Banyak kata-kata Bahasa Indonesia yang tanpa disadari penggunaannya salah, padahal sering digunakan sehari-hari. Ini penjelasan penyebabnya dan contohnya.
A: Bro, besok kita nongkrong yuk.
B: Ogah ah, males gue.
A: Ah, dasar antsos lo..
B: Heh, gue cuma asosial, bukan psikopat!
A: Hee?
Gue yakin banget, banyak dari elo yang bingung dengan dialog di atas. Kalau bingung, itu berarti selama ini kalian biasa menggunakan istilah “antsos” untuk melabeli orang yang sedang malas atau menarik diri dari lingkungan sosialnya. Padahal, penggunaan istilah itu keliru, lho. Ini adalah contoh salah kaprah dalam berbahasa Indonesia!
Itu baru satu. Masih buanyak lagi contoh salah kaprah penggunaan bahasa Indonesia yang tanpa disadari sering kita lakukan sehari-hari. Apalagi, di era informasi dan media sosial saat ini, kreasi kata baru serta serapan bahasa daerah dan bahasa asing makin banyak mengakomodasi kebutuhan komunikasi generasi melek internet. Di sisi lain, dengan banjir informasi, apakah sebagai generasi melek internet, kalian juga peduli untuk sekadar cek-ricek kesesuaian kata-kata dengan makna yang digunakan sehari-hari? Atau cuma asal nyeletuk yang penting lawan bicara paham?
Gue Fajar, saat ini, gue bekerja sebagai Deputy Director di Division for Applied Social Psychology Research (DASPR). Tapi kali ini, gue akan mengupas lebih lanjut salah kaprah dalam berbahasa Indonesia tercinta ini. Kenapa bisa ada banyak salah kaprah berbahasa di masyarakat? Gue juga akan mengajak elo mengecek contoh-contoh salah kaprah bahasa yang umum digunakan masyarakat. Jika dari kalian ada yang tahu contoh salah kaprah berbahasa dan selama ini gatel ingin dikoreksi, yuk sama-sama berbagi melengkapi artikel ini. Untung-untung bisa membantu perbendaharaan kata saat mengerjakan soal TPS Verbal di UTBK nanti 😉
Daftar Isi
Kenapa Ada Salah Kaprah dalam Berbahasa?
Meskipun ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak serta merta jadi bahasa ibu bagi masyarakatnya. Tidak sedikit orang yang dibesarkan dari keluarga yang dominan menggunakan bahasa daerah. Namun demikian, mereka paham Bahasa Indonesia meskipun tidak mesti belajar secara formal terlebih dulu seperti pembelajaran bahasa Inggris di kursus-kursus. Bisa dibilang, yang mempelajari secara baik itu hanya orang asing dan guru bahasa saja.
Ternyata, ini punya efek yang jelek ke penggunaan Bahasa Indonesia itu sendiri. Kita jadi sering abai saat berbahasa Indonesia karena merasa sudah bisa (dan biasa) menggunakannya. Kita suka malas buka kamus saat menemukan kata yang artinya belum diketahui atau diketahui tapi berdasarkan dugaan semata. Ini baru buta makna kata, belum buta tata bahasa dan tetek bengek lainnya. Akhirnya, kebutaan ini terlanjur menjadi kebiasaan padahal salah kaprah. Tidak hanya di level individu saja, di institusi pemerintah hingga dunia jurnalistik yang seharusnya sangat memperhatikan penggunaan bahasa, salah kaprah banyak terjadi.
Salah Paham atau Salah Kaprah?
Ajip Rosidi, seorang bahasawan dan juga sastrawan tersohor, pernah mengemukakan salah kaprah dalam berbahasa Indonesia. Baginya, salah kaprah itu berbeda dengan salah paham (salah kaprah sering digunakan untuk maksud salah paham). Salah kaprah berarti sebuah kesalahan atau kekeliruan yang digunakan secara luas dan masal sehingga dianggap kaprah (biasa;lumrah) atau dianggap kelaziman.
Contohnya ya kata antsos atau antisosial pada dialog di atas.
