contoh sikap menghargai keberagaman

4 Contoh Sikap Menghargai Keberagaman dan Cara Melatihnya

“Ibu, tadi Samuel nggak ikut sholat Zuhur berjamaah. Emang boleh ya, Bu, kalau nggak sholat?”

“Ayah, Oom itu kok jalannya pakai tongkat?”

“Ibu, kok warna kulit aku sama Tante itu beda? Tante itu kok kulitnya hitam?”

Menurut penelitian yang dipublikasikan Developmental Science, anak sudah mulai membedakan orang berdasarkan jenis kelamin, warna kulit, dan bahasa yang mereka gunakan sejak usia tiga bulan. Pada usia lima hingga sembilan bulan, anak mulai belajar mengenai ras dari pengalaman dan interaksinya dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga, di usia sekitar tiga hingga lima tahun, anak tidak hanya bisa mengenali keberagaman, tapi juga mampu mengungkapkan pendapatnya terhadap keberagaman tersebut.

Jadi, tidak heran jika pada usia tersebut anak mulai mempertanyakan hal-hal yang menurutnya terlihat berbeda.

Sebagai warga Indonesia, keberagaman adalah salah satu hal yang sering ditemui anak dalam kesehariannya, mulai dari teman yang berbeda suku dan agama, perbedaan warna kulit, hingga penyandang disabilitas. Oleh karena itu, Ibu dan Ayah harus memberikan contoh sikap menghargai keberagaman ini.

Memahami Keberagaman

Memahami keberagaman merupakan langkah awal sebelum memberikan contoh menghargai keberagaman.
Memahami keberagaman adalah langkah awal sebelum Ibu dan Ayah memberikan contoh menghargai keberagaman. (dok. Pexels)

Sebelum memberikan contoh sikap menghargai keberagaman, tentu Ibu dan Ayah harus paham dulu apa itu keberagaman.

Keberagaman, menurut Britannica Dictionary, merupakan keadaan yang memiliki orang-orang yang berbeda ras atau yang memiliki budaya berbeda dalam suatu kelompok atau populasi.

Di Indonesia, keberagaman ini dihormati dan bahkan dirayakan sebagai semboyan negara, yaitu bhinneka tunggal ika.

Lebih lanjut, Harvard Business Review menyebut ada tiga jenis keberagaman yang membentuk identitas seseorang, yaitu:

  • Keberagaman demografis seperti jenis kelamin, ras, orientasi seksual, dan sebagainya.
  • Keberagaman pengalaman seperti ketertarikan, hobi, dan kemampuan.
  • Keberagaman kognitif seperti bagaimana cara seseorang mendekati masalah dan berpikir tentang berbagai hal.

Keberagaman yang paling mudah Ibu dan Ayah perlihatkan contohnya kepada anak tentu saja keberagaman yang ada di sekitar kita. Misalnya, dengan menjelaskan mengapa temannya memiliki agama yang berbeda dengannya atau memberi tahu kenapa ada orang yang harus berjalan menggunakan tongkat.

Mengajarkan anak mengenai keberagaman membantu anak mengembangkan sikap menghormati dan menghargai perbedaan. Anak akan lebih mudah berempati dan bertoleransi terhadap perbedaan yang ditemuinya.

Jika Ibu dan Ayah tidak mengajarkan ini kepada anak, American Psychological Association menyebut bahwa anak akan menganggap topik-topik mengenai perbedaan dan keberagaman adalah hal yang tabu.

Akibatnya, anak akan cenderung lebih sering memperlihatkan sikap yang diskriminatif terhadap perbedaan. Perilaku seperti ini dapat mengarah pada tindakan bullying kepada teman-temannya yang terlihat berbeda.

Untuk menghindari sikap seperti itu, Ibu dan Ayah harus mengajarkan anak untuk menghargainya keberagaman.

Berikut beberapa cara yang bisa Ibu dan Ayah lakukan untuk untuk mengajarkan anak menghargai keberagaman. 

Belajar Rasa Main ZeniusLand

Cara Melatih Anak Menghargai Keberagaman

1. Tunjukkan kepada Anak bahwa Ibu dan Ayah Menghargai Keberagaman

Ajari anak mengenai keberagaman dengan menunjukkan contoh sikap menghargai keberagaman.
Mulailah mengajari anak mengenai keberagaman dengan menunjukkan contoh sikap menghargai keberagaman. (dok. Pexels)

Cara paling mudah untuk memberikan contoh sikap menghargai keberagaman adalah dengan menunjukkannya langsung.

Jika Ibu dan Ayah tinggal di lingkungan dengan latar belakang warga yang beragam, cobalah mengajak anak untuk berinteraksi dengan mereka. Terutama, jika ada kegiatan bersama.

Ibu dan Ayah juga bisa lho, mendorong anak untuk berinteraksi langsung kepada mereka. Misalnya dengan mengajak anak untuk bermain dengan teman-temannya tanpa memandang jenis kelamin, warna kulit, suku, agama, atau perbedaan lainnya.

Baca Juga: Daftar Pertanyaan Umum untuk Asah Penalaran Anak

2. Ajarkan Anak tentang Stereotipe, Rasisme, dan Diskriminasi

Sejak usia lima atau enam tahun anak sudah mulai mengenali bias.
Anak sudah mulai mengenali bias sejak usia lima atau enam tahun. (dok. Pexels)

Apa Ibu dan Ayah tahu kalau anak sudah bisa mengenali perbedaan sejak usia dini?

