Pengaruh Konflik Perang Terhadap Perkembangan Sains & Teknologi 17

Pengaruh Konflik Perang Terhadap Perkembangan Sains & Teknologi

Apakah konflik peperangan menghambat perkembangan sains & teknologi atau justru mempercepat perkembangannya? Semua dijelaskan tuntas di artikel ini.

“War. War never changes. The Romans waged war to gather slaves and wealth. Spain built an empire from its lust for gold and territory. Hitler shaped a battered Germany into an economic superpower. But war never changes.” – Fallout

Hai Guys, Ivan is back! Di kesempatan ini, gue mau bahas topik favorit gue, yaitu sejarah dan sains. Walaupun latar belakang disiplin ilmu gue kimia, tapi seperti apa kata dosen kimia gue dulu pernah bilang, “Science is my passion, but history is always my first love.” 😛

Nah, pada kesempatan kali ini, gue mau bahas tentang sejarah peperangan atau konflik antar manusia serta pengaruhnya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pastinya, apa yang gua bahas nggak akan sesederhana “Perang menghambat kemajuan ilmu dan teknologi”. Itu sih basi dan standard banget yak… dan memang ternyata hubungan antara progress dalam sains dan konflik itu gak sesederhana itu, ada banyak banget cerita seru dan kemungkinan besar gak pernah kepikiran sama lo sebelumnya. So, buat lo yang mau dapet penalaran cerita sejarah yang gak lo temuin di sekolah, pastiin aja lo baca artikel ini sampai habis yak!

Buat lo pada yang hobi baca tentang sains dan sejarahnya, mungkin lo punya sedikit gambaran umum tentang perkembangan ilmu dan teknologi dari berbagai belahan dunia, dimulai dari teknologi energi paling awal yaitu api oleh homo erectus sekitar 1,5 juta tahun lalu, penggunaan tulisan dan bahasa oleh Bangsa Sumeria sekitar 5.000 tahun yang lalu, kemudian penemuan mesiu, mesin cetak, mesin uap, pemberdayaan listrik, sampai kita bisa membuat roket untuk terbang ke bulan tahun 1969. Tapi kalo lo jeli melihat runutan sejarah, lo akan menemukan sebuah hubungan misterius dalam proses kemajuan teknologi dengan era peperangan atau konflik bersenjata di area geografis tersebut.

Apa sih hubungan misterius antarperkembangan ilmu dan teknologi dengan konflik peperangan? Yuk, kita bahas bareng-bareng!

Pengaruh Konflik Perang Terhadap Perkembangan Sains & Teknologi 18

Gambaran Umum Hubungan Konflik Perang dengan Kemajuan Sains dan Teknologi

Gimana manusia mendapatkan kemajuan dalam sains dan teknologi? Di zaman modern ini, kita mungkin udah terbiasa sama yang namanya metode saintifik (scientific method) sebagai cara yang dianggap paling tepat untuk memajukan ilmu pengetahuan. Tapi, apakah sejak dulu perkembangan pengetahuan dan teknologi selalu beranjak dari proses berpikir yang disiplin sesuai dengan metode ilmiah? Jawabannya ya kebanyakan sih orang zaman dulu nggak pakai metode ilmiah. Karena zaman dulu itu, orang-orang yang mulai berpikir secara disiplin baru dikit banget, seperti contohnya Aristoteles, Archimedes, Galileo, Descartes, Newton, dan lain-lain. Jadi memang, sejak jaman prasejarah itu banyak penemuan manusia yang didapat karena sedikit banyak ada faktor keberuntungan. Misalnya, cerita penemuan penicilin yang ngga sengaja oleh Alexander Fleming. Tapi, di era modern seperti sekarang ini, dengan derasnya arus informasi dan edukasi tentang metode ilmiah, faktor keberuntungan itu semakin terkikis dan metode ilmiah menjadi cara yang paling sistematis untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi yang baru.

