Teknik Pengumpulan Data Zenius Education

Teknik Pengumpulan Data Penelitian – Materi Sosiologi Kelas 10

Ketika melakukan sebuah penelitian, data-data yang membuktikan terjadinya fenomena yang sedang dikaji sangatlah penting. Ada beberapa teknik pengumpulan data penelitian yang harus kamu ketahui. Apa aja? Yuk, kita pelajari bareng-bareng!

Apa Itu Teknik Pengumpulan Data?

Teknik pengumpulan data penelitian zenius education
Apa itu teknik pengumpulan data? (Arsip Zenius)

Setelah lo udah tau apa yang mau lo jadiin bahan penelitian, mau dikaitkan sama teori apa, pendekatan apa yang mau lo pake, hingga variabel dan hipotesisnya, kini saatnya lo mulai tahap pengumpulan data. Apa itu pengumpulan data? Waktu lo ngadain penelitian, pastinya lo punya yang namanya rumusan masalah. Nah, pengumpulan data inilah yang jadi proses penting untuk menjawab rumusan masalah yang lo angkat dalam penelitian lo—berdasarkan fakta yang udah lo dapetin di lapangan.

Sekarang, yuk kita lihat satu persatu cara penerapan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing teknik tadi!

Teknik-Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan cara observasi, wawancara, kuesioner (angket), dan studi pustaka. Kita bahas secara lebih detail tiap tekniknya, yuk!

Teknik Observasi

Teknik Pengumpulan Data Observasi Zenius
Dalam mengobservasi, lo gak melulu harus terjun ke lokasi karena ada metode nonpartisipatif. (Arsip Zenius)

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap fenomena yang sedang kita teliti. Contohnya bisa kayak video social experiments sejenis ‘seperti apa sih reaksi orang-orang kalau melihat kakek-kakek kesulitan berjalan?’ yang mungkin pernah lo liat di YouTube. Jadi, yang diamati itu respon orang terhadap suatu hal tertentu. Tapi, dalam mengobservasi, lo gak melulu harus terjun ke lokasi, karena ada dua jenis observasi: partisipatif dan non partisipatif.

Jenis-Jenis Observasi

Pada observasi partisipatif, penelitinya ikut terlibat dalam fenomena yang diteliti. Sedangkan, kalo observasi non partisipatif, penelitinya hanya mengamati dari jauh.

Misalnya nih, lo mau bikin penelitian terhadap kebiasaan tertentu dari fans K-Pop. Kalo lo mau pake teknik observasi partisipatif, lo bakalan ikutin keseharian fans K-Pop mulai dari dengerin musiknya, ngikutin berita tentang artis-artisnya, dan mungkin juga bikin akun khusus buat fangirling atau fanboying.

Tapi, kalo lo mau pake observasi non partisipatif, lo cukup mengamati kegiatan fans K-Pop ini dari jauh aja.  Lo bisa memakai bantuan media audio dan visual untuk merekam data. Atau lo juga bisa melakukannya secara online, di Twitter misalnya, jika fans K-Pop di Twitter memang menjadi subjek penelitian lo.

Penerapan Observasi

Kalo lo mau pake teknik pengumpulan data observasi, ada 3 langkah yang perlu lo lakukan. Pertama, perencanaan. Lo mau meneliti apa? Gimana caranya lo dapet akses supaya bisa melakukan observasi?

Misalnya lo mau melakukan observasi di sebuah sekolah, lo harus minta izin dulu sama pihak sekolahnya sebelum bisa melakukan observasi. Atau, misal lo mau mengobservasi di Twitter, apakah lo harus izin Elon Musk dulu? Enggak perlu kalau ini sih, ya. Lo bisa izin langsung ke orang yang bersangkutan bahwa lo akan melakukan observasi terhadap mereka.

