Tak bisa dipungkiri, masalah kesehatan mental bisa meningkatkan keinginan seseorang untuk mengakhiri hidup. Menurut penelitian, gangguan kesehatan mental seperti depresi, psikosis, dan penggunaan zat bisa meningkatkan risiko bunuh diri seseorang.
Bertepatan dengan World Suicide Prevention Day yang jatuh pada tanggal 10 September, yuk pahami hubungan dari kesehatan mental dan aksi bunuh diri!
Daftar Isi
Hubungan Antara Gangguan Kesehatan Mental dengan Keinginan Bunuh Diri
Dalam Journal of Affective Disorders “The association between mental disorders and suicide: A systematic review and meta-analysis of record linkage studies”, penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental merupakan faktor utama seseorang untuk bunuh diri.
Melalui pendekatan konservatif, peneliti menemukan bahwa seseorang yang telah didiagnosis memiliki gangguan kesehatan mental memiliki risiko 8x lipat lebih besar untuk bunuh diri daripada mereka yang tidak.
Bahkan, risiko bisa meningkat sebesar 9x lipat setelah mengecualikan studi yang berfokus pada orang tua. Semua gangguan kesehatan mental yang terukur, dan secara khusus gangguan psikotik, perubahan mood, dan gangguan kepribadian memberikan risiko yang kuat untuk seseorang melakukan aksi bunuh diri.
Dari berbagai jenis gangguan kesehatan mental, depresi menjadi penyebab utama orang dewasa bahkan siswa memiliki keinginan bunuh diri. Seseorang dengan tingkat depresi yang tinggi cenderung memiliki keinginan bunuh diri lebih besar.
Jika seseorang sudah memiliki pikiran atau niat untuk bunuh diri, kemudian dipicu dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut seperti kemampuan atau impulsif, maka aksi bunuh diri pun dapat terjadi begitu saja.
Hubungan antara gangguan kesehatan mental dan bunuh diri secara khusus dipertimbangkan dalam enam model, diantaranya:
- Gangguan kesehatan mental dan aksi bunuh diri memiliki etiologi (sebab dan asal muasal) yang sama, jadi kerentanan biogenetik dan peristiwa buruk dalam kehidupan dapat menyebabkan keduanya.
- Beberapa gangguan kesehatan mental contohnya gangguan penggunaan zat bisa berkembang sebagai alternatif dari bunuh diri, dalam konteks seseorang yang mencoba menghindari pikiran atau impuls bunuh diri.
- Bunuh diri dipandang sebagai konsekuensi langsung dari banyak gangguan mental, misalnya halusinasi pada gangguan psikotik atau perasaan putus asa ekstrim saat depresi.
- Bunuh diri terjadi sebagai akibat dari pengalaman buruk yang terkadang menyertai gangguan kesehatan mental, contohnya pengucilan sosial dan diskriminasi.
- Bunuh diri merupakan hasil dari kesalahan diagnosis gangguan kesehatan mental.
Melihat kuatnya hubungan antara gangguan kesehatan mental dengan aksi bunuh diri menuntut perlunya upaya berkelanjutan untuk memaksimalkan peluang layanan kesehatan mental agar risiko bunuh diri dapat berkurang. Kesehatan mental dan akses ke perawatan yang baik sangat penting bagi seseorang dengan gangguan kesehatan mental untuk mengurangi risiko bunuh diri.
Lalu, apa aksi nyata yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko bunuh diri?
Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia
Cukup tingginya angka kematian akibat bunuh diri masih menjadi perhatian dunia. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2018 tercatat 265 juta orang meninggal akibat bunuh diri.
Menurut data Kemenkes, keinginan untuk bunuh diri bahkan sudah sampai pada anak usia SMP hingga SMA. Hasil survei dari 10.837 responden menunjukkan sebanyak 4,3 persen laki-laki dan 5,9 persen perempuan memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Data di atas membuktikan pentingnya peranan guru dalam menjaga kesehatan mental para siswa. Tak hanya bagi guru, tapi juga semua orang yang berhubungan dengan sang siswa, mulai dari orang tua hingga orang-orang di sekitar mereka perlu mengetahui pentingnya kesehatan mental.
Seringkali, Bapak/Ibu guru menjadi orang pertama yang mengetahui adanya masalah kesehatan mental pada siswa. Hal ini dikarenakan guru menjadi orang tua di sekolah, dimana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di sana untuk belajar. Tak hanya tempat untuk mencari ilmu dan wawasan, sekolah juga menjadi pusat pergaulan serta menjadi sarana terbaik untuk melatih mental dan fisik siswa.
Kesehatan mental siswa meliputi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial mereka. Hal tersebut mempengaruhi perasaan, cara siswa berpikir, dan bertindak. Selain itu, kesehatan mental juga berperan untuk membantu siswa menentukan sikap dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Gangguan kesehatan mental tidak hanya dapat dirasakan oleh orang dewasa. Anak-anak atau siswa juga mengalami masalah kesehatan mental, pikiran, dan suasana hati yang dapat mempengaruhi perilaku mereka di sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan mental siswa, diantaranya:
- Faktor biologis, seperti gen atau pengaruh otak
- Pengalaman hidup, misalnya memiliki trauma atau sempat mengalami pelecehan
- Riwayat keluarga dengan masalah kesehatan mental
Mengenal Tanda-tanda Awal Gangguan Kesehatan Mental
Untuk menjaga kesehatan mental siswa, Bapak/Ibu guru perlu mengetahui beberapa tanda awal ketika seseorang memiliki gangguan kesehatan mental. Jika dilihat siswa memiliki satu atau lebih dari perasaan atau perilaku berikut ini, Bapak/Ibu guru dapat berkonsultasi dengan konselor sekolah, perawat, dan orang tua siswa. Karena, bisa saja hal tersebut menjadi tanda atau peringatan dini dari suatu masalah kesehatan mental siswa.
