Perang Nuklir bisa menjadi salah satu ancaman masa depan yang perlu kita perhatikan. Apalagi, dampak bom nuklir itu nggak main-main lho. Seperti apa?
Akhir-akhir ini desas desus akan kemungkinan Perang Dunia III mulai mencuat seliweran di media sosial dan portal berita. Apalagi, konflik antara Rusia dan Ukraina belum menemukan titik terang.
Dengan kesediaan teknologi dan persenjataan zaman sekarang, dikhawatirkan peristiwa bom atom mengerikan yang menimpa dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, dapat kembali terulang.
Insiden bom atom Perang Dunia II di pertengahan tahun 1945 tersebut memang sudah terjadi 77 tahun yang lalu, namun jumlah korban jiwa yang diduga mencapai puluhan hingga ratusan ribu jiwa (History,2021; BBC,2020), dan dampak mengenaskan tetap menghantui masyarakat Jepang dan dunia hingga sekarang.
BACA JUGA: Mengenal Reaktor Nuklir Pertama Buatan Manusia yang Jadi Cikal Bakal Bom Hiroshima-Nagasaki
Sebenarnya, apa sih bom nuklir itu, dan bagaimana bom nuklir bisa menyebabkan kehancuran yang begitu dahsyat?
Yuk, kita bahas bersama seputar apa itu nuklir serta dampaknya ketika digunakan sebagai senjata perang nuklir.
Daftar Isi
Nuklir dan Bahaya Radiasi
Dari dari sudut bahasa, Douglas Harper, seorang sejarawan, ahli sosiologi, dan sekaligus pengembang situs Online Etymology Dictionary, mengemukakan bahwa nuklir berasal dari kata nucleus (nukleus atau inti) dan -ar (imbuhan bermakna ‘berkaitan atau bersifat’).
Menurut Douglas Harper, dalam dunia fisika, istilah nuklir di tahun 1914 cenderung mengacu pada sesuatu yang berhubungan dengan nukleus atom. Sedangkan pada tahun 1945, istilah tersebut condong merujuk pada senjata bertenaga besar dari reaksi nuklir.
Di dunia modern ini, nuklir lebih sering diasosiasikan sebagai tenaga pembangkit nuklir yang bisa menghasilkan energi untuk berbagai keperluan.
Seperti yang disebutkan U.S. Department of Energy (Departemen Energi Amerika Serikat), energi dari fisi nuklir dapat digunakan untuk kebutuhan listrik, penjelajahan antariksa, kesehatan, penyelidikan kriminal, dan bahkan agrikultur.
Nah, itulah sedikit pembahasan tentang apa itu nuklir. Untuk penjelasan lebih dalam, elo bisa baca di artikel Sekilas Nuklir: Teori Deterensi, Bom, dan Energi Terbarukan (2022) ya.
Selanjutnya, kita akan bahas bahaya dan dampak dari radiasi nuklir.
Radiasi nuklir merupakan sesuatu yang sangat membahayakan bagi kesehatan. Terkait hal tersebut, elo kemungkinan pernah dengar mengenai kejadian bencana nuklir Chernobyl, salah satu bencana nuklir paling besar dalam sejarah.
Nuclear Energy Institute (2019), sebuah asosiasi yang bergerak di bidang industri nuklir, memaparkan bahwa ada terdapat 31 korban jiwa yang kemudian meninggal setelah ledakan pembangkit nuklir Chernobyl pada 1986, akibat luka bakar dan radiasi.
Selain korban jiwa karena paparan radiasi yang sangat tinggi, radiasi juga mempengaruhi kehidupan makhluk hidup lain dan lingkungan di sekitar, dalam bentuk mutasi genetik dan penyakit.
Perlu diketahui, bahwa radiasi tingkat tinggi bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker dan penyakit jantung.
Pada tahun 2018, organisasi internasional yang bergerak di bidang efek radiasi, United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), melaporkan hampir 20.000 kasus kanker tiroid di bawah 18 tahun di Belarus, Ukraina, dan Rusia.
Menurut hasil investigasi, hal tersebut disebabkan oleh susu yang dihasilkan sapi-sapi yang terpapar iodin radioaktif tingkat tinggi akibat merumput di padang rumput yang terkontaminasi radiasi Chernobyl.
Selain penyakit, masyarakat korban Chernobyl juga menderita gangguan psikologis yang menyebabkan bunuh diri, ketergantungan alkohol, dan sikap apatis (acuh tak acuh).
Bagaimana dengan tumbuhan dan hewan di daerah Chernobyl? Berdasarkan informasi dari National Geographic (2019), hewan dan tumbuhan di sana juga merasakan berbagai dampak yang merugikan.
Contohnya, ada area yang disebut Red Forest atau hutan merah di sekitar Chernobyl, karena banyaknya pohon yang berubah menjadi berwarna merah kecokelatan dan mati akibat menyerap radiasi dengan kadar yang tinggi.
Peneliti menemukan berbagai bukti bahwa tingkat penyakit katarak (penyakit mata berkabut) dan albinism (kelainan genetik albino) meningkat pada kehidupan liar di sana.
Kira-kira itulah efek radiasi terhadap kehidupan. Sekarang, kita bahas perang nuklir dan dampaknya ya.
Perang Nuklir
Sobat Zenius, sekarang elo sudah tahu apa itu nuklir dan bahaya radiasinya, seperti yang terjadi akibat kebocoran dan kegagalan sistem pembangkit tenaga nuklir.
