan dalam arti menerima dengan baik dan merangkul anggota baru sekolah yg bisa jadi satu tim dalam kemajuan sekolah. Menjelaskan peraturan, dan informasi lainnya. Menerapkan budaya komunikasi dan perilaku yang cerdas. memberikan bayangan perilaku baik di dunia professional kelak jauh lebih baik dan bermanfaat untuk peserta didik.
Btw baru nemu zenius dan sangat bagus sekali! Keep up the good work guys.
Gw MABA, gw masuk salah satu PTS di Malang. Ini pengalaman Gw tentang masa perkenalan Dunia Kampus yang diadain sama Universitas Gw. Nah, jauh hari sebelum MOS dan aktif kuliah, Universitas gw udah ngadain yang namanya P2KK. P2KK itu Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan. Dan ini adalah program wajib untuk MABA. Program ini diadain selama seminggu. Kita banyak diajari tentang disiplin, time management, beribadah, dunia kuliah yang akan dihadapi, solidaritas dan nggak lupa tentang peraturan-peraturan Universitas yang nggak boleh dilanggar. Selama seminggu kita akan masuk camp. Suasananya enak banget, kita bisa saling mengenal satu sama lain, baik sesama MABA dan Instruktur. Kita nnt juga akan berkenalan dg alumni Universitas yang sudah sukses. Top banget deh pengenalan kayak gini. Ini belum OSPEK-nya. Mudah-mudahan OSPEK-nya juga bisa memiliki suasana kekeluargaan juga. Ini salah satu pengenalan Dunia Kampus yg menarik dan sangat bermanfaat bagi diri Gw.
please yang masi setuju ama ospek yang pake triak”/sentak” sini diskusi, gw pengen tau apa ide yang dipertahanin dibanding sama metode ospek yang lebih santun
Gue mau share pengalaman gue yang agak berbeda waktu gue orientasi kuliah dulu tahun 08-12.
Gue kuliah di NTU, Singapore. Di sana ngga ada program orientasi wajib yang dirancang oleh students, hanya ada seremoni pembukaan dari pihak uni dan matrikulasi dari pihak fakultas. Orientasi di sana dibuat oleh tiap unit. Unit ini macem-macem, termasuk di dalamnya klub kesiswaan fakultas, klub kompleks asrama (ada 16 kompleks, masing-masing punya klub), nasionalitas (gue tergabung di PINTU, Pelajar Indonesia NTU), interest (klub cabang olahraga, klub palang merah, sampe klub jalan-jalan kuliner ada), dan keagamaan. Semua unit bebas membuka program orientasi tapi tidak berhak memaksa anggota untuk partisipasi, karena hampir semua program ini berbayar (dibayar MABA).
Gue ikut orientasi anak Indo yang diorganize oleh PINTU, bayar seorang sekitar 15SGD. MABA dari Indo sekitar 120-130, dibagi dalam kelompok yang joined juga oleh senior yang udah dibagi. Perkenalan grup dilakukan seminggu sebelom acara, di mana sebelum acara gue udah lebih akrab sama 15-20 orang dalam grup. Saking ga adanya senioritas di sana, gue bahkan sempet salah ngira senior itu MABA. Santai banget soalnya, ngga ada senior yang belagak senior.
Acaranya sendiri 4 hari, yang didesain berisi banyak banget mulai dari permainan, ice breaking, pentas dari panitia dan dari tiap grup, jalan-jalan, dsb. Permainannya sendiri dibagi jadi hari puzzle di kampus, hari jalan-jalan ke downtown city, dan hari sports yang lebih physical. Jadi kaya amazing race gitu. Acaranya bener-bener seru, dan jadi penyemangat buat memulai semester pertama gue.
Akhirnya tahun depannya, gue daftar jadi panitia seksi perencana. Ternyata gokil, acaranya cuma 4 hari tapi udah di desain selama sekitar 5-6 bulan sebelumnya! Selama berbulan-bulan gue spare waktu bareng sama puluhan senior lain setelah jam kuliah untuk beresin segala detail dari tema, kegiatan, timeline, jenis permainan, design alur, diatur dengan teliti. Dan ngaturnya ga simpel, lho. Panitia (dan orang di Sg sih generally) toleran banget, segala waktu untuk beribadah baik di jam sholat ataupun gereja hari Minggu udah di allocate. Makanan udah disiapin terpisah buat yang ngga makan daging. Tim danus cari sponsor supaya MABA cuma perlu nutupin like 30% dari total cost. Pokoknya acara harus dieksekusi sesempurna mungkin.
Pengalaman gue di orientasi anak Indo di NTU dulu bener-bener bikin gue heran sama mental organisasi di banyak uni di Indo. Kenapa mau gitu bikin program yang bikin mental mahasiswa itu tertekan di masa kuliah? Wajib ikut pula.
Gue inget banget sempet liat MABA dari salah satu SMA yang cukup terkenal senioritasnya papasan sama senior dari SMA yang sama. Dia langsung sungkem gitu kan, tapi, si senior langsung bilang ngga usah ngga usah, ga perlu lah gitu. That culture di uni gue (dan Sg in general) bikin mental senioritas siswa hilang lho.