Antisosial
Berarti perilaku yang melawan masyarakat atau lingkungan di sekitar kita, seperti merisak (bully), membunuh, merampok, perilaku licik. Anti-: bentuk terikat (jadi harus digabung dengan kata berikutnya) berarti melawan; menentang; memusuhi. Berdasarkan definisi ini, antisosial juga berarti bentuk gangguan kepribadian dan berkaitan dengan psikopat. Nah, lho…
Jadi, masih yakin akan pakai istilah ini untuk kegiatan menarik diri dari kehidupan sosial atau sekadar berdiam diri? Lebih baik pakai kata asosial.
Asosial
Dipungut dari bahasa Belanda (asociaal). Pada prinsipnya, kata ini lawan dari kata sosial. Perannya, menegasikan kata berikutnya: sosial. Ini mirip dengan kata amoral, yang berarti tidak bermoral; tidak berakhlak. Jadi bisa dibilang asosial berarti tidak bersifat sosial; tidak memedulikan kepentingan masyarakat.
Baca Juga Artikel Lainnya Tentang Bahasa Indonesia dari Zenius
6 (Lagi) Salah Kaprah dalam Berbahasa Indonesia
15 Jenis Kata dalam Bahasa Indonesia
19 Jenis Teks dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia itu Gampang atau Susah, sih?
Asal-Usul Kata dalam Bahasa Indonesia
Selain satu contoh ini, gue akan coba kupas lebih lanjut 10 salah kaprah lain dalam menggunakan Bahasa Indonesia itu. Oke deh langsung aja.
10 Contoh Salah Kaprah dalam Berbahasa Indonesia di Kehidupan Sehari-hari
1. Tegar
Semoga keluarga yang ditinggalkan dalam musibah ini menjadi tegar.
Pada awalnya (cek Kamus Umum Bahasa Indonesia, karya W.J.S Purwadarminta), kata tegar berarti keras kepala, kepala batu dan ngeyel. Namun, entah sejak kapan kata ini bertambah makna (jadi dua makna) yaitu tabah; kuat; sabar. Padahal makna kedua ini bertolak belakang dengan yang pertama. Entah kenapa pula dalam keseharian makna yang lebih sering beredar makna yang kedua seperti pada kalimat contoh di atas.
2. Ubah vs rubah
Aku Mau (Once)
Kau boleh acuhkan diriku
dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku
Kepadamu
Apa yang janggal dari lirik salah satu lagu yang pernah hits di radio ini? Ada apa dengan kata ubah?
Ya, dalam bahasa formal atau informal, seringkali kata ini dieja dengan kata rubah atau merubah. Ketika kata ini diberi imbuhan me-, kata yang terbentuk adalah mengubah (me+ubah=meng+ubah) dan bukan merubah. Merubah bisa saja berarti menjadi (seperti binatang) rubah. Gue menduga ini disebabkan karena salah paham saat penutur mengubah kata berubah atau perubahan menjadi bentuk melakukan atau membuat sesuatu jadi bentuk yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Dalam pengamatan gue, kesalahan ini acap dilakukan oleh para orang tua kita.
3. Absensi vs presensi
Absensi Kehadiran Peserta Seminar Pembangunan Infrastruktur Indonesia
Apa yang keliru dari tulisan itu? Ya, betul. Yang keliru adalah penggunaan absensi yang disertai dengan kata kehadiran. Absen dipungut dari bahasa Belanda (absent), berarti tidak hadir atau tidak masuk. Jadi, kalau absensi digabung dengan kehadiran maka akan jadi arti yang beza, kalau kata orang Malaysia, dan bertentangan. Lebih baik tulisan absensinya dihilangkan.
Namun begitu, penggunaan kata mengabsen (pemanggilan daftar hadir agar tahu mana yang hadir dan tidak) atau absensi (daftar ketidakhadiran) sah-sah saja digunakan.
Sinonim presensi: hadir, masuk
Antonim presensi: mangkir, bolos, perlop, madol, tidak hadir
4. Acuh
Gelandang Manchester United Nani mulai menunjukkan sikap acuh terhadap klubnya. Pemain internasional Portugal tersebut terlihat tidak perduli saat klubnya Kamis dinihari tadi melakoni pertandingan “hidup dan mati”.
