jalan raya

Kenapa Jalan Raya Bisa Rusak dan Berlubang?

Artikel ini membahas mengenai faktor penyebab jalan raya rusak dan berlubang, dimulai dari jenis-jenis perkerasan jalan raya, jenis-jenis kerusakannya, sampai faktor penyebabnya.

Seperti halnya kayak hidup, jalan pun juga gak selalu mulus-mulus aja, ada kalanya ada lubang dan kerusakannya juga, Nah kalian penasaran gak sih kenapa jalan itu bisa berlubang atau rusak? Atau pernah gak sih kalian kejebak macet gara-gara adanya pembangunan perkerasan jalan atau perbaikan jalan? tentunya gak ada asap kalo gak ada api, alias pasti ada faktor penyebabnya nih, kenapa jalanan itu bisa rusak atau berlubang.

Nah sebelum ke jenis-jenis perkerasannya, kalian tau gak sih pengertian dari jalan itu? Dilansir dari Modul 1 – Konsep Dasar dan Konstruksi Perkerasan Kaku yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) tahun 2017, Jalan didefinisikan sebagai  infrastruktur yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat, yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain. Yang berarti kondisi jalan yang baik akan sangat berperan bagi kita semua untuk memudahkan mobilitas dalam melaksanakan kegiatan ekonomi maupun sosial dan kegiatan lainnya bukan? 

Pada artikel ini kita bakal bahas mengenai faktor penyebab jalan rusak dan berlubang, dimulai dari jenis-jenis perkerasan jalan raya, jenis-jenis kerusakannya, sampai faktor penyebabnya. Buat kalian yang udah gak sabar dan penasaran, yuk kita bahas satu per satu 🙂

Jenis-Jenis Perkerasan Jalan Raya

perkerasan lentur dan kaku
Sumber gambar: Britannica.com

Menurut bahan pengikatnya, perkerasan jalan raya pada umumnya dibagi menjadi 2 jenis yaitu perkerasan jalan lentur (flexible pavement), dan juga perkerasan jalan kaku (rigid pavement)

Perkerasan Jalan Lentur atau Flexible Pavement 

Perkerasan jalan lentur atau flexible pavement merupakan jenis perkerasan yang bahan pengikatnya berupa aspal yang tersusun dari agregat kasar dan agregat halus, serta bahan pengisi yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas, tentunya dengan perbandingan tertentu. Dimana bahan-bahan tersebut nantinya akan saling menyatu, dan saling mendukung membentuk konstruksi jalan dalam keadaan panas.

Perlu diketahui bahwa aspal itu sendiri merupakan material yang bersifat lentur, terutama pada saat terkena panas, itulah mengapa perkerasan ini disebut perkerasan lentur. Lapisan perkerasan dari aspal terdiri dari, tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah (sub base course), lapis pondasi (base course), dan yang paling atas, atau yang kita lihat di permukaan yaitu lapis permukaan (surface course).

Perkerasan Jalan Kaku atau Rigid Pavement 

Sedangkan untuk perkerasan jalan kaku atau rigid pavement merupakan jenis perkerasan yang bahan pengikatnya adalah semen, dan bahan baku utamanya agregat atau sering disebut juga sebagai jalan beton, itulah kenapa perkerasan ini disebut perkerasan kaku, karena memiliki tingkat kekuatan yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan perkerasan lentur. 

Perkerasan ini biasanya terdiri dari (bisa lebih lebih), lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah (subbase course), dan lapisan pelat beton (concrete slab). Perkerasan ini banyak digunakan pada jalan tol, dan juga jalan antar kota. 

Perbedaan Perkerasan Jalan Aspal dan Beton

Biar lebih mudah dipahami, berikut beberapa perbedaan yang mendasar dari perkerasan jalan aspal dan juga jalan beton ditinjau dari beberapa faktor sebagai berikut

Faktor yang MembedakanPerkerasan LenturPerkerasan Kaku
Faktor EkonomiMembutuhkan biaya awal konstruksi yang lebih murah, namun memiliki biaya total yang lebih mahal untuk biaya pemeliharaan yang lebih ekstra dari pada perkerasan kaku.Membutuhkan biaya awal konstruksi yang tinggi, namun memiliki biaya total yang lebih murah dibandingkan perkerasan lentur, karena biaya pemeliharan relatif tidak ada.
Faktor WaktuMemakan waktu yang relatif singkat untuk bisa dilalui lalu lintas.Memakan waktu yang lama untuk bisa dilalui lalu lintas.
Keawetan dan KekuatanMemiliki umur rencana sampai 10 tahun, lebih awet untuk melayani lalu lintas berkecepatan sedang atau tinggi, dan kekuatan aspal akan turun bila temperatur naik, seperti pada siang hari.Memiliki umur rencana sampai 20 tahun, cocok untuk segala jenis pembebanan lalu lintas, termasuk kendaraan berat sekalipun, namun tidak cocok sebagai jalan bahu yang sering terjadi bongkar pasang.
Kenyamanan dan KeselamatanUmumnya perkerasan aspal lebih nyaman untuk di lalui karena kekasarannya cukup rendah dan mengurangi kebisingan. Selain itu warna aspal yang hitam tidak menimbulkan efek silau pada siang hari.Lebih kasar dari perkerasan lentur, dan memiliki warna yang cerah sehingga memberikan efek silai dan juga membuat mata lebih cepat lelah. Jika tergenang air dapat menimbulkan slip atau hydroplaning.
Dampak LingkunganMemerlukan energi yang tinggi dalam setiap prosesnya dan juga menghasilkan emisi hasil pembakaran.Tidak memerlukan proses pemanasan sehingga energi yang dibutuhkan jauh lebih sedikit dibandingkan aspal.

Jenis-jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan Raya

Berdasarkan Panduan Pemilihan Teknologi Pemeliharaan Preventif Perkerasan Jalan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau Kementerian PUPR, kerusakan pada perkerasan jalan raya baik perkerasan lentur dan perkerasan kaku diidentifikasi sebagai berikut

Kerusakan Jalan Aspal

  1. Pelepasan Butir atau raveling, kerusakan yang terjadi akibat kandungan aspal yang rendah sehingga campuran dan pemadatan perkerasan tidak sempurna, dan mengakibatkan terlepasnya butir agregat pada permukaan jalan beraspal.
  2. Retak atau cracking, retak ini juga dibagi lagi menjadi 5 yaitu retak memanjang (longitudinal cracking), retak melintang (transverse cracking), retak blok (block cracking), retak tepi (edge cracking), dan retak buaya (alligator cracking). Secara umum, merupakan kerusakan yang berbentuk retakan, yang membedakan adalah bentuk retakannya, letak retakkannya, dan juga penyebab terjadinya retakan. 
  3. Alur atau rutting, merupakan kerusakan berupa penurunan memanjang pada jalur jejak roda kiri (JRKI) dan kanan (JKRA) akibat deformasi lapis perkerasan permanen yang disebabkan oleh pergerakan lateral bahan perkerasan akibat beban kendaraan.

Kerusakan Jalan Beton

  1. Retak memanjang (longitudinal crack), retak yang terjadi umumnya di sekitar daerah tengah perkerasan yang sejajar atau searah dengan sumbu jalannya.
  2. Retak melintang (transversal crack), retak yang terjadi pada umumnya tegak lurus dengan sumbu jalannya, atau terjadi pada arah lebar jalan.
  3. Gompal pada sambungan (joint spalling), kerusakan tepi slab beton yang terjadi pada bagian sambungan antara perkerasan.
  4. Pecah sudut (corner breaks), kerusakan yang terjadi di sudut slab beton yang memotong sambungan pada jarak tertentu.
  5. Pumping, terjadinya pergerakan atau terangkatnya material di bawah slab beton akibat adanya tekanan air melalui sambungan atau retakan.

Faktor Penyebab Kerusakan Jalan 

Berikut faktor-faktor penyebab kerusakan jalan secara umum 

Meningkatnya Beban Volume Lalu Lintas 

Tentunya meningkatnya volume beban volume lalu lintas sangat mempengaruhi faktor terjadinya kerusakan jalan, karena pada saat perancangan perkerasan jalan, tentunya akan dirancang sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku (SNI). hal ini paling umum ditemukan pada perkerasan lentur atau aspal, itulah mengapa perkerasan aspal memerlukan biaya pemeliharaan yang lebih besar, namun kerusakan jalan akibat meningkatnya volume lalu lintas pada perkerasan jalan beton juga bisa terjadi, terlebih jika selalu dilalui oleh kendaraan berat seperti truk yang bermuatan berlebih. 

Sistem Drainase yang Buruk

Pada tahun 2018, salah satu staff teknik di PT. Trans-Jawa Paspro Jalan Tol, yaitu Esti Lungit Widyarini pernah menyampaikan bahwa dari yang beliau lihat, kebanyakan jalan rusak karena tidak di dukung oleh drainase yang baik, karena menurutnya secara prinsip air itu harus secepat mungkin dialirkan supaya tidak menimbulkan genangan di badan jalan. 

Terlebih saat banjir, bayangkan air yang menggenang dalam waktu yang tidak terlalu lama di jalan saja dapat mengakibatkan jalanan menjadi rusak dan juga berlubang akibat perkerasan dapat tergerus oleh air, apalagi jika jalanan digenangi dalam waktu yang lama (saat banjir) serta biasanya diiringi oleh kemacetan, dan dilewati berbagai kendaraan berat. Hal ini juga akan semakin memperparah kondisi perkerasan jalan jika perkerasan jalan sudah mengalami kerusakan seperti munculnya retakan. Nah, itulah mengapa adanya sistem drainase yang baik atau minimal sesuai dengan standar yang berlaku sangat penting untuk mengalirkan air di badan jalan agar tidak menggenang.

Kondisi Tanah yang Tidak Stabil

Sebelum melakukan pembangunan atau konstruksi perkerasan jalan pada sebuah lahan, tentunya akan dilakukan pengecekan tanah terlebih dahulu, sehingga didapatkan data tanahnya. Namun, kenyataannya kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan data tanah, karena terkadang tidak menggambarkan karakteristik tanah yang semestinya, itulah yang dapat menyebabkan kondisi tanah tidak stabil. Kondisi tanah yang tidak stabil (seperti tanah lempung) atau mengalami pergerakan ini terutama akibat jalan yang terus menerus dilalui oleh kendaraan berat dapat menyebabkan kerusakan jalan.

Perencanaan Perkerasan yang Tidak Sesuai

Hal ini berkaitan dengan mutu dari perkerasan jalan itu sendiri, dimana dalam merancang perkerasan jalan, tentunya memiliki standarisasi yang perlu dipenuhi berdasarkan peraturan yang berlaku, dengan memperhitungkan berbagai faktor seperti jenis klasifikasi jalan yang akan dibuat, perencanaan geometrik jalannya, lapisan dan data tanah yang akan dibangun, desain tulangannya (jika perkerasan beton), dan sebagainya. Namun terkadang memang perencanaan tidak sesuai dengan pelaksanaan atau kenyataan yang terjadi, sehingga membuat perencanaan, atau desain perkerasan yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi realnya.

Kurangnya Perawatan atau Pemeliharaan

Kurangnya perawatan atau pemeliharaan pada perkerasan jalan sejak dini dan tepat seperti saat adanya kerusakan kecil yang dibiarkan terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya lubang, dan dapat mencelakai pengendara maupun pengguna jalan yang melintasinya. 

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa setiap jenis perkerasan memiliki umur rencananya masing-masing, dimana perkerasan aspal biasanya memiliki umur yang relatif lebih singkat dibandingkan perkerasan beton, meskipun begitu, selama umur rencana ini tetap diperlukan pemeliharaan secara rutin, sesuai dengan ketentuan Departemen Pekerjaan Umum dalam Pedoman Perkerasan Lentur No. Pt T-01-2002-B, di mana umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah waktu yang dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai jalan tersebut memerlukan perbaikan berat atau dianggap perlu diberi lapis permukaan yang baru. Selama umur rencana, perlu dilakukan pemeliharaan agar perkerasan jalan dapat berfungsi dengan baik serta memberikan baik kenyamanan maupun keamanan bagi pengendara dan pengguna jalan. 

Nah kurang lebih itu guys, pembahasan mengenai faktor penyebab kerusakan jalan dan juga jenis-jenis kerusakannya, untuk lebih detail dan lebih dalamnya mengenai perkerasan jalan ini kalian bisa pelajari lebih lanjut bahkan merancang perkerasan jalan dan juga geometrik jalan jika kalian masuk ke jurusan teknik sipil guys, karena semua ini merupakan pekerjaan lulusan teknik sipil. Semoga artikel ini mampu menjawab rasa penasaran kalian ya guys, have a nice day!

Baca Juga Artikel Lainnya

Jurusan Teknik Sipil

5 Hal yang Rasanya Kuliah Teknik Sipil Banget

Musik Bisa Meningkatkan Produksi Susu Sapi

Bagikan Artikel Ini!