Gue berharap ke depannya perancang program orientasi di Indonesia bisa belajar dari program-program seperti yang pernah gue partisipasi baik sebagai peserta dan panitia. Program yang tidak koersif dan mendidik.
kalo menurut gue mos itu harus ada, tapi gak pake atribut aneh dan tindak kekerasan dari para senior!!! setelah guru pulang, yap ini pengalaman gue -_- dulu gue mos dari jam 6 sampe jam 6, kebayangkan gmn capeknya mos harus bawa barang macem2, pake tas yg dibuat sendiri dengan tali rapia, itu bahu gue sampe memar bawanya, terus kegiatan fisik macem lari, jalan jongkok sit up push up dan jenis kebugaran lainnya, mos kaya gini harus dihapus dan diganti dengan mos yang lebih berkualitas, seperti memberi masukan2 serta kegiatan2 yang bagus dan lebih manusiawi buat junior.
MOS/OSPEK sebenernya penting bagi maba ataupun murid baru yg masih unfamiliar sama lingkungan baru merekaa,tapi terkadang dengan adanya MOS/OSPEK malah dijadikan sarana bagi yang senior untuk balas dendam atas apa yang diterimanya juga di tahun sebelumnya,saya setuju MOS/OSPEK tetep diadakan asal ada nilai edukasi didalamnya,bukan sebagai ajang hebat-hebatan semata
Mnurut saya MOS/ospek itu penting, buat ngenalin sekolah atau kampus baru lo. Kebetulan saya baru aja ospek akhir2 ini. Sistemnya agak beda sama univ lain, di kampus saya ospeknya wajib militer jadi kita nginep di barak TNI dan di latih 100% sama TNI. Berguna bgt, karena diajarin buat mandiri, gak cengeng, kuat, gak manja, cekatan, dll. Buat pengenalan di kampusnya pun gaada bullying atau semacamnya. Tapi selesai ospek, ada yg namanya Mabim jurusan. Di mabim ini senior jurusan yg ngatur ya biasa deh dimarah2in. Gw sendiri disuruh cari 900 tanda tangan, dlm wkt seminggu. Dan selama mabim ada aja buku ttd yg di bakar/disobek. Tapi karena saya kuliah di dunia kreatif dan bakal kerja di industri kreatif, menurut saya itu berguna untuk melatih mental mengahadapi klien yg nantinya bakal kaya gitu. Jadi tergantung kitanya sih, mau ambil positifnya apa jelek2nya.
Menurut saya, MOS atau OSPEK itu penting sih, terutama buat kaya perkenalan lingkungan sekolah/kuliah, dan lain-lain, cuman kalo menurut saya ikut kaya begituan gak usah diwajibin harus ikut atau gak diberi simpang siur kalo gak ikut entar gak lulus lah, susah dapet kerja lah, dll. Jadi, ya, mending sunnah aja, biar kesadaran aja mau ikut apa engga, kaya kalo dalam agama islam kalo ngejalanin sunnah-sunnahnya dapet pahal kalo engga ya gapapa, lebih baik MOS atau OSPEK tuh ya begitu, kalo ngikutin jadi bisa lebih kenal lingkungannya dan dapet banyak temen baru, tapi kalo engga ya gapapa, soalnya kalo menurut saya kalo ikut kaya begituan gak karena kesadaran diri tapi malah karena terpaksa tuh beda dan gak enak rasanya buat ngikutin acara kaya begitu, soalnya pernah ngalamin sendiri ini apa bedanya neglakuin secara terpaksa sama kesadaran diri.
aku lelah sama MOS jadi nonton ini aja deh biar dia yang menjelaskan https://www.youtube.com/watch?v=OS7BJE3vnWU
http://www.kaskus.co.id/thread/571d3b449e740498478b4568/mos-sama-sekali-tidak-berguna/1
baca gan, menurut ane sama sekali bullshit MOS
tinggalkan mos ganti nama yg lebih fresh dan sistem yg fresh.
sebab apa ? ibarat budaya yg sudah tertanam di seluruh indonesia, dari bawah hingga atas yg namanya MOS itu ….. ( isi sendiri )
mending di ganti namanya agar mindset dan budaya yg ditanamnya berubah pula
Saya adaolah orang yang sangat membenci OSPEK. Saya sempat berpikir bahwa OSPEK seharusnya dihapus saja, namun saya juga tahu bahwa OSPEK tujuannya adalah untuk mengenalkan kepada para pelajar baru tentang sekolah atau universitas yang akan dimasukinya. Namun sayang, entah mengapa sekarang OSPEK tidak seperti apa yang diharapkan. Pandangan bahwa OSPEK menjadi sebuah perploncoan telah menjadi mind set di pikiran masyarakat. Saya sangat tidak setuju dengan OSPEK, namun saya sangat setuju jika OSPEK diubah dan diperbaharui menjadi sesuatu hal yang menyenangkan dan berguna. Seperti pengenalan minat dan bakat, sosialisasi Fakultas, Jurusan, dan universitas/sekolah, lomba, seminar, pembagian tips tips belajar yang efektif, dll. Jika Universitas memberikan alasan berupa membentuk mental dan persahabatan, saya tegaskan bahwa Perploncoan bukanlah satu-satunya cara untuk mencapai hal itu, masih ada hal yang lebih baik, lebih efektif, dan lebih efisien, daripada menggunting rambut hingga botak, memakai baju yang tidak wajar, push up, sit up, bawa kantong plastik sebagai tas, dan hal hal yang di luar kewajaran. Sebagai seorang siswa yang baru saja lulus SBMPTN tahun 2016 ini, saya berharap bapak Menteri Riset dan Dikti yang terhormat dapat mengikuti jejak Kebijaksanaan bapak Menteri Pendidikan yang saya rasa memiliki tindakan yang benar dan tegas. Saya berharap Zenius dapat mendukung kebijakan memperbaharui OSPEK, karena saya tahu Zenius adalah seorang guru yang hebat bagi saya, dan Puji Tuhan karena Pembelajaran Zeniuslah saya bisa lulus SBMPTN tahun ini. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan, terimah kasih.