(cekdisini: http://bola.viva.co.id/news/read/490238-sikap-acuh-nani-di-laga–hidup-mati–mu )
Salah kaprah Bahaasa Indonesia selanjutnya adalah kata acuh. Kata “acuh” merupakan kata paling sering disalahartikan. Bagi sebagian penutur, acuh itu berarti cuek dan tidak perhatian. Padahal menurut kamus, acuh itu berarti peduli; hirau; ingat; indah; hisab. Jadi kalau kalimat: dia sudah mengacuhkanku lagi berarti dia sudah memedulikan dirinya lagi. Lalu bagaimana dengan frasa acuh tak acuh? Ya, berarti itu berarti peduli-tidak peduli atau terkadang perhatian dan terkadang tidak.
5. Geming
Di saat ia menembak gue, tubuh gue jadi grogi, diam tak bergeming.
Selain acuh, kata geming termasuk yang sering salah tempat. Coba bayangkan, kata yang berarti diam dan tak bergerak ini dijadikan ke dalam kalimat di atas. Jadi, apa coba artinya? Diam tak diam? Padahal maksudnya itu kan diam dan tak bergerak. Hal serupa juga ditemukan dalam tautan (link) berita berikut.
Pengamat: PAN Tak Bergeming Soal Rangkap Jabatan
Si wartawan tentu ingin menyampaikan bahwa politikus Partai Amanat Nasional ini diam (tenang-tenang saja) saat isu jabatan rangkap ini bergulir ke publik.
6. Nuansa vs suasana (sanskerta: suasana)
Penggunaan kata nuansa dalam lirik lagu yang pernah dipopulerkan oleh Vidi Aldiano ini termasuk yang benar ya. Nuansa diserap dari bahasa Belanda (nuance) dan berarti variasi, derajat atau perbedaan yang sangat halus/kecil sekali. Konteksnya seperti warna, suara, kualitas dan makna kata. Atau pemisalan lain: terdapat nuansa makna yang berbeda antara kata murah dan murahan.
Namun demikian, kita masih mendengar kata ini digunakan maksud yang sama dari kata suasana. Contoh konkret penggunaan salah kaprah ini adaah pada berita berikut.
Nuansa Seram dalam Ritual Sumpah Pocong
Kalau aja si wartawan mau cek kamus, dia bakal menemukan kalo “Suasana menyeramkan” lebih pas digunakan daripada “Nuansa menyeramkan”.
7. Ke luar vs keluar
Menurut elo mana yang tepat:
Sandra akan pergi ke luar negeri
atau
Sandra akan pergi keluar negeri?
Walaupun dua kata ini ditulis berbeda, namun saat diucapkan, kedengarannya sama aja. Sebetulnya, dua kata ini sangat beda. Ke luar merupakan bentuk preposisi, sama seperti ke dalam, ke mana, ke sana, di atas, di mana dll. Kalau kita contohkan dengan: Sandra akan pergi ke luar negeri. Sebut saja ia akan ke Singapura. Artinya, Sandra akan pergi ke luar dari negeri Indonesia menuju Singapura.
Sedangkan keluar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai kata kerja (verba) dan bermakna ’bergerak dari sebelah dalam ke sebelah luar’. Coba kita cari apa lawan dari kata keluar? Iya, jawabannya adalah masuk. Contoh lain kata keluar: Ia dikeluarkan dari sekolahnya karena didapati mengonsumsi narkoba di kelas atau Shanti mengeluarkan beberapa uang receh setelah pengamen itu menyanyi.
Kedua contoh ini mencerminkan makna memindahkan sesuatu dari dalam (dari dalam sekolah dan dari dalam saku). Nah, sesuai dong kalau lawannya adalah masuk?
8. Pasca vs paska
Kuliah Perdana Paska Sarjana Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Akhir-akhir ini para pembawa berita di televisi sering membubuhkan kata pasca untuk mengganti kata sesudah atau setelah. Mungkin kata itu terdengar lebih keren dibandingkan dua kata padanannya. Hal itu sah-sah saja. Tapi masalahnya banyak yang menulis atau membaca kata ini dengan ejaan paska. Kesalahan lain adalah memisahkan penulisan pasca dengan kata apa pun yang melekat setelah kata itu. Misalnya, pasca bayar, pasca SBY atau pasca tsunami.
