Alasan mengapa tiap negara mempunyai mata uang berbeda dibahas dari segi ilmu ekonomi, termasuk penjelasan konsep 3 kebijakan ekonomi dunia.
Halo kenalin nama gw Marcel, gw baru bergabung dengan Zenius team beberapa bulan ini. Di Zenius gw bertanggung jawab untuk ngajar di Zenius-X untuk mata pelajaran Ekonomi dan Bahasa Inggris, sama kadang-kadang jadi tutor pengganti Sejarah dan Fisika. Woops… banyak amat yah mata pelajaran yang gw handle? Yah, kebetulan emang latar belakang studi gw lumayan nano-nano alias nyampur-nyampur, gw sempet kuliah jurusan mekatronika di Swiss-German University, kemudian melanjutkan gelar Master di Universität Passau, Germany untuk studi kajian Asia Tenggara. Jadi gw sedikit-banyak cukup tau soal mesin, elektro, sejarah, budaya, bahasa Jerman, dan ekonomi. 😀
Nah untuk artikel perdana gw di Zenius Blog, gw mau berbagi sedikit pengetahuan gw tentang ekonomi, semoga bisa jadi insight dan pengetahuan baru buat lu semua.
Gak kerasa sekarang kita udah masuk bulan Desember, biasanya bulan Desember itu jadi bulan yang penuh dengan pengeluaran. Ada yang mau liburan ke luar kota atau luar negeri, ada yang mau beli gadget baru buat hadiah Natal, ada yang mau pesta barbeque aja sama keluarga atau bareng temen-temen. Di saat-saat seperti inilah biasanya kita (atau keluarga kita) baru mulai lebih jeli ngeliat harga, seperti harga tiket pesawat, harga daging, kentang, jagung, atau harga gadget, tas, sepatu, atau kado natal yang selama ini kita idam-idamkan.
Namun selain dikenal sebagai bulan penuh pengeluaran, bulan Desember juga dikenal sebagai bulan penuh pemasukan, terutama bagi mereka yang berlatar belakang dari keluarga pedagang atau pengusaha. Nah, terlepas dari apakah bulan ini lu berperan sebagai konsumen atau produsen, ada satu hal yang biasanya mempengaruhi tingkat harga dari barang dagangan yang mau lu beli atau mau lu jual, yaitu nilai tukar Rupiah dengan Dollar!
Buat lu yang bulan ini jadi konsumen, mungkin ada yang udah mulai kebat-kebit “Mudah-mudahan Dollar turun, biar gw bisa beli iPhone 6 dengan harga yang lebih murah!”. Sebaliknya buat pelaku bisnis yang jualan barang ke luar negeri (export), mereka justru sih kebat-kebitnya beda: “Mudah-mudahan Dollar mahal, kalu enggak, dagangan gw cuma dikit doang untungnya!”. Wah, terus kok jadinya serba salah juga yah, ada yang pengen nilai tukar dollar terhadap rupiah turun, tapi ada juga yang pengen naik. Jadi gak semua orang juga seneng kalu nilai tukar rupiah menguat, jadi maunya gimana dong?? Nah, pernah gak sih lu kepikiran jadinya:
“Kenapa sih harus pake Dollar? Kenapa gak semua orang pake Rupiah aja? Atau seenggaknya kenapa gak ada SATU MATA UANG yang sama aja buat dipakai oleh semua negara? Kan dengan semua orang pake mata uang yang sama segalanya jadi lebih simple, gak ribet kayak gini.”
Eit, nggak segampang itu juga kali buat nyamain mata uang seluruh dunia. Lha, emang masalahnya kenapa kalau seluruh dunia pake mata uang yang sama? Nah, ilmu ekonomi punya jawabannya, dan itulah yang akan gw jelasin ke lu semua secara garis besar di dalam artikel ini, termasuk semua penjelasan sebab-akibatnya. Btw sebelum lanjut di artikel ini, gw sangat menyarankan lu untuk baca juga artikel yang ditulis oleh Ivan sebelumnya, tentang Kenapa Emas/Perak dihargai lebih mahal daripada logam lain. Di artikel itu, Ivan memberikan pemaparan yang seru banget tentang sejarah emas/perak sebagai salah satu mata uang pertama di dunia yang berlaku sebagai nilai tukar yang umum sehingga sangat mempengaruhi kondisi ekonomi dan perdagangan di Amerika, Eropa, maupun Afrika. Dengan lu baca artikel itu dulu, lu akan paham esensi uang dari sudut pandang makro – bahwa uang itu bukan lagi sebatas tolak ukur kekayaan atau kemiskinan seseorang. Melainkan, uang itu hanyalah sebuah mediator atau alat bagi sebuah negara dalam mengatur kondisi perekonomian supaya semua masyarakatnya bisa hidup sejahtera.
Nah sekarang pertanyaannya balik lagi, emang apa sih yang diingikan sebuah negara dari mata uangnya untuk bisa jadi mediator atau alat yang baik dalam mempengaruhi kondisi perekonomian? Nah, dalam ilmu ekonomi kita mengenal ada 3 kondisi ekonomi yang dikenal dengan nama Trillema Ekonomi. Kenapa disebut trillema ekonomi? Jadi pada prinsipnya, semua negara, semua rakyat, menginginkan 3 kondisi dari mata uangnya. Masalahnya, biar bagaimanapun juga kita cuma bisa meraih 2 diantara 3 kondisi ekonomi itu. Kita gak akan mungkin bisa mendapatkan ketiga kondisi itu secara bersamaan, jadi terpaksa sebuah negara harus menentukan 2 diantara 3 kondisi itu, tergantung mana yang paling cocok untuk negara tersebut. Makanya disebut dengan nama Trillema. Okay, jadi sebetulnya apa sih peran mata uang dalam 3 kondisi ekonomi yang menjadi tujuan sekaligus indikator sehatnya siatuasi perekonomian sebuah negara?
KONDISI #A: Kestabilan nilai mata uang
Kestabilan nilai mata uang terhadap mata uang lain adalah kondisi yang sempat kita bahas dari contoh sebelumnya di atas. Salah satu indikator keadaan ekonomi bisa berjalan dengan baik adalah jika nilai tukar yang kita gunakan sehari-hari itu memiliki nilai yang stabil terhadap mata uang asing. Kalau produk yang mau kita jual atau beli nilainya naik-turun seperti roller coaster, gimana mau bikin rencana bisnis dan bikin usaha?
Ibaratnya sekarang coba lu bayangin buka toko smartphone di Mangga Dua Mall Jakarta. Hari ini ngambil dari distributor harga iPhone 6 per unit cuma Rp 6 juta, eh taunya besok lusa karena dollar melonjak drastis jadi Rp 10 Juta. Kan kita sebagai pedagang juga bingung jadinya buat nentuin harga yang pas buat konsumen? Hal yang sama juga terjadi kalau lu jadi pihak konsumen yang mau beli smartphone terbaru, hari ini yang harganya cuma Rp 3.000.000 tiba-tiba besok lusa melonjak jadi Rp 6.500.000. Kan kacau-balau jadinya kalau setiap orang mau transaksi aja was-was takut harga naik-turun dengan tajam. Masa sih tiap hari kita harus deg-degan ngeliatin perubahan harga Dollar vs Rupiah? Makanya kestabilan nilai tukar ini dianggap sesuatu yang penting untuk dijaga.
Tapi perlu diingat bahwa kondisi A ini hanyalah 1 diantara 3 kondisi lainnya. Ada negara yang menganggap kondisi A ini penting dan perlu diprioritaskan, namun ada juga yang mengganggap kondisi A ini gak terlalu cocok untuk negaranya sehingga lebih mengutamakan 2 kondisi lainnya. Emang apa sih 2 kondisi lainnya, yuk kita lanjut pembahasannya.
