Hari Pendidikan Nasional

Memperingati Hari Pendidikan Nasional: Tantangan Pendidikan di Indonesia

Sobat Zenius, setiap tanggal 2 Mei kita merayakan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional. Institusi pendidikan di Indonesia sudah berdiri selama lebih dari 100 tahun, ketika Ki Hadjar Dewantara mendirikan Sekolah Taman Siswa di Yogyakarta.

Setelah ada lebih dari 1 abad, apakah institusi pendidikan di Indonesia sudah menjawab semua kebutuhan setiap pelajar negeri ini?

Solusi Kebutuhan Semua Orang

Sejak awal peradaban manusia, pendidikan digunakan untuk membentuk suatu masyarakat. Ketika masyarakat masih hidup terpecah dalam kelompok-kelompok kecil, setiap orang dididik untuk memiliki peran demi memenuhi kepentingan kelompok.

Misalnya, ada orang-orang yang dididik untuk bertani dan melaut untuk memenuhi kebutuhan pangan kelompok. Juga ada orang yang dididik untuk siap untuk bertempur untuk menjaga keamanan kelompok.

Pada dasarnya, pendidikan adalah adalah proses budaya agar setiap orang siap untuk terjun dan memiliki peran dalam masyarakat.

Baca juga:

Mengenal Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Berubah dan Berkembang

Wah, kalau gitu pendidikan bisa berubah-ubah, dong?

Benar! Pendidikan justru memang harus berubah dan berkembang seiring zaman, menyesuaikan dengan kehidupan dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks.

Meskipun begitu, menyusun sistem dan kurikulum pendidikan yang tepat untuk setiap zaman itu nggak mudah. Coba deh kita lihat contohnya di pendidikan Indonesia selama beberapa waktu terakhir.

Pendidikan di Indonesia adalah warisan masa penjajahan Belanda. Saat itu, Belanda membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengisi kantor-kantor pemerintahan, namun pemerintah Belanda nggak bisa mendatangkan warganya.

Salah satu opsi untuk menyelesaikan masalah tenaga kerja ini adalah dengan mendidik warga pribumi. Tentunya pemerintah Belanda sempat merasa conflicted,

“Lah, kalau warga pribumi dididik, nanti mereka jadi cerdas dan bisa melawan. Tapi, kalau nggak diajarin, gimana kita menyelesaikan masalah kekurangan tenaga kerja ini?”

pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda

Akhirnya, ketemu jawabannya yaitu… dengan memberikan pendidikan yang sifatnya teknis, sehingga hasilnya adalah orang-orang yang langsung siap kerja.

Menurut elo, apa yang kurang dari pendidikan seperti ini? Yup, kemampuan orang-orang jadi terbatas hanya pada kemampuan teknis, tapi logika dan pengetahuannya nggak berkembang.

Nah, saat ini sistem pendidikan di Indonesia emang udah berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Tapi, masih banyak bagian dari pendidikan di Indonesia yang besarnya hanya pada pengembangan technical skill.

Akibatnya? Ada banyak kebutuhan dari masyarakat yang nggak terpenuhi dan ada banyak bagian dari pembentukan masyarakat yang hilang.

Pendidikan di Indonesia seburuk itu, kah, Zen?

Terus, nggak ada usaha untuk memperbaiki semua itu, gitu?

Ya, ada dong!

Tapi, implementasinya sulit. Ada banyak tantangan yang kita hadapi dalam menyusun sistem dan kurikulum yang sesuai. Salah satunya adalah perkembangan masyarakat yang bergerak jauh lebih cepat dari pendidikan.

Menurut paradigma lama, dunia ini relatif stabil, nggak banyak perubahan. Sampai satu titik waktu tertentu, bisa jadi itu benar. Tapi apa itu berlaku selamanya? Nggak. Elo dan gue adalah saksi betapa dunia dengan mudah dan cepat bisa berubah saat-saat ini.

Sementara, pendidikan yang utuh adalah proses yang panjang. Manfaatnya nggak selalu bisa langsung dirasakan. Padahal, bisa jadi kebutuhan dan kondisi masyarakat 5 atau 10 tahun lagi udah nggak relevan dengan apa yang kita pelajari saat ini.

Karena inilah tugas para penyusun kurikulum dan kebijakan pendidikan sama sekali nggak mudah. Mereka harus bisa mengira-ngira perkembangan keadaan serta harus mampu menilai karakter seperti apa yang dituju untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat itu.

