Model pembelajaran tgt merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif.

Model Pembelajaran TGT – Zenius untuk Guru

Sewaktu sekolah, saya paling suka saat guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Nggak hanya belajar, saya bisa berdiskusi dan membahas banyak hal bersama teman. Rasanya, pembelajaran jadi lebih seru dan menyenangkan.

Terlebih, ketika guru saya melakukan kompetisi antarkelompok. Malu dong, kalau kelompoknya sampai kalah atau terlihat kurang baik. Akhirnya, saya jadi semakin tertantang dan semangat belajar.

Dari pengalaman itu, saya jadi penasaran, nih. Apakah Bapak dan Ibu Guru juga sering melakukan perlombaan antarkelompok siswa di kelas?

Kalau pernah mencoba pendekatan seperti itu, artinya Bapak dan Ibu Guru sudah menerapkan model pembelajaran TGT atau Teams Games Tournament, lho.

Berbeda dengan kelompok belajar biasa, model pembelajaran TGT menggunakan turnamen sebagai kegiatan belajar utama. Turnamen ini menjadi pengganti kuis yang bisa menunjukkan hasil belajar siswa dari belajar kelompok.

Mau tahu informasi lebih lanjut tentang model pembelajaran TGT? Yuk, langsung saja kita bahas bersama.

Apa Itu Model Pembelajaran TGT?

Model pembelajaran TGT merupakan salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Jadi, sebelum memahami model pembelajaran TGT, Bapak dan Ibu Guru harus tahu dulu apa itu pembelajaran kooperatif.

Dalam buku Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif (2022), pembelajaran kooperatif dijelaskan sebagai metode yang menempatkan siswa untuk belajar dalam kelompok. Nggak sebatas mengerjakan tugas, pembelajaran juga harus menekankan kerja sama agar tercapai tujuan yang sama.

Model pembelajaran TGT dikembangkan dan disempurnakan oleh David DeVries dan Robert Edward Slavin.
Sejarah dikembangkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT. (Arsip Zenius, Dok. Will Kirk/Johns Hopkins University)

Nah, salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran TGT. Model satu ini menjadi tipe pembelajaran kooperatif yang mudah dan efektif untuk diterapkan. Kenapa begitu?

Menurut DeVries dalam Teams-games-tournament The Team Learning Approach (1980), TGT adalah model pembelajaran yang mengatur kembali kelas ke dalam kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Di mana masing-masing kelompok punya anggota dari semua tingkat prestasi.

Setelah kelompok terbentuk, siswa akan belajar bersama dan terlibat di sesi tutor sebaya. Mereka nantinya saling membantu untuk menguasai materi yang diajarkan dan mempersiapkan turnamen yang diadakan.

Karena proses pembelajarannya berlangsung dalam kelompok, siswa terpacu untuk saling membantu dan mendorong dalam menguasai keterampilan. Dengan begitu, mereka bisa lebih aktif dan pembelajarannya berjalan menyenangkan.

Tak hanya itu, di model pembelajaran TGT, ada turnamen atau kompetisi yang diadakan rutin. Sehingga, siswa termotivasi terus belajar dan berusaha menjadi yang terbaik. Apalagi, ada penghargaan yang akan mereka terima ketika berhasil.

Ya, bisa dibilang, model pembelajaran TGT mirip dengan acara-acara kuis di TV. Bedanya, sebelum bersaing dengan tim lawan, siswa harus belajar bersama terlebih dahulu. Setelah mendapatkan pengetahuan dari proses belajar kelompok, barulah mereka mengikuti turnamen untuk menguji sejauh mana pengetahuan berhasil didapatkan.

Lalu, berdasarkan penelitian DeVries, model pembelajaran TGT berperan positif dalam hasil belajar siswa, lho. Model pembelajaran ini menunjukkan pola yang jelas dalam peningkatan prestasi akademik, kepuasan siswa dengan kelas, tutor sebaya atau kepedulian antarsiswa, kerjasama tim, dan pemahaman materi pelajaran.

Nggak hanya DeVries, banyak ahli pendidikan yang ikut meneliti dan menerapkan model pembelajaran TGT. Bagaimana TGT dari pandangan mereka?