KONDISI #B: Kemampuan mata uang melawan inflasi, deflasi, dan krisis ekonomi
Sebelum bahas ke topiknya, lu harus ngerti dulu konsep inflasi maupun deflasi. Mungkin ada beberapa dari lu yang cuma tau konsep inflasi dan deflasi ini dengan ngehafalin narasi yang ada di buku cetak ekonomi, tapi gak bener-bener paham konsepnya. Nah, supaya paham beneran, coba yuk kita sama-sama bayangin sebuah simulasi pasar:
Sekarang lu bayangin kalau temen-temen sekolah lu adalah sebuah pasar, terus semuanya jualan kue basah yang dibikin sama orangtuanya masing-masing, ada yang jualan lemper, lumpia, kelepon, kroket, dan lain-lain. Pembelinya juga adalah diantara kalian-kalian sendiri, jadi seisi kelas berjualan sekaligus membeli barang dari satu sama lain selama beberapa hari. Katakanlah jumlah yang yang beredar tiap harinya (jumlah duit jajan anak sekelas per hari digabungin) dari jual-beli kue basah di kelas itu Rp Rp 1.000.000. Sekarang lu bayangin kalau seisi kelas dikurangin duit jajannya sama orangtua masing-masing jadi cuma 50%, sisanya harus ditabung. Apa yang akan terjadi?
Ya jumlah uang beredar juga jadi berkurang dan implikasinya pasti satu sama lain akan menurunkan harga kue basah dong. Karena uang yang beredar jadi sedikit dan kemampuan daya beli konsumen juga rendah, itulah yang namanya DEFLASI. Deflasi itu terjadi ketika terlalu sedikit duit yang beredar, atau terlalu banyak yang disimpan, sehingga semua harga jadi TERLALU MURAH, kondisi itu akan merugikan penjual.
Sebaliknya gimana kalau seisi kelas ditambahin duit jajannya sebanyak 300%? (tapi cuma boleh dipakai buat transaksi jual-beli kue basah di kelas). Nah, sekarang kondisinya terbalik, kalau semua orang punya uang berlebihan, pasti beberapa harga jual juga meningkat. Berhubung kita juga melihat harga kue basah yang dibeli harganya melonjak, ya kita juga jadi terdorong untuk meningkatkan harga kue yang kita jual dong yah. Itulah yang namanya INFLASI, yang artinya itu terlalu banyak duit yang beredar untuk diperjual-belikan, sehingga semua harga jadi TERLALU MAHAL, kondisi itu akan merugikan pembeli. Nah sekarang lu beneran paham konsep deflasi dan inflasi kan? Prinsip dalam memahami konsep ini (yang seringkali dilupakan) adalah, semua orang adalah pembeli, dan semua orang juga adalah penjual.
Nah, inflasi maupun deflasi juga berhubungan dengan nilai tukar Rupiah. Wah, apa hubungannya jumlah uang beredar dengan nilai tukar mata uang? Jadi gini, pada prinsipnya ketika nilai rupiah melemah, hal itu bisa jadi menyebabkan inflasi berkelanjutan. Sebaliknya jika rupiah terlalu menguat, bisa menyebabkan deflasi berkelanjutan. Makanya dari sisi ini, nilai tukar mata uang bisa jadi sistem kontrol untuk bisa mencegah inflasi maupun deflasi yang terlalu parah. Masih belum kebayang? Jadi gini contoh konkritnya…
Ketika Rupiah melemah terhadap mata uang lain, berarti Rupiah mengalami inflasi. Contoh $1 USD tadinya Rp 10.000 sekarang jadi Rp 12.000. Orang-orang yang punya $USD akan beramai-ramai menukar dolarnya ke rupiah dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari situasi tersebut. Nah lalu apa yang akan terjadi? jumlah uang rupiah yang beredar di pasar semakin banyak sehingga menyebabkan harga barang jadi TERLALU MAHAL dan merugikan konsumen. Selain itu, biaya produksi barang-barang import juga pasti meningkat karena biaya tersebut dihitungnya pakai dolar. Kalau biaya produksi meningkat, harga jual juga naik.
Sebaliknya, ketika Rupiah menguat terhadap mata uang lain, berarti Rupiah mengalami deflasi. Sama juga, deflasi ini bisa memicu deflasi lanjutan: Orang-orang akan menukar rupiah dengan mata uang asing, yang artinya akan menarik Rupiah dari pasar, sehingga membuat Rupiah makin langka. Dengan kelangkaan rupiah, jadinya dalam sektor riil para pedagang terpaksa menurunkan harga yang mengakibatkan kerugian terhadap pihak penjual.
KONDISI #C: Kebebasan mengalirkan modal.
Kondisi yang terakhir adalah kebebasan aliran modal atau investasi. Kenapa ini kondisi yang diinginkan? Tentu saja untuk mempercepat pertumbuhan industri sektor riil. Bagi para entrepreneur yang ingin mengembangkan bisnisnya, tentu akan sangat terbantu jika ada aliran dana investasi dari luar negeri masuk ke perusahaannya. Dana itu bisa digunakan oleh pemilik usaha untuk mempercepat ekspansi bisnisnya menjadi lebih berkembang, sementara investor memiliki sebagian saham di perusahaan tersebut. Dengan harapan jika perusahaan itu sudah semakin besar, saham tersebut bisa dijual dengan harga yang jauh lebih mahal. Bentuk kerjasama ini tentunya menguntungkan kedua belah pihak, pemilik usaha dapat dengan segera mengembangkan bisnisnya dengan bantuan modal dari investor, sementara para investor menanamkan modalnya dengan harapan mendapatkan hasil yang berlipat ganda dengan menjualnya ketika perusahaan sudah menjadi besar.
Sementara itu jika kebebasan investasi dibatasi, bisa dibayangkan betapa sulitnya perusahaan-perusahaan export-import menjalankan bisnis seandainya ada pembatasan pembelian maupun penjualan Dollar. Bayangkan betapa sulitnya perusahaan-perusahaanyang baru mau berkembang ketika transfer uang antar negara harus melalui perijinan ketat dan dipersulit masalah administrasi disana-sini. Semua pembatasan dan aturan yang menghalangi aliran modal akan membuat semua bisnis kesulitan untuk berkembang dan berinovasi. Maka dari itu, kebebasan mengalirkan modal adalah sebuah kondisi yang diharapkan oleh sebagian besar pemilik usaha dan industri riil, maupun para pemilik modal untuk berinvestasi.
Namun di sisi lain, ada juga negara yang mengorbankan kondisi C ini, untuk bisa mengoptimalkan kondisi A dan kondisi B. Sekali lagi, semua itu tergantung dari kebijakan pemerintah dengan melihat strategi mana yang cocok dengan kondisi negaranya pada saat itu. Nah, sekarang kita coba yuk kupas lebih dalam kombinasi diantara 3 kondisi ini, dari mulai pengaruh serta implikasinya dengan kondisi ekonomi secara lebih luas.
Trilemma Mata Uang : 3 Skenario Kebijakan Ekonomi.
Terus? Apa hubungannya 3 kemauan ini dengan macam-macam mata uang yang ada di dunia? Ini masalahnya, kita berhadapan dengan TRILEMMA. Ingat, kalu sebuah dilemma artinya kita harus memilih 1 dari 2 pilihan sulit, mustahil mendapat keduanya! Kalu trilemma artinya kita harus memilih 2 dari 3 pilihan sulit, mustahil mendapatkan ketiganya! Sampai saat ini belum ada satu negara pun di dunia ini yang berhasil mendapatkan ketiga kondisi tersebut secara bersamaan. Jadi mau tidak mau, sebuah negara harus memilih, mana pilihan yang diprioritaskan, mana yang harus dikorbankan. Semua itu harus kembali disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing, kondisi manakah yang paling cocok untuk diterapkan. Nah, dari ketiga pilihan tersebut, yuk kita kupas dulu satu per satu pilihan yang ada:
Skenario 1: Kondisi A & C diprioritaskan, Kondisi B dikorbankan
Digunakan oleh: Negara-negara Eropa saat ini.