Direktur Teaching Tolerance Project Alabama, Amerika Serikat, Maureen Costello mengatakan dalam interview dengan Parents bahwa anak sudah mulai mengenal bias budaya sejak usia lima atau enam tahun. Umur yang sangat muda bukan, Ibu dan Ayah?

Jadi, misal anak tiba-tiba bertanya, “Kenapa ada teroris yang Muslim?” atau menyebut, “Teman-temanku yang Cina kaya semua,” jangan langsung kaget atau marah ya, Ibu dan Ayah!

Kalau anak mulai bertanya seperti itu, ini adalah tanda bagi Ibu dan Ayah untuk mulai mengajarkan mereka tentang keberagaman dan menjelaskan tentang diskriminasi.

Ibu dan Ayah juga bisa mulai menjelaskan konsep stereotipe dan diskriminasi dengan memberikan contoh menghargai keberagaman yang ada di televisi.

Misalnya, Ibu dan Ayah bisa menunjukkan bahwa tindakan terorisme tidak dibenarkan dalam agama apapun, atau kekayaan seseorang tidak bergantung pada etnisnya.

Selain televisi, Ibu dan Ayah bisa mengajarkan contoh menghargai keberagaman melalui video edukatif. Contohnya, video Cerita Tiga Sekawan di bawah ini.

3. Ajak Anak Melihat Keberagaman

Ajak anak untuk memberikan contoh menghargai keberagaman.
Ajak anak untuk melihat berbagai bentuk keberagaman untuk memberikan contoh menghargai keberagaman. (dok. Freepik)

Cara mudah lainnya untuk memberikan contoh menghargai keberagaman kepada anak adalah dengan melihat langsung bentuk keberagaman tersebut. Misalnya, Ibu dan Ayah bisa mengajak anak untuk mengunjungi berbagai museum budaya untuk mengajarkan berbagai keberagaman budaya.

Atau, Ibu dan Ayah juga bisa anak menonton berbagai pertunjukan budaya. Contohnya dengan mengajak anak menonton pertunjukan barongsai pada saat perayaan Cap Go Meh oleh etnis Tionghoa, menonton randai ketika ada acara perayaan oleh suku Minangkabau, atau berbagai pertunjukan budaya lainnya.

Untuk menunjukkan keberagaman agama, Ibu dan Ayah bisa mengajak anak mengunjungi berbagai rumah ibadah yang ada di kota Anda. Tentunya dengan memperhatikan etika yang berlaku di rumah ibadah tersebut ya, Ibu dan Ayah.

Baca Juga: Merayakan Keberagaman Agama Lewat Hari Besar Nasional – Serba-serbi Hari Besar

4. Tegur Jika Anak Menunjukkan Perilaku Tidak Toleran

Tegur anak jika Ibu dan Ayah menemukan perilakunya yang tidak toleran.
Tegurlah anak jika perilakunya tidak toleran. (dok. Freepik)

“Ibu, Abang itu nggak punya tangan!”

Terkadang, Ibu dan Ayah akan menemukan perilaku anak yang terkesan tidak toleran kepada kelompok lain.

Jika Ibu dan Ayah menyaksikan anak berperilaku atau berbicara seperti ini, segera beri penjelasan kepada mereka bahwa perilaku tersebut tidak terpuji dan tidak boleh diulangi.

Misalnya, jika anak Ibu dan Ayah berbicara tentang penyandang disabilitas seperti perilaku di atas, segera jelaskan bahwa keterbatasan tidak menghalangi mereka untuk beraktivitas seperti dirinya yang yang tidak memiliki kekurangan.

Jelaskan kepada anak untuk memperlakukan semua orang dengan baik dan setara.

Baca Juga: Contoh Sikap Peduli Terhadap Sesama dan Manfaatnya untuk Anak

Mengapa Ibu dan Ayah Perlu Mengajarkan Anak tentang Keberagaman?

Ketika anak telah nyaman dengan orang-orang yang beragam, mereka akan mendapatkan penerimaan baik dari diri mereka sendiri maupun dari orang lain. Mereka tidak akan lagi menganggap diri mereka berbeda dari orang lain. Sebaliknya, mereka akan merasa lebih dekat dengan teman-temannya mereka dan menjadi lebih mudah menerima perbedaan orang lain.

Nah, dengan mengajarkan dan memberi contoh menghargai keberagaman kepada anak sejak dini akan membuat anak belajar untuk menghargai dan berempati kepada orang lain. Mengajarkan anak menghargai keberagaman juga membantu anak untuk menghindari sikap diskriminasi dan perilaku bullying.

Ibu dan Ayah juga bisa memanfaatkan aplikasi ZeniusLand untuk membantu anak dalam belajar. Dalam aplikasi ini, ada berbagai cerita dan permainan interaktif yang dapat mengasah kemampuan berpikir kritis anak.

Aplikasi ini dapat Ibu dan Ayah download melalui PlayStore ataupun AppStore atau dengan klik banner di bawah ini.

zeniusland

Download ZeniusLand

Aplikasi edukasi online dipenuhi dengan cerita seru dan permainan interaktif, untuk mengasah kemampuan berpikir kritis. Dirancang khusus untuk anak usia 7–12 tahun.

icon download playstore
icon download appstore
Bagikan Artikel Ini!