Langkah kedua adalah persiapan alat. Media apa yang bakalan lo pake buat merekam data yang lo kumpulin dari lapangan? Apakah lo butuh kamera untuk ambil foto atau video? Atau lo mau tulis datanya di catatan lapangan? Peralatan ini penting buat lo persiapkan agar lo bisa memastikan bahwa data yang lo cari bisa terekam dengan baik supaya berikutnya bisa lo telaah lebih lanjut.

Finally, eksekusi observasinya. Dalam melaksanakan observasi, pastikan bahwa lo bener-bener menangkap seluruh data yang lo butuhkan dalam penelitian lo. Jangan sampe ada yang ketinggalan. Contoh penelitian kebiasaan fans K-Pop tadi, mungkin lo bisa dokumentasikan juga interaksi antar fans yang bisa jadi data buat penelitian lo.

Kelebihan dan Kekurangan Observasi

Teknik observasi punya kelebihan dan kekurangan yang bisa lo jadiin bahan pertimbangan buat penelitian lo nanti. Kita mulai dari kelebihannya dulu. Observasi, tidak seperti teknik lainnya yang mengharuskan lo buat mempersiapkan beberapa hal sebelumnya, relatif sederhana. Lo tinggal dateng ke lokasi, mengamati, dan mendokumentasikan–gak seribet teknik lainnya.

Lalu, datanya juga akurat karena lo bisa dapet data langsung dari lapangan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Terakhir, lo juga gak perlu bergantung sama laporan atau jawaban dari orang lain karena datanya lo dapetin langsung dari hasil pengamatan lo sendiri.

Tapi, observasi juga punya kekurangan. Yang pertama adalah isu etik–ketika lo mau melakukan pengamatan, lo harus dapet akses buat bisa mengamati fenomena yang lo teliti, kan? Tapi pada kenyataannya, dapetin akses tuh gak semudah itu. Misalnya lo mau mengamati tentang geng motor, tapi ternyata mereka gak mau diamati. Jadi susah, deh.

Kedua, data yang lo dapet kurang reliable karena data yang lo dapet bisa aja berubah seandainya yang mengobservasi subjek berbeda, atau subjek yang sama di waktu yang berbeda, ada kemungkinan datanya juga bakal berubah.

Yang ketiga adalah isu bias dan persepsi pribadi. Lo sebagai peneliti mungkin punya pandangan tersendiri terhadap sesuatu, dan itu bisa aja lho, mempengaruhi dokumentasi observasi lo.

Lastly, observasi lebih menyita waktu dan biaya. Lo perlu waktu beberapa lama buat observasi. Lo juga butuh uang buat beli peralatan, misalnya kamera, dan mungkin juga buat transportasi dan akomodasi selama lo observasi.

Lo bisa nonton lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangan observasi di video belajar Zenius ini.

Teknik Wawancara

Teknik Pengumpulan Data Wawancara
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. (Arsip Zenius)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab bersama responden atau narasumber yang terpercaya.

Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara terhadap responden adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari mereka. Lo bisa lebih menggali dan memahami pendapat narasumber lo tentang pengalaman, perilaku, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian lo.

Misalnya lo mau meneliti tentang cara belajar anak-anak berprestasi di suatu angkatan. Lo bisa pake teknik wawancara buat menggali kebiasaan belajar mereka dengan lebih dalam. Contoh jawaban dari narasumbernya bisa kayak gini nih, “Aku suka belajar dari video dan artikel yang ada di Zenius.”

Jenis-Jenis Wawancara

Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Nah, kita mulai dari yang pertama dulu, ya.

Pada wawancara terstruktur, lo sebagai peneliti bakal nyiapin daftar pertanyaan dulu sebelum ketemu sama narasumbernya. Jadi di daftarnya tuh bisa mendetail banget, misalnya: Siapa nama lo? Lo sekarang kelas berapa? Hobi lo apa? Pelajaran kesukaan lo apa? Lo biasanya belajar jam berapa? Dan seterusnya.

