New normal dan endemi

Setelah New Normal dan Menjadi Endemi, What’s Next? – Mengenal Omicron

Hai, Sobat Zenius!

Pandemi Covid-19 memang udah mengubah banyak hal dalam hidup kita, mulai dari kebiasaan menggunakan masker yang awalnya cuma rutin dipakai anak kereta dan wota, semua hal yang sepenuhnya daring (contohnya kelas dan wisuda online), bahkan konten Tiktok parodi aja ada yang bikin bengkel online.

Nah, setelah semua hal yang dua tahun belakangan ini mengisi hari-hari kita, selanjutnya muncul pertanyaan, “What’s next?”

Ini mirip sama hasil dari pertarungan Avengers dan Thanos di Avengers: Endgame (2019) yang membawa banyak perubahan di Marvel Cinematic Universe (MCU) fase selanjutnya.

Gue nggak mau kasih spoiler, sih, cuma intinya, keadaan di MCU, seperti di film Spider-Man: No Way Home (2021), Eternals (2021), sampai series The Falcon and the Winter Soldier (2021) ngasih tahu kalau hasil dari Avenger melawan Thanos ini membawa banyak dampak di semesta Marvel, entah itu positif dan/atau negatif.

Kalau di universe kita, dampak dari pandemi Covid-19 inilah yang rada-rada mirip dengan perubahan di semesta marvel fase selanjutnya, setelah pertarungan di antara Avengers dan Thanos. 

Hal ini selanjutnya biasa kita sebut sebagai kenormalan baru atau new normal.

Baca Juga: COVID-19 Akan Menjadi Endemi, Lantas Apa Perbedaan Pandemi dan Endemi?

New Normal Bukan Hanya Tentang Protokol Kesehatan

Sederhananya, new normal adalah perubahan yang terjadi dalam menerapkan protokol kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah penyebaran Covid-19. 

Tapi, sebenernya new normal juga bisa disebut sebagai perubahan di setiap aspek kehidupan, entah itu sosial, ekonomi, dan politik setelah adanya pandemi. Hal ini bikin istilah new normal itu punya makna yang lebih luas, nggak cuma sekadar rutin pake masker, cuci tangan, jaga jarak, dan sebagainya.

Ilustrasi New Normal
Ilustrasi New Normal (Arsip Zenius)

Melansir dari Pew Research Center, para pakar dunia mengatakan bahwa new normal di tahun 2025 akan semakin mengacu pada teknologi dan hal ini menimbulkan tantangan yang lebih besar.

Apa aja tantangan yang dimaksud?

Ketika pandemi terjadi, hal-hal yang menjadi perhatian para ahli adalah kekhawatiran terhadap meningkatnya ketidaksetaraan sosial dan ras, memburuknya keamanan dan privasi, serta meningkatnya penyebaran informasi yang keliru.

Nah, selain itu, ketergantungan akan alat-alat digital diprediksi bakal semakin berkembang. Kita pastinya masih inget ketika karantina dan cuma bisa beraktivitas di dalam rumah, yang dapat menghibur kita itu umumnya berasal dari teknologi atau berbasis daring.

Oleh karena itu, meski masalah kesehatan adalah aspek yang menjadi perhatian utama ketika terjadinya pandemi Covid-19, hal ini juga berpengaruh terhadap masalah sosial dan kesejahteraan manusia. Dan aspek-aspek di luar masalah kesehatan ini yang juga perlu diperhatikan setelah new normal.

Selain new normal, muncul prediksi bahwa pandemi Covid-19 bakal menjadi endemi. Terutama setelah munculnya varian terbaru, yaitu coronavirus, yang bikin virus ini menyebar dengan sangat cepat.

 Nah, apa sebenernya perbedaan pandemi dan endemi?

Apa Perbedaan Endemi dan Pandemi?

Apa elo masih inget waktu pertama kali virus korona muncul di Wuhan? Ketika virus itu menyebar dengan cepat dari Wuhan hingga seluruh wilayah atau negara, sebenernya hal ini masih dapat dikatakan sebagai epidemi.

Ilustrasi Pandemi
Ilustrasi Pandemi (Arsip Zenius).

Lho, ini istilah baru lagi? Bukan pandemi atau endemi? Nah, yang membedakan dari tiga istilah ini adalah skala dari penyebaran penyakit tersebut.

Endemi adalah wabah penyakit yang terjadi secara konsisten tetapi terbatas pada wilayah tertentu. Hal ini membuat tingkat penyebaran penyakitnya dapat diprediksi dan rendah dibandingkan dengan epidemi dan pandemi.

