Apa Itu Bencana dan Mengapa Bencana Dapat Terjadi? 9

Apa Itu Bencana dan Mengapa Bencana Dapat Terjadi?

Apakah bencana terjadi karena memang harus terjadi? Tidakkah ada pemicu di baliknya? Bukankah tidak akan ada asap jika tidak ada api? Termasuk juga mengapa bencana harus terjadi di bumi kita tercinta ini ♥

Apakah ditinggal pacar pas sedang sayang-sayangnya adalah sebuah bencana? Apakah dapat nilai ujian jelek bisa dikategorikan sebagai bencana? Apa itu bencana menurut elo? 

Kali ini, gue pengen bahas hal-hal mendasar tentang bencana yang cukup menarik untuk diketahui. Tujuannya, supaya kita bisa ngeh kejadian apa saja sih yang sebenarnya masuk dalam kategori bencana dan kejadian apa yang tidak cukup untuk dilabeli sebagai bencana. 

Elo pasti paling sering denger tentang bencana alam, tapi ternyata jenis-jenisnya ada banyak, lho. Nah, selain pengertian bencana, tulisan ini juga akan membantu elo memahami mengapa bencana alam dapat terjadi, termasuk jenis yang lainnya.

mengapa bencana bisa terjadi
Ilustrasi Bencana Alam (Arsip Zenius)

Apa Itu Bencana? 

Kalau mau bahas pengertian bencana, ada baiknya kita tanyakan langsung kepada pihak yang berkaitan langsung dengannya. Di sini gue mau pakai definisi bencana yang dinyatakan oleh The International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).

IFRC sendiri adalah sebuah badan internasional yang menghimpun palang merah (PMI kalau di Indonesia) dan bulan sabit merah. Menurut mereka, bencana adalah:

“A sudden, calamitous event that seriously disrupts the functioning of a community or society and causes human, material, and economic or environmental losses that exceed the community’s or society’s ability to cope using its own resources. Though often caused by nature, disasters can have human origins.”

Sedangkan kalau menurut UU nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah:

“Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.”

Bayangkan kalian sedang galau karena ditinggalkan orang yang kalian sayangi. Lalu kalian baca definisi di atas yang menyebutkan bahwa bencana juga bisa disebabkan oleh faktor manusia dan salah satu dampaknya menyerang secara psikis. 

Tetiba elo tanpa sengaja membuat pernyataan di Twitter “bencana telah terjadi di tempat saya.” No, tidak sesederhana itu, sobatku. UU nomor 24 tahun 2007 tidak sekadar membahas pengertian bencana. UU tersebut juga menjabarkan peristiwa-peristiwa apa saja yang dikategorikan sebagai bencana.

Jenis-Jenis Bencana Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007

Setelah elo paham pengertian bencana, kita kulik dulu ketiga jenisnya, yang dibagi-bagi berdasarkan penyebabnya.

Bencana Alam 

Bencana alam disebabkan oleh aktivitas alam. Contohnya antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan badai. Namun penyebab bencana alam ada juga dari ulah manusia, seperti banjir dan tanah longsor.

Bencana non-alam 

Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Misalnya wabah sars yang menjangkit Asia pada awal 2000-an.

Bencana Sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Salah satu contoh kerusuhan yang bisa kita kenang adalah kerusuhan Ambon.

Mengapa Bencana Harus Terjadi?

Ini yang menarik. Menurut kalian, apa penyebab terjadinya bencana?

Pepatah lama mengatakan “Tidak akan ada asap jika tidak ada api”. Pepatah yang membuat kita berpikir kritis untuk terus bertanya mengapa suatu peristiwa bisa terjadi, termasuk bencana. Nah, mengapa bencana bisa ada di sekitar kita?

Mengatakan bahwa gempa bumi bisa terjadi karena pergeseran lempeng bumi memang benar, tetapi pasti ada alasan lain yang tidak hanya disebabkan oleh alam. Artinya, ada peran manusia di situ yang membuat manusia akhirnya menjadi korban. 

Dalam tulisannya yang dipublikasikan oleh The Conversation, Dale Dominey-Howes (profesor ilmu kebencanaan Universitas Sydney) menuturkan 3 penyebab mengapa bencana alam dapat terjadi.

  • Perilaku manusia yang mengganggu alam

Hal ini bisa kita lihat dari santernya isu perubahan iklim beberapa tahun belakangan ini yang dituding sebagai penyebab dari banyaknya bencana. Masih segar (seharusnya) dalam ingatan kita bencana kebakaran hutan yang melanda Australia sejak akhir 2019 hingga 2020. 

Jika kita mau membahas perubahan iklim, tentunya akan sangat panjang. Ditambah lagi adanya pihak yang pro dan kontra terhadap isu tersebut. Yang jelas, beberapa penyebab perubahan iklim adalah perilaku manusia yang mengakibatkan bertambahnya hal-hal yang merusak atmosfer seperti gas limbah pabrik dan kendaraan. 

Hal tersebut ditengarai sebagai dalang di balik meningkatnya suhu bumi yang juga menjadi penyebab mengapa bencana alam dapat terjadi, seperti kekeringan dan kebakaran hutan.

  • Manajemen alam yang salah 

Apa pendapat kalian tentang keberadaan bakau atau mangrove di pantai? Apakah elo berada di pihak yang mengatakan bahwa bakau merusak pemandangan? Atau malah elo ada di pihak seberang yang menyatakan bakau adalah penyelamat pantai dari abrasi? 

Kedua pihak pastinya memiliki alasannya sendiri. Cuma kalau boleh kasih tahu, bakau memang dapat meredam ombak yang mau membenturkan diri ke pantai. Hehe. Ya itu baru satu contoh. Masih ada kegiatan lainnya yang ternyata bisa dikategorikan mismanajemen seperti pembalakan liar dan kegiatan lainnya yang menyumbang faktor penyebab mengapa bencana alam dapat terjadi.

  • Meluasnya pemukiman manusia sampai ke tempat yang memang berpotensi bencana tinggi

Setiap daerah memiliki potensi kebencanaan yang berbeda-beda. Hal ini cukup rumit untuk diselesaikan sebenarnya mengingat populasi manusia yang selalu membesar. Bertambahnya populasi tidak diiringi dengan meluasnya lahan. Akhirnya mau tidak mau manusia harus mau menempati lahan yang sebenarnya tinggi potensi bencananya. 

Dari dulu ukuran bumi ya segitu-segitu saja. Belum lagi dengan kenaikan permukaan air laut yang berpotensi menenggelamkan beberapa daratan sehingga tempat yang bisa ditinggali pun bisa turut menciut. Hal ini harus disikapi dengan sangat bijak. 

Jangan sampai aktivitas manusia yang banyak sekali ini malah membahayakan spesiesnya sendiri juga spesies lain tentunya. 

Pendapat Profesor Dale tentunya bisa dijadikan bahan renungan buat kita. Jangan-jangan selama ini kita sudah terlampau sering menyalahkan alam sehingga lupa bahwa kita juga memiliki kontribusi dalam terjadinya bencana alam

Jadi memang, saat mempertanyakan mengapa bencana terjadi, adakalanya pertanyaan itu mesti diajukan ke diri sendiri. Namun pastinya setiap kepala memiliki opininya masing-masing ya. 

Bagaimana Sebaiknya Kita Menyikapi Bencana? 

Bagaimanapun juga, bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Kitalah yang harus menyesuaikan diri dalam menyikapinya. Perlu juga mengidentifikasi mengapa bencana tersebut bisa terjadi. Untuk menghadapinya ada pembagian langkah sebelum bencana (mitigasi), saat bencana terjadi, sampai bagaimana setelah bencana. 

Terkait dengan mitigasi bencana elo bisa membacanya di artikel Zenius tentang mitigasi bencana. Intinya, kita harus selalu sanggup menyesuaikan diri terhadap perubahan alam. Istilahnya adalah hidup selaras dengan alam. Karena bagaimanapun kitalah yang membutuhkan alam, bukan sebaliknya. 

Oke, udah paham, kan soal pengertian bencana dan faktor penyebabnya? Jadi, kejadian ditinggal pacar pas lagi sayang-sayangnya kemarin tidak bisa dianggap sebagai bencana. Nilai ujianmu yang kurang oke itu juga bukanlah merupakan sebuah bencana. Kalau bukan bencana terus apa, dong? Sebut saja kejadian tidak menyenangkan. 🙂

Oiya, kalau kalian mau tahu bencana alam di Indonesia atau bencana di sekitar kita, ada video soal itu nih.

Originally published: January 24, 2020
Updated by: Arum Kusuma Dewi

Bagikan Artikel Ini!