Artikel ini membahas tentang seluk-beluk air terjun, proses pembentukan, jenis-jenis, serta siklus airnya.
Aloha, guys! Ketemu lagi nih sama gue, Rifad. Kali ini, gue mau ngomongin tentang air terjun. Akhir-akhir ini sering banget publik ngomongin tentang film yang lagi hits, yaitu Black Panther. Udah pada nonton belum nih? Kalo lo nonton, pasti lo familiar dengan ini:
Yap. Air terjun di Wakanda ini menjadi lokasi penting dalam film karena menjadi tempat penobatan raja dan ritual tarung. Tenang, gue gak akan spoiler kok ?.
Nah, kali ini gue bukan mau bahas filmnya. Tapi, coba deh, perhatiin air terjunnya. Pernah kepikiran gak sih, air terjun itu datangnya dari mana? Dan gimana air terjun itu bisa terbentuk?
Yaa dari sononya! Apaan sih, ga penting banget pertanyaannya..
Wah sayang banget guys kalo belum apa-apa lo udah membatasi diri dengan jawaban seperti itu. Kalo lo mau eksplorasi lebih lanjut dikit aja, lo bakal merasakan sendiri gimana serunya mengaplikasikan ilmu yang lo dapat di sekolah ke kehidupan sehari-hari. Ketika lo terbiasa melakukan itu, proses belajar lo juga jadi ga ngebosenin. Malah lo bisa jadi ketagihan atau haus dengan ilmu pengetahuan.
Nah pada artikel ini, gue ingin nunjukin ke lo gimana serunya mengaplikasikan pemahaman di Geografi ke sebuah fenomena alam, yaitu air terjun. Artikel ini juga sekalian untuk menjawab salah satu dari pertanyaan yang masuk ke Instagram @zeniuseducation lewat #tanyazenius ini:
Nah, supaya lo gak bingung lagi tentang air terjun, yuk, kita bahas.
APA SIH SEBENERNYA AIR TERJUN ITU?
Basically, air terjun adalah sungai atau badan air lainnya yang jatuh dari atas tebing berbatu menuju kolam terjun (plunge pool) di bawahnya. Simple aja sih sebenernya. Pergerakan air ini disebabkan karena pada hakekatnya, air bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Karena prinsip ini, makanya lo banyak temuin air terjun di pegunungan. Jadi, gak heran dong, kalo pembentukan air terjun itu gak lepas dari proses Geologis yang terjadi selama sungai itu mengalir di pegunungan.
Kalo lo liat kedua air terjun di atas, lo percaya gak, kalo keduanya bukan merupakan air terjun alami, tapi adalah air terjun buatan manusia? Yup, Cascata delle Marmore di Italia dan Waterfall Aviary (Jurong Falls) di Singapura adalah air terjun buatan manusia. Keduanya bisa diatur gitu kapan nyalain dan matiin aliran airnya, karena mereka diberdayakan untuk kebutuhan pariwisata.
Namun, kali ini gue akan bahas tentang air terjun alami, yang terjadi karena proses alam.
Jenis-jenis Air Terjun
Air terjun itu bisa macem-macem bentuknya. Klasifikasinya itu bisa beda-beda karena gak ada standar yang fix buat mengelompokkannya. Secara singkat, di sini gue mau nunjukin ke lo beberapa jenis air terjun yang menarik untuk dibahas. Sebenernya ada banyak sih tapi daripada nanti lo pusing, gue cuma kasih beberapa yang cukup terkenal dalam khazanah ilmu mengenai air terjun aja.
Block Waterfall
Air terjun ini berasal dari aliran sungai yang lebar banget. Contohnya: Niagara Falls di Kanada
Cascade
Cascade waterfall adalah rangkaian air terjun yang menuruni serangkaian tangga batu dan bertemu di satu kolam terjun. Contohnya: Monkey Falls di India.
Cataract
Cataract waterfall adalah air terjun yang sangat besar, powerful, dan berbahaya. Debit air yang dikeluarkan dalam air terjun ini juga besar dan cepat alirannya. Bukan nama penyakit ya, cuy! Contohnya: Iguazu Falls di perbatasan Argentina dan Brazil.
(Catatan: In some cases, Niagara bisa juga diklasifikasikan sebagai cataract karena debit airnya yang gede dan cukup berbahaya. Jadi, balik lagi sih bahwa pengelompokkan ini tidak kaku ya, teman-teman!)
TERUS, GIMANA SIH PROSES PEMBENTUKAN AIR TERJUN?
