Benarkah Law of Attraction bisa Mengubah Hidup Kita?

Benarkah Law of Attraction bisa Mengubah Hidup Kita?

Apakah benar, law of attraction bisa mengubah hidup kita? Bagaimana caranya? Cari tau selengkapnya di artikel ini, ya!

Sebagai pengguna media sosial, seperti Instagram, Youtube, Tiktok, dan lainnya, pasti elo pernah dengar nih yang disebut dengan “the law of attraction”. Kalau belum, mungkin yang elo pernah dengar atau tonton adalah konten tentang manifesting atau manifestasi.

Konten manifestasi biasanya berupa video atau tulisan tentang hal-hal yang diinginkan. Dengan menyampaikannya, seolah-olah keinginan mereka akan terwujud. Contohnya seperti post Instagram di bawah ini nih.

Topik-topik yang menerapkan hukum ketertarikan atau the law of attraction sempat menjadi  trend yang luar biasa di tahun 2020 nih. Menurut laporan dari Nylon (2021), pada tahun 2020, konten manifestasi di TikTok melonjak hingga meraih 9.5 miliar views untuk #manifestation saja. Hingga saat ini, topik yang sama juga masih banyak dibagikan di media sosial.

Katanya sih, kalau menerapkan the law of attraction ini, apa pun yang elo inginkan, terutama terkait uang dan jodoh, bisa beneran jadi kenyataan lho, Sobat.

Ngomong-ngomong, elo sudah tau belum sih apa itu law of attraction?

View Results

Loading ... Loading ...

Terus, apa sih yang dimaksud dengan law of attraction itu? Dan apakah memang benar hukum tersebut bisa mengubah kehidupan kita? Yuk kita lihat sama-sama.

Apa itu Law of Attraction atau Hukum Ketertarikan ?

Menurut Psychology Today (2016), The Law of Attraction adalah kepercayaan atau keyakinan bahwa alam semesta menciptakan dan menyediakan bagi kita apa yang menjadi fokus pikiran kita. Kalau kita memikirkan hal-hal positif, maka hal-hal positif akan terjadi pada kita. Sebaliknya, kalau mikirnya yang negatif-negatif, yang terjadi pun akan negatif.

Rhonda Byrne, salah satu orang yang mempopulerkan hukum ini, menjelaskan bahwa hal itu sejalan dengan hukum alam “Like attract like.” Hukum itu menyatakan bahwa ada kecenderungan suatu hal akan menarik hal lainnya yang memiliki kesamaan dengannya. Begitu pula ketika memikirkan suatu hal, maka elo akan menarik pikiran-pikiran lainnya yang serupa.

Ilustrasi hukum “Like attract like” (Arsip Zenius)
Ilustrasi hukum “Like attract like” (Arsip Zenius)

Hukum ketertarikan juga digambarkan oleh Napoleon Hill, pelopor buku-buku panduan kesuksesan, dengan ungkapan “Kita menjadi apa yang kita pikirkan.” Maksudnya, kita akan menjadi pribadi yang sesuai dengan apa dan bagaimana kita menilai serta memikirkan diri kita sendiri. Kalau kita berpikir bahwa diri kita itu percaya diri dan menyukai tantangan, ya demikian itulah yang akan muncul dalam performance kita.

The Law of Attraction mengklaim kalau alam semesta itu bisa membaca pikiran kita, Sobat. Kalau kita menginginkan sesuatu dan kita memikirkan atau mengatakannya alam semesta bisa memberikan hal itu kepada kita. Makannya, kalau elo lihat konten-konten di media sosial tentang hukum ini, pasti menyebutkan hal-hal yang positif dengan harapan semesta akan membantu mewujudkannya. Contohnya, seperti postingan di bawah ini nih.

Baca Juga

Mengatasi Kondisi Mentalitas yang Menghambat Belajar

Boleh Dicoba, Cara Jitu Belajar UTBK Agar Lolos PTN Impian

Siapa Yang Membuat Istilah The Law of Attraction?

Diceritakan pada laman The Law of Attraction, laman komunitas online hukum ketertarikan terbesar di dunia, bahwa asal hukum ini mengakar dari ajaran-ajaran keagamaan semenjak zaman kuno. Tetapi, istilah “law of attraction” sendiri baru muncul dan untuk pertama kalinya digunakan di abad ke-19 oleh Helena Petrovna Blavatsky dalam bukunya yang berjudul The Secret Doctrine.

Ilustrasi law of attraction (Arsip Zenius)
Ilustrasi law of attraction (Arsip Zenius)

Setelah Blavatsky, akhirnya banyak penulis yang membahas tentang konsep tersebut. Namun, Law of Attraction baru booming dan mendunia di abad ke-21 sekitar tahun 2006 ketika buku dan film berjudul The Secret yang ditulis oleh Rhonda Bryne diluncurkan.

Ilustrasi buku The Secret (Dok. Umar ben via Unsplash)
Ilustrasi buku The Secret (Dok. Umar ben via Unsplash)

Buku ini memberikan pesan bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk menciptakan realitasnya masing-masing melalui kekuatan pikiran. Dari sinilah kemudian mulai banyak orang-orang mengenal hukum ketertarikan. Artis-artis papan atas seperti Will Smith dan Oprah Winfrey pun turut mempromosikan buku ini, hingga sempat menjadi trending di media sosial seperti TikTok.

Nah, oleh para pendukungnya, perasaan yang positif seperti cinta, bahagia, nyaman, akan menghasilkan vibrasi yang positif. Sebaliknya dengan perasaan yang negatif. Nah, Michael J. Losier, salah satu guru The Law of Attraction menjelaskan, bahwa semesta bisa menangkap vibrasi yang kita hasilkan, Sobat.

Ilustrasi vibrasi (Arsip Zenius)
Ilustrasi vibrasi (Arsip Zenius)

Kalau nangkapnya vibe atau vibrasi yang positif, maka semesta pun akan mengirimkan vibrasi yang sama, artinya memungkinakan hal-hal yang juga positif untuk terjadi setelahnya. Begitulah kurang lebihnya proses dimana segala hal terjadi menuju ke satu arah dalam The Law of Attraction.

Tapi apakah hal ini memang benar demikian? Apakah klaim yang dibuat oleh para pelopor dan pendukung law of attraction memang sesuai dengan kaidah hukum alam?

Law of Attraction dan Pseudosains

Terus kalau begitu, apakah law of attraction ini memang sesuai dengan kaidah ilmiah?

Law of attraction termasuk dalam pseudosains atau ilmu semu, yang merupakan sebuah pernyataan yang diklaim ilmiah tapi sebenarnya tidak mengikuti kaidah ilmiah yang benar. Seperti yang dilaporkan oleh Scientific America, berbeda dengan sains, pseudosains hanya fokus pada pencarian bukti-bukti yang dapat mendukung pernyataan dan tidak menghiraukan bukti-bukti yang berlawanan. 

Contohnya saja, dalam buku The Secret atau buku-buku law of attraction lainnya, dikatakan bahwa hal yang positif akan menarik juga hal lainnya yang positif, begitu juga sebaliknya. Tapi, seperti yang dilaporkan oleh Live Science, kenyataannya dalam ilmu fisika, justru benda yang berlawanan lah yang saling menarik.

Ilustrasi magnet (OpenStax via https://creativecommons.org/licenses/by/4.0)
Ilustrasi magnet (OpenStax via https://creativecommons.org/licenses/by/4.0)

Misalnya pada magnet, kalau elo mendekatkan dua sisi kutub utara magnet pasti akan terjadi tolakan. Tapi kalau elo mendekatkan kutub utara dan kutub selatannya maka mereka akan saling menarik. Elo bisa coba cek tentang ini di artikel Zenius yang berjudul Pengertian Medan Magnet, Sejarah, dan Penerapannya dalam Kehidupan Manusia, ya. 

Psychology Today juga melaporkan beberapa contoh lainnya. Salah satunya adalah pernyataan the law of attraction untuk tidak membuat rencana untuk mencapai suatu hal yang diinginkan. Justru elo harus menjalani hari-hari elo seakan-akan elo sudah mendapatkan apa yang elo inginkan itu. Dan, membuat rencana dianggap meragukan kekuatan alam semesta.

Ilustrasi membuat rencana (Marten Bjork via Unsplash)
Ilustrasi membuat rencana (Marten Bjork via Unsplash)

Dalam hal itu, law of attraction menghiraukan hasil penelitian-penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat membuat rencana dalam memperbesar kemungkinan seseorang untuk meraih keinginannya. 

Jadi, karena law of attraction itu tidak terbukti secara ilmiah, kita harus lebih hati-hati lagi dalam mempercayai hal tersebut. Elo juga perlu mengecek hasil penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sesuai dengan kaidah ilmiah yang benar untuk menemukan kebenarannya.

Penutup

Nah, begitulah sharing gue tentang law of attraction. 

Semoga dari artikel ini, sembari optimis dalam meraih impian, elo juga tetap kritis dan tidak mudah percaya dengan hal-hal yang sedang populer, baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Sekian dari gue, see you in the next article!

Referensi

How to Manifest Anything You Want or Desire – Oprah Daily (2020)

Law of Attraction: The Science of Attracting More of What You Want and Less of What You Don’t – Michael J. Losier (2006)

Mindset Revolution – M. Yunus S. B. (2014) 

The Secret – Rhonda Byrne (2006)

The Truth About the Law of Attraction – Psychology Today (2016)

What Is the Law of Attraction? – Verywell Mind (2020) 

The Pseudoscience of ‘The Secret’ – Live Science (2009)

Bagikan Artikel Ini!