Lalu, bagaimana dengan contoh yang gue berikan di atas? Salahnya ganda, euy. Hehehe
Pasca merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta dan dalam penulisannya mesti digabung karena termasuk bentuk terikat. Ada juga penulisan yang menggunakan tanda strip (–) seperti pasca-SBY, maksudnya setelah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono; pasca-SBMPTN, setelah ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, bedakan penulisan pascatsunami dengan pasca-Tsunami Aceh. Pascatsunami, penulisannya dirangkai karena tsunami yang dibahas merupakan kejadian alam yang umum sedangkan pasca-Tsunami Aceh lebih khusus.
9. Garang vs gahar
Maksud hati ingin memberikan nilai garang, seram, keras atau laki banget, hal yang terucap malah kata gahar. Gue ga tahu apa musabab kata ini dipadankan dengan empat kata sebelumnya. Pas gue cek juga di KBBI, arti kata gahar jauh banget dari contoh di atas: menggosok secara kuat. Tapi kalo menurut Kamus Slang Indonesia, kata gahar baru senada dengan empat contoh di atas. Ini berarti, kata gahar belum diakui sebagai kata resmi dan bersifat informal, hanya digunakan waktu percakapan santai saja.
Kata yang berasal dari bahasa Jawa ini, bukan tidak mungkin mengalami nasib yang sama dengan tegar (memiliki dua makna padahal awalnya cuma satu), akhirnya bermakna dua dan saling tidak berkaitan satu sama lainnya. Cuma, sayang kan, kalau memang artinya berbeda dan itu berawal dari kekeliruan tapi dimaklumkan lalu “direstui” masuk kamus besar.
10. Nol atau kosong?
Tanya : Mba, saya mau pesan taksi..
Jawab : Oh, baik. Berapa nomor teleponnya pak?
Tanya : nol delapan satu tiga…
Jawab : kosong delapan satu tiga…
Tanya: mba, nol. Bukan kosong…
Sebagian dari kita sering menemukan “perlakuan” seperti itu. Ya, ini terjadi karena ada yang menyamakan peran angka nol (0) yang diambil dari bahasa Belanda (nul), dengan kata kosong. Dalam penjelasan Tesaurus Bahasa Indonesia, padanan untuk nol itu kosong, namun hanya diberi label cak (cakapan alias tidak resmi; informal). Sementara makna kedua adalah hampa; nihil dan keduanya merupakan kata sifat. Padahal kata nol pada contoh di atas merupakan kata bilangan, bukan kata sifat.
Materi Bahasa Indonesia Lainnya dari Zenius
Materi Bahasa Indonesia: Teks Laporan Hasil Observasi
Materi Bahasa Indonesia: Teks Tanggapan
Materi Bahasa Indonesia: Jenis jenis Frasa
Materi Bahasa Indonesia: Resensi Buku
Materi Bahasa Indonesia: Teks Prosedur
Materi Bahasa Indonesia: Esai
Materi Bahasa Indonesia kelas 7: Surat Pribadi
Kalau ada yang masih ingat iklan layanan internet oleh Telkom dan sering diputar pada televisI swasta pada awal millennium ini: Telkom-net Instan 080989999, mungkin ada yang berprasangka hal ini yang memperkuat penggunaan nol menjadi kosong menjadi kaprah.
****
Baiklah, ini baru sepuluh dari segudang kesalahkaprahan berbahasa kita yang gue pun baru tahu beberapa tahun terakhir ini, kok. Kita bisa mulai memperbaiki dan menggunakannya dengan baik mulai saat ini… secara perlahan. Coba bayangkan kalau nanti para bule belajar bahasa kita dan mereka lebih paham serta terampil dari kita? Hehehe. Dan seperti yang gue sebutkan di atas, kalau ada dari kalian yang tahu contoh salah kaprah berbahasa lagi, yuk silahkan cantumkan contohnya di komentar bawah, ya. Biar kita bisa saling berbagi ilmu penggunaan bahasa Indonesia 🙂
Oke sebagai penutup, buat elo yang ingin mempelajari materi lainnya dengan lebih dalam dan tetep asik, elo bisa coba berlangganan paket belajar kita. Zenius punya berbagai pilihan paket yang bisa elo pilih sesuai kebutuhan masing-masing. Tinggal klik banner di bawah ini untuk info lengkapnya!
Mau nanya kak, itu yang absensi kan artinya ketidakhadiran kok itu dibawahnya ada tulisan “sinonim: hadir, masuk”? Maksudnya gimana ya kak?
Hai, Alysa.
Trims sdh meralat yah.