Well, biasanya kalo lagi ngomongin proses di alam kayak gini, Geografi selalu menekankan tentang dua hal, yaitu perihal ruang dan waktu. Maksudnya, fenomena geografis ini terjadi dalam cakupan ruang yang luas banget dan dengan waktu yang tidak sebentar dan terus menerus terjadi. Jadi, segala sesuatunya tuh gak instant terjadi gitu aja. Keep that in mind!
Sekarang kita langsung ke prosesnya deh. Sebelumnya, coba lo bayangin dulu sungai mengalir dengan derasnya di pegunungan. Jangan lupa bahwa: air merupakan agen yang bisa memicu pengikisan. Dengan kata lain, air punya daya pengikisan (erosi) yang tinggi terhadap apa yang dia lewati. Okay? Biar lebih gampang, coba lo lihat skema di bawah ini:
- Terdapat perbedaan lapisan batuan jika dilihat dari tingkat ketahanan terhadap pengikisan air. Lapisan batuan tersebut ada yang sifatnya hard rock (batuan yang keras) dan soft rock (batuan yang halus). Hard rock ini biasanya itu contohnya batuan granit dan soft rock biasanya itu batuan pasir.
- Badan air atau sungai mengalir melewati lereng pegunungan dan pada waktu yang bersamaan mengikis berbagai macam lapisan batuan yang ada. Air akan lebih mengikis lapisan soft rock ketimbang hard rock. Akibatnya, terbentuklah kolam terjun sebagai daerah yang lebih dalam.
- Bagian overhang (lapisan batuan keras yang menonjol) runtuh karena dilemahkan oleh erosi dan pelapukan dan ditarik ke bawah oleh gravitasi
- Dalam kurun waktu yang panjang, air sungai yang turun menuju lembah tersebut kemudian menjadi air terjun yang kian bertambah tinggi. Tidak hanya itu, kolam terjun juga semakin dalam karena pengikisan air sungai yang jatuh terus-menerus. Batu yang ambruk digunakan digunakan sebagai alat pengikisan air untuk terus mengikis kedalaman kolam terjun Jadi, jangan heran kalo tinggi air terjun bisa bertambah tinggi.
Voila! Begitulah proses pembentukan air terjun! Anyway, terbentuk juga bagian ‘belakang’ air terjun yang bisa dikunjungi gitu seperti gua. Hal ini disebabkan oleh lapisan hard rock yang menjadi bagian overhang yang kemudian menahan pengikisan air sungai yang tadi udah gue jelasin. Menarik, bukan? Contohnya kayak Steinsdalsfossen di Norwergia.
TAPI KOK AIRNYA GAK ABIS-ABIS?
Oke, sampai di sini moga lo udah ngerti ya gimana air terjun bisa terbentuk. Trus, airnya datang dari mana? Kok airnya gak habis-habis?
Nah, airnya gak abis-abis karena sesuatu yang dinamakan sebagai siklus air. Siklus air atau bahasa kerennya Siklus Hidrologis adalah pergerakan air yang terjadi secara kontinu di permukaan Bumi. Siklus air sendiri bisa dibedakan jadi tiga jenis berdasarkan waktunya yaitu siklus pendek, siklus sedang dan siklus panjang. Ketiganya saling berkaitan, jadi gue bakal ulas satu per satu biar lo paham secara menyeluruh dalam memahami persediaan air di air terjun ini.
Siklus Pendek
Dalam siklus ini, proses peredaran air berlangsung dengan waktu yang relatif cepat dan biasanya terjadi di laut. Panasnya sinar matahari menyebabkan air laut mengalami penguapan (evaporasi). Uap air tersebut kemudian menjadi padatan (kondensasi) pada ketinggian tertentu dan membentuk awan. Seiring berjalannya waktu, awan semakin membesar dan turunlah sebagai hujan (presipitasi) di atas laut. Air yang turun tersebut nantinya akan mengalami evaporasi kembali. Dan siklus kembali terulang.
Siklus Menengah
Siklus ini bisa dibilang bakal lebih ngejawab pertanyaan tentang persediaan air di air terjun ini. Diawali dengan penguapan yang disebabkan oleh sinar matahari. Kemudian, uap air terebut membentuk menjadi awan. Yang membedakan adalah awan tersebut bergerak hingga mencapai daratan. Faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa aja karena kondisi angin, rotasi bumi dan berbagai kondisi cuaca di tempat tersebut. Ketika awan tersebut mencapai titik jenuhnya di udara, titik-titik air kemudian turun tercurahkan menjadi hujan di daratan.