Dalam batas hubungan antara perang dengan sains dan teknologi, sains dan teknologi pastinya berperan penting dalam menentukan hasil peperangan. Terlepas dari faktor jumlah pasukan, strategi, taktik, dan logistik… teknologi militer adalah salah satu faktor penting dalam menentukan siapa sang pemenang. Gak jarang, teknologi bisa menjadi penentu menang-kalah. Contohnya dalam pertempuran di Nagashino, dimana Oda Nobunaga berhasil mengalahkan pasukan berkuda terbaik di Jepang yang dimiliki Takeda Katsuyori. Perbedaannya  signifikan yang dilakukan oleh kubu Oda Nobunaga adalah dengan menggunakan pasukan arquebus alias senapan yang dilindungi pagar bambu supaya pasukan senapan itu ngga bubar diserang sama pasukan berkuda yang cepat. Tentu saja, pasukan Takeda yang hanya bermodalkan senjata jarak dekat (katana, tombak, wakizashi,dan lain-lain.) sangat kesulitan menghadapi senjata api.

perang Nagashino
Perang Nagashino (1575) antara Oda Nobunaga vs Takeda Katsuyori

Di pertempuran lain di Hodow tahun 1694, 400 pasukan Polandia bertahan melawan 40,000 pasukan berkuda Tatar dengan cara yang sama, yaitu pasukan senapan dilindungi pagar kayu. Gila banget kan dari 400 pasukan bisa nahan 40.000 pasukan hanya karena “sedikit” sentuhan teknologi? Jadi, memang manusia dari zaman ke zaman sudah belajar bahwa keunggulan teknologi militer baik dalam senjata atau perlengkapan lainnya adalah faktor penting dalam peperangan. Inilah justru yang membuat situasi perang dan rasa haus akan kemenangan justru menjadi motivasi tersendiri bagi pihak yang berperang untuk mengembangkan teknologi dan ilmunya agar bisa menjadi faktor penentu kemenangan. Yah, namanya manusia kalo udah kepepet antar hidup-mati baru menguras otaknya habis-habisan untuk bisa cari akal supaya bisa menang.

Nah, setelah masa perang selesai, barulah teknologi yang digunakan sebelumnya saat masa perang, diadaptasi untuk dipakai oleh masyarakat secara luas. Dari sanalah, orang banyak mulai merasakan manfaat dari kemajuan teknologi tersebut. Di sisi lain, peperangan tidak hanya sekedar jadi faktor pendorong untuk kemajuan teknologi, tapi perang itu sendiri juga berkontribusi terhadap persebaran teknologi itu sendiri untuk digunakan secara massal di masa perang.

Okay, mungkin sekarang lo jadi mulai mikir bahwa perang bukan menghambat perkembangan ilmu dan teknologi, tapi sejarah mencatat bahwa perang justru jadi faktor pendorong progress sains dari berbagai belahan dunia! Nah lho, apakah itu berarti bahwa setiap kemajuan sains itu harus diawali dengan peperangan dulu? Apakah setiap bentuk perang melahirkan teknologi baru? Eits, tahan dulu pertanyaan lo itu karena nanti gua akan bahas di belakang. Tapi sebelumnya, gua mau ngajak lo melihat-lihat, perkembangan sains dan teknologi apa sih yang lahir akibat dari peperangan? Yuk, kita lihat beberapa contoh kemajuan sains dan teknologi yang bener-bener disebabkan oleh peperangan.

Teknologi Interchangeable Parts

Kalian pasti pernah denger kan istilah spare part? Istilah yang disebut dalam bahasa Indonesia sebagai suku cadang atau onderdil ini adalah bagian komponen mekanik yang bisa tinggal main copot-pasang untuk merakit suatu alat. Kalo di kehidupan kita sehari-hari, biasanya istilah ini akrab waktu kita ngomongin kendaraan bermotor, dimana spare part digunakan untuk menggantikan bagian yang rusak dari desain yang sudah jadi. Kalo misalnya kita nyetir mobil terus ada kecelakaan lalu bempernya bolong, mahal banget kan ya kalo kita jadi harus ganti mobil baru? Jadi, ya, solusi praktisnya tinggal beli suku cadangnya aja (bemper) ke bengkel, tanpa perlu mengganti kendaraan baru.