Km betul, krn gue blm lengkap menulis kata yg disinonimkannya.
Ya begitulah. Bahasa Indonesia banyak disepelekan padahal mempelajarinya tidak mudah.
Saya pernah menemukan disertasi seorang doktor yang pada sampulnya mengandung kesalahan tata tata bahasa Indonesia.
Tambahan yang sering salah.
1. Penggunaan kata di sebagai kata imbuhan dan kata depan yang masih sering tertukar.
2. Penggunaan “selain” dan “kecuali” yang sering salah nalar. Misalnya, “Selain karyawan, dilarang masuk!”.
3. Salah nalar yang biasa ditemukan pada kata pengantar karya ilmiah.
“Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan.”
Sudah tau banyak kekurangan. Kenapa tidak diperbaiki? Kalimatnya jadi tidak logis.
Yup, betul sekali.
Trims yah Indra sdh berbagi info.
kak,btw kata absensi karena serapan dari bahasa asing(belanda),makna aslinya kembali ke makna dari bahasa asing itu sendiri.
kata “absensi” berarti ketidakhadiran dalam bahasa belanda dan kbbi silahkan kakak cek di websitenya kbbi #cmiiw
Yup betul, Absensi berarti ketidakhadiran dan presensi artinya kehadiran.
Coba cek penjelasan di atas lg yah Zia.
Bang kalo yang di atas lirik lagunya Once keliru, kalo lirik lagunya D’masiv gimana bang? Yang judulnya “Cinta Ini Membunuhku” . Liriknya gini:
Kau membuat ku berantakan
Kau membuat ku tak karuan
Kau membuat ku tak berdaya
Kau menolakku acuhkan diriku.
kata acuh artinya peduli, kalo lirik terakhir pake kata acuh yang bener jadi “kau menolakku pedulikan diriku” Itu salah kaprah juga ya bang?
Yoi gan
Iyap betul banget, Far. Kalau dilihat artinya jadi aneh, kan? :p
gua dulu sadar kata absen itu sering disalahartikan jadi presensi setelah sekretaris atau guru sering ngabsen kelas, rasanya kok arti hadir dan tak hadir itu sama aja dalam kata absen. Pas gua cek KBBI ternyata absen artinya ketidakhadiran.
Dan setelah gua tau arti absen, sekolah gua nempelin tulisan begituan di tempat alat buat absensi guru. Jadinya malah aneh “sudahkah anda ‘tidak hadir’ hari ini?” lah *facepalm*
hehehe tenang2. Kalau dlm kalimat di atas berarti “sudahkan anda tidak hadir hari ini..?”. Sebenarnya, akan lebih pas jika ditulis: Sudahkah Anda mengisi absensi hari ini? Ini karena absensi, secara kontekstual berarti lembar kehadiran dan mencatat siapa yang tidak hadir (dan yg hadir). Ohya, trims yah sdh kasih ilustrasi dari sekolah elo.
Tapi artinya absensi di kbbi ketidak hadiran…
Gimana???
Radikal.
Suka digunakan untuk memaknai aksi kekerasan. Atau sekelompok orang yang suka berbuat kekerasan, seperti “ormas radikal”.
Padahal, menurut kamus, radikal artinya:
adj 1 secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip); 2 (Pol) amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); 3 maju dalam berpikir atau bertindak
Pada dasarnya adalah sifat yang menuntut perubahan besar sampai ke akar-akarnya. Jadi, kalo ada seorang pebisnis yang disuruh menangani sebuah bisnis yang hampir bangkrut, dan dia melakukan perubahan revolusioner di organisasi itu hingga akhirnya dapat bangkit kembali dan mendulang untung, berarti pebisnis itu juga bisa dibilang radikal, kan?
Trims komentarnya, Fan. :p
Yap, betul banget. Radikal, berdasarkan asal katanya, berasal dari bahasa Latin yaitu radix alias akar.