Perlu diketahui bahwa sekitar 15-20 tahun yang lalu, setiap negara-negara di Eropa itu memiliki mata uangnya sendiri-sendiri. Perancis mata uangnya bernama Franc, Belanda namanya Gulden, Itali namanya Lira, dan lain-lain. Namun saat ini, seperti yang lu semua ketahui bahwa hampir semua negara di Eropa memakai satu mata uang yang sama yaitu Euro. Nah, ketika negara-negara Eropa menghapuskan mata uang negaranya masing-masing seperti Franc Perancis, DM Jerman, Lira Italia, untuk mempersatukan diri dalam satu mata uang yaitu Euro, sebetulnya apa sih yang tujuan mereka? Yup, mereka menginginkan kestabilan pertukaran mata uang (kondisi A) dan kebebasan serta kemudahan dalam aliran modal (kondisi C) di antara sesama negara di Eropa. Namun, akibatnya mereka mengorbankan kemampuan melawan deflasi dan inflasi (kondisi B). Wah kenapa sih emangnya kondisi B ini gak bisa tercapai? Jadi gini ceritanya…
Kalau lu sempet sering dengerin berita 6 tahun yang lalu, Eropa pernah terkena krisis ekonomi yang cukup parah pada tahun 2008. Penyebabnya macam-macam dan akan terlalu panjang kalau gw bahas di artikel ini. Intinya sih sebagian besar penyebabnya karena kredit macet lahan property yang menumpuk sehingga menyebabkan titik kesetimbangan ekonomi bergeser cukup parah. Nah, balik lagi ke situasi di Eropa yang memiliki kebijakan mempersatukan nilai mata uang jadi satu (Euro). Pada saat krisis ekonomi saat itu, banyak banget negara-negara Eropa yang kesulitan keluar dari krisis dan mengembalikan titik kesetimbangan ekonomi negaranya. Kenapa bisa gitu? Karena mereka kesulitan untuk mengontrol deflasi maupun inflasi di negaranya masing-masing. Penyebabnya tentu adalah karena mereka telah kehilangan alat (mata uang mandiri) untuk bisa menstabilkan kondisi ekonomi negaranya.
Negara-negara Eropa yang masih berkembang seperti Yunani, Italia, Spanyol, dan banyak negara lain mengalami krisis ekonomi tidak bisa melakukan banyak tindakan untuk bisa keluar dari krisis, ya tentu karena mata uang mereka bersatu dengan negara-negara Eropa yang sudah maju seperti Jerman dan Perancis, sehingga dampak krisis tersebut sangat berkepanjangan bahkan masih terasa hingga saat ini. Ibaratnya mata uang Euro itu adalah sebuah perahu besar. Negara-negara eropa itu kompak bareng-bareng masuk ke dalam satu perahu. Artinya susah dan senang ya ditanggung bersama, termasuk juga dengan segala risikonya untuk tenggelam bersama-sama. Jadi sekalinya kapal itu ada yang bocor, bisa mengancam keselamatan semua pihak yang ada di dalam kapal tersebut.
Inilah contoh konkrit ketika sekumpulan negara memprioritaskan kondisi A dan kondisi C, tapi tetap saja tidak bisa mendapatkan kondisi B.
Skenario 2: Kondisi A & B diprioritaskan, kondisi C dikorbankan
Digunakan oleh: Tiongkok saat ini, banyak negara Asia pra-1998
Dalam skenario ini, nilai mata uang negara yang bersangkutan terhadap mata uang lain ditentukan oleh pemerintahnya. Dengan begitu nilai kurs mata uang memang stabil (Kondisi A), sekaligus juga pemerintah bisa dengan bebas mengatur kebijakan moneter untuk bisa menghadapi inflasi maupun deflasi (kondisi B). Masalahnya dengan begitu tetap saja, pemerintah harus mengorbankan kondisi C dengan menutup aliran modal asing masuk. Kenapa bisa gitu?
Ya tentu saja kalau aliran modal mengalir bebas, nilai yang ditetapkan oleh pemerintah jadi mustahil dipertahankan. Sekarang coba kita lihat kondisi mata uang China Yuan (CYN) terhadap nilai tukar USD, lalu bandingkan dengan nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap USD.
Lu bisa melihat kan kalo Yuan menguat terus seiring dengan inflasi tahunan (naik dikit lebih bagus daripada stagnan), sementara Rupiah malah justru cenderung merosot terhadap USD. Itulah kondisi ketika Tiongkok mengedepankan kestabilan nilai tukar (kondisi A) sekaligus dijadikan alat untuk mengontrol kesetimbangan ekonomi dan mencegah inflasi dan deflasi berlebihan (kondisi B). Nah, tapi apa nih konsekuensinya? Tentu saja kebebasan mengalirkan modal (kondisi C) jadi tidak mungkin tercapai, kenapa bisa gitu?
Sekarang coba lu bayangin kalau sebuah negara udah capek-capek matok harga supaya ekonominya stabil, eh tiba-tiba masuk dana dari luar dengan jumlah luar biasa banyak dan membanjiri pasar, apa yang terjadi? Ya bisa jadi inflasi besar-besaran! Maka dari itulah negara yang memprioritaskan kondisi A dan B ini harus berani menutup aliran dana dari luar (mengorbankan kondisi C) untuk tetap bisa mempertahankan keadaan ekonominya supaya stabil.
Di satu sisi mungkin ada bagusnya, tapi di sisi lain perkembangan ekonomi juga jadi terbatas dan relatif lambat. Selain itu, kelemahan lain dari skenario ini terlihat saat krisis ekonomi 1998 terjadi: pemerintah menghabiskan cadangan devisa mereka untuk mempertahankan nilai mata uang mereka. Artinya pemerintah menyuntikan dana liquid ke pasar dengan harapan bisnis sektor riil tetap bisa berjalan dan berkembang. Tapi kebijakan ini juga mengundang risiko yang gak terduga. Tidak jarang yang terjadi adalah para importir dan exportir tetap ngotot (baca: menyuap oknum pemerintah) untuk mengijinkan aliran modal mereka. Sehingga walaupun pemerintah udah keluar duit banyak untuk meredam fluktuasi mata uangnya, tetap saja mata uangnya masih fluktuatif. Sementara itu pemerintahnya kehabisan dana, dan yang kaya itu adalah oknum pemerintah yang korup.
Kalo udah begitu, akibatnya bisa jadi semakin parah, negara kekurangan dana, sementara sektor riil dalam masyarakat juga gak berjalan lancar. Bisa jadi malah membuat krisis ekonomi semakin parah, dan akhirnya pemerintahan juga malah kehilangan kemampuan untuk mengatasi krisis karena kehabisan dana. Jadi kembali lagi, ini adalah salah satu opsi pilihan dimana sebuah negara memprioritaskan kondisi A dan B, namun “terpaksa” harus menerima konsekuensi dengan mengorbankan kondisi C juga.
Skenario 3: Kondisi B & C diprioritaskan, kondisi A dikorbankan
Digunakan oleh: AS saat ini dan Indonesia saat ini
Oke, skenario yang terakhir ini digunakan oleh negara Indonesia dimana kita membuka dana investasi dari luar dengan harapan mempercepat pertumbuhan sektor riil sehingga para pemilik bisnis, pedagang, serta pelaku bisnis di Indonesia bisa memanfaatkan relasi dengan luar negeri untuk bisa mengembangkan peluang bisnisnya. Sementara itu mata uang kita rupiah (IDR) juga berdiri mandiri sebagai alat kontrol untuk mencegah adanya inflasi dan deflasi berlebihan dengan menerapkan kebijakan moneter seperti pengendalian jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan strategi pematokan rasio cadangan kas (cash reserve ratio) yang diberlakukan bagi lembaga keuangan (bank).
