kriteria penilaian puisi zenius education

5 Kriteria Penilaian Puisi Beserta Formatnya – Materi Bahasa Indonesia Kelas 10

Dalam menilai lomba puisi, kita perlu memperhatikan kriteria penilaian puisi dan cara penilaiannya. Sudah siap menjadi juri?

“Zahra, di lomba hari Senin nanti, elo jadi pembaca puisi ya?”

“Iya nih, gue deg-degan banget, kira-kira siapa ya yang bakal jadi kritikusnya?”

“Semangat ya! Gue juga belum dengar nih siapa kritikus, pengamatnya aja gue nggak tahu.”

nervous gif
Ilustrasi deg-degan. (dok. Giphy)

Eh eh …. Kok di pembicaraan Zahra sama Lane ada istilah pembaca puisi, kritikus, dan pengamat, sih? Kalau pembaca puisi sih gue juga udah tahu ya, pasti yang tugasnya membacakan puisi. Tapi, istilah kritikus sama pengamat ini yang gue masih bingung. Apakah tugas pengamat puisi hanya sebatas mengamati? Apa menilai juga termasuk tugasnya? Lalu, siapakah kritikus?

Ternyata, ketiganya merupakan posisi dalam penilaian puisi, guys. Sering kan di mading (majalah dinding) atau di media sosial kita melihat informasi tentang lomba puisi. Namanya lomba, pasti ada peserta dan penilai atau juri, iya kan? Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas seputar kriteria penilaian puisi. Tentu saja, ketiga posisi yang diobrolin Zahra dan Lane juga akan masuk pembahasan kita kali ini.

Baca Juga: Teknik Membaca Puisi – Materi Bahasa Indonesia Kelas 10

Cara Menilai Puisi

faktor penilaian puisi zenius education
Cara menilai puisi. (Arsip Zenius)

Penilaian terhadap puisi tergantung dari sudut mana posisi kita. Ada posisi pembaca, pengamat, dan kritikus. Ketika elo bertugas membaca puisi seperti yang ditugaskan kepada Zahra, maka posisi elo adalah pembaca puisi.

Ketika seseorang memiliki pengetahuan lebih mengenai sastra, misalnya elo kuliah di jurusan Sastra Indonesia, maka elo bisa menjadi pembaca sekaligus pengamat puisi. Sedangkan, ketika elo seorang ahli sastra, ahli banget deh pokoknya, udah berpuluh-puluh tahun terjun di dunia sastra, atau elo menjadi guru besar sastra, maka posisi elo bisa menjadi seorang kritikus.

Sampai sini paham ya, perbedaan dari ketiga posisi tersebut? Ketiga posisi tersebut tentu punya cara tersendiri dalam menilai. Nah, kriteria penilaian puisi seringkali dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.

Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan yang sedang elo tempuh sekarang atau pernah elo tempuh ternyata berpengaruh terhadap penilaian puisi. Simpelnya gini, antara siswa SMA dan mahasiswa sastra yang udah tingkat akhir tentu cara membuat, membaca, dan menilai puisinya akan berbeda-beda.

Pendekatan

Selain pendidikan, faktor yang mempengaruhi penilaian puisi yaitu pendekatan. Biasanya, pendekatan ini dinilai oleh orang yang udah berkecimpung lama di bidang sastra, yaitu pengamat dan kritikus. Misalnya pendekatan pragmatik, semantik, dan semiotik.

Elo bisa mempelajari uraian di atas dengan nonton video belajar Zenius bareng tutor. Yuk, klik banner di bawah ini!

CTA video materi belajar zenius bahasa indonesia

Baca juga: 5 Tips Menulis Puisi yang Baik – Materi Bahasa Indonesia Kelas 10

Kriteria Penilaian Puisi

Cara menilai puisi tergantung dari posisi mana kita berada, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan dan pendekatannya. Lantas, apakah perbedaan cara menilai puisi tersebut merupakan sebuah masalah?

Oh tentu saja tidak, Ferguso! Karena, itu tadi, latar belakang dan pendekatan yang digunakan tergantung masing-masing orang. Jadi, kalau penilaian antara elo dan teman-teman berbeda, nggak masalah kok.

Meskipun cara menilainya subjektif, ada beberapa kriteria penulisan puisi yang bisa jadi patokan elo dalam menilai suatu pembacaan puisi. Berikut ini kriterianya.

1. Artikulasi

Apakah pengucapan setiap kata dalam puisi yang elo bacakan jelas? Misalnya saat mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Pastikan elo membaca puisi dengan mengucapkan huruf-hurufnya secara jelas.