Kemudian, hujan yang turun di daerah gunung akan menimbulkan aliran air yang bergerak dari puncak ke kaki gunung melalui sungai, danau, parit atau selokan. Dalam praktiknya, badan air termasuk sungai itu kan (dalam jangka waktu yang sangat lama) bisa berkembang menjadi air terjun.
Air yang mengalir di air terjun tersebut kemudian didapat dari curahan air hujan yang turun secara terus menerus di sungai pegunungan dan kemudian bermuara di kolam terjun (plunge pool).
Jika kolam terjun tersebut merupakan akhir dari aliran air tersebut, hal ini menunjukkan siklus air akan dimulai kembali dari sumber tersebut. Namun, perlu diinget bahwa ada air terjun yang bermuara langsung ke laut. Misalnya, Jeongbang Falls di Jeju Island, Korea Selatan.
Siklus Panjang
Pada dasarnya, siklus ini mirip dengan siklus-siklus sebelumnya, tapi jauh lebih kompleks, karena sumber penguapan itu bisa bermacam-macam, gak hanya dari laut, tapi juga sungai, danau, tubuh perairan lainnya dan hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap air yang terbentuk tersebut bergabung menjadi awan dan turun sebagai presipitasi baik berupa hujan maupun es/salju. Selain dialirkan melalui badan perairan lainnya seperti di siklus sedang, sebagian hasil presipitasi juga meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menjadi air tanah. Aliran air tanah ini yang kerap disebut sebagai perlokasi, selanjutnya akan berakhir di laut. Dan pada akhirnya, siklus akan terulang kembali di laut. So, siklus panjang merupakan siklus yang berlangsung paling lama dan paling komplit.
KESIMPULAN
Jadi, kesimpulannya kira-kira begini:
- Karena prinsip air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, air terjun banyak muncul di pegunungan karena pegunungan merupakan tempat yang tinggi.
- Proses pembentukan air terjun bergantung pada proses pengikisan (erosi) air terhadap lapisan soft rock di badan sungai.
- Pembentukan air terjun berlangsung secara terus-menerus oleh air dan terjadi dalam jangka waktu yang lama.
- Ketersediaan air di air terjun berhubungan dengan siklus air terutama siklus air menengah.
Jadi, seru kan, menelaah lebih dalam mengenai fenomena Geografi yang satu ini? Tulisan ini juga membuktikan kalo sebenernya Geografi ya #gakhanyabatu doang. Bahasan kali ini datang dari ‘rekan sejawat’ dari batu itu sendiri yaitu air. Segitu aja dari gue dan semoga bermanfaat ya tulisan gue ini ke depannya! Semoga tulisan ini membantu menjawab pertanyaan lo tentang air terjun, dan semoga bisa menjadi referensi lo juga. Kalo lo ada pertanyaan lebih lanjut tentang topik ini, jangan ragu untuk post di kolom komentar ya, guys! See you~
REFERENSI:
- Anjayani, Eni dan Tri Haryanto. Geografi untuk Kelas X SMA/MA (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
- Noor, Djauhari. Geomorfologi. Yogyakarta: Deepublish, 2014.
- https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/waterfall/
- https://www.britannica.com/science/waterfall-geology
- https://www.britannica.com/science/cataract-waterfall
- https://en.wikipedia.org/wiki/Waterfall
- https://www.world-of-waterfalls.com/featured-articles-waterfalls-101-how-are-waterfalls-formed.html
—————————CATATAN EDITOR—————————
Jika ada di antara kamu yang ingin ngobrol atau diskusi dengan Rifad seputar fenomena alam air terjun, jangan ragu untuk bertanya pada kolom komentar di bawah artikel ini!
Thanks zen buat infonya. Utk siklus air udah kepikiran sih tapi yg bagian erosinya mencerahkan sekali 🙂
Hai Yory, glad you like the article 🙂
Aloha, Yory! Sama-sama! Keep it up, yo! ^^
Wah gakepikiran sih yang siklus air yang ngebuat air di air terjun gahabis-habis cuma mikirnya tuh di atas sana banyak persediaan air, gatau juga maksud persediaan itu apa. Nah skrg yang jadi pertanyaan, yang memengaruhi debit air di air terjun apa? Terus mungkin bisa jelasin singkat gimana air terjun buatan itu, mungkin dari prosedur mengaktif dan nonaktifkan aliran yang dikatakan di artikel ini. Dari dulu penasaran bgt, mikirnya buat apa orangorang ngebuat air terjun buatan, kyk gaada kerjaan gitu kan ribet. Makasih bang
Mungkin buat objek wisata(parawisata), atau mungkin bisa untuk memutar turbin ? Supaya dpt listrik.