Namun konsekuensi ketika mata uang dibiarkan “mengambang bebas” atau diperjual-belikan tanpa batasan, modal akan mengalir dengan mudah, adalah mata uang tsb tidak stabil, harganya akan mengikuti kehendak pasar berdasarkan jumlah permintaan dan penawarannya. Artinya, kita pun kembali ke masalah pertama, nilai Dollar dan Rupiah yang berubah-ubah secara fluktuatif karena bergantung pada kepercayaan investor terhadap sektor riil yang berkembang di negara kita.
Fluktuasi mata uang ini bisa dipicu dari berbagai macam hal, salah satunya adalah ketika keadaan politik negara kita dianggap stabil dan bisa menguatkan pertumbuhan sektor riil (baca: gak dikorupsi), maka akan meningkatkan kepercayaan terhadap nilai rupiah. Sementara itu jika situasi politik Indonesia tidak dipercaya oleh dunia, nilai tukar rupiah akan merosot. Tingkat fluktuasi yang berlebihan inilah yang bisa jadi membuat kita kesulitan merencanakan keuangan dan bisnis kita, dan menghambat laju perekonomian itu sendiri untuk berkembang.
Jadi kesimpulannya, kembali lagi pada kebijakan seperti apa yang dipilih negara dan dinilai paling cocok untuk diterapkan di negaranya. Saat ini Indonesia dalam posisi untuk membuka investasi asing yaitu membuka peluang aliran modal untuk mengembangkan bisnis dan sektor riil. Namun dengan keterlibatan negara lain di dalam setiap sendi ekonomi dari sektor riil, mengakibatkan perubahan nilai tukar uang yang cukup fluktuatif. Nah, coba sekarang menurut lu sendiri gimana? Apakah kebijakan ini memang cocok diterapkan di negara kita? atau menurut lu kebijakan skenario 1 & 2 lebih sesuai untuk kondisi negara kita saat ini?
Balik lagi ke pertanyaan awal… Apa jadinya kalau seluruh dunia pakai satu mata uang?
Okay, sekarang gw harap lu jadi paham secara garis besar 3 kebijakan ekonomi dunia yah. Balik lagi kalo ke pertanyaan semula gimana kalo seluruh dunia hanya punya satu mata uang. Artinya, seluruh dunia memutuskan untuk mengambil “Skenario 1”, memprioritaskan kestabilan nilai uang dan kebebasan mengalirkan modal. Tapi apa akibatnya bagi Indonesia? Artinya ekonomi Indonesia disamakan dengan ekonomi Cina, Jepang, USA, Eropa, Rusia, dll secara bersamaan! Hal itu dinilai bukanlah tindakan yang tepat, tentu ya karena setiap negara memiliki masalahnya masing-masing, dari mulai situasi politik, hasil pertumbuhan sektor riil, tingkat pendapatan, harga barang pokok, dan lain sebagainya.
Contoh konkritnya dikit aja gw bahas yah… kalo misalnya, saat ini ekonomi Indonesia sedang lesu, produksi sedang menurun, dan deflasi spiral sedang terjadi. Di saat yang sama, ekonomi Malaysia dan Singapore yang sektor industrinya banyak saling terkait malah sedang aktif berkembang. Coba kalau seandainya Indonesia, Malaysia, dan Singapore menggunakan mata uang yang sama, artinya mereka harus memilih: apakah Malaysia dan Singapore harus mengalami inflasi parah agar ekonomi Indonesia bisa diperbaiki ATAU apakah kita yang harus mengalami deflasi yang lebih parah lagi agar ekonomi Singapore dan Malaysia bisa dipertahankan? Kalo ini beneran kejadian bisa-bisa terjadi perang karena konflik kepentingan antara negara lho, hehehe…
Jadi, jangan terlalu sedih atau marah kalau harga gadget yang lu mau mendadak loncat karena kurs Dollar mendadak loncat hari itu. Indonesia memutuskan untuk memiliki mata uang mandiri adalah keputusan yang diambil pemerintah bukan karena pemerintah ingin menyusahkan kita, tetapi karena skenario alternatifnya (menurut pemerintah dan para ahli ekonomi) lebih buruk lagi. Mata uang tunggal untuk seluruh dunia cuma memecahkan masalah kestabilan nilai semata, sambil menciptakan masalah deflasi-inflasi yang bisa jadi merugikan banyak pihak.
Tanpa sadar dalam 10 menit terakhir lu baru saja dapet gambaran tentang garis besar kebijakan ekonomi dunia
Jadi kesimpulannya sampai saat ini tidak ada satu pun kebijakan ekonomi yang paling bagus untuk diterapkan bagi semua negara. Jadi setiap negara harus memikirkan skenario mana yang paling cocok dengan situasi dan kondisi negaranya masing-masing. Nah, dengan waktu 10 menit lu membaca artikel ini, gw harap lu sekarang jadi dapet gambaran secara garis besar tentang 3 skenario kebijakan ekonomi dunia.
So, moga-moga artikel ini bisa memberikan wawasan baru buat lu dan juga insights bahwa ilmu ekonomi itu kalo ditelusuri secara konsep bisa jadi menarik banget, gak cuma terbatas ngomongin hal-hal membosankan seperti menghafal kurva hukum permintaan, penawaran, neraca, hitung-hitungan GDP dan PDB, bikin jurnal, income statement, atau balance sheet. Ilmu ekonomi itu aslinya seru banget kalau kita bisa ngeliat dari sudut pandang yang lain, apalagi gak lama lagi juga lu terlibat aktif sebagai pelaku ekonomi yang ikut menggerakan roda ekonomi.
—————————CATATAN EDITOR—————————
Kalo ada yang mau nanya atau ngobrol sama Marcel seputar topik Ekonomi, jangan malu-malu langsung aja tinggalin comment di bawah artikel ini.
Kak, mo nanya. Klo kurs mata uang yang naik-turun itu dipengaruhinya sama apa aja? kalo dibiarin ngambang gt aja kaya Indo, terus siapa dong yang nentuin saat ini kurs Rp 12.000 terus 1-2 jam lagi naik jadi Rp 12.100??
Itu ditentuin oleh jumlah permintaan & penawaran (Supply & Demand) Rupiah dan Dollar. Berapa banyak yang mau beli Rupiah dan jual Dollar? Semakin banyak, Rupiah semakin mahal (Dollar semakin murah).
Berapa banyak yang mau jual Rupiah dan beli Dollar? Semakin banyak, Rupiah makin murah (Dollar semakin mahal).
Wuih, belum selesai baca sih, tapi udh cukup bikin saya kagum dan malu sebagai mahasiswa yang kuliah di jurusan ekonomi tapi yang kayak gini aja belum faham (maklum, saya termasuk produk lintas jurusan). Great article, Sir!
kak, kenapa Indonesia bisa tahan krisis dengan cara ngorbanin kondisi A?
Korbanin A berarti mengambil skenario 3.
Saya asumsikan “krisis” yang kamu maksud adalah jebloknya nilai Rupiah secara berlebihan dan/atau dalam jangka waktu lama.
Sebab saat nilai Rupiah jeblok, akan ada reaksi baliknya: investor ramai² akan membeli Rupiah (karena murah). Akibat dari reaksi ini, jeblok ini cuma akan berlangsung sementara. Tentu saja ini dengan catatan bahwa para investor itu PERCAYA Rupiah akan meningkat lagi. Selama investor masih ragu, mereka akan tetap menjual Rupiah.