fine fine aja si, yg salah cuma penerapanya, banyak sekolah2 yg memanfaat kan mos sebagai leluconan, menunjang popularitas, supaya terlihat hebat atau apala., nah d stu nya aja salah di tambah lagi memakai atribut yg gk ada gunanya, mau nya si mos jgn di hentikan., cuma di berikan aja ketentuan mos yg positif dan larangan yg negatif ke skola2 supaya diterapkan ke panitia(senior). Mos itu gk salah , yg salah hanya sekolah2 ny aja yg kurang tegas , yg gk memperdulikan tentang mos yg baik.
Mos itu penting, buat pengenalan ke depan nya. Terutama tentang pengenalan kbm di sekolah. Yah… Untung nya sekarang di Sma gue udah mulai nerapin Mos sesuai peraturan pemerintah, jadi gak ada tuh senioritas, dikerjain sama senior lain.
Semua acara Mos di pantau guru, guru selalu masuk Merangin materi or pengenalan sekolah (biasanya guru BK,Agama, Wakasek kesiswaan). gak ada atribut2 aneh, makanan teka teki Mos juga gak ada kita cuma bawa Kep. Pribadi aja sama atk. Kalau pun disuruh, itu buat hari terakhir & gak pake teka-teki. Itu biasanya buat pembagian hadiah, jadi balik lagi buat kita. Yaa kayanya baru sekolah gue yang nerapin sistem ini di sekitar tempat tinggal gue. Kemaren2 gue sempet dapet kabar dari temen di sekolah lain mereka tetep pake sistem Mos yg ribet itu.
Emang awalnya berasa ada yg ‘kurang’ gak ada ciri khas Mos sama sekali, tapi ya.. lebih baik lah dari pada Mos yg ribet-ribet itu
siklus SMA
Masuk dikerjain kayak orang bego (MOS) keluar juga bego (coret2) :v
MOS gk bakalan bisa dihilangkan, tapi mungkin kalau diminimalisir hal2 negatif mungkin bisa lebih baik tu MOS.
Kalau masalah MOS melatih mental? menghormati guru/senior? dan bla bla bla, itu semua cuma HOAX!
Gue jujur tahun kemarin jadi panitia mos, gue sempet bingung sama rekan2 panitia mos kenapa gk diubah aja konsepnya, kenapa siswa malah mendapatkan pressure bukan science? Mereka jawab apa, kebanyakan mereka melakukan itu semua karena balas dendam! Balas dendam! dan Balas dendam saat mereka di-MOS dulu. Ini yang jadi masalah di-MOS.
IMO, kenapa pas hari -H MOS dari tiap siswa baru disekolah dikumpulkan dulu untuk ikuti upacara antar Kabupaten/Kecamatan masing2? Terus kasih penjelasan untuk mengubah MOS menjadi MOS yang lebih maju. Kalau itu kan nanti panitianya bakalan malu sendiri ditambah lagi ada panitia dan siswa dari sekolah lain. Baru setelah ini lanjut ke acara MOS berikutnya disekolah. Capek karena bulak balik dari sekolah ke lokasi upacara? Bukankah ini melatih mental supaya gk lelah, toh ini juga buat olahraga. Kalau sistemnya masih begini aja pas dari panitia sendiri diem2 dan cari segala usaha untuk melakukan MOS balas dendam. Kalaupun nanti saat tiba disekolah panitia tetap menerapkan MOS balas dendam, siswa pun pasti gk bakal diam karena mendengar arahan pas upacara tadi. Toh kalau urusan menghormati itu asal seniornya sopan dan terus memberikan motivasi dan arahan sebelum masuk SMA pasti junior pun sopan. “Anda sopan kami pun segan”
Yang salah bukan MOS-nya, tapi SISTEM-nya!
CMIIW
gw setuju sih dg adanya MOS/OSPEK buat perkenalan ke lingkungan sekolah/universitas asal MOS nya punya manfaat buat siswa/maba tanpa ada rasa dendam atau takut dg kakak angkatan stlh berakhirnya masa MOS/OSPEK. Menurut kakak gmana? hehe
Sampai sekarang masih mempertanyakan atribut aneh pada saat MOS. Katanya, untuk membentuk mental biar gak melempem, untuk peka adanya senioritas. Tapi menurut saya, bagaimana bisa mental dibentuk dalam waktu 3 hari? Kalau memang begitu, sudah majulah pendidikan Indonesia ini sejak berlakunya MOS.