Cara pengaktifannya mungkin mirip sama pengaktifan akuarium atau kolam renang wkwk
Halo, Aisya.
1. Faktor memengaruhi debit air
Hal yang memengaruhi debit air terjun itu ada berbagai macem. Pertama, intensitas hujan. Jelas. Hujan merupakan komponen periodik (musiman) yang berpengaruh pada debit air. Ketika musim hujan pendek, debit air menurun. Ketika musim hujan menjadi panjang, debit air akan meningkat. Logis kan? 🙂
Kedua, laju penggundulan hutan. Kita tau bahwa hutan itu kan berfungsi buat penyerap air. Ketika hujan turun, air yang jatuh di daerah tersebut akan meresap ke dalam tanah yang kemudian menjadi air tanah. Air tersebut tidak langsung pergi menuju badan air lainnya karena air tersebut akan menjadi cadangan air bagi sumber air sungai. Nah, kalo hutannya dibabat, pada musim hujan, air hujan akan menggerus tanah secara langsung dan mengalir menuju badan air. Konsekuensinya, debit air akan meningkat drastis beserta aliran lumpur yang terbawa aliran air tersebut.
Ketiga, pengalihan hutan menjadi lahan pertanian atau permukiman. Risiko hal ini sama kayak penggundulan hutan sebelumnya. Kalo lahan pertanian atau permukimannya tidak memerhatikan konservasi lahan tersebut, tentu akan berpotensi merusak aliran air di daerah tersebut
2. Prosedur air terjun buatan
Sebenernya, bener tuh kata MIkhail Gorbachev, mekanismenya simply serupa sama aktivasi akuarium gitu sih. Tentu, seperti yang udah gue sampaikan di atas, bahwa pembuatan air terjun buatan ini digunakan untuk pemberdayaan pariwisata.
Ngerti kan? 🙂
Halo, Aisya.
1. Faktor memengaruhi debit air
Hal yang memengaruhi debit air terjun itu ada berbagai macem. Pertama, intensitas hujan. Jelas. Hujan merupakan komponen periodik (musiman) yang berpengaruh pada debit air. Ketika musim hujan pendek, debit air menurun. Ketika musim hujan menjadi panjang, debit air akan meningkat. Logis kan? 🙂
Kedua, laju penggundulan hutan. Kita tau bahwa hutan itu kan berfungsi buat penyerap air. Ketika hujan turun, air yang jatuh di daerah tersebut akan meresap ke dalam tanah yang kemudian menjadi air tanah. Air tersebut tidak langsung pergi menuju badan air lainnya karena air tersebut akan menjadi cadangan air bagi sumber air sungai. Nah, kalo hutannya dibabat, pada musim hujan, air hujan akan menggerus tanah secara langsung dan mengalir menuju badan air. Konsekuensinya, debit air akan meningkat drastis beserta aliran lumpur yang terbawa aliran air tersebut.
Ketiga, pengalihan hutan menjadi lahan pertanian atau permukiman. Risiko hal ini sama kayak penggundulan hutan sebelumnya. Kalo lahan pertanian atau permukimannya tidak memerhatikan konservasi lahan tersebut, tentu akan berpotensi merusak aliran air di daerah tersebut
2. Prosedur air terjun buatan
Sebenernya, bener tuh kata MIkhail Gorbachev, mekanismenya simply serupa sama aktivasi akuarium gitu sih. Tentu, seperti yang udah gue sampaikan di atas, bahwa pembuatan air terjun buatan ini digunakan untuk pemberdayaan pariwisata.
Ngerti kan? Kalo masih ada yang belum ngerti, boleh tanyain lagi yaaa ^^
1. Apakah jumlah air yg diserap (evaporasi) baik di laut, tumbuhan, es, dll sama dengan jumlah yg dijatuhkan kembali ke bumi ? Misal air terevaporasi 100 liter, apakah akan jatuh ke bumi 100 liter juga?
2. Rerata waktu siklus pendek, sedang, dan panjang dalam satu putaran kisaran brp lama ya ? Mungkin 1 putaran siklus pendek seminggu misalnya.
Thanks
Artikelnya berfaedah sangat
Halo, Mikhail Gorbachev. (bener ga tuh? Wkwkwk)
Menarik nih pertanyaannya.