Lo yang mungkin sekarang udah akrab dengan penggunaan suku cadang di era modern sekarang mungkin gak sadar bahwa mekanisme yang seolah-olah sederhana ini adalah revolusi teknologi yang luar biasa pada zaman dulu. Dengan mekanisme tinggal copot-pasang seperti ini, proses pembuatan, reparasi, dan produksi jadi jauh lebih efisien, mudah, murah, dan juga cepat! Terus gimana emang sejarahnya bentuk gagasan revolusi teknologi ini terbentuk? Pemakaian teknologi suku cadang pertama dalam sejarah digunakan oleh produksi kapal oleh negara Kartago (Carthage) dalam perangnya yang pertama melawan Republik Romawi. Mereka tau kalo kapal perang itu mahal, jadi mereka bikin bagian dari kapalnya ini bisa digantiin kalo rusak waktu berlayar atau bertempur.

war & science 2

Di sisi lain dunia, China juga mengembangkan suku cadang pertama buat busur crossbow mereka pada era sebelum masehi. Bayangin, butuh 2.000 tahun sampe abad ke-19 buat teknologi suku cadang ini dipake secara massal untuk industri lain seperti jam dan alat transportasi (mesin uap dan sepeda) lho!

Teknologi Makanan Dalam Kemasan

Hari gini, makanan siap saji dalam kemasan itu biasa banget ya. Dari tuna kalengan sampe mentega di kemasan plastik, semuanya bisa lo beli di pasar atau minimarket terdekat. Tapi lo tau nggak sih siapa yang pertama kali bikin makanan yang bisa awet walaupun lama nggak disimpan?

Perkenalkan, Napoleon Bonaparte. Pemimpin kekaisaran Perancis ini memulai karir di batalion artileri (meriam) dan jadi beken di tahun-tahun akhir perang revolusi Perancis (1792–1802) karena tentara dia menang terus. Akhirnya, doi jadi kaisar Perancis tahun 1799. Selain menentukan jalannya sejarah dunia dalam banyak hal termasuk pelemahan dominion kolonial Spanyol, penjualan teritori Louisiana oleh Perancis ke Amerika Serikat (duitnya buat biayain perang di Eropa), pembubaran Holy Roman Empire dan munculnya nasionalisme di Jerman dan Itali, kaisar Perancis ini juga punya peran dalam pembuatan makanan dalam kemasan yang diimplementasikan oleh hampir seluruh pabrik makanan di dunia saat ini. Wah, gimana tuh ceritanya?

Jadi, setelah berperang beberapa tahun di Eropa Barat dan Eropa Tengah dan menang terus, Napoleon yang ambisius berencana menyerang Rusia. Kalo mau sukses, dia harus punya cara untuk menyimpan makanan buat pasukannya yang masif banget, 7 juta tentara! (itu kira-kira sama jumlahnya dengan seluruh penduduk Kota + Kabupaten Bandung dijadiin satu). Semua panglima yang pinter tau kalo perbekalan makanan itu penting banget dalam perang, mengingat orang di tempat yang dia serang mana mau jual apalagi kasih makanan buat 7 juta tentara dia.

Dalam proses mencari solusi ini, Napoleon bikin sayembara buat nyari cara baru ngawetin makanan. Akhirnya, tahun 1809 seorang pembuat kue bernama Nicolas Appert ngembangin pengawetan makanan pake kemasan kedap udara. Awalnya pake botol beling, kemudian lama-lama baru pake kaleng timah (tahun 1810) dan ngga lama setelah itu, bentuk makanan kaleng jadi populer di peradaban dunia barat. Yah, walaupun pada akhirnya Napoleon gagal juga dalam upaya berperang melawan Rusia. Dimaklumi sih, Napoleon di zaman dia belum punya referensi sejarah yang ngasih pelajaran penting: jangan pernah menyerang Rusia apalagi di musim dingin! unless if you are, the Mongols! 