Baca Juga:

Memaknai Hari Pendidikan Nasional

Pendidikan itu Kudu Punya Tujuan!

Nah, solusi dari masalah pendidikan di Indonesia apa, dong? Wah, sulit guys menjawab pertanyaan ini.

Tapi, sebelum kita menawarkan ratusan dan ribuan solusi untuk pendidikan di Indonesia, mungkin kita kudu balik ke awal dulu.

Coba tentukan, apa sih yang mau kita capai dari pendidikan kita? Kalau balik ke tulisan awal tadi, pendidikan itu harus bisa menjawab kebutuhan bersama atau punya tujuan publik.

Nah, tujuan publik ini sebenarnya nggak perlu terlalu muluk-muluk. Untuk membentuk masyarakat yang utuh, paling nggak kita butuh pendidikan karakter, kemampuan berlogika, dan pengetahuan yang dasar yang baik.

Fungsinya buat apa? Ya, supaya masyarakat bisa menilai kondisi mereka dengan tepat, sehingga mampu bergerak dan membuat keputusan kolektif yang tepat juga.

Selain bermanfaat untuk kepentingan bersama, pendidikan tentu juga seharusnya memberikan manfaat pribadi ke orang yang dididik alias punya tujuan individu. Tujuan individu ini tentu erat kaitannya dengan interest kita, hal-hal yang ingin kita pelajari, hingga pekerjaan yang ingin kita lakukan saat kita dewasa.

Pilih Yang Penting-Penting Aja!

Gue mau tanya, siapa yang sering ngeluh, “Ngapain sih kita belajar materi ini? Ini nggak kepake di kehidupan gue. Gue ngafalin cuma supaya gue lulus ujian.”

Hehe tentu aja gue juga pernah ngerasa kaya gitu, guys.

Gue ngerasa nggak ada fungsinya menghafal semua bagian tubuh dari serangga. Apalagi gue ingin fokus ke ilmu sosial saat kuliah nanti. Di kehidupan sehari-hari, gue juga nggak menggunakan semua istilah itu saat ngobrol sama orang lain.

Nah, kaitannya dengan dua tujuan pendidikan tadi apa? Tujuan publik dan tujuan individu dari pendidikan mungkin saling berkaitan satu sama lain, tapi keduanya harus bisa dibedakan.

Misalnya, kita kudu belajar karakter, logika, dan pengetahuan dasar sebagai warga negara dan sebagai pengenalan terhadap berbagai ilmu. Tapi, kita bisa memilih apa yang mau kita tekuni, nggak perlu semuanya kita pelajari seperti saat ini.

Memperingati Hari Pendidikan Nasional: Tantangan Pendidikan di Indonesia 9

Nah, yang unik dari sistem pendidikan di Indonesia adalah… di pendidikan dasar dan menengah kita dikasih banyak pelajaran yang kita susah temuin kaitannya satu sama lain, tapi di pendidikan tinggi kita dibatasi hanya memilih satu jurusan.

Padahal, mungkin untuk berkarir, terjun di dunia kerja, atau menjadi profesional, kita juga butuh skill dan pengetahuan yang lain.

Misalnya, gue punya cita-cita jadi peneliti di bidang komunikasi digital. Selain harus punya pemahaman yang kuat tentang teori komunikasi, mungkin gue juga perlu belajar tentang teori-teori yang berkembang di dunia teknologi, atau bahkan mungkin belajar ekonomi dan marketing untuk melihat tren ekonomi di dunia digital.

Nah, di situ tantangannya, guys. Di satu sisi, pendidikan kita harus mampu memenuhi semua kebutuhan kita, tapi harus tetap simple, terus juga harus bisa fluid dan adaptif sama zaman.

Oke. Iya. Intinya, solusinya apa, Zen?

Nah, ini dia, guys. Kalau kita udah tau masalah apa yang kita hadapi, kita jadi bisa melihat kemungkinan solusi.

Elo semua pasti udah kenal dengan Cerdas, Cerah, Asik dari Zenius, kan? Nah ketiga hal ini bisa menjadi salah satu solusi untuk masalah pendidikan kita, loh. Gimana implementasinya?

Nah, lebih lengkapnya elo lihat di Zenius Learning Podcast ini, ya!

Sobat Zenius, gimana pendapat elo setelah nonton video tadi? Apakah menurut elo ada hal-hal lain yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia?

Yuk, share pendapat elo di kolom komentar!

Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional, Sobat Zenius! Tetap semangat untuk menjadi individu yang cerah, cerdas, dan asik!

Bagikan Artikel Ini!