Hmm, kalau contohnya di bisnis kurang pas sih, Fan. Soalnya, kalau perubahan agar untung lagi itu kan enggak harus pakai cara dulu (akar/sebelumnya), tp bisa pakai cara lain. Makanya, pebisnis dituntut utk kreatif agar bisa untung banyak hehehe
kebanyakan, sih, media massa. mungkin mereka ngambil dari “radikalisme; paham atau aliran yg menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dng cara kekerasan atau drastis; 3 sikap ekstrem dl aliran politik”. dan karena media massa mengendalikan massa, yah, jadinya seperti yang kita lihat. amburadul bahasa Sundana mah :3
dari pada vs daripada
yang satu menunjukan perbandingan dan yang satu lagi adalah kata penghubung yang tidak efektif.
contoh :
kamu lebih sopan dari pada dia.(perbandingan)
semua tergantung daripada pemerintah menyikapi hal tersebut. (penghubung)
jadi mana yang bener ? banyak tuh pejabat yang pake kata penghubung diatas supaya kelihatan bijak.
Yap betul. Penggunanaan daripada pdhl mksdnya dari lazim digunakan orang2 yang hidup semasa Orde Baru :p Sebagian pengamat bahasa mengatakan ini komponen (unsur) yg membuat kalimat jd tdk efektif. Jadi, yg betul itu dari kecuali tujuannya utk membandingkan sesuatu. Hmm sbnnya bukan agar terlihat bijak, tp krn blm tahu akan informasi ini hehehe
Bukannya yang menunjukkan perbandingan itu yang bener juga “daripada” (disambung) ya? Di KBBI gue cek gak ada “dari pada”.
Iya, kalau utk membandingkan suatu hal, daripada-nya disambung,
emang sih salah, tapi nanti juga bakal di update lagi KBBI nya xD
wakakakak…
Enggak kyk begitu juga, sih. hehehe
Mantap, Bang! Gue baru nyadar ternyata Once yang memopulerkan salah kaprah mengenai “merubah”. 😀
Ya, mungkin dia wkt itu blm tahu. Baru2 ini, ada siswa Zenius yg komplain ke Once ttg hal ini dan ia merespons, lho :))
Trims yah 🙂
Oke, sama sama. 🙂
nambahin bang. elo2 tau kata “tegas”? coba elo cek KBBI artinya apaan. menurut gue, tegas itu artinya jelas, bukan seperti banyak orang omongin bahwa tegas itu ga bisa diatur2, atau satu keputusan. menurut gue namanya keras kayak gitu mah
ya gak bang?
Betul! arti tegas itu ya jelas; gambang; eksplisit; kasar; kentara, bukan enggak bisa diatur.
om bedanya bipolar sama keperibadian ganda apa om ? kata temen saya beda.. yg psikolog (tp dia ga mau ngejelasin).. situ kan psikolog juga :v
Hahaha ini knp menyerempet ke psikologi? Gue sarjana psikologi dan bukan psikolog, lho.
Walaupun bgt, gue kasih dua artikel ttg dua hal td yah. Itu dua hal yg beda, berikut ini rujukannya:
1. kepribadian ganda: http://en.wikipedia.org/wiki/Dissociative_identity_disorder
2. gangguan bipolar: http://id.wikipedia.org/wiki/Gangguan_bipolar. Selamat membaca 🙂
Tindakan pengrusakan (vandalisme) sering disebut sebagai tindakan anarkis. Padahal anarkis hanyalah suatu sistem sosialis tanpa pemerintahan. misalnya “massa melakukan tindakan pengrusakan terhadap fasilitas ini, para polisi menyayangkan tindakan anarkis ini”
Kemudian kata tragis seringkali tertukar dengan ironis, misalnya “ironis, terjadi tabrakan beruntun di tol pasirkoja, 3 orang anak balita tewas dlm kecelakaan tersebut”
sementara itu kata ironis terbalik pemakaiannya dengan tragis “tragis, seekor anjing membunuh majikannya sendiri”
Betul, Glen. Perusakan (bukan pengrusakan) sering tertukar dgn anarkis. Anarkis juga bisa berarti tanpa komando atau pemimpin, misal: Unjuk rasa anarkis itu diakhiri dgn tindakan perusakan sarana di sekitar gedung MPR DPR.
Trims yah pak pujangga Glen 🙂
Di kalangan anak muda juga ga jarang dalam pemakaian istilah sebutan “Samurai” itu banyak yang rancu.
Example
A : Oi, bro gimana keadaan kabar kawan kita si C?
B : Dia lagi kritis di rumah sakit, bro
A : Weh, kasian. By the way, memang dia kemarin kenapa kok sampai segitu parahnya dia drop?