Nah, kepercayaan ini banyak penyebabnya, salah satunya adalah tiadanya celah korupsi. Celah yang sama terbuka lebar kalau skenario 2 yang diambil.
Sebab lainnya adalah adanya kemampuan pemerintah dan bank sentral untuk melawan krisis apapun yang menyebabkan jebloknya nilai Rupiah tsb. Kemampuan ini tidak akan ada kalau skenario 1 yang diambil.
menarik nih, berhubung gue mau masuk ekonomi bang, hehehe
mau nanya, menurut lo kebijakan neososialisme ala chavez buat venezuela gimana tuh bang? apa efek negatifnya kalau misalkan diterapin di indonesia?
Venezuela saat ini sedang mengongkosi belanja negaranya dengan mencetak uang, akibatnya harga²pun terbang, dan inflasinya saat ini (Desember 2014) tertinggi di dunia. Presidennya mengikuti teladan Chavez: menyalahkan spekulan, pihak asing, USA/Barat, dan kapitalis.
Artinya, dia sudah mengakui sistem ekonomi mereka itu rentan/fragil/gampang dirusak.
Itulah yang akan terjadi kalau Indonesia meneladani Chavez atau neososialismenya.
Gilak! Zenius emang gilak! ! Bener bener mencerahkan. Tapi gue jadi curious sama keberpihakan elo bang, kalo elo boleh milih. Elo bakal pilih choice yaang mana nih ? Kenapa? Pasti dong elo punya argumen tersendiri huehehe
Buat Indonesia nih: Pilih skenario 3.
Skenario 1 itu berarti kita menyatukan mata uang kita dg mata uang lain. Dengan mata uang siapa? Singapur? Malaysia? FIlipina? USA? Di mana bank sentralnya? Siapa yang pilih dewan direksi bank sentralnya? Masalah ekonominya aja udah banyak, masalah politisnya juga seabreg.
Skenario 2 itu berarti membuka celah korupsi lagi. Padahal pengawasan anti-korupsi kita masih jauh dari memuaskan. Tidak trims, saya gak mau mengulang kemudahan berkorupsi era orde baru.
Skenario 3 itu adalah pilihan terbaik, fluktuasi Rupiah memang tidak enak, tetapi masih lebih enak daripada masalah skenario 1 atau 2.
Tanya bang.
Apa hubungan antara pembatasan arus keluar masuk modal dengan korupsi? Kenapa skenario 2 dibilang akan membuka celah untuk korupsi?
Balik ke bacaan tentang skenario 2. Untuk mempertahankan nilai Rupiah, pemerintah harus melakukan “Capital Control” atau pengendalian aliran modal. Kontrol itu tidak MUTLAK. Siapapun biasa menghindari kontrol dengan menyogok pemerintah yang bersangkutan.
Begini bunyi komunikasi antara exportir dengan pejabat ketika “Capital Control” berlaku:”Oh, saat ini gak boleh menerima 10 juta Dolar? Gak apa², ini ada 1 juta Dolar buat bapak …”
Bentar, kalo cina pake sekenario dua, yang artinye pertumbuhan ekonomi lambat, terus kenapa cina pertembuhuan ekonominya paling cepet sekarang, gw mengacu ke data DBS Asia (apa mungkin gw salah baca).
Kedua, jika mata uang cina stabil, (baca: dikurva cenderung naik), kalo gitu yang beli uang cina di forex untung terus dong..
aduh, bingung … .
Cina pertumbuhannya cepat karena:
– Pertumbuhan ekonomi itu adalah perbandingan GDP dalam 1 periode (tahun misalnya) dengan periode berikutnya. Mao dan komunismenya sudah menghancur leburkan ekonomi Cina, ekonomi non-komunis manapun bila dibandingkan dengan ekonomi Mao akan menunjukkan angka pertumbuhan tinggi sekali. Ini soal RRC di awal era Deng Xiaoping, bagaimana dengan sekarang?
– Pertumbuhan ekonomi Cina saat ini banyak faktornya, bukan cuma “capital control”, salah 1nya adalah simbiosis dengan Amerika (Baca bab terakhir di buku Niall Ferguson: “The Ascent of Money” untuk detilnya.).
– Sebab lainnya adalah harga real-estate di Cina yang melambung tinggi sekali tanpa alasan yang kuat,secara tidak sehat (Bubble economy). Selama harga real estate ini masih naik terus, ekonomi Cina akan tumbuh secara mengesankan. Tapi … biar saya lanjutkan dg menanggapi pernyataan kedua.
Kedua, soal mata uang Cina, pantang bicara “untung terus” dalam ekonomi. Tidak ada harga yang naik selamanya. TIDAK ADA. Harapan akan adanya kenaikan abadi inilah yang memicu bubble economy seperti harga real estate Cina. Sebuah gelembung (Bubble) tidak selamanya terbang, di 1 titik gelembung “pecah”. Pecahnya gelembung itu sering disebut “resesi” kalau cuma sebentar, “depresi” kalau lebih dari 2 tahun. Ketika depresi terjadi, bisnis lesu karena semua takut belanja. GDP/ekonomi mengkerut secara drastis. Kita di Indonesia pernah mengalaminya. Namanya krisis moneter 1998.
Kembali ke investor yg beli Yuan-nya RRC. Saat ini mereka masih untung, tapi balik ke kurvanya: kenaikannya tidak banyak. Dan saat ini sudah ada diskusi untuk mendevaluasi (menurunkan nilai) Yuan. Jadi, JANGAN pernah berpikir soal “untung terus”.
Cina pertumbuhannya cepat karena:
– Pertumbuhan ekonomi itu adalah perbandingan GDP dalam 1 periode (tahun misalnya) dengan periode berikutnya. Mao dan komunismenya sudah menghancur leburkan ekonomi Cina, ekonomi non-komunis manapun bila dibandingkan dengan ekonomi Mao akan menunjukkan angka pertumbuhan tinggi sekali. Ini soal RRC di awal era Deng Xiaoping, bagaimana dengan sekarang?
– Pertumbuhan ekonomi Cina saat ini banyak faktornya, “capital control” cuma salah 1 faktor yg mempengaruhi nilai Yuan. Faktor yang lebih penting misalnya adalah simbiosis dengan Amerika dimana USA bersedia mengongkosi pertumbuhan ekonomi Cina dengan cara membeli produk² Cina (Baca bab terakhir di buku Niall Ferguson: “The Ascent of Money” untuk detilnya.).
– Sebab lainnya adalah harga real-estate di Cina yang melambung tinggi sekali tanpa alasan yang kuat,secara tidak sehat (Bubble economy). Selama harga real estate ini masih naik terus, ekonomi Cina akan tumbuh secara mengesankan. Tapi … biar saya lanjutkan dg menanggapi pernyataan kedua.
Kedua, soal mata uang Cina, pantang bicara “untung terus” dalam ekonomi. Tidak ada harga yang naik selamanya. TIDAK ADA. Harapan akan adanya kenaikan abadi inilah yang memicu bubble economy seperti harga real estate Cina. Sebuah gelembung (Bubble) tidak selamanya terbang, di 1 titik gelembung “pecah”. Pecahnya gelembung itu sering disebut “resesi” kalau cuma sebentar, “depresi” kalau lebih dari 2 tahun. Ketika depresi terjadi, bisnis lesu karena semua takut belanja. GDP/ekonomi mengkerut secara drastis. Kita di Indonesia pernah mengalaminya. Namanya krisis moneter 1998.
Kembali ke investor yg beli Yuan-nya RRC. Saat ini mereka masih untung, tapi balik ke kurvanya: kenaikannya tidak banyak. Dan saat ini sudah ada diskusi untuk mendevaluasi (menurunkan nilai) Yuan. Jadi, JANGAN pernah berpikir soal “untung terus”.
keren abis artikelnya,btw bang lo bisa kasi gue rekomendasi buku ga buat dibaca untuk jago di ekonomi? terutama bagian ini
“The Ascent of Money” karangan Niall Ferguson
“The Return of Depression Economics” karangan Paul Krugman
Aku masih agak bingung sama kondisi A dan B.