Kalo wawancara tidak terstruktur, peneliti tetap ada persiapan sih, tapi biasanya yang dicatet cuma poin-poinnya aja yang nantinya akan dikembangkan jadi pertanyaan ketika udah ketemu sama narasumbernya. Misalnya di catatan lo cuma ada tulisan biodata, kebiasaan belajar, kesulitan belajar, dan hasil belajar. Nah nanti waktu ketemu narasumber, baru lo bikin pertanyaannya dengan berpatokan sama poin-poin tersebut.

Baca juga: Materi Sosiologi Kelas 10: Sosialisasi

Penerapan Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara bisa dilakukan secara offline maupun online. Langkah pertama dari wawancara adalah lo membuat janji dulu sama narasumbernya. Mungkin ada beberapa narasumber yang bisa lo temui dadakan, tapi lebih baik kalo janjian dulu kan, biar ada waktu pastinya.

Tentukan lo mau ketemu jam berapa? Online atau offline? Kalo online, lewat e-mail, atau pakai Zoom atau Google Meet? Atau kalo offline, mau dimana? Ini lo diskusiin sama narasumbernya, yaps! Pastikan juga untuk mengutamakan kenyamanan narasumber, ya. Karena sebagai peneliti lo membutuhkan bantuan mereka.

Berikutnya adalah menyiapkan bahan. Lo mau wawancaranya terstruktur atau tidak terstruktur? Kalo terstruktur, lo harus siapin daftar pertanyaannya dengan mendetail. Jika lo memilih wawancara online misalnya lewat e-mail, akan lebih baik jika pertanyaannya dibikin terstruktur sehingga bisa dijawab dalam sekali waktu.

Sementara itu, kalo lo menerapkan wawancara tidak terstruktur, pastiin lo udah catet semua poin yang harus kecover dalam wawancara tersebut. Jika lo melakukan wawancara online lewat aplikasi meeting, menerapkan wawancara tidak terstruktur begini akan jauh lebih produktif karena tektokannya lebih gampang, tidak seperti via e-mail.

Akhirnya, eksekusi, deh! Mulai deh ngobrol sama narasumbernya. Jangan lupa buat mendokumentasikan wawancaranya, ya. Lo bisa lakuin ini dengan mencatat jawaban-jawaban narasumbernya atau direkam menggunakan perekam suara. Sebelumnya, pastikan juga kalau narasumber tidak keberatan kalau jawabannya direkam untuk kebutuhan dokumentasi dan penelitian lo.

Kelebihan dan Kekurangan Wawancara

Kita bahas kelebihan wawancara dulu, ya. Yang pertama adalah, data dari wawancara itu relatif bebas bias, khususnya dari sisi peneliti. Karena lo akan berusaha untuk menerjemahkan dan menceritakan kembali apa yang telah disampaikan oleh narasumber.

Berikutnya, wawancara itu fleksibel, ya. Lebih gampang aja gitu mengatur waktu janjiannya, bisa online, bisa offline, jamnya juga bisa dengan mudah disesuaikan. Kalaupun nggak ketemu waktunya, lo bisa melakukannya dengan mengirimkan daftar pertanyaan. Kemudian, lo memberikan narasumber batas waktu tertentu, misalnya seminggu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lo.

Cara ini juga menghemat cost. Misal narasumber lo beda pulau, lo nggak perlu jauh-jauh pergi ke sana. Asalkan narasumber lo setuju ya untuk melakukan wawancara misalnya lewat aplikasi kayak Zoom atau Google Meet.

Selain itu, kalau lo melakukan wawancara secara online maupun offline, kadang-kadang bisa muncul bahan pembicaraan lain atau mungkin pertanyaan yang lo lewati karena dirasa sudah terjawab. Terus yang gak kalah asyiknya, setelah bertemu dengan narasumber, lo bisa aja lho berakhir temenan sama mereka. Lumayan, kan, menambah relasi?

Tapi, kalo lo gak hati-hati, kelebihan terakhir itu bisa memunculkan isu objektivitas. Bisa aja kalo lo wawancara orang yang baru lo kenal, mereka bakal cenderung lebih ‘menjaga’ jawabannya. Sedangkan kalo lo udah kenal sama narasumbernya, jawaban mereka bisa lebih blak-blakan. Nah, disini lo harus hati-hati dalam menginterpretasikan datanya agar bisa objektif.