Berbeda dengan endemi, istilah epidemi digunakan ketika terjadinya peningkatan jumlah kasus penyakit secara tidak terduga di wilayah geografis tertentu. Ketika virus korona masih meluas di wilayah Wuhan dan sekitarnya saja, kasus ini masih dalam tingkat epidemi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 ketika penyakit tersebut sudah menyebar secara cepat di wilayah geografis yang luas, entah itu di seluruh negara atau benua. 

Oleh karena itu, WHO akan mulai mengganti status epidemi menjadi pandemi ketika pertumbuhan penyakit menjadi eksponensial, yaitu tingkat pertumbuhannya meroket, dan setiap hari muncul kasus yang semakin banyak dari hari sebelumnya.

Contohnya aja perubahan status Covid-19 menjadi pandemi global yang ditetapkan tanggal 11 Maret 2020 oleh WHO, karena pada saat itu, sudah ditemukan lebih dari 118.000 kasus penyakit coronavirus di lebih dari 110 negara dan wilayah di seluruh dunia dan risiko berkelanjutan dari penyebaran secara global.

Di kemudian hari, kalau status Covid-19 benar-benar menjadi endemi, apa yang bakalan terjadi?

Kalau Covid-19 Menjadi Endemi

Dari tiga istilah yang tadi udah kita bahas, pergantian status menjadi endemi Covid-19 akan terlihat pada skala kasus penyakit yang muncul setiap harinya. Ini berarti virus korona akan semakin berkurang tingkat penyebarannya.

Selain itu, tingkat keparahan penyakit akan berkurang dan risiko dari Covid-19 akan semakin mampu untuk dikelola, tidak seperti awal kemunculannya yang terjadi begitu cepat dan bikin heboh satu dunia.

Harapan berubahnya Covid-19 menjadi endemi, bukan berarti virus korona akan hilang sepenuhnya, tetapi akan semakin banyak orang yang punya kekebalan dari vaksinasi dan dari infeksi alami sehingga penularan akan berkurang dan lebih sedikit rawat inap dan kematian terkait Covid-19, bahkan ketika virus terus beredar.

Tapi, tetep aja, berubahnya status Covid-19 menjadi endemi bukan berarti membuat virus korona nggak berbahaya lagi. Virus ini bakal tetep bahaya, tapi bisa lebih dikontrol aja dan skala penyebarannya lebih kecil.

***

Oke, kita semua berharap kemenangan dalam melawan Covid-19, sama seperti harapan supaya The Avengers menang melawan Thanos (kecuali kalau elo dukung Thanos, haha). Dan kemenangan itu, bakal membawa dampak lanjutan terhadap kondisi dunia.

Nah, mungkin aja nanti, puluhan tahun dari hari ini, kita bakal cerita ke generasi selanjutnya tentang seberapa parahnya pandemi yang melanda dunia saat itu.

Bisa aja ada waktunya anak elo nanya gini, “Pah, mah, kata guruku, dulu ada pandemi ya terus bikin satu dunia jadi kacau?”

Apa pun yang terjadi ke depannya, gue cuma mau ngutip lagunya JKT48 – Fortune Cookie yang belakangan ini nongol terus di Tiktok, “Masa depan tidak akan seburuk itu, hey hey hey!” (kenapa harus ada hey heynya?!).

Oh, ya, ini adalah episode terakhir dari artikel yang membahas tentang pandemi Covid-19. Kalau ini adalah artikel pertama yang elo baca, sabi dicek artikel-artikel sebelumnya, lewat playlist yang udah gue bikin di bawah ini.

Series Mengenal Omicron

Bagian 1: Asal Usul Omicron

Bagian 2: Apa Ciri-Ciri dan Gejala Omicron?

Bagian 3: Varian Baru Coronavirus dan Klasifikasi Varian Lainnya

Bagian 4: Setelah New Normal dan Menjadi Endemi, What’s Next?

Oke, sampai jumpa di pembahasan lainnya!

Referensi:

COVID-19: endemic doesn’t mean harmless – Nature (2022)

Epidemic, Endemic, Pandemic: What are the Differences? – The Columbia Mailman School of Public Health (2021)

Experts Say the ‘New Normal’ in 2025 Will Be Far More Tech-Driven, Presenting More Big Challenges – Pew Research Center (2021)
What will it be like when COVID-19 becomes endemic? – Harvard School of Public Health (2021)

Bagikan Artikel Ini!