B : Dia kemarin ikut tawuran, habis kena tikam dari siswa sekolah lain pakai Samurai
Dulu, pertama kali gue denger kata “Samurai” ( waktu jamannya ga kenal KBBI apalagi di jaman dunia melek internet begini ) gue sih sah aja, nerima mentah2 “Samurai” adalah sebutan senjata. Tapi lambat laun, seiringnya gue tambah usia, pernah sewaktu itu gue nonton film jaman ksatria jepang. Dan disitu, gue sendiri mulai paham makna kata “Samurai” ini apa? Setelah gue cek yang diambil dari 2 sumber ( KBBI dan website artikata.com ). Ternyata Samurai adalah……
= A Japanese warrior who was a member of the feudal military aristocracy ( aristokrat Jepang dari golongan ksatria/prajurit )
Mungkin ada beberapa orang yang belum tahu mengenai ini. Tapi gue rasa ini cukup penting untuk mengisi perbendaharaan kosakata Bahasa Indonesia dengan penggunaan yang benar
Trims infonya, Roy. Betul sekali, Kesalahan ini lmyn banyak, bhkn sering diulang oleh pembaca berita televisi.
ga’ bro samurai bisa juga untuk pedang bisa di cek di web ini
http://kbbi.co.id/arti-kata/pedang
liat disitu ada tulisan samurai
samurai pedang spt yg dimiliki para samurai;
jadi sebenernya pedang pesamurai atau pedangnya si samurai…
*CMIIW
liat di gambar itu bro katana itu untuk di jepang sana…
ga’ bro samurai bisa juga untuk pedang bisa di cek di web ini
http://kbbi.co.id/arti-kata/pedang
liat disitu ada tulisan samurai
samurai pedang spt yg dimiliki para samurai;
jadi sebenernya pedang pesamurai atau pedangnya si samurai…
*CMIIW
liat di gambar itu bro katana itu untuk di jepang sana…
jadi indonesia udah bener kalau pake kata samurai
Samurai itu adalah sosok prajurit dari kelas Bushi, katana adalah pedang yang dipakai oleh seorang samurai. di dalam tautan yang Anda tampilkan, memang ada pengertian tentang samurai, tapi alangkah baiknya jika dipahami dulu bagaimana penggunaan kamus tersebut.
Di sana ada kata dasar yang ingin dicari, yaitu ‘pedang’ kemudian ada banyak kata-kata yang bisa ditempel dengan kata ‘pedang’ tersebut, itu sebabnya sebelum kata ‘samurai’ ada tanda seperti ini “–samurai” itu artinya kata tersebut harus berbunyi ‘pedang samurai’ supaya bisa memiliki makna ‘pedang seperti yang digunakan para samurai’
Jadi, penggunaan kata samurai untuk mengacu pada sebuah pedang, khususnya pedang khas Jepang tersebut masih salah kaprah.
penggunaan yang tepat harusnya “pedang samurai” dalam bahasa inggris juga digunakan “samurai sword” bisa diartikan sebagai pedang yang dipakai samurai, jadi penggunaan kata samurai saja untuk menyebut senjata tetap keliru
penggunaan yang tepat harusnya “pedang samurai” dalam bahasa inggris juga digunakan “samurai sword” bisa diartikan sebagai pedang yang dipakai samurai, jadi penggunaan kata samurai saja untuk menyebut senjatanya tetap keliru
bang kalo kasus yg ini gimana?
http://i.imgur.com/kLhFbVa.jpg
hahaha mnrt gue, selama tdk melanggar hukum negara & hukum moral sbg manusia, ya sok-sok saja.
ini masuk gak gan ?
gapapa versus gak apa apa
itu enggak masuk krn termasuk ragam informal (percakapan sehari-hari). Jadi dlm ragam informal siapa pun sah2 saja membuat ragam bahasa yg disukai hehe
Kata “suka” dan “sering”. Guru bahasa Indonesia gw sering banget ngoreksi ini tiap kali temen gw ngomong kata “suka” dgn kebiasaan buruk. Contohnya suka terlambat, suka menyontek, dll. Ini termasuk gak?
Kata “orang”. Gw pengen nanya aja. Bener gak sih penggunaan kata “orang” di kalimat “Gue mah orangnya gitu” ??