Tanda-tanda awal adanya gangguan kesehatan mental siswa:
- Merasa sangat sedih atau menarik diri dari orang lain, selama lebih dari dua minggu
- Secara serius mencoba menyakiti diri sendiri atau membuat rencana untuk melakukannya
- Ketakutan luar biasa secara mendadak tanpa alasan, terkadang dengan jantung yang berdebar kencang atau napas yang cepat
- Terlibat dalam perkelahian atau keinginan untuk menyakiti orang lain
- Perilaku di luar kendali dan dapat melukai diri sendiri maupun orang lain
- Tidak makan, muntah, atau menggunakan obat tertentu untuk menurunkan berat badan
- Kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan hingga menghambat aktivitas sehari-hari, termasuk kegiatan di sekolah
- Sangat sulit berkonsentrasi atau tetap diam yang menempatkan siswa dalam bahaya fisik atau menyebabkan masalah dalam kelas
- Menggunakan obat-obatan atau alkohol secara berulang
- Perubahan suasana hati yang parah yang menyebabkan masalah dalam hubungan
- Perubahan perilaku atau kepribadian secara drastis
Menjaga Kesehatan Mental Siswa di Sekolah
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, beberapa cara lain yang dapat Bapak/Ibu guru lakukan untuk menjaga kesehatan mental siswa di sekolah antara lain:
- Memiliki manajemen stress yang baik
Bapak/Ibu guru dapat mengidentifikasi ciri-ciri burnout dan melakukan mitigasi atas kendala yang dihadapi untuk mengatasi stress yang terjadi, baik untuk guru sendiri maupun siswa. - Mendidik karyawan atau sesama guru, orang tua, dan siswa tentang gejala dan bantuan yang dapat dilakukan untuk masalah kesehatan mental.
- Membantu siswa menemukan tujuan belajar
Bantu siswa menemukan tujuan belajar dan motivasi mereka dalam setiap proses belajar yang dilakukan. Motivasi dapat mendorong siswa untuk lebih terpacu dalam mengeksplorasi bakat dan potensi yang ada dalam dirinya. Dengan begitu, siswa dapat menemukan gambaran tentang mimpi dan fokus untuk mewujudkannya. - Memberikan pendidikan karakter bagi siswa
Pendidikan karakter seperti yang diberikan di sekolah, seperti menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan dapat mencegah siswa berperilaku buruk. Nilai-nilai tersebut juga membantu siswa menjadi bijak dalam menyikapi masalah yang ditemui. - Mengadakan konseling
Ruang konseling atau bimbingan konseling merupakan wujud aktif kepedulian sekolah terhadap kesehatan mental siswanya. Konseling bertujuan untuk memberikan pengarahan, motivasi, dorongan, solusi hingga mencegah siswa terkena gangguan kesehatan mental. - Memiliki empati terhadap siswa
Bapak/Ibu guru berusaha menangkap perasaan dan pikiran siswa. Jika dibutuhkan, berikan nasehat bagi siswa yang sedang mengalami masalah. Cobalah menjadi pendengar yang baik dengan mendengarkan dan memahami keluh kesah siswa. - Mengadakan kegiatan rohani dalam kelas, karena siswa dengan nilai religius yang tinggi cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
- Memberdayakan murid
Berikan siswa kesempatan untuk merespon materi yang diberikan sehingga tercipta pemahaman akan kemampuan dirinya sendiri. Dengan begitu, siswa mulai bisa memanfaatkan potensi dirinya tanpa harus menunggu arahan atau aturan yang mewajibkan siswa melakukan sesuatu. - Membantu memastikan lingkungan sekolah yang positif dan aman.
- Mengajarkan dan memperkuat perilaku positif dan pengambilan keputusan.
- Mengembangkan program kesehatan mental siswa yang efektif di sekolah
Upaya untuk menjaga kesejahteraan emosional siswa dapat dilakukan melalui ruang kelas dan di seluruh sekolah. Program kesehatan mental berbasis sekolah dapat berfokus pada peningkatan kesehatan mental siswa, mencegah masalah kesehatan mental, dan memberikan pengobatan.
Selain memahami dan melakukan poin-poin di atas, Bapak/Ibu guru juga perlu mengetahui kontak-kontak penting yang bisa membantu Bapak/Ibu guru untuk mendapatkan dukungan darurat atau layanan kesehatan mental lainnya.
Itulah beberapa hal yang bisa Bapak/Ibu guru lakukan untuk mencegah gangguan kesehatan mental pada siswa sebagai upaya untuk menurunkan risiko bunuh diri. Mari bersama-sama kita jaga kesehatan mental siswa karena hal tersebut menjadi salah satu hal yang mempengaruhi fokus belajar mereka.
Bapak/Ibu guru bisa mendapatkan tips seputar cara mengajar dan kegiatan belajar mengajar lainnya melalui Zenius untuk Guru. Tak hanya itu, Bapak/Ibu guru juga dapat merasakan kemudahan dalam belajar mengajar online dengan fitur-fitur yang lengkap dan akses yang mudah. Informasi lebih lanjut, klik di sini -> Zenius untuk Guru
Referensi:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0165032719306202
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/suicide-and-mental-illness
https://www.mentalhealth.gov/talk/educators
Baca Juga Artikel Lainnya
Pembelajaran Seimbang dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Leave a Comment