Kondisi A itu kan kestabilan. Kalo kondisi B itu kan kemampuan melawan inflasi, deflasi… singkatnya perubahan. Nah, kalo begitu sama aja dengan kemampuan untuk stabil dong?
Tolong dijelasin, terima kasih. BTW, artikelnya keren!
point A itu membahas tentang kesetabilan mata uang
point B tentang kemampuan mata uang melawn inflasi dan deflasi
singkatnya point B lebih condong ke bagaimana agar tidak terjadi overlap dari beredarnya mata uang dan kebijakan yang di ambil oleh pemerintah,yang mana kondisi A bisa menyebabkan kondisi B berubah
Mata uang stabil – Nilai harga akan tetap stabil
Inflasi kenaikan jumlah Uang – Harga barang melonjak drastis
Point B : Kenaikan jumlah artinya bukan nilai mata uangnya yang naik tapi jumlah mata uang itu melimpah,bisa disebabkan oleh kebijakan bank setral.
sedangkan point A : Nilai mata uang tetap stabil artinya harga uang tetap stabil
kalau deflasi bisa juga sih harga barang jadi murah dan bisa juga pada saat deflasi Nilai mata uang tetap Stabil,tetapi Jumlah uang yang beredar sangat sedikit.
itu setau gue aja sih
saya mau bertanya nih .. mungkin ini pertanyaan konyol tp saya ingin tahu, apakah turis2 dari mancanegara juga dapat menyebabkan Inflasi juga terhadap suatu negara?
maaf saya cuman anak ipa yg ingin tahu seluk beluk ekonomi~ hihihi
Bukannya menyebabkan inflasi, mereka malah bisa menyebabkan deflasi. Para turis itu mau gak mau menukan mata uang mereka dengan Rupiah, dan meningkatkan nilai Rupiah.
bukannya kalau turis pasti akan menukarkan mata uangnya dengan mata uang negara yang ia kunjungi?
Ketika turis tsb “membeli Rupiah” itu artinya meningkatkan permintaan Rupiah.
Di saat yg sama, turis tsb “menawarkan Dolar” itu artinya meningkatkan penawaran Dolar.
Kombinasi ini sudah pasti menguatkatkan nilai Rupiah thd Dolar. Mata uang yang menguat artinya mata uang yang mengalami deflasi, paling terasa sih thd barang² import.
Kalau orang Indonesia jadi turis di Amerika, berarti kebalikannya dong kak? Rupiah jadi turun terhadap Dollar.
Betul.
mantap bang
Kak, mau tanya. Yang menyebabkakn dolar bisa naik dan bisa turun itu apa ya?
Terima kasih
Yang menentukan harga naik itu jumlah supply/penawaran & demand/permintaan barang² tsb.
Hal ini valid juga untuk mata uang. Ketika lebih banyak penawaran, harga akan turun, ketika lebih banyak permintaan, harga akan naik.
INGAT! ini bukan demokrasi, “one man one vote”, ini adalah ekonomi dimana “one Dollar/Rupiah/mata uang apapun one vote”.
Wahh masih kaga mudeng kak
Harga komoditas apapun, termasuk mata uang, akan naik kalau yang menjual/menawarkan sedikit dan/atau kalau yang membeli banyak.
Sebaliknya, harga komoditas tsb akan turun kalau yang menjual banyak, dan/atau yang membeli sedikit.
Ini diplajari di ekonomi SMA kok melalui kurva “supply & demand” atau “pembelian & penawaran”. Ketika Rupiah “mahal”, nilainya naik, “Dolarnya turun”. Ketika Rupiah “murah”, nilainya turun “Dolarnya naik”.
Kak bagaimana pendapat kaka mengenai investasi asing di bidang pertambangan di indonesia, bukankah lebih baik dikelola oleh kita sendiri?
Kalo soal ini topiknya beda lagi. Jelaskan dulu deh “dikelola kita sendiri” itu maksudnya dikelola swasta lokal, atau swasta nasional, atau pemerintah lokal, atau pemerintah pusat?
bagaimana pandangan mas bro tentang dinar iraq
Saya tertarik dengan artikel diatas. Terima kasih atas info yang diberikan. Mudah dipahami dengan pemilihan kata yang ringan.
Saya memiliki link yang mungkin berguna untuk menambah referensi Ekonomi Bisnis.
Silahkan dikunjungi. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis
Kak, saya masih agak bingung dengan inflasi… sebagaimana yg kita tahu,jika uang yg beredar banyak, harga-harga akan naik(inflasi). Nah yg menentukan hrg naik itu siapa sih? Serta Bgaimana “dia” bisa tahu kalau uang yg beredar lagi banyak-banyaknya Shingga bisa memerintahkan agar harga-harga segera naik?
Yang menentukan harga naik itu jumlah supply/penawaran & demand/permintaan barang² tsb.
Hal ini valid juga untuk mata uang. Ketika semua orang sedang boros, harga² otomatis akan naik sebab ada penawaran uang yang berlebih.
apakah banyak orang indonesia yang ingin berlibur keluar negeri dapat membuat nilai mata uang rupiah melemah terhadap us dolar
Sudah pasti. Namun, seberapa besar efek pelemahannya tergantung berapa banyak. Selama jumlahnya kalah dibandingkan jumlah permintaan thd Rupiah, efeknya takkan terasa,
kak mau tanya, jika uang rupiah turun apakah perilaku konsumtif kita berkonstribusi signifikan kedaulatan ekonomi kita?
dan apa saja solusinya yg bisa kita lakukan agar dapat menaikkan nilai tukar kita?
terimakasih
Kalau Rupiah turun, semua barang import akan jadi lebih mahal. Konsumsi barang import akan turun. Orang² akan mencari barang pengganti, atau malah berhenti mengkonsumsi barang tsb kalau tidak butuh² amat.
Untuk menaikkan nilai tukar, balik lagi ke Permintaan dan Penawaran Rupiah.
Semakin banyak permintaan Rupiah, semakin tinggi nilai tukar Rupiah. Apa yang meningkatkan permintaan Rupiah? Yah, Indonesia harus menjadi tempat menarik untuk penanaman modal asing, perusahaan asing akan menukarkan uang mereka ke Rupiah agar mereka bisa berdagang di Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga harus menekan inflasi. Kalo soal inflasi ini lebih ribet. Ada banyak faktornya, tapi ada 1 faktor yang JARANG diketahui orang-orang: Pemerintah TIDAK BOLEH menghilangkan pengangguran. Pengangguran yang terlalu rendah akan menaikkan inflasi! Loh, kok bisa? Soalnya, orang yang bekerja (di Indonesia) itukan orang-orang yang MENAWARKAN Rupiah mereka. Semakin banyak penawaran, semakin rendahlah nilai Rupiah, karena itu ada singkatan NAIRU atau “non-accelerating inflation rate of unemployment” ( http://en.wikipedia.org/wiki/NAIRU ).
Saya mau nanya..dari semua teori ekonomi td emank betul no 3 adalah pilihan tepat tapi apakah itu juga bisa dikatakan penjajahan ekonomi..sampai kapan kita harus bergantung terus dengan pihak asing..
“Saya mau nanya..dari semua teori ekonomi td emank betul no 3 adalah pilihan tepat tapi apakah itu juga bisa dikatakan penjajahan ekonomi.”
-> Enggak.
“Mau nanya sekali lagi boss nilai tukar rupiah kan mempengaruhi inflasi terus bagaimana caranya nilai tukar rupiah tidak dipengaruhi oleh asing?”
