“Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang”

Sobat Zenius, elo pasti familiar, kan, dengan potongan puisi di atas?

Puisi di atas adalah potongan dari karya Chairil Anwar yang berjudul “Aku”. Puisi yang dibacakan oleh Chairil Anwar pada tahun 1943 ini mungkin merupakan salah satu karyanya yang paling populer.

Daftar Isi

Yang Sama Dimaknai Berbeda

Puisi Aku pernah diterbitkan dengan judul lain, yaitu “Semangat”. Ketika diterbitkan dengan judul ini, pemaknaan puisi ini pun jadi tampak beda. Puisi ini jadi dimaknai sama beberapa orang sebagai puisi yang menggambarkan semangat seseorang yang akan berjuang hingga titik darah penghabisan.

Padahal, kalau puisinya tetap dengan judul aslinya, kita bisa melihat individualitas Chairil Anwar di puisi itu. Kita bisa melihat cara Chairil Anwar memaknai dirinya sendiri, si “aku”. Gimana “aku” merasa terasing, bahkan dari “kumpulannya”, sehingga apapun yang terjadi pada “aku”, “aku” tetap akan berlari sendiri.

Menarik, kan, gimana sebuah karya bisa dimaknai dengan cara yang berbeda?

Chairil Anwar & Amerika Serikat

Sobat Zenius, selama karir kepenyairannya yang nggak bisa dibilang panjang, Chairil Anwar udah menulis lebih dari 90 karya. Sebagian besarnya tentu puisi, tapi selain itu Chairil juga pernah menerjemahkan sekitar 10 karya dari sastrawan-sastrawan asing. Yup, Chairil Anwar juga membaca dan terinspirasi dari karya-karya luar negeri, termasuk dari Amerika Serikat.

Bahkan, salah satu puisi Chairil Anwar yang berjudul Karawang Bekasi diindikasi merupakan saduran dari karya penyair Amerika Serikat. Jurnal Legal Protection for the Impaired Creator by Plagiarism Act menduga Chairil Anwar nyontek karya Archibald MacLeish yang berjudul The Dead Young Soldiers.

Yang menarik, meskipun Chairil nggak bisa membela karyanya, ada orang-orang yang justru berdiri mempertahankan nama Chairil Anwar, loh. Kritikus sastra HB Jassin, meskipun nggak menegaskan kalau karya itu bukan hasil plagiat, mengatakan kalau karya-karya asing itu merupakan katalisator bagi Chairil.

Kalau menurut Sobat Zenius sendiri gimana? Apakah pembacaan Chairil Anwar terhadap karya-karya dari barat, khususnya Amerika Serikat, memberikan pengaruh yang besar pada karya-karyanya? Kalau iya, sampai sejauh mana?

Nah, coba deh elo baca-baca lagi karya Chairil Anwar! Terus, siapin argumen-argumen terbaik elo dan tulis dalam makalah. Karena untuk menyambut 100 Tahun Chairil Anwar, Salihara akan mengadakan Kompetisi Debat Sastra tingkat SMA: Membandingkan Chairil Anwar dan Penyair Amerika Serikat.

Kompetisi Debat Sastra SMA 2022

Menarik! Kalau mau ikut lomba ini, gimana caranya?

Syarat pertama, elo harus merupakan siswa yang masih duduk di bangku SMA atau setara ketika final debat berlangsung, hingga 30 Oktober 2022.

Kalau syarat pertama udah terpenuhi, selanjutnya buat kelompok bareng dua temen lain dari sekolah yang sama. Setiap sekolah boleh mengirim lebih dari satu kelompok, kok! Tapi, kalau pada tahun sebelumnya sekolah elo udah menjadi finalis dan juara, mundur dulu ya, guys! He he he gantian~

Pendaftaran untuk kompetisi ini udah dibuka dari bulan Mei lalu dan akan ditutup tanggal 09 September 2022 mendatang. Dan untuk tenggat pengumpulan makalahnya adalah tanggal 10 September 2022. Kelompok yang masuk ke babak final akan diumumkan tanggal 5 Oktober 2022 mendatang dan final akan dilaksanakan di bulan Oktober.

Wow, nggak banyak waktu yang tersisa, so chop chop!

Eh, terus… terus kompetisi ini berhadiah nggak? Jelas, dong! Total hadiah kompetisi ini adalah sebesar Rp44.000.000!