1. Sebenernya jumlah air di bumi secara keseluruhan tuh relatif tetap. Yang berubah adalah, tentunya, wujud dan tempatnya. Nah, dari siklus hidrologi tersebut lo jadi makin paham dong gimana persebaran air tersebut? 🙂
2. Terkait durasi rata-rata itu gue ga nemu secara precise nih. Tapi sepemahaman gue, durasinya cukup variabel dan beragam tergantung kondisi ruangnya (misal: tingkat penguapan di daerah tropis/subtropis akan berbeda). Keberadaan air di tanah itu berkisar sekitar satu hingga dua bulan sebelum melalui penguapan.
Bahkan, setetes air di samudera membutuhkan waktu 3000 tahun lamanya sebelum naik menjadi uap air lho! Kalo dalam bentuk es, lain lagi ceritanya. Bisa ampe 2,7 juta tahun lamanya. Lama juga yaaa. Tapi, uap air kira-kira cuma menghabiskan waktu relatif 9 hari aja di atmosfer. Beragam kan ya?
So, inget yang gue sebutin di atas terkait dimensi ruang dan waktu. Siklus air ini itu saling berhubungan satu sama lain dan terjadi dalam ruang yang luas serta waktu yang sangat lama. Kompleksnya proses ini bikin kita susah ngukur fenomena ini. Tapi, yang penting kita tahu alur pegerakan air tersebut dalam siklus hidrologi ini. Okay? Ngerti ga? Kalo masih ga ngerti, tanyain lagi aja ya 🙂
ntaps gan ….
Sip sundul, gan! 😀
Wow, baru kali ni niat baca yang ginian ?
Wah makasih ya! Lanjutkan niat baiknya hehehe
Thanks zen, gue malah mikirnya karena relief bumi gak rata dan air bergerak dari dataran tinggi ke rendah yaudah jadi aja gitu ada air terjun gak mikir ada erosinya segala hehe
Sama-sama ya! Yap. Ternyata tidak sesederhana itu ya fenomena di Bumi ini hehehe
Makasih kaaa, bermanfaat banget penjelasannya ?
Wah sama-sama ya, Lyha! ^^
Kakak kan nulis tuh yah diatas begitu juga hal turun salju ya kak sama gitu ya kayak hujan? And btw, pengen tahu tentang musim gitu deh kak, saya tahu kalo musim berbeda-beda karena poros bumi yang miring. Nah, apa jadinya kak kalau poros bumi nggak miring? Gimana Pengaruhnya terhadap musim?Wkwkwk
*kak mau minta penjelasan pembentukan alam semesta menurut teori big bang? Teori yg tak terbantahkan lagi!?? Maaf ya kak kalo gak jelas
Hai, Cantika! Kamu semangat banget ya keliatannya hihi sebelumnya gue mau klarifikasi dulu nih sebenernya apa yang mau lu tanyakan? Poin-poin pertanyaannya seperti ini bukan?
– Apakah proses turunnya salju dan hujan itu sama perannya dalam siklus air?
– Apa dampak miringnya poros bumi dan kalo engga miring bakal kayak gimana?
– Penjelasan Teori big bang (Am I right?)
Hehe biar lebih jelas aja. Terima kasih atas feedbacknya, Cantika!
Iya kakk Rifad gitu pertanyaanya wkwk *thank you 😀
Kak kok gue lebih penasaran sama pertanyaan kedua ya,, kenapa air dari sungai yang rasanya tawar terus mengalir di laut bisa jadi asin ?? :v
Mohon pencerahannya kak
Menurut lo kenapa coba? Wkwkwkwk nanti gue bakal bahas itu di tulisan lain deh soalnya perlu penjelasan yang komprehensif sih.
Hi Rifad artikel lo bagus
oh ya gue mau nanya that’s why negara2 afika itu miskin akan cadangan air gue sempet browsing itu dikarenakan sahara doang In some cases kayak di papua daerahnya banyak juga hutan tropis tapi masih kek nya tuh kekurangan air
apa gak ada siklus hidrologi disana? :v
thanks for answer
Halo, Puji! Makasih ya!
Okay tapi sebelum gue jawab pertanyaan lo, gue mau luruskan dulu pemahaman terhadap pertanyaan lo dulu nih. Jadi, maksud pertanyaan lo itu kenapa Papua masih kekurangan air padahal secara geografis ga bergurun pasir kayak di Afrika? Maksudnya begitu apa gimana dulu nih? 🙂
Buat parawisata ,juga buat pertanian dikala musim kemarau