-> Caranya gampang: JANGAN EXPORT IMPORT SAMA SEKALI: alias jadi negara kayak Korea Utara yang terisolasi dari dunia. Serius. Nilai Rupiah itu dipengaruhi oleh banyak faktor, tapi intinya hukum permintaan dan penawaran. Kalo gak mau permintaan dan penawaran asing mempengaruhinya yah, caranya cuma gitu. Mau? 🙂
Bang saya mau tanya, kalo misalnya Tiongkok membatasi aliran asing masuk kenapa mereka memiliki stock market mereka sendiri, terus kenapa perusahaan startup seperti baidu maupun alibaba bisa diperdagangkan di wall street ? Bukannya dana dari wall street malah masuk ke negara mereka sendiri ? Satu lagi bang, mengingat Inggris bukan bagian dari zona eropa, mereka pake skenario apa ya bang ? Makasih bang
Yang dibatasi itu transaksi MATA UANGnya, bukan transaksi sahamnya. Saham tsb bisa dijual dlm mata uang jenis apapun.
Servus Pak Marcel, bisa minta alamat email nya? Danke
Artikel yang bagus. Terima kasih atas info yang diberikan. Mudah dipahami dengan pemilihan kata yang ringan.
Saya memiliki link yang mungkin berguna untuk menambah referensi tentang Ekonomi Bisnis.
Silahkan dikunjungi. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis
wah keren nih, pasti bill gates pelajari yang beginian nih >,,,<
bang saya pernah baca buku “Confessions of An Economic Hit Man” yang ditulis oleh john perkins. John
Perkins adalah salah satu agen yang ditugaskan NSA (National
Security Agency) Badan Keamanan Nasional Amerika untuk menjadi bandit
ekonomi yang bertugas “merusak” beberapa negara yang diincar
Amerika.Melalui John Perkins dan beberapa orang pilihan lainnya Amerika
mengacaukan bahkan merusak banyak negara, banyak
wilayah, demi impian membangun “imperium” yang akan menjadi penguasa
dunia sekaligus memperbudak milyaran manusia.
jadi bukankah dunia ini dipenuhi konspirasi yang dilatarbelakangi ekonomi? yg pure insight itu konspirasi ??? 🙂
Bang, gw tertarik bgt sama artikel lo ini. Gw lagi mau mendalami financial literacy. Dan background gw lebih ke science, jadi untuk hal ini kurang tau banyak. Gw udh liat sekilas isi rekomendasi buku yg lo kasih. Tapi gw kesulitan buat ngerti, mungkin gr2 gw kurang literate soal ini. Buat org yg ngerti kyk lo pasti mulai dari sesuatu. Boleh share buku apa yg lo baca, dan dari mana lo mulai sehingga bisa mengerti seperti sekarang
Mulai dari buku text ekonomi SMA tentunya. Dari situ bisa lanjut ke buku² Paul Collier: “The Bottom Billion” lalu “Wars Guns and Votes” lalu “Plundered Planet.”
Itu tulisan yang paling sederhana soal ekonomi internasional.
maaf mungkin pertanyaan ini bodoh kak,maklum anak ipa klas 2
saya mau nnya,knpa kita harus selalu terkantung dengan dollar,apakah karena negara kita mengacu kebijakan ekonomi yg sma dgn usa,atau kah krn negara usa adikuasa,atau ad hal lainnya?
dan menurut kk sendiri kebijakan solusi apakah yg sebaiknya dilakukan pemerintah kita terhadap isu yg mengatakan indonesia bisa menyusl yunani,selain menekan inflasi,korupsi,maupu meningkatkan deflasi?
CMIIW, ini jawaban sotoy gw ya…
masalah kenapa harus tergantung sama dollar atau mata uang lain, itu balik lagi ke supply and demand atau export/import …
Selama indonesia gak bisa produksi barang yang banyak banget dibutuhin sendiri, pasti gak bisa lepas dari dollar atau mata uang yang dipake buat bayarnya.. 😉
Mohon pencerahannya, Mas.
Di Yunani yang menggunakan skenario 1, sekarang kondisi perekonomiannya sedang mengalami depresi. Thus, pemerintah Yunani mengambil banyak hutang ke negara2 lain. Yang ingin saya tanyakan, kira-kira apa yang dilakukan pemerintah Yunani dalam menggunakan uang hasil pinjamannya tersebut untuk mengatasi kasus ini? Mengapa dengan tingkat hutang yang setinggi itu, Yunani masih belum mampu keluar dari kondisi bangkrut tersebut? Terimakasih sebelumnya.
Sejauh ini: uang hasil pinjaman digunakan untuk MEMBAYAR HUTANG LAMA.
Intinya: menutup lubang dengan menggali lubang baru. Gak heran kan Yunani gak beres²?
Mau nanya nich…klo yuan jd reserve currency….megang duit mn yg cuan? Yuan atau usd? Thanx
btw..penjelasannya luarbiasa keren..simple n jelas
Kalo mau pegang duit jangka panjang, saran saya pegang:
Canadian Dollar, Australian Dollar, New Zealand Dollar, atau Swiss Franc.
Keempat mata uang itu berada di tangan yg pemerintahnya SELALU membayar utang² mereka, tanpa masalah. Ingat, ini untuk JANGKA PANJANG, tahunan, bukan untuk spekulasi jangka pendek!
JANGAN PERNAH PEGANG YUAN!! Pemerintah Cina itu komunis, orang² komunis punya kebiasaan jelek menghancurkan mata uang mereka dalam sekejap mata.
kak mau nanya nih, kalau mata uang asing yang paling berpengaruh terhadap ekonomi indonesia selain usd apa ya? yuan china atau euro?
Mata uang yang digunakan oleh mitra² dagang Indonesia:
Yen Jepang, Yuan China, Rupee India, Dollar Singapura, dll.
Sumber: http://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/idn/
sangat menarik
Bagus banget artikelnya bang! Sangat smart! Sangat mencerahkan..
Saya mau bertanya nih , sy brharap bisa dicerahkan lagi: (hanya mengeluarkan unek” pertanyaan di kepala saya, maaf kalau ada yang konyol/tidak pas)
1. Apakah ada badan pemantau laju supply&demand (yg mnyebabkan laju perubahan harga) yang terjadi di dunia yang tidak sempit ini? Dimana saja ? Dan bagaimana cara kerja mereka? (Kalau isi sejarahnya tambah sempurna lgi jawabanya hehe)
2. Mengapa usd menjadi patokan harga disluruh dunia?
Apakah ada perjanjian internasional?
Dan bagaimana asal usulnya beserta pertimbanganya?
3. Jika dahulu patokan 1 usd sekitar 10.000
Bagaimana bisa 10.000 mnjadi kisaran netral nilai tukar rupiah tanpa inflasi/deflasi?
Mengapa tidak kita buat lebih kecil untuk angka netralnya.
Bagaimana asalusulnya?
Terimakasih
1) Ada. Namanya: DEPARTEMEN PAJAK negara masing². Mereka yang menghitung pajak penjualan dari negara masing².
2) Karena USA dianggap negara paling terpercaya, negara yang paling tak mungkin bangkrut, negara yang paling tak mungkin menghilang dari peta.
3) Saya gak ngerti pertanyaannya, bisa anda perjelas?
untuk no.3 alangkah baiknya menjelaskan terlebih dahulu : “Apakah ada hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap USD dengan situasi pada saat inflasi/deflasi ?
yang untuk no.3 alangkah baiknya menjelaskan terlebih dahulu : “Apakah ada hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap USD dengan situasi pada saat inflasi/deflasi?
Rasanya Analisa diatas tidak sesuai dg perkembangan masalah ekonomi dunia yg melibatkan strategy politik dunia dan perang intelijen ekonomi dunia serta perang kebijakan rahasia negara adidaya . Analisa masih berbasis berita terbatas , shg belum bisa dipakai sebagai referensi .