Teknologi Komunikasi Jarak Jauh

Buat lo yang sering mantengin artikel di Zenius Blog mungkin udah pernah baca tulisan gue tentang kisah Alan Turing sang pemecah mesin sandi rahasia yang digunakan Nazi Jerman saat Perang Dunia II. Mesin canggih milik Nazi untuk mengolah sandi rahasia itu bernama Enigma yang gunanya cuma mengubah kode rahasia informasi perang menjadi teks yang bisa dibaca dan juga sebaliknya. Dalam konteks perang, tentu pesan informasi rahasia dan risiko untuk bocornya informasi tersebut sangat mempengaruhi penentuan kemenangan. Itu adalah salah satu contoh bagaimana teknologi sangat berperan penting dalam perang sekaligus kelangsungan sejarah peradaban manusia.

Balik lagi ke konteks teknologi dan sains. Manusia pada peradaban zaman dulu merindukan cara komunikasi yang praktis antarindividu. Kalo zaman sekarang sih enak yah, kita bisa pakai Whatsapp, LINE, BBM, sms, email dll, tapi teknologi telekomunikasi ini pertama kali mulai berkembang cepat lewat sebuah teknologi yang disebut telegrafi… dan lagi-lagi perkembangan teknologi ini diwarnai oleh latar belakang konflik peperangan.

Telegram primitif pertama dikirim pake media asap atau obor yang diterus dari pos ke pos. Ini udah dipraktekin dari dulu banget. Tapi, pesan yang bisa disampein kurang spesifik, dan kadang cuma bisa malem (kalo pake obor). Sistem telegrafi jarak jauh udah di-propose tahun 1684 sama Robert Hooke dari Inggris, tapi belum dipake secara luas. Telegrafi semi-modern pertama secara massal dibikin sama Chappe bersaudara tahun 1792, dan dari tahunnya, elo mungkin bisa tebak kalo ini juga karena perang revolusi Perancis (1792–1802). Telegram semi-modern pertama ini bentuknya menara yang ada tiang dan papan kayu yang bisa dipake untuk nulis kode huruf dan angka:

telegram

Di atas adalah bentuk kode yang dibentuk oleh tiang dan diterjemahkan pada huruf alfabet maupun angka arab. Dengan menggunakan teknologi ini (semaphore), setiap pesan penting seperti pergerakan musuh atau hasil pertempuran bisa dengan cepat diestafetkan dari pos ke pos. Kecepatan dari metode ini jauh lebih efektif daripada penyampaian pesan melalui jalan darat (pembawa pesan berkuda) atau merpati. Untuk jarak dari Lille ke ibukota Paris (sekitar 230km, kurang lebih 1.5 kali jarak Jakarta-Bandung) bisa ditempuh dalam waktu 30 menit. Coba bayangkan, kalau penyampaian pesan dengan jarak segitu jauh harus ditempuh dengan jalan darat? Dengan kendaraan modern seperti kereta atau mobil saja bisa 4–5 jam.

Berikut di bawah ini adalah peta titik lokasi papan tiang semaphore awal abad 19 ketika revolusi Perancis sedang berkecamuk.

sistem semaphore

Tapi, sistem semaphore ini masih masih memiliki kekurangan, salah satunya karena efektivitas penglihatan kode semaphore ini masih sangat tergantung sama kondisi cuaca. Kalo kondisinya kurang bagus, pesan semaphore ini akan sulit dibaca.