Kekurangan berikutnya adalah adanya reaksi negatif. Lo harus siap dalam menghadapi sikap narasumber terhadap permasalahan yang kita angkat. Kadang-kadang reaksi mereka bisa negatif, tapi kita pun harus hati-hati agar, baik secara sadar maupun tidak, terhindar dari memberikan reaksi negatif kepada narasumber.

Jika lo melakukan wawancara secara online, kekurangannya adalah adanya kemungkinan lo kesulitan membaca komunikasi nonverbal dalam bentuk gestur dan ekspresi narasumber dengan jelas. Selain itu, lo kemungkinan akan otomatis membatasi narasumber yang lo ambil. Melakukan wawancara online kan artinya lo mewawancarai mereka yang punya akses terhadap teknologi.  Jadi, mereka yang tidak memiliki akses tersebut kemungkinan tidak bisa masuk ke dalam daftar narasumber lo.

Teknik Kuesioner (Angket)

Teknik Pengumpulan Data Kuesioner Zenius
Dalam banyak kasus, peneliti gak perlu bertatap muka sama responden dengan metode kuesioner. (Arsip Zenius)

Kuesioner atau angket itu teknik pengumpulan data dengan cara memberi sejumlah pertanyaan, umumnya dalam bentuk tertulis, kepada subjek penelitian. Cara mengumpulkan data dengan teknik kuesioner ini bisa dilakukan secara offline maupun online. Pada dasarnya, caranya sama aja, sih. Bedanya, kalo online lo membagikan pertanyaan-pertanyaan itu lewat platform seperti Google Form, Survey Monkey, dan lain sebagainya. 

Kemudian kuesioner ada dua bentuk, yaitu angket tertutup, angket terbuka, dan angket campuran.

Baca Juga: Teknik Pengolahan Data Kualitatif – Materi Sosiologi Kelas 10

Jenis-Jenis Kuesioner

Pada angket tertutup, pertanyaan-pertanyaannya tuh udah ada pilihan jawaban yang disediakan oleh peneliti. Misal pertanyaannya: yang mana situasi belajar yang lo suka? Terus pilihan jawabannya: a. Sendiri di rumah b. Sendiri di luar  rumah c. Sama temen di rumah d. Sama temen di luar rumah. Nah, nanti partisipannya hanya bisa memilih salah satu dari jawaban yang udah diberikan.

Kalo angket terbuka, pertanyaannya tuh open ended, jadi responden diberi kebebasan dalam memberikan jawaban sesuai dengan pendapat mereka. Misal pertanyaannya “gimana situasi belajar yang bikin lo paling nyaman?” dan mereka bisa jawab “gue suka belajar subuh-subuh pas rumah lagi sepi-sepinya karena masih pada tidur.”

Sedangkan, angket campuran itu ada pilihan jawaban dan juga kolom jawaban yang bisa diisi sesuai kehendak responden. Misalnya di pilihan angket tertutup tadi doi pilih jawaban a, dibawahnya bisa disertai kolom, alasannya apa kok doi milih a?

Kelebihan dan Kekurangan Kuesioner

Dari kelebihannya dulu, yang pertama adalah peneliti gak perlu bertatap muka sama responden. Jadi, lo bisa nyebarin kuesionernya dimana aja, bisa lewat temen, bisa online lewat media sosial, atau bahkan di print terus di kirimkan ke rumah mereka. Kedua, jangkauan kuesioner lebih luas karena lebih mudah disebar apalagi kalo bentuknya online. Ketiga, datanya bisa diperoleh dalam satu waktu secara serentak dari orang-orang yang udah nerima kuesioner lo.