Ini artikel TEHNIS EKONOMI MAKRO, bukan artikel yang membahas TEORI² KONSPIRASI yang menyajikan dan menganalisa rumor² spekulatif yang melibatkan negara adidaya. (Hei, namanya juga PERANG KEBIJAKAN RAHASIA, kalo bukan spekulatif, bukan rahasia lagi dong?) Mohon maaf bila tidak bisa digunakan sbg referensi anda!
Hallo bang Marsel. Mohon penjelasannya. Dri apa yang abang jelaskan diatas, garis besarnya apakah itu yang dikatakan indonesia menganut sistem ekonomi liberal..?? Lalu sprti yang dilakukan cina, apakah itu yang disebut ekonomi kerakyatan. Dri yang dijelaskan abang, mana yang masuk kategori ekonomi kerakyatan (pancasila) dan ekonomi liberal. Mohon penjelasannya abang. Makasih. Salam hormat.
Ekonomi kerakyatan itu eufemisme/penghalusannya sistem ekonomi yang digunakan negara komunis. Biar saya tekankan: SISTEM EKONOMINYA DOANG. Ekonomi Cina sekarang hampir sepenuhnya Liberal. Cuma existensi BUMN² raksasa aja yang membuat Cina masih bisa “ngaku² komunis”.
Bersyukurlah negara Indonesia gak menggunakan sistem ini, ujung²nya sistem ini cuma membawa kemiskinan, kekurangan, dan kebodohan.
Kk jadi gimna solusi yang tepat untuk tetap mempertahankan investasi dari luar negeri tanpa harus menaikkan harga dolar dan tanpa menekan rupiah….????
Kita ikuti contoh Singapur, Dollar Singapur kan terhitung kuat, tapi masih banyak perusahaan multinasional buka pabrik di Singapur, kenapa? Karena infrastruktur (Pelabuhan, bandara, jalanan, dll)nya bagus. Karena birokrasi PNSnya gak belibet dan korup kayak Indonesia. Karena SDM yang ada pinter² dan gak punya hobi demonstrasi menuntut UMR setinggi langit dan hal² gak masuk akal lainnya. Kalo udah kayak begitu, biar Rupiah mahal juga mereka masih mau masuk.
Kk apa solusi yang tepat untuk tetap mempertahankan investasi dari luar nwgeri tanpa harus menaikkan harga dollar dan tanpa menekan rupiah…..????? Bantu jawab kk….
k, kalau brunei darusalam menggunakan sistem ekonomi apa dan skenario yang mana ya?
kemudian kenapa sistem ekonomi komunis menyebabkan kemiskinan dan kebodohan?
Brunei Darussalam itu ekonominya persis kayak ekonomi Arab Saudi: Ekonomi rente.
Ekonomi mereka mengandalkan satu hal saja: export minyak. Mereka gak peduli sama hal lain, mereka cuma dapet duit dari minyak, lalu duit itu mereka bagi² ke rakyatnya supaya gak ada yg protes. Mereka bisa melakukan itu karena kombinasi 2 hal:
1) Minyak mereka banyak
2) Rakyat mereka sedikit
Kebanyakan negara laen gak punya 2 hal itu.
Komunis menyebabkan kemiskinan dan kebodohan karena banyak hal. Misalnya:
1) Komunisme itu sistem anti kritik. Semua yang mengritik komunisme akan dicap “kontra revolusi” oleh rezim komunis dan dipenjara/ditembak mati. Akhirnya, kesalahan² yg ada buanyak yang tidak pernah dibetulkan. Yang miskin tetep miskin, yang bodoh tetap bodoh.
2) Komunisme itu bermimpi bahwa manusia itu tidak butuh insentif ekonomi. Mereka gak sadar bahwa manusia itu (umumnya) mau mencari keuntungan ekonomi, sehingga akibatnya karena tak ada insentif, orang² jadi malas.
3) Komunisme itu mengira kalau semua diurus negara jadi beres. Mereka lupa, mentalitas PNS itu kalah jauh soal efisiensi daripada mentalitasnya orang² swasta. Kenapa? Balik lagi soal insentif: kalo di swasta, kalo kamu malas, perusahaan kamu bangkrut dan ditutup, kamu kehilangan kerjaan. Kalo PNS sih gak jadi soal, masak negaranya mau ditutup? Nah, bayangin SEMUA urusan kamu diurus 100% oleh PNS, gak ada yg diurus swasta. Pemerintahnya repot, rakyatnya juga repot.
njay jadi makin tau gw, dan jadi tertarik ilmu ekonomi, thanks artikelnya :))
Kami dari PT. HOKA HOKI INDONESIA memberitau bahwa perusahaan kami ingin bekerjasama dalam bidang pengurusan barang Import RESMI & BORONGAN
Service Kami,
Customs Clearance Import sistem Resmi maupun Borongan
Penanganan secara Door to Door ASIA & EROPA
Penyediaan Legalitas Under-Name (Penyewaan Bendera)
Pengiriman Domestic antar pulau seluruh Indonesia laut dan Udara atau Darat.
Customs Clearance Port
Jakarta, Semarang, Surabaya, Belawan & Port Lain nya.
Dote :
Kami tidak menerima barang-barang larangan seperti Airsoft Gun, Obat-obatan terlarang.
Kami tidak bertanggung jawab/ tidak akan mengganti kerugia apabila didapati adanya barang-barang bahaya / Larangan tersebut, dan apabila diketahui barang membahayakan maka kami akan melapor kepada pihak yang berwajib.
Kami menerima barang-barang seperti Kimia, tetapi kimia yang ada disertai MSDS (Material Safety Data Sheet).
Terima kasih atas kepercayaan nya,semoga kami dan perusahaan bpk/ibu berjalan dengan lancar.
Jika ada yang ingin dipertayakan, silah kan hubungi kami di nomor (+62 21) 2906-8484
Hp wa. 081908060678 E-Mail : andijm.logistics@gmail.com
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
PT. HOKA HOKI INDONESIA
Shopping Arcade 2nd Floor B-03 Jakarta Garden City,
Jl. Raya Cakung Cilincing KM. 0,5 Jakarta Timur 13910 Indonesia
Phone : +62 21 29068484 Fax : +62 21 29068666
Email : andijm.logistics@gmail.com
Website : hokahoki.co.id
Mr. Andi JM BBM : D9CE63FD
Hp wa. 081908060678, 081385311679
Kak mau usul, artikel tentang krisis ekonomi eropa dibuatin artikel juga dong 😀
bagus tulisannya padahal udah lama banget
Memang tidak ada yg sempurna sih menurut saya.
Seperti negara kita menggunakan paham B & C.
mengabaikan A.
bukan nya kalau semakin banyak investor yg masuk menanam modal otomatis kesetabilan mata uang negara pasti tidak setabil (A).
Dan efek nya jika mata uang kita tidak setabil bukan nya akan terjadi inflasi (B) juga…sebab begitu mudah nya modal masuk ke sektor rill kita dan mengakibat kan jumlah uang yg beredar berlebihan.
Kalau seandai nya kita tidak memakai (C).
efek nya akan menghambat pertumbuhan ekonomi kita menjadi lambat .
Dan akan menghabis kan uang cash dri perintahan yg seperti di bahas tadi.(kalau gak ada yg korup.
Tapi bisa gak ya pemerintah lebih menggalakan EKSPOR dri pada import agar kita bisa lebih mengharap kan pendapatan negara sendiri dri hasil expor kita.mencoba lagi untuk menggalakan ekonomi expor kita rangkul semua UMKM..untuk bekerja sama.
yg di sayang kan terkadang suatu barang yg sebenar nya ada di tanah air kita ini yg bisa kita hasil kan sendiri tapi malah memilih untuk mengimport barang itu.