2. Intonasi

Intonasi merupakan keras/lembutnya atau tinggi/rendahnya pengucapan suatu kata yang akan memengaruhi ketepatan penyajian puisi. Misalnya, ketika membacakan kata yang penting, maka pengucapannya akan lebih ditekan. Selain itu, perhatikan juga temponya, jangan terlalu cepat, dan jangan terlalu lambat.

3. Penghayatan

Penghayatan akan berhubungan dengan ketepatan ekspresi dan bahasa tubuh. Saat membaca puisi, elo perlu menghayati atau menjiwai setiap kata dan kalimat dalam puisi tersebut. Dengan begitu, pesan yang akan elo sampaikan melalui puisi tersebut akan diterima dengan baik oleh para penilai dan audiens.

4. Ekspresi

Penilai juga akan melihat gimana sih ekspresi pembaca saat membacakan puisi. Apakah wajahnya tanpa ekspresi? Atau menampilkan raut wajah penuh emosi? Tentu ekspresi ketika elo membaca puisi sedih dan marah akan berbeda. Jadi, ekspresi harus tepat sesuai dengan kalimat yang disampaikan saat itu. Selain itu, saat menampilkan ekspresi juga harus profesional dan nggak berlebihan.

5. Bahasa Tubuh

Penilaian puisi juga dilihat dari bagaimana elo menggunakan bahasa tubuh saat membacakannya. Menggunakan bahasa tubuh yang tepat dan menunjang penyampaian puisi tentu akan lebih baik daripada elo hanya diam di tempat tanpa menggerakkan tangan atau melangkahkan kaki.

Contohnya ketika elo sedang membacakan puisi yang bertemakan ibu dan kepahlawanan. Bahasa tubuh yang digunakan tentu akan berbeda. Ketika membaca puisi ibu, bahasa tubuh yang disampaikan lembut. Sedangkan, ketika membacakan puisi kepahlawanan, bahasa tubuh yang disampaikan penuh semangat dengan mengepalkan tangan ke atas dan tegas.

Baca juga: Materi Unsur Pembangun Puisi

Contoh Format Penilaian Puisi

Berdasarkan kriteria penilaian puisi di atas, kita bisa membuat nih contoh format penilaian puisi. Umumnya, format yang diberikan dalam bentuk tabel yang berisi kriteria penilaian dan rentang nilainya seperti berikut ini.

contoh format penilaian puisi zenius education
Contoh format penilaian puisi. (Arsip Zenius)

Sekarang gue kasih contoh puisi karya Sutardji Calzoum Bachri nih.

Tidak setiap derita

jadi luka

Tidak setiap sepi

jadi duri

Tidak setiap tanda

jadi makna

Kalau kita lihat struktur puisi di atas, bisa kita nilai bahwa puisi tersebut memiliki keunikan pada tata letak penulisannya. Maksudnya gimana? Coba deh elo perhatikan lagi! Tata letak penulisannya, nggak kayak tata letak puisi pada umumnya yang seragam tiap baris gitu kan? Nah, artinya puisi karya Sutardji Calzoum Bachri punya keunikan pada segi tata letaknya.

Contoh Soal Kriteria Penilaian Puisi dan Pembahasannya

Untuk menguji sejauh mana pemahaman elo mengenai materi di atas, gue ada beberapa contoh soal dan pembahasan yang bisa dijadikan sebagai referensi. Cekidot!

Contoh Soal

Seseorang yang mengamati puisi dan memberikan kritik secara dalam dan detail disebut sebagai ….

A. komentator.

B. netizen.

C. kritikus.

D. pengamat.

E. deklamator.

Jawab: C. kritikus.

Pembahasan: Kritikus merupakan seseorang yang bertugas mengamati puisi dengan memberikan kritik, baik dari segi intrinsik maupun ekstrinsik puisi.

*****

Sekarang kita tahu nih kalau cara menilai puisi itu tergantung dari posisi mana kita berada, sebagai pembaca, pengamat, atau kritikus. Nah, latar belakang pendidikan dan pendekatan yang digunakan ternyata akan berpengaruh terhadap kriteria penilaian puisi. Paham ya, sampai sini? Buat elo yang mau mempelajari materi Bahasa Indonesia lainnya, tonton video belajar Zenius di website dan aplikasi, ya!

Baca juga: Pengertian dan Contoh Teks Eksposisi – Materi Bahasa Indonesia Kelas 10

Bagikan Artikel Ini!