Hei, @disqus_N6ucE5PYEA:disqus maaf baru balas. Enggak ada notifnya nih. Elo betul, suka sering tertukar dgn suka. Sebenanrya itu gak masalah selama cuma digunakan wkt ngobrol informal sama tmn2, lg nongkrong, atau bahasa di rumah. Itu jd salah hanya pas sikon resmi aja. Hehehe Ini persis pas kalau kita ke kondangan tentu kita pakai pakaian yg resmi, tp kalau ke ultah tmn pakai baju kasual.
Njir, ada kata gahar :v, ane aja baru denger kata gahar :v
Yoih @raihan_maulana:disqus hehehe
Trm ksh sudah mengacuhkan bhs Indonesia 😀 @msyahmansamhan:disqus
Kata “pimpinan” yang maksudnya pemimpin. Di penulisan alamat surat resmi sangat sering terjadi. Efeknya malah terasa janggal kalau kita pakai kata “pemimpin”. Contoh: Yth. Pimpinan Kantor X
Kata notulen dan notulensi vs. notula dan notulis.
Kata sekadar juga sering salah tulis dan salah ucap menjadi sekedar…
Pdhal menurut saya, kedar itu jenis keju… Hehe… ^_^
Bhs.indonesia dianggap gampang akan tetapi Mayoritas siswa ketika ujian tidak pernah dapat 100 ada yang tau kenapa…?
Klo penggunaan kata saja itu artinya apa??
Bukan saja( hanya saja, ato dll)
Saja kata kiasan disni.
Misal:
..saja jaga kamu untuk kita
..saja jaga perilakuku karena kamu sdh milik aku
Tolong penjelasannnya.? ?
saya cari di KBBI online kata tegar ada salah satunya berarti tabah. Itu bagaimana ya?
Dibilang “kosong” karena “nol” sering terdengar seperti “enam”. Jadi untuk menghindari salah dengar, orang-orang tua kita zaman dulu mengganti “nol” dengan “kosong”. Penggunaan “kosong” sebagai ganti “nol” ini hanya untuk penyebutan nomor telepon. Kamu tidak pernah mendengar contoh kalimat lain selain penyebutan nomor telepon kan?
Ada lagi min, sarkas sama satire
Kalo sarkas itu plain offensive, sedangkan satire ya “ridiculing in disguise”
Contoh:
> Pertama, kamu adalah anjing
Itu sarkas, karena emang tujuannya bener-bener melakukan personal attack
> Tulisanmu bagus banget, mirip ceker ayam
Itu satire, karena lawan bicara belum tentu tersinggung
Izin tanya bahasa Indonesia yg baku itu, loe gue atau saya(aku) kamu?
Kalau kita lihat tata bahasa yang ada di Kemdikbud, untuk persona pertama tunggal itu adanya “aku” dan “saya”, dan untuk persona kedua tunggal itu hanya ada “kamu” (Anda termasuk sebutan tanda hormat). Sedangkan, lo gue itu sebenarnya dari bahasa Mandarin Hokkien, bukan Indonesia 😀
Hai, bantu jawab. Sepertinya yang di dekat tulisan sinonim itu adalah ‘sinonim presensi’, bukan ‘sinonim absensi’
Wah yang contoh untuk pengantar karya ilmiah itu sering saya bacaa, saya kira sah-sah saja. Terima kasih banyak untuk infonya
tambahan satu lagi kak, kata ‘naif’ orang indonesia (enggak banyak) suka mengartikan kata ‘naif’ ini sebagai orang munafik atau bermuka dua kkkkk~ padahal pas saya periksa di KBBI aplikasinya, ‘naif’ itu artinya polos. saya punya asumsi kalau kata tersebut berasal dari serapan kata bahasa Inggris ‘naive’ yang artinya juga sama polos
tambahan lagi kak. yaitu kata ‘naif’, orang indonesia (walau enggak banyak) menganggap kata itu artinya munafik atau bermuka dua. padahal pas saya periksa di KBBI aplikasinya, kata ‘naif’ itu artinya polos. asumsi saya kata tersebut berasal dari serapan kata bahasa Inggris : ‘naive’ yang artinya juga sama polos.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang salah banyak dipicu oleh tayangan televisi. Pemerintah yang mempunyai kewenangan seharusnya bisa mengontrol para pelaku usaha di bidang penyiaran.