Baca Juga: Bantu Belajar Efektif dengan Teknik Pomodoro

Pengertian Model Pembelajaran TGT Menurut Para Ahli

Sejak dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, banyak ahli yang kemudian mendefinisikan model pembelajaran TGT sesuai dengan pemahaman mereka.

Model pembelajaran TGT menggunakan turnamen sebagai salah satu komponen utamanya.
Ilustrasi turnamen dalam model pembelajaran TGT. (Arsip Zenius)

Berikut adalah beberapa pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut para ahli yang bisa menjadi tambahan referensi bagi Bapak dan Ibu Guru.

  1. Menurut Slavin dalam Cooperative Learning (1980), TGT adalah model pembelajaran terdiri dari dua komponen utama yaitu tim siswa yang beranggotakan 4-5 orang, dan turnamen.
  2. Octavia dalam Model-Model Pembelajaran (2020) menjelaskan bahwa model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran kooperatif yang membantu siswa membahas dan menguasai materi pelajaran secara berkelompok.
  3. Dilansir dari artikel Serupa.id (2022), Isjoni berpendapat bahwa model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang membentuk siswa ke dalam kelompok belajar, di mana setiap anggotanya punya kemampuan, jenis kelamin, suku, dan ras yang berbeda.
  4. Dalam buku Model-Model Pembelajaran Efektif (2016), Hidayat menyebutkan TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang meliputi aktivitas seluruh siswa tanpa harus melihat perbedaan status, melibatkan peran mereka sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dalam kelompok.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa TGT adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar dalam kelompok. Para anggotanya memiliki latar belakang dan tingkat kemampuan yang berbeda. Setelah melalui proses belajar bersama, siswa akan mengikuti turnamen akademik untuk melihat tingkat pemahaman mereka akan materi.

Sekarang, Bapak dan Ibu Guru sudah tahu apa itu model pembelajaran TGT. Tapi, rasanya kurang lengkap kalau kita belum mengenal lima komponen utama dari model pembelajaran ini. Apa saja, ya?

Baca Juga: Metode Flipped Learning untuk Melatih Kemandirian Siswa

5 Komponen Utama Model Pembelajaran TGT

Komponen utama model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Lima komponen utama model pembelajaran TGT. (Arsip Zenius)

Sebagai suatu tipe pembelajaran kooperatif, model pembelajaran TGT punya komponen utama, yaitu

  1. presentasi kelas, di mana pengajaran langsung fokus pada inti materi. Sehingga, siswa akan memberikan perhatian penuh selama penyampaian materi berlangsung.
  2. tim atau kelompok, terdiri dari 4-5 siswa yang berbeda-beda tapi mewakili seluruh bagian dari kelas. Misalnya, ada perbedaan pengetahuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku.
  3. permainan, berisi pertanyaan yang dirancang untuk menguji kesiapan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
  4. turnamen, di mana perwakilan siswa akan berkompetisi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman mereka dari hasil belajar kelompok dan mendapatkan skor jika berhasil.
  5. penghargaan akan kelompok, di mana kelompok belajar akan mendapatkan penghargaan ketika skor mereka mencapai kriteria yang sudah ditentukan.

Sejalan dengan komponen utama di atas, maka penerapan model pembelajaran TGT perlu dilakukan melalui beberapa tahapan tertentu.

Setelah ini, saya akan coba jelaskan langkah-langkah penerapannya. Jadi, simak artikel ini sampai akhir ya, Bapak dan Ibu Guru.

Baca Juga: Hybrid Learning Solusi Efektif Pembelajaran?

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Tahapan yang dilakukan untuk menerapkan model pembelajaran TGT.
Langkah penerapan model pembelajaran TGT. (Arsip Zenius)

Untuk menerapkan model pembelajaran TGT, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Di antaranya

  1. menyampaikan fokus materi, bertujuan untuk menjelaskan target pembelajaran yang ingin dicapai dan menyajikan materi pelajaran ke siswa lewat presentasi atau ceramah. Biar lebih mudah, Bapak dan Ibu Guru bisa menggunakan video materi belajar yang ada di Zenius.
  2. mengelompokkan siswa, di mana guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4-5 orang untuk belajar bersama.
  3. melakukan permainan, guru memberi pertanyaan tentang materi pelajaran dalam bentuk kartu untuk memperkuat pengetahuan siswa. Bapak dan Ibu Guru juga bisa memanfaatkan fitur ZenCore dari Zenius untuk membuat permainan jadi lebih seru.
  4. menyelenggarakan turnamen, guru memberikan pertanyaan sebagai bentuk evaluasi hasil belajar, kemudian siswa akan bersaing untuk menjawabnya secara benar agar mendapatkan skor.
  5. memberi penghargaan, guru akan memberikan penghargaan berupa sertifikat atau dalam bentuk lain bagi kelompok dengan jumlah skor yang mencapai kriteria. 