Tapi mos tetap perlu diadakan. Bedanya, tanpa atribut tadi dan sekadar pengenalan lokasi serta situasi kampus (di sini, panitia mos masih bisa digunakan tenaganya). Juga wejangan-wejangan dari dosen prodi apapun (jadi sekalian bisa kenal), rektor, ya begitulah semacam nasehat, bagaimana sistem kemahasiswaan yang berlaku dst dst pun bisa dibriefing. Dengan ngumpul-ngumpulnya maba pun kebersamaannya tetap dapat. Terus penampilan dari ikatan club (kalo masa SMA namanya ekstrakurikuler, kan?) jangan dihilangin. Itu bisa digunakan kakak panitia untuk mempromosikan club sekaligus maba jadi melek hal begituan. Oh, ternyata ada organisasi ini toh, ada organisasi itu. Ya, panitia mos yang berupa kakak kelas tadi cuma sampai sebatas itu perannya.
Tambahan, yang tadi itu bagian-bagian yang menarik dari MOS. Jadi pertahankan bagian yang itu saja.
Kalau saya sih setuju tetep diadakannya MOS cmn pendekatannya bukan pendekatan perpeloncoan tapi pendekatan kekeluargaan misalnya pemberian materi oleh guru2 di sekolah, keliling-keliling sekolah untuk menambah wawasan terhadap lingkungan sekitar, dan tugas-tugas yg berhubungan dengan wawasan sekolah (ngapalin mars & hymne sekolah, lomba yel-yel antar kelas, membuat jurnal ttg kegiatan mos, dsb) bukan tugas-tugas konyol nan gaje kyk beberapa mos di Indonesia.
Tapi yg saya kurang setuju dr kebijakan Kemendikbud kali ini adalah MOS yg harus diselenggarakan oleh guru / pengajar. Guru itu tugasnya udh banyak bukan cmn ngurusin MOS doang. Biarkan siswa (OSIS) yg ngurusin MOS tapi tetap diawasi dan dipantau oleh guru. Guru hanya berfungsi sebagai pengawas dan pemateri saja dalam kegiatan MOS. Biarkan siswa yg menyelenggarakan dan mengurus MOS ini. Klo ngelarang siswa nyelenggarain MOS sih, Kemendikbud udh masuk ke tingkat berlebihan sih menurut saya.
Katanya mos juga bertujuan untuk melatih mental pesertanya, salah satunya supaya gak berlaku seenaknya terhadap senior.,
Tapi senior sendiri berlaku seenaknya terhadap kita.,
Itu salah satu poin saya kurang setuju dengan konsep bully
Sakit hati saya permendikbud no 18 ini… Gara2 itu rencana saya mencanangkan MOS Ramah Anak dari 3th yang lalu gagal begitu aja… Waau di SMP saya udh saya rubah… Nah di SMA ini lho masalahnya pas udh siap 100% buat ngrubah makah dilarang… Pak Anies Baswedan…. Kau dengar aku ????
Menurut gue sih MOS ataupun OSPEK sangat penting untuk siswa ataupun mahasiswa baru. Gue udah ngerasain saat sma gue ga ikut mos karna kondisi fisik serta saat kuliah, kampus gue melarang seluruh bentuk ospek. Dan alhasil gue gak kenal sama senior, guru, dosen, dll.
Tapi yah sesuai dengan banyak komentar di artikel ini, harus tanpa yg namanya perpeloncoan/artibut ga jelas. Dan gue setuju sama surat edaran dari menteri tsb, karna seharusnya MOS/OSPEK di isi dengan acara yang lebih berguna untuk kedepannya bukannya acara yang membuat mental down serta kekerasan fisik yah hal hal negatif yang tidak baik untuk masa depan. Serta seharusnya kita memutus lingkaran setan tsb.
Itu sih pendapat gue. Semoga ini permulaan yang bagus untuk penerus muda bangsa yang besar ini sih.
Menurut pendapat gue mos itu penting. Tapi, jangan sampe ada perpeloncoan dan jgn smpe kelwt batas. Kenapa? Apa sih guna nya? Gue udah ngerasain gimana menderitanya mos sma pra mos di sekolah gue. Buat tugas kelompok di rumah temen smpe jam 1 pagi. Smpe di rumah buat tgs lagi smpe jam 2. Tidur bentar bangun jam 4 , buat tgs lagi sekolah jam 5. Belom lagi tugas yang kita buat di robek sama osis. Di kasi kata kata yang ga banget sama osis. Disuruh nebak tebak teka teki, di jemur di lapangan, buat yel yel, bangunin osis. Dan hari ke 3 mos itu kita disuruh pke atribut ga jelas, wktu it kelas gue disuruh pke rompi dari karung beras , pake toga dri balon dan kepang 25 dililit pita. Dijalan gue udah ngalamin siksaan mental, dinyanyiin ” orang gilaa orangg gilaa” sama anak anak smp, smpe nenek nenek ketawa liat gue kek gitu. Sumpahh gue nahan malu banget kek gitu. Stelah mos berakhir , gue rasa pndrtaan gue udh brkhir. Ya emang sih, manfaat mos yang nyiksa itu salah satu nya bisa ngeakrabin kita satu sama lain. Eitss tunggu dlu, akrab sih akrab cuma ga lama. Stlh kelas gue di rolling, dan ngebentuk kelas baru lagi. Trnytaa kita ga seakrab dlu lagi, malah ada yang ga prnh nyapa. Ada yang bilang kalo ada mos adik kls ga seenaknya sma kk kls. Iyaa abis mos emg gitu, tp lama lama tohh senioritas itu sama aja. Jadi buat gue, kalo mos itu penting kalo kgiatannya diisi sama seminar, pengembangan kreativitas, kegiatan alam, dsb yang mengedukasi gitu. Bukan dengan cara cara ga jelas gitu. Efeknya emg berasa di awal tp ga bisa brthan lama. Bukan karena di pelonco, di hina hina, dimaki junior bakalan hormat sama senior 🙂
Mos penting sih menurut gue. Kalo kata mendikbud, mos seharusnya diisi sama guru2 aja gaasik. So far menurut pengalaman gue waktu mos dulu, cuma dengerin omongan guru krik banget(even itu bermanfaat sih). Mos menurut gue menentukan first impression murid baru sama sekolahan baru dia, jadi yaaa diisi dengan kegiatan yg asik2. Nyebelin bgt sih osis yg nyalahgunain “mos”, alesan bales dendam lah, biar seru lah. Jadi, as long as mos gabikin murid baru keliatan bego, tersiksa, dsb oke oke ajasih.
kalo menurut aku itu semua tergantung seniornya sih (yang ngeospek/ngeMOS) soalnya ga semuanya kok kyk gitu. ada senir yang bener2 pengen didik adik2nya dan nganggep maba kayak adik kandungnya sendiri. tp ada juga senior yang ngeospek karena balas dendam karna dulu pernah digituin (peloncoan). nah itu semua balik lagi ke pribadi masing2 nangkepnya ospek sama mos itu apa :/
Disekolah gue, dari pengalaman gue jadi panitia taun lalu, (gue masih OSIS 2 taun, tapi taun ini semua udh diganti jadi MPLS. OSIS cuma diminta ngebantuin guru, itu cuma beberapa org. Tadinya gue kepilih, tapi lg kondisi ga bagus jadi mengundurkan diri).
Seinget gue, taun lalu itu ada banyak hal yg gue gasuka, kayak misalkan dipakein pita berdasarkan jumlah nomer sekolah? Buat apa?
Trus, bawa chiki2 gitu, yang akhirnya dikumpulin buat panitia, dan disimpen di ruangan panitia sampe berbulan2. Buat apa?
Minta tanda tangan terus dikerjain? Oke, ga muna saya dulu nikmatin peran begitu, tapi setelah saya mikir2 skrng, buat apa? Tebar pesona kah? Biar dapet gebetan? Maaf saya sekolah untuk ilmu, bukan nyari gebetan.
Dibentak2 gara2 kesalahan sepele, bahkan dijebak. Beberapa pengalaman saya jadi panitia, beberapa panitia sengaja ngebiarin beberapa informasi barang2 yg harusnya dibawa itu ga “detail”. Buat apa? Buat bahan omelan. WTF, saya ga setuju bgt. Salah senior lah kenapa ga ngasih tau secara detail. Kalo mereka ga ngasih tau secara detail, bersiap juga dengan anak2 yg ga bawa sesuai kemauan mereka, ga salah juga, menurut saya.
Apalagi, pas saya sempet denger ada yg ngusulin sesuatu yg dirubah dr konsep MOS, dan ditolak mentah2 dengan alesan “ini udh tradisi dr senior,”. Senior aja udah ribet sama masalah kuliah mereka, kenapa harus mikirin juga? Toh memangnya mau membawa2 panjang masalah yg salah sampai ntah kapan? Saya pribadi lebih memilih diganti drpada membuat suatu kesalahan secara kepanjangan.
Bahkan yang saya heran , banyak yg berebutan mau jadi panitia MOS dengan alesan mau ngerjain adek kelas… Ga muna, saya pernah seperti itu. Tapi lama2 kok ngerasa ada yg gabener sama pemikiran kek gt, dan saya lebih memilih mundur.
Sepertinya memang betul, MOS bukan dihilangkan, tapi panitia MOS yang harus di training terlebih dahulu. Bukan berarti dengan digantinya guru sebagai panitia MOS merubah MOS menjadi ajang yg lebih bermanfaat^^
Bener kata org, harusnya MOS itu bukan dihilangkan, tapi panitianya harus di latih terlebih dahulu, bukan sekedar ajang balas dendam.
btw kenapa bahasanya dr gue jadi saya yak? wkwk maafkeun
((baru liat artikel ini di bar kanan zenius blog))
Share pengalaman dulu.
Gue ngalamin namanya MOS itu jaman SMP, jaman SMA ditiadakan karena saat itu lagi bulan puasa. Sampe sekarang belum nangkep intinya MOS itu ngapain. Peserta disuruh push up satu seri, makan diitungin dua atau tiga menit, pake atribut gak jelas yang malu-maluin, diteriak-teriakin, kakak kelas sok-sokan, banyak lagi deh.
Gak abis pikir ngelakuin hal-hal gila tersebut dengan dalih “biar mandiri”, “ngebentuk mental”, “biar kenal antar angkatan”, dan “menghormati kakak kelas”. Pertama, apa hubungannya MOS begitu-begituan ama kemandirian? Kedua, dalam perspektif gue, ngebentuk mental bukan pake cara neriak-neriakin peserta. Peserta mau ngelawan juga salah, gak ngelawan malah makin diteken. Bahkan peserta bisa timbul dendam ke seniornya itu. Ketiga, apa gak ada cara lain buat kenal antar angkatan selain MOS? Sepenglihatan gue itu gak ngenalin antar angkatan, cuma ngenalin peserta panitia aja dan sebatas tau nama dan muka doang, abis itu ya udah. Keempat, ngehormatin kakak kelas. Emang yakin dengan ikut me-MOS-kan peserta langsung dihormati? Di dalem hati peserta bukan hormat, tapi takut atau canggung. Seperti tulisan di banyak tempat umum; “Anda Sopan Kami Segan.”
MOS mah cukup orientasi dari guru aja pake slide power point tentang sistem pendidikan di sekolah, pengenalan jajaran dewan guru dan staff, penampilan dari ekstrakurikuler, ditambah touring sepanjang area sekolah mungkin lebih bagus.
Maap komen ini rada gak jelas dan sulit dibaca, hehe.
Pendekatan kekeluargaan lahh pastinya. Contohnya kaya diajak diskusi atau tanya jawab soal sekolah barunya. Ya tuh gue pernah di suruh minta tanda tangan sama panitianya. Untungnya gue gk mau karna emang gk penting. Kalau alesan minta tanda tangannya buat lebih kenalan atau lebih deket sama ‘kakak kelas’. yaaa… gk masuk akal karna dari 1 angkatan anak baru, cuma dikasih waktu kurang dari 5 menit untuk minta tanda tangan sama semua panitia mos. Soal ‘Prentelan-prentelan’ pas mos juga mnurut gue hal yg paling gk jelas yaa… karna GAK ADA hubungannya sama sekali dengan tujuan MOS itu sendiri.
Gua mau sharing aja nih,gua pernah jadi Ketua MOPDB waktu masih di SMK. Karena waktu itu bentrok sama puasa,konsepnya sederhana aja,siswa baru cuma duduk di bawah tenda untuk dengerin materi dari narasumber,selain itu ada juga sesi di kelas sama pembina gugus dan itu cuma have fun aja nyanyi2 ngapalin mars sekolah sama games. Untuk masalah bawa makanan yang aneh-aneh itu tetep ada, cuma lebih untuk balik lagi ke mereka,soalnya kalo ga bawa kaya gitu kantin bisa penuh sama anak baru mau jajan.
Hasilnya?
Positifnya suasana sekolah lebih enak aja,senioritas lebih ke arah positif. Tapi negatifnya ade kelas baru 1-2 bulan udah berani cabut2an kelas,nyari ribut sama jurusan lain,dan macem2 lah namanya juga baru ngerasain jadi putih abu-abu. Ga bisa dipungkiri kalo setiap angkatan pasti punya anak yang songong sama kakak kelas atau sama guru,tapi biasanya itu ada seleksi alam dari “organisasi non-Resmi sekolah”
Solusinya?
Kalau kondisinya memungkinkan,mos dengan konsep seperti yang gua lakukan bisa ditambah dengan pendidikan baris berbaris ala paskibra dan wawasan kenegaraan. Untuk yang mimpin pendidikan baris berbaris dan wawasan kenegaran itu,tentunya harus kredibel ,bisa anak Paskibraka Indonesia dari regional atau ga minta bantuan dari satuan militer setempat. Tujuannya bukan cuma biar hormat sama senior karena senior seharusnya ga minta untuk dihormatin,tapi yang diharapkan siswa baru bisa lebih mengerti etika dan lebih sadar bahwa status siswa dia udah lebih tinggi. Ya gua tau sih emang agak bullshit,tapi kalo menurut kalian ada cara yang lebih baik,why not?