Akhirnya, metode telekomunikasi ini dicoba untuk dikembangkan lebih lanjut oleh beberapa orang seperti Samuel Sommering (Jerman 1809), Francis Ronalds (Inggris 1823), Pavel Schilling (Rusia 1832), dan akhirnya yang paling terkenal Samuel Morse dengan kode Morse-nya (AS 1837). Sebelumnya, telegram tidak terlalu diadopsi luas oleh AS. Tapi begitu perang sipil AS dimulai pada tahun 1861 antara pasukan AS utara (Union) dan selatan (Confederacy), Union langsung ngerasa komunikasi jaringan jarak jauh sangat diperlukan untuk memenangkan perang. Akhirnya telegraf yang sebelumnya tidak terlalu dianggap penting, mendadak menjadi bentuk peran yang krusial dalam perang (1861-1865). Dalam upaya memenangkan perang sipil tsb, kabel telegraf dibuat dan dirangkai hingga sepanjang hampir 25,000 km!

Di sisi lain, upaya Kerajaan Inggris untuk membentuk koloni di berbagai belahan dunia juga semakin mempercepat proses adopsi teknologi komunikasi. Apalagi bentuk kolonisasi Inggris seringkali diwarnai oleh bentrokan sipil dan pemberontakan lokalLo bayangin aja, bentuk koloni Inggris waktu abad 19 itu meliputi dari Kanada di Amerika Utara, Bermuda di Karibia, Afrika Selatan, India, sampai ke Australia. Dari bentuk koloni yang terpencar-pencar seperti inilah, Kerajaan Inggris membentuk sistem komunikasi lewat bawah laut, yang dibuat dari 1858 sampe 1902 (44 tahun) untuk menghubungkan semua koloni Inggris, yang disebut The All Red Line, bisa lo lihat di peta bawah berikut ini:

peta koloni inggris

Konflik Perang Dingin & Perkembangan Teknologi Abad 20

Dalam perkembangan sains sewaktu konflik Perang Dingin, mungkin gue perlu jelasin dikit tentang latar belakang Perang Dingin atau Cold wWar (selanjutnya disebut: CW). CW itu konflik antara AS sama USSR (Uni Soviet) yang terjadi setelah Perang Dunia 2 (selanjutnya disebut PD2), tapi ga ada perang konflik bersenjata antara mereka, makanya disebut Perang Dingin. Jadi ceritanya, setelah Nazi Jerman dan Jepang kalah di PD2, negara paling kuat di dunia cuma 2 – Amrik & Uni Soviet.

Singkat cerita, karena Amrik dan Uni Soviet berbeda pandangan dalam ideologi politik dan ekonominya, mereka jadi rebutan daerah kekuasaan sepeninggalan PD2. Di sisi lain mereka juga sering saling sindir dan bersaing dari segi pamer teknologi, pop culture, sains, kerjasama ekonomi, pokoknya segala macam hal mereka berdua gak mau kalah satu sama lain! Di segi ekonomi misalnya, AS melakukan yang disebut Marshall Plan, yaitu peminjaman uang besar-besaran ke negara-negara di Eropa barat agar mereka bisa membangun kembali negara mereka setelah perang. USSR di lain pihak mendirikan COMECON, atau Council for Mutual Economic Assistance di Eropa timur.

Di sisi lain lain, ngga jarang mereka ikut campur di konflik bersenjata di negara lain dengan mendukung sisi yang pro mereka. Contohnya, perang Korea (1950-sekarang, Korut didukung USSR, Korsel didukung AS) kudeta Iran (1953, didukung AS), Perang Vietnam (1955-75, Vietnam Utara didukung USSR dan China, Vietnam Selatan didukung AS), Perang Arab-Israel (1948, 1967, 1973, dst. sampai sekarang, Israel didukung AS, negara Arab lain didukung USSR), bahkan konflik Perang Dingin ini juga diduga mempengaruhi peralihan era Orde Baru di Indonesia (1965-66). Semua ini dilakukan AS dan USSR untuk mendapat pengaruh di negara lain dan memastikan lawannya tidak mendapat sekutu baru, dan efeknya bisa terasa sampai sekarang.

Salah satu hal yang terkena dampak perang dingin ini adalah dunia ilmu pengetahuan. Di satu sisi, persaingan antar 2 negara adidaya ini juga membuat mereka jadi berