pengertian teori konsumsi

Kegiatan Konsumsi – Pengertian, Teori, Fungsi, dan Tujuannya

Salam semangat, buat kalian yang lagi persiapan UTBK!

Gimana progres belajarnya? Semoga api dalam diri elo selalu membara, buat melahap habis setiap pelajaran untuk menjawab soal-soal UTBK, ya.

Gue pengin elo belajar bukan hanya untuk lulus UTBK, tapi juga ngerti gimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ilustrasi pengertian konsumsi
Ilustrasi Belajar UTBK (Arsip Zenius)

Kebetulan banget, nih, konsep konsumsi yang bakal kita bahas kali ini, akan sangat berguna buat elo setelah mempelajarinya. Emang gunanya buat apa? Oke, sebelum pertanyaan ini kita jawab bersama-sama, coba perhatiin kalimat di bawah ini.

“Mentang-mentang baru dapet duit, belanja mulu kerjaannya, jangan konsumtif, dong!”

Mungkin elo pernah denger ucapan tersebut. Sebenernya, perilaku konsumtif itu salah enggak, sih? Rasanya, kalau orang yang konsumtif itu, kesannya kayak boros gitu, ya, hehe.

Baiklah, untuk menjawab pertanyaan ini, ayo kita bahas perlahan dari definisinya dulu, ya. Kita mulai pelan-pelan, karena mundur selangkah untuk maju dua langkah, bakal sangat berguna untuk mendalami konsep dasar ekonomi yang amat penting ini.

Pengertian Konsumsi

Oke, kalau kita lihat definisi dari KBBI, konsumsi itu artinya “pemakaian barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya).” Sementara itu, konsumtif berarti “bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri).”

Definisi ini berkaitan dengan pengertian barang konsumsi, yaitu barang yang nyata, berwujud, atau berbentuk barang. Dari dua definisi di atas, kita bisa bilang kalau orang yang konsumtif itu berarti melakukan kegiatan konsumsi. Kalau kita lihat di ekonomi, pelaku kegiatan konsumsi disebut sebagai konsumen.

Ilustrasi apa yang dimaksud dengan kegiatan konsumsi
Ilustrasi Konsumsi dan Konsumtif (Arsip Zenius)

Sebenernya, definisi tersebut masih bisa kita perjelas, bukan hanya pemakaian barang hasil produksi, tetapi juga jasa. Tentu saja, konsumsi elo sehari-hari bukan cuma makan dan minum, tapi juga buat ongkos transportasi, cukur rambut, dan masih banyak lainnya.

Berdasarkan definisi yang udah kita lihat, elo jadi tahu apa yang dimaksud dengan kegiatan konsumsi, yaitu berkaitan erat dengan barang dan jasa. Konsumsi barang dan jasa ini merupakan contoh kegiatan konsumsi.

Jadi, apakah orang yang konsumtif itu salah? Nah, dari sini kita bisa lihat, kalau jawaban tergantung dari seberapa konsumtifnya orang tersebut, hehe.

Kegiatan konsumsi adalah sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Masa iya, sih, kita salahin orang yang pengin beli barang atau jasa? Atau, apakah konsumsi untuk beli kuota internet bulanan itu sesuatu yang salah? Hehe.

Nah, ungkapan “belanja mulu kerjaannya, jangan konsumtif, dong!” yang sebelumnya kita bahas, mungkin aja ada benarnya, kalau kegiatan belanja ini malah bikin pengeluaran elo lebih besar daripada income atau pemasukan. 

Hal ini malah bikin elo ujung-ujungnya berutang atau minjem duit sana-sini, karena pemasukan enggak bisa mencukupi pengeluaran atau konsumsi sehari-hari.

Oke, walaupun gue bilang kegiatan konsumsi yang berlebihan itu salah atau enggak baik buat elo sebagai individu, tapi kalau kita lihat di ekonomi secara lebih luas, hal ini malah bisa jadi enggak sepenuhnya salah, lho.

Waduh, kok bisa?

Ayo kita lanjutkan pembahasan tentang pentingnya konsumsi. Hal ini berkaitan langsung dengan uang, sebuah benda yang penting banget dalam perekonomian, bahkan kerja keras bagai kuda aja kadang rela kita lakukan untuk uang.

Baca Juga: Penalaran Sejarah: Asal-Usul Konsep Uang

Fungsi dan Tujuan Konsumsi

Mengutip dari Britannica, fungsi konsumsi dalam ilmu ekonomi merupakan, “The relationship between consumer spending and the various factors determining it.”

Kalau kita perhatikan definisi tersebut, fungsi konsumsi berkaitan erat dengan pengeluaran konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi.

Kalau begitu, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang?

Masih berdasarkan sumber yang sama, fungsi konsumsi ini kalau kita lihat di tingkat rumah tangga, bisa dipengaruhi berbagai faktor berikut ini.

  1. Pendapatan dan kekayaan saat ini
  2. Harapan terhadap tingkat dan risiko dari kekayaan di masa depan
  3. Tingkat suku bunga
  4. Usia
  5. Pendidikan
  6. Jumlah anggota keluarga
  7. Preferensi konsumen

Nah, dari sini kita bisa lihat, kalau setiap orang itu punya begitu banyak faktor yang berbeda-beda yang memengaruhi belanjanya atau pengeluaran dalam mengonsumsi sesuatu.

Oke, setelah tahu tentang fungsi konsumsi, sebenernya apa tujuan kegiatan konsumsi?

Ada ekonom yang melihat konsumsi sebagai tujuan akhir dari kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, tingkat konsumsi setiap orang dipandang sebagai acuan utama dalam keberhasilan produktif suatu perekonomian.

Ayo kita lihat secara lebih dekat, terkait pandangan tersebut. Anggep aja, ada seseorang yang memegang teguh prinsip “hemat pangkal kaya”. Itu artinya, pengeluaran atau konsumsi bakal semakin berkurang, karena hemat.

Kita tahu kalau tujuan kegiatan konsumsi adalah upaya untuk merangsang perekonomian di suatu negara. Kalau semakin banyak orang yang hemat, berarti uangnya enggak dibelanjakan untuk konsumsi. Hal ini bisa bikin perputaran uang di suatu negara bisa tersendat.

Nah, hal ini yang berkaitan erat dengan ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro berkaitan dengan pembahasan gue tentang konsumsi dalam rumah tangga. Kalau ekonomi makro, elo mungkin udah ngeh kalau ini berhubungan dengan yang sebelumnya udah gue bahas, yaitu ekonomi secara lebih luas, yang levelnya berada di tingkat negara, bukan hanya rumah tangga.

Sip, prinsip hemat pangkal kaya, mungkin aja bisa relevan kalau di tingkat ekonomi mikro. Tapi, kalau udah secara makro, bisa jadi ini bakal merugikan. Simpelnya, kalau uang-uangnya ini disimpenin semua, nanti siapa yang mau beli barang dan jasa, hehe. Nantinya, ekonomi malah lesu.

Kalau pengin jadi kaya, kayaknya enggak cukup, deh, dengan hemat aja. Ujung-ujungnya, balik lagi kerja keras bagai kuda, haha. Namun, kalau mau hemat juga silakan aja, sih, kan setiap orang punya pilihan masing-masing.

Jadi, setidaknya elo sekarang udah lumayan kebayang, kalau sikap hemat itu punya konsekuensi yang besar terhadap perekonomian di tingkat negara, bukan hanya dampak di elo aja.

Selain prinsip “hemat pangkal kaya”, ilmu ekonomi ngajarin kita sebuah prinsip yang menurut gue perlu kita cermati bersama.

Kalau udah belajar tentang konsep dasar dari ilmu ekonomi, mungkin elo udah tahu tentang prinsip dalam ekonomi, yaitu usaha dengan pengeluaran atau pengorbanan sekecil mungkin, supaya memperoleh hasil maksimal.

Ini bisa membantu kita dalam melihat apa saja penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, bisa aja kita membeli sesuatu yang terkesan mahal, tapi sebenernya itu adalah upaya menghemat.

Lho, kok begitu? Dengan asumsi bahwa sesuatu yang terkesan mahal tersebut memiliki kualitas yang oke, hal ini bisa bikin kita mendapatkan kepuasan atau hasil maksimal.

Contohnya, elo lebih memilih sepatu seharga Rp500.000,00 yang awet dipake selama tiga tahun, dibanding sepatu yang harganya Rp250.000,00, tapi tahun depan udah rusak. Kalau dihitung-hitung dalam jangka panjang, malah lebih hemat, kan?

Nah, berdasarkan pembahasan kita tentang fungsi dan tujuan konsumsi, elo bisa lihat kalau ekonomi itu begitu kompleks karena melibatkan berbagai faktor.

Setelah kita tahu kalau perilaku konsumtif itu memiliki dampak di ekonomi mikro dan makro, apakah elo bisa melihat, apa dampak positif dan negatif kegiatan konsumsi? Sesuatu yang secara mikro mungkin berdampak positif, tapi bisa jadi berdampak negatif, ya, kalau kita melihatnya secara makro.

Selanjutnya, gimana teori konsumsi memandang hal ini? Sip, saatnya kita bahas rumus-rumusnya. Save the best for last, hehe!

Baca Juga: Apa Itu Masalah Ekonomi dan Kenapa Terjadi?

Teori Konsumsi

Oke, setelah kita tahu berbagai hal tentang kegiatan konsumsi, sekarang kita sampai ke bagian yang enggak kalah menarik, yaitu teori konsumsi.

Sebelum membahas teori konsumsi, gue pengin nanya, deh, apakah elo sebelumnya pernah bekerja dan menghasilkan uang sendiri?

Selain itu, coba perhatikan di sekeliling elo, apakah elo bisa menemukan tempat atau lokasi yang sama sekali enggak ada barang dan jasa hasil kegiatan ekonomi?

Sekarang, gue lagi duduk, dan gue perhatikan sekeliling, ada meja, tetikus, laptop, dan berbagai barang hasil produksi lainnya. Selain itu, beberapa minggu yang lalu, gue baru aja potong rambut (oke ini tidak penting, haha).

Gue pengin bilang, kalau kita selalu butuh untuk mengonsumsi sesuatu, entah itu barang atau jasa, dan ini hal yang mutlak dilakukan. Untuk melakukan kegiatan konsumsi ini, kita perlu pengeluaran yang ditopang dari penghasilan.

Kalau elo sekarang belum bekerja dan menghasilkan uang sendiri, ilmu ekonomi tetap melihat elo punya penghasilan, setidaknya dari kiriman uang bulanan dari keluarga. Nah, dari penghasilan ini, ada pajak yang perlu dibayar, yang berguna dalam pembangunan negara.

Terdapat dua teori konsumsi, yang keduanya hampir mirip, tapi memiliki perbedaan dari asumsi tanpa pajak dan asumsi adanya pajak. Sip, ayo kita bahas teorinya satu per satu.

Ilustrasi Persamaan Konsumsi Tanpa Pajak dan dengan Adanya Pajak
Ilustrasi Persamaan Konsumsi (Arsip Zenius)

Baca Juga: 5 Pengetahuan Dasar Ekonomi yang Perlu Diketahui Semua Orang

Asumsi Tanpa Pajak

Oke, uang atau penghasilan yang kita punya, bisa kita gunakan untuk kegiatan konsumsi dan/atau ditabung. Oleh karena itu, berikut ini persamaan sederhana dengan asumsi penghasilan yang belum kena pajak.

Y (pendapatan) = C (konsumsi) + S (tabungan)

Dari sini, kita lihat kalau pendapatan kita itu, selain digunakan untuk konsumsi, bisa juga ditabung. Nah, ini adalah konsep awal yang selanjutnya menentukan gimana teori konsumsi tanpa pajak.

Begini kira-kira penjabaran secara matematisnya, yang nanti bakal gue bahas satu per satu.

C = a + b.Y

Ada dua hal yang bisa kita lihat, yaitu konsumsi (C) ada korelasi positif (+) dari tingkat pendapatan (Y). Oleh karena itu, persamaan ini bilang kalau konsumsi bakal semakin meningkat ketika pendapatan ikut meningkat.

Lho, kalau a dan b itu maksudnya apa?

Oke, a adalah autonomous consumption (selanjutnya gue sebut sebagai konsumsi otonomi), yaitu konsumsi yang bakal ada walaupun kita tidak punya pendapatan. Kalau begini, kita bisa lihat sebagai:

C = a

Ini terjadi ketika konsumen enggak punya pendapatan. Namun, tetep aja ada pengeluaran, kan, setidaknya untuk konsumsi kebutuhan primer, kayak makan dan minum. Oleh karena itu, kalau punya pendapatan, konsumsi bakal ditambah dengan b.Y.

Nah, b adalah perubahan tingkat konsumsi ketika terjadi perubahan pendapatan. Maksudnya, konsumsi elo juga dipengaruhi oleh pendapatan.

Di ekonomi, ini disebut sebagai MPC, yaitu marginal propensity to consume (selanjutnya kecenderungan mengonsumsi marginal). Ini adalah persamaan matematisnya.

Kegiatan Konsumsi - Pengertian, Teori, Fungsi, dan Tujuannya 25

Perubahan tingkat konsumsi adalah C, dan perubahan tingkat pendapatan itu Y. Oke, mungkin elo bertanya-tanya gimana menghitung MPC atau kecenderungan mengonsumsi marginal ini.

Misalnya di soal, diketahui MPC = 0,75, itu berarti ketika pendapatan naik ke angka 100, konsumsi juga bakal naik ke angka 75. Berikut ini persamaan matematisnya.

Kegiatan Konsumsi - Pengertian, Teori, Fungsi, dan Tujuannya 26

Jadi, elo bisa tahu, pendapatan yang meningkat di angka tentu, bakal diikuti oleh konsumsi yang meningkat di angka tertentu pula.

Oleh karena itu, konsumsi bakal disamakan dengan konsumsi otonomi, kalau konsumen tidak memiliki penghasilan, misalnya sedang dalam kondisi menganggur. Terus, kalau tiba-tiba udah kerja dan dapat penghasilan, konsumsi (C) bukan hanya dilihat dari konsumsi otonomi (a), tetapi juga ditambah dengan konsumsi yang berkaitan dengan tingkat pendapatan (bY).

Oke, selanjutnya, gimana kalau pendapatan kita udah kena pajak? Kita lanjutin, yuk!

Asumsi Adanya Pajak

Kalau penghasilan kita udah dipotong pajak, itu dinamakan disposable income, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan. Ini adalah persamaan matematisnya.

Y (pendapatan) – T (pajak) = Yd (disposable income)

Dari sini, sebenernya konsepnya hampir sama dengan asumsi tanpa pajak, yang membedakan itu adalah penghasilannya yang udah kena pajak.

Yd = C + S

Pendapatan kita yang udah kena pajak, bukan hanya dibelanjakan untuk kegiatan konsumsi, tapi juga bisa ditabung.

Selanjutnya, persamaan matematis yang sama, juga bisa kita turunkan berdasarkan konsumsi yang dipengaruhi disposable income.

C = a + b.Yd

Oke, berdasarkan teori konsumsi dengan asumsi adanya pajak ini, kita perlu menentukan dulu pendapatan yang sudah bebas pajak atau pendapatan yang siap dibelanjakan.

Setelah elo tahu bahwa secara teori, pendapatan yang meningkat juga akan mendorong peningkatan konsumsi atau pengeluaran, semoga elo jadi ngerti, kenapa tiba-tiba kalau ada uang, barang yang sebelumnya gak pengin dibeli, kok tiba-tiba udah dianter kurir di depan rumah, hehe.

Sip, dari sini, ayo kita lanjut ke contoh soal, supaya elo semakin oke pemahamannya tentang teori konsumsi ini.

Contoh Soal dan Pembahasan

1. Besarnya tambahan keinginan mengonsumsi (marginal propensity to consume) sebesar 0,8 artinya….

a. Pendapatan Rp 100,00 akan menyebabkan konsumsi 0,8 rupiah

b. Pendapatan Rp 100.00 akan menyebabkan konsumsi Rp 8,0

c. Pendapatan Rp 1,00 merupakan konsumsi 0,8 rupiah

d. Tambahan konsumsi Rp 1,00 menyebabkan pendapatan 0,8 rupiah

e. Tambahan pendapatan Rp 100,00 akan menyebabkan konsumsi Rp 80,00

Pembahasan:

Marginal propensity to consume menunjukkan dampak penambahan setiap unit disposable income pada besarnya konsumsi. Setiap gaji yang naik, akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi. Marginal propensity to consume sebesar 0,8 berarti pada peningkatan pendapatan di angka 100, akan menyebabkan peningkatan konsumsi sebanyak 80.

Jawaban: e

2. Manakah persamaan konsumsi yang benar di bawah ini apabila tingkat pendapatan sama dengan nol?

a. C = a + bY

b. C = a + b

c. C = a

d. C = Y – S

e. C = a + b.Yd

Pembahasan:

Pada saat pendapatan sama dengan nol atau biasa disebut saat menganggur, kita, kan, tetap harus makan, atau memenuhi kebutuhan primer lainnya agar dapat bertahan hidup, maka ada konsumsi minimal yang harus dipenuhi walaupun pada saat pendapatannya nol atau biasa disebut konsumsi otonom sehingga bentuk persamaan konsumsinya adalah C = a, di mana C adalah konsumsi dan a adalah konsumsi otonom atau konsumsi yang harus dikeluarkan pada saat pendapatannya nol.

Jawaban: C

3. Marginal propensity to consume (MPC) yang bernilai 0,65 artinya ….

a. ada tambahan konsumsi sebesar 65% ketika pendapatan naik sebesar 100%

b. ada tambahan konsumsi sebesar 6,5% ketika pendapatan naik sebesar 10%

c. ketika pendapatan naik sebesar 10, maka ada tambahan konsumsi sebesar 65

d. ketika pendapatan naik sebesar Rp100.000,00, maka ada tambahan konsumsi sebesar 65.000

e. ketika pendapatan naik sebesar Rp100.000,00, maka ada tambahan konsumsi sebesar 650.000

Pembahasan:

Marginal propensity to consume (MPC) merupakan nilai perubahan konsumsi dibagi dengan perubahan pendapatan.

MPC yang bernilai 0,65 artinya ketika pendapatan naik Rp100.000,00, maka konsumsi akan bertambah sebesar Rp65.000,00.

Catatan: interpretasi atau arti nilai MPC tidak boleh dalam betuk persentase. Harus dalam bentuk nominal angka.

Jawaban: D

Oke, setelah tahu konsep secara matematisnya, ini saatnya elo untuk semakin melatih kemampuan dalam menjawab soal-soal UTBK. Nah, latihan soal ini bakal membantu banget, terutama kalau elo ikut try out. Elo bisa mulai dengan ikutan Try Out dari Zenius, yang punya kualitas soal-soal yang bakal mengasah kemampuan elo untuk menghadapi berbagai soal UTBK.

***

Sip, apakah elo tertarik untuk jadi konsumtif setelah mempelajari materi ini, supaya membantu perekonomian nasional? Haha. Untuk membantu dalam menghadapi berbagai soal UTBK, khususnya dalam pelajaran Ekonomi, elo bisa mengakses materi-materi tersebut lewat banner di bawah ini.

Kegiatan Konsumsi - Pengertian, Teori, Fungsi, dan Tujuannya 27

Ada berbagai playlist yang bisa elo pantengin satu per satu, dan proses belajar bakal jadi makin terarah karena berbagai materi belajar dari Zenius, memang dibuat supaya elo enggak hanya belajar untuk lolos UTBK, tapi bisa lebih dari itu, contohnya membentuk pola pikir oke dan menghubungkan berbagai ilmu pengetahuan, jadinya wawasan elo semakin luas, deh.

Oke, kalau begitu, sekian aja pembahasan kita kali ini tentang materi konsumsi, sampai jumpa di materi-materi berikutnya, cheers!

Bagikan Artikel Ini!