Kekurangannya adalah yang pertama, lo gak tau jawabannya jujur apa enggak. Kadang-kadang, ada lho orang yang asal jawab aja biar cepet selesai. Gue tau karena gue pernah gitu, hehe. Kedua, bisa aja dari sekian kuesioner yang lo kirim itu gak semuanya kembali ke lo. Gak semuanya menjawab. Dan terakhir, kadang ada jawaban yang mungkin terlewatkan atau sengaja dilewatkan oleh respondennya.

Baca Juga: Pengertian Teknik Sampling dalam Penelitian – Materi Sosiologi Kelas 10

Teknik Studi Pustaka

Teknik Pengumpulan Data Studi Pustaka Zenius
Tantangan dari studi pustaka adalah sumber datanya bisa aja udah outdated banget.
(Arsip Zenius)

Kalo dalam studi pustaka, data yang lo ambil sumbernya bukan dari orangnya langsung tapi dari buku, arsip, artikel, atau sumber data sekunder lainnya. Jadi kalo misalnya lo pengen meneliti sesuatu yang udah terjadi di masa lalu, tenang aja, lo gak harus time travelling, kok.

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Studi Pustaka

Kelebihan dari studi pustaka adalah lo bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Lo bisa cari sumber data sekunder di banyak tempat, bisa di artikel-artikel yang lo temuin di internet, buku-buku di perpustakaan, atau bahkan koran dan majalah yang tergeletak di meja ruang tamu rumah lo.

Tapi, kekurangan dari teknik ini adalah datanya mungkin aja kurang relevan dengan situasi terkini. Bacaan yang lo pake sebagai sumber data bisa aja udah outdated banget. Makanya lo harus pinter-pinter cari informasi yang ter-update buat penelitian lo. Selain itu, akurasi datanya juga sulit dinilai–apalagi kalo data sekunder yang lo ambil sebelumnya tuh udah diolah oleh sumber lain lagi. Datanya bisa aja jadi gak akurat.

Penutup

Wow, panjang juga ya pembahasan materi kali ini. Well, sekarang lo udah tau teknik-teknik yang bisa lo pake buat ngumpulin data penelitian. Ada juga hal-hal yang perlu lo perhatikan saat kumpulin data. Terus, setelah ngumpulin data, datanya diapain dong? Nggak didiemin aja, kan? 

Enggak dong. Setelah datanya lo kumpulkan, lo bisa lanjut mengolah data tersebut. Ada teknik-teknik pengolahan data sosiologi yang perlu lo mengerti. Semoga bisa jadi pegangan sampe nanti pas lo bikin penelitian, ya!

Anyways, buat ngecek pemahaman lo, coba jawab soal berikut ini, yuk:

Pertanyaan:
  1. Rudi sedang mengamati perilaku  siswa-siswa yang melakukan penyimpangan di sekolah. Hal tersebut dilakukan sebagai cara dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan Rudi adalah ….

a. Sampling
b. Wawancara
c. Observasi
d. Studi Pustaka
e. Kuesioner

Jawaban: c

Pembahasan: karena untuk mengumpulkan data Rudi mengamati suatu fenomena yang hendak diteliti, maka teknik yang digunakan adalah observasi.

  1. Di bawah ini yang tidak termasuk teknik pengumpulan data adalah ….

a. metode pengumpulan data observasi
b. perumusan masalah
c. memberikan kuesioner
d. wawancara
e. studi pustaka

Jawaban: b

Pembahasan: perumusan masalah berada di tahap penelitian awal sebelum mengumpulkan data.

  1. Cara mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan secara teliti disebut ….

a. wawancara
b. studi literatur
c. observasi
d. adopsi
e. angket

Jawaban: c

Pembahasan: observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mengamati suatu fenomena dengan teliti, jadi jawaban yang tepat adalah c.

Penasaran bagaimana metode-metode pengumpulan data ini digunakan dalam penelitian? Cari tahu penjelasan lengkapnya dengan cara klik banner di bawah ini.

Teknik Pengumpulan Data Penelitian - Materi Sosiologi Kelas 10 9

Originally published: December 27, 2021
Updated by: Wintalia Witantri (Kampus Merdeka Intern)

Bagikan Artikel Ini!