saya sgt setuju apa kata pak anies. klo guru yg ngadain, lebih manusiawi caranya. klo anak senior, disuruh yg aneh2. disuruh bawa yg aneh2lah, ngejar buat tandatangan lah, gunanya apa? kedoknya buat nambah akrab. tapi, adakah esensinya? tidak. jd cukup bawa nametag plus seragam sekolah dan kegiatannya hanya perkenalan lingkungan #sayadulunyakorbanmos
Gw pribadi berpandangan MOS itu penting, penting banget malah supaya lebih mudah tahu lingkungan SMA nantinya, lebih gampang kenalan sama temen seangkatan atau senior, dan diajarin juga nilai2 di luar akademik kyak materi softskill, dan disiplin diri. Gw pribadi udah ngerasain di-MOS dan 2 kali nge-MOS. Jujur aja, waktu di-MOS rasanya ga enak harus pke macem2 yg ga jelas, kuranf tidur, dibentak senior bawa makanan macem2 dll. Tpi pas gw nge-MOS gw jadi ngerasain kalo MOS dilembekin mulu (karena wktu itu pas gw nge-MOS udah ga boleh macem2 lagi) malah si anak baru jadi songong. Jadi menurut gw MOS itu harus ada dan memang ada hal yg ga perlu yg harus dihilangin kyak atribut dll dan gw tetep setuju MOS tetep ada sisi tegasnya, jika salah yaa punish klo dia berprestasi selama mos beri reward. Lagipula gw jadi ngerti kenapa kita sering diomelin trus sama senior walaupun kita merasa kita ga salah, ternyata buat ngelatih mental sama belajar berargumen berani mengemukakan pendapat yg menurut kita benar. Sorry kepanjangan hehehehe
Btw gw rada bingung sama pilihan votingnya, dengan mempertimbangkan 2 sudut padang yg berbeda dan gw pernah ngerasain keduanya gw sih lebih milih ada MOS dengan mempertahankan sisi tegas namun atribut segala macem dihilangkan dan tugas2 yg diberikan lebih berguna dan tidak terlalu banyak. Gw rada bingung sih maksud kekeluargaan tuh kyak gmana
Menurut aku sih MOS ptg, namanya jg singkatan dr Masa Orientasi Sekolah. Jd kita mngenal lingkungan baru,dan jelas berbeda dr lingkungan yg sblmnya. krn lingkungan universitas lbh wow drpd sd,smp,sma. dan nnti kita diuji mental yg sgt ketat. apalgi MOS untuk maba di sbuah universitas. kalau ad OSPEK yg senior nya galak atau apa,atau gimana itu bkn sifat asli mereka sih.tp gatau lg kalau ad yg balas dendam krn ospek nya dahulu semasa masuk kmpus , dan pelampiasannya ke maba haha. itu cmn sbg kreatifitas mereka untuk menguji mental kita dan cari tau kelemahan yg kita punya apa. positifnya sih biar kedepannya kalau di sentak dosen atau dimarahin dosen, kita2 jd ga trllu shock bgt atau parno . Kalau ad OSPEK yg nyuruh minta ttd ke senior atau smua org yg dikampus positifnya mnurutku kita bakal ngalamin seperti itu,ngalamain betapa susahnya minta ttd ke dosen yg hrs di buat molor, dipersulit,dbkin marah,dibikin capek sm dosen hnya krn minta TTD doang. Apaalgi minta persetujuan skripsi. itu aja sih menurut aku kak. tp aku ga suka kalau ospek itu pkek atribut yg ga jelas wkwkw
sebenernya kalau mau ngomong tentang masalah tujuan mos/ospek sih ya menurut saya pasti positif. biar para siswa dapat mengetahui seluk beluk kehidupan sekolah atau kuliah yang bakal dijalani dan tentunya juga untuk adaptasi, tapi yang saya gk setuju itu caranya. pengalaman mos saya dulu di sma itu berat banget, apalagi saya orangnya suka tertekan. setiap hari diberi tugas yang gak tanggung2, dan setiap hari juga para senior mencari-cari kesalahan junior walaupun hanya kesalahan kecil, setelah dapat kesalahannya para senior langsung meneriaki kami, nyali saya jadi makin ciut. kami juga disuruh untuk menunduk dagu menyentuh dada dan duduk bersila empat tehel, saya disitu sangat gk tahan lah, apalagi rok yg saya pakai itu bentuk span jadi mau duduk bersila itu susah, pulang2 kaki saya serasa mau patah. belum lagi hukuman di jemur dan segala macamnya. setiap pulang yang saya dapat bukan materi malah hanya kenangan buruk. saya di sekolah jadi makin penakut apalagi terhadap senior. bukan hanya saya, hampir semua teman2 saya juga lebih takut terhadap senior dibading dengan guru. minat saya untuk ikut ekstrakulikuler dan organisasi juga jadi hilang karena rasa takut dengan senior. Jadi kalo ditanya manfaat mos, sejujurnya saya gk dapat apa2 dan malah hanya rugi (ini mungkin karena kepribadian saya aja yang mentalnya lemah dan susah sosialisasi).
kejadian yang serupa juga terulang lagi saat ospek universitas. ditambah lagi adanya pengkaderan yang akan diadakan dalam beberapa tahap. senioritas di universitas saya (khususnya fakultas yang saya masuki) itu tinggi banget. niat untuk mengembangkan diri malah jadi tertutup karena rasa takut. Apalagi dunia perkuliahan itu seharusnya diisi dengan organisasi dan sosialisasi dengan senior. senior merasa sangat berkuasa karena mereka tahu bahwa junior akan membutuhkan pengalaman serta arahan mereka nantinya apalagi ada senior yang asisten dosen. respect junior ke senior malah jadi seakan menjilat, dan tentunya palsu. intinya saya jadi sangat gk enjoy, saya jadi tertekan setiap kuliah dan motivasi jadi hilang. Mungkin setelah dipikir lagi, bukan mos/ospek yang menjadi masalah bagi saya, namun ke-senioritasan yang diberlakukan.
Menurut saya ospek/mos dengan catatan harus dilakukan dengan pendekatan keluarga itu sangat penting agar siswa/mahasiswa baru dapat mengenal lingkungan sekolah/kampus secara lebih ‘riil’, kita bisa dapet advice, tips and trick dari senior dan juga menimbulkan rasa hormat dan saling menghargai antar sesama warga kampus/sekolah. Karena di sekolah saya sendiri memang merasakan dampak negatif dari tidak diadakannya mos saat di sekolah. Disamping banyak siswa baru yang bersikap acuh dengan guru dan kakak tingkatnya (cuek bebek egp) , gak jarang juga tingkah para junior jadi pada kelewat batas seolah-olah antar senior dan junior gak ada batasnya alias kurang ajar (IMHO).
Dari dulu juga sekolah saya awalnya menerapkan ospek dengan pendekatan kekeluargaan, dan terbukti suasana sekolah berasa lebih kondusif karena yang seniornya pandai mengayomi, dan juniornya juga hormat sama yang dituakan.
Angkatan gua dulu pernah pada ga setuju mos diapus alesannya yahh
“Anak baru dimanjain entar malah songong ke kaka kelas,biar disiplin,biar saling kenal,baru mos 3 hari doang aja masih ngeluh,atribut tuh buat nunjukkin keniatan mereka dan melatih mereka memegang amanah..dsuruh bikin ama bawa nemteg kerdus aja masih ngeluh,gmana nanti kalo jadi wakil rakyat,dll…”
Wew -_-,tentara aja butuh waktu bertaun2 biar jadi disiplin,lah elu cuma 3 hari mau ngapain coba…
Imo
Mos/ospek/mpls udah menyimpang jauh dari esensinya sbg pengenalan siswa ke lingkungan sekolah,yaa walaupun pada akhirnya kelas gua jadi solid dalam waktu 2 hari (solid karena memiliki pemikiran yg sama,sama2 benci kaka kelas)
Menurut gua mos memiliki dampak psikologis yg lumayan bahaya,yaa minimal stress lah
Dan dari hal itu bisa2 mempengaruhi mental seseorang,saran gua tolong pemerintah yang katanya ingin ‘revolusi mental’ segera mempertimbangkan ini ke yang ahlinya (psikolog)
Atau mungkin mos bisa diapus atau dicari alternatif pengganti lainnya karena hal ini sudah benar2 menjadi budaya pendidikan indonesia,dan budaya sangat sulit dihilangkan,buktinya yaa korupsi,nyontek,nepotisme,buang sampah sembarangan,dll..
Menghapus mos mungkin bukan 100% yg terbaik,tapi cara ini gua yakin 100% bisa ngehapus perpeloncoan dan senioritas di pendidikan indonesia
Yang bikin gua bingung adalah
Sebenernya kita bikin acara mos ngikutin siapa sih??ngikutin negara mana sih??
hmm menarik, wkwk baru baca sekarang.
kenalin gw harris tambang itb 2013. gw anggota himpunan mahasiswa tambang, mungkin temen2 yg kuliah di itb atau alumni pasti tau klo OSPEK di tambang itu yang paling keras dan gila.
Nah disini menurut gw ospek itu harus dinilai CASE SPECIFIC, oke misal klo lo smp, sma, atau kuliah jurusan elektro atau mesin gitu ya GAK RELEVAN ospek yang “keras”. Tapi, klo lo di tambang atau yang byk berkutat di lapangan bukan kantor pas di dunia kerja nanti, ospek “keras” itu masih relevan, asal ber-ESENSI dan tanpa bullying.
Jujur aja, kerja di lapangan tuh mental dan fisik lu harus kuat, tambang tuh bukan kerja kantoran yang pakaian rapi, di kantor ber-AC. Ada dosen gw ngajar, udah sepuh, profesor, tajir, dan reputasinya dunia tapi untuk ngelakuin kerjaannya tetep ngerasain naik turun gunung dan harus hadapin dan manage operator alat2 berat yg suka bandel dan keras, karena selain pendidikan mereka ga tinggi kondisi lapangan yang berat buat gampang operator itu triggered.
Nah menurut lu sendiri klo konteksnya tambang, geologi, geofisika, dll, masih perlu OSPEK yang keras ga?
karena kerjaan macem tambang, geologi, geofisika itu bukan kerjaan umum yang kantoran AC, tapi lapangan yg berat dan byk berhadapan sama org yg pendidikannya ga setinggi kita.
Kalo saya sendiri kurang yakin sih. Soalnya kebanyakan guru udah tua, dan muridnya nanti malah kerasa kaku banget. Jadi, udah pas sama senior, biar berasa ga jauh-jauh amat umurnya. Emang yang perlu diperbaiki panitianya, biar bisa menyuguhi murid baru kegiatan yang bermanfaat.