Jadi, bagaimana Bapak dan Ibu Guru? Setelah memahami pengertian, komponen, dan langkah-langkahnya, apakah tertarik untuk mencoba model pembelajaran TGT?

Tapi, ada satu hal lagi yang perlu Bapak dan Ibu Guru ketahui, nih, yaitu kelebihan dan kekurangannya. Dengan begitu, kita bisa mempertimbangkan apakah model pembelajaran ini cocok untuk diterapkan di kelas.

Baca Juga: Model Pembelajaran Discovery Learning

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TGT

Saat menerapkan model pembelajaran TGT, ada beberapa kelebihan yang akan Bapak dan Ibu Guru dapatkan, antara lain:

  1. Menggunakan lebih banyak waktu untuk permainan dan turnamen yang bisa memperdalam pengetahuan siswa.
  2. Memotivasi siswa untuk terus belajar dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
  3. Meningkatkan hubungan antarsiswa karena adanya interaksi yang aktif dalam kelas.
  4. Membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
  5. Mengembangkan kemampuan kerjasama yang dibutuhkan dalam kehidupan siswa.
  6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkontribusi dalam proses pembelajaran.

Sementara itu, model pembelajaran TGT juga punya kekurangan. Karena memang nggak ada yang sempurna dalam segala hal, termasuk model pembelajaran yang satu ini.

Kelemahan model pembelajaran TGT antara lain:

  1. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengelompokkan siswa, apalagi untuk kelas dengan siswa yang tingkat kemampuannya sangat berbeda dari segi akademis.
  2. Memperlambat proses pembelajaran saat jumlah yang ada di kelas terlalu banyak, sehingga kegiatan belajar justru kurang maksimal.
  3. Memunculkan kekhawatiran bahwa kelas nggak akan berjalan baik ketika siswa tidak dibagi dalam kelompok.
  4. Menuntut kemampuan khusus guru untuk bisa mengelola siswa dalam kelompok dan melaksanakan turnamen.
  5. Memungkinkan siswa dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi untuk mendominasi kelompok, sehingga proses tutor sebaya nggak bisa berjalan lancar.

Dari kelebihan dan kekurangan tersebut, apakah Bapak dan Ibu Guru semakin yakin untuk menerapkan model pembelajaran TGT? Atau mungkin ada yang ragu dan ingin coba metode yang lain? 

Pas banget nih, ada satu artikel Zenius untuk Guru yang membahas tentang metode pembelajaran berbasis masalah. Silakan baca selengkapnya dengan klik link di bawah ini.

Baca Juga: Problem Based Learning, Belajar Melalui Masalah

Itulah penjelasan tentang model pembelajaran TGT. Harapannya, artikel ini bisa membantu Bapak dan Ibu Guru yang sedang mencari model pembelajaran kooperatif.

Setelah menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk kelas, Bapak dan Ibu Guru juga bisa memanfaatkan LMS (Learning Management System) Zenius untuk Guru, lho. Proses belajar mengajar jadi lebih mudah dengan beragam fitur yang ada di sana. Mau coba LMS ZenRu sekarang? Langsung saja klik gambar di bawah ini, ya!

lms zenru

Referensi

Review of Educational Research, Cooperative Learning – Robert E. Slavin (1980)

Model Pembelajaran Kooperatif TGT (Team Games Tournament) – Serupa ID (2022)

Teams-games-tournament The Team Learning Approach – David L. DeVries (1980)

Model-Model Pembelajaran – Shilphy A. Octavia (2020)

Model-Model Pembelajaran Efektif – Ujang S. Hidayat (2016)

Bagikan Artikel Ini!