Sekarang, apa jadinya kalau nuklir tadi bukan nggak sengaja bocor, namun memang sengaja dibuat menjadi senjata mematikan untuk menghancurkan suatu daerah?
Kenyataannya, menurut situs Union of Concerned Scientist (n.d.), setidaknya sembilan negara (Amerika Serikat, Cina, Korea Selatan, India, Inggris, Israel, Pakistan, Prancis, dan Rusia) punya persediaan senjata berbasis nuklir.
Wah, nggak kebayang ya kalau negara-negara tersebut memutuskan ikut berpartisipasi dalam perang nuklir. Gimana ya dampaknya terhadap dunia?
Dampak Perang Nuklir dan Bom Nuklir
Sebenarnya, dampak perang nuklir ini sudah jelas: korban jiwa.
Pada intinya, perang nuklir sangat merugikan kehidupan. Infrastruktur hancur berkeping-keping, korban jiwa berjatuhan, radiasi merajalela, dan kesehatan fisik serta mental terganggu.
Setelah insiden bom nuklir di masa lalu yang menimpa Kota Hiroshima dan Kota Nagasaki, berbagai kisah penyintas dan penelitian dampak bom nuklir baik untuk jangka pendek maupun panjang mulai diterbitkan.
Situs Science (2020) pernah mengangkat kisah Kunihiko Iida, seorang penyintas dari pengeboman Hiroshima. Saat itu ia masih berumur tiga tahun dan telah kehilangan ayahnya yang meninggal di medan perang.
Iida kemudian kehilangan ibu dan kakak perempuannya, akibat luka yang mereka dapatkan dari ledakan bom atom Hiroshima. Iida yang saat itu masih kecil nggak menyadari bahwa ia telah kehilangan keluarganya, dan mengira akan bertemu mereka lagi.
Akibat luka yang dideritanya, Iida harus terbaring di tempat tidur selama beberapa tahun. Sejak saat itu, ia harus melalui berbagai penyakit.
Iida sudah menderita anemia di masa kecilnya, dan membuatnya pingsan di sekolah. Selain itu, ia juga menderita ulkus(tukak lambung) dan asma (masalah saluran pernapasan), serta menjalani dua operasi untuk mengangkat tumor otak.
Penderitaan Iida nggak berhenti sampai situ. Semasa hidupnya, Iida selalu menderita penyakit. Bahkan, kelenjar tiroid Iida kemudian mulai menunjukkan tanda-tanda pembengkakan akhir-akhir ini.
Lantas, bagaimana dengan penyintas lainnya?
Atomic Bomb Casualty Commission, sebuah komisi yang dibentuk oleh mantan presiden AS Harry Truman untuk meneliti efek jangka panjang radiasi bom atom, serta penerusnya, Radiation Effects Research Foundation, telah melakukan penelitian terhadap penyintas bom atom.
Selama 63 tahun, para ilmuwan di sana meneliti dampak kesehatan jangka panjang para penyintas serta anak-anak dari penyintas pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Berdasarkan penelitian lanjutan mereka, yang dipublikasikan pada tahun 2011, penyakit serta masa hidup para penyintas berbeda-beda berkaitan dengan tingkat radiasi yang mereka terima.
Salah satu penyakit yang menyita perhatian pada beberapa tahun pertama setelah pengeboman adalah leukemia atau kanker darah.
Seperti yang dibahas oleh K1 Project, pusat studi nuklir Universitas Colombia, peningkatan leukemia muncul sekitar dua tahun setelah pengeboman, dan memuncak sekitar empat hingga enam tahun kemudian.
Selain kanker darah, ada juga kanker padat atau benjolan abnormal (tumor) yang seiring dengan berjalannya waktu, makin bertambah pada para penyintas.
Untuk anak-anak dari penyintas pengeboman, nggak ditemukan adanya masalah penyakit atau mutasi genetik yang signifikan. Namun, hal ini bisa saja berubah seiring berjalannya waktu.
Selain dampak perang nuklir berdasarkan insiden bom atom masa lalu, ada juga hipotesis mengenai apa yang bisa terjadi di masa depan bila perang nuklir terjadi.
Ada suatu istilah ‘Nuclear Winter’ atau bisa diartikan sebagai Musim Dingin Nuklir yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mendeskripsikan keadaan lingkungan yang terjadi akibat ratusan ledakan bom nuklir pada perang nuklir (Britannica, 2022).
Menurut hipotesis ini, api akibat ledakan bom nuklir menyambar di mana-mana, nggak terkontrol, menyebabkan badai api.
Selain itu, asap dan debu memenuhi udara dan meluas ke daerah-daerah. Ratusan juta ton asap yang menghalangi sinar matahari selama beberapa minggu membuat suhu menurun, diduga sekitar 11 sampai 12℃.
Suhu yang dingin serta level radiasi yang tinggi, serta kurangnya persediaan makanan serta hilangnya pertanian, menyebabkan kelaparan dan penyakit.
Kematian pun terus meningkat, dan populasi Bumi terus berkurang. Wah, seram ya hipotesis tentang akibat perang nuklir itu?
Oke Sobat Zenius, sampai di sini dulu ya artikel kali ini. Menurut elo, apa sih yang kira-kira terjadi kalau perang nuklir benar-benar dilancarkan? Jawab di kolom komentar ya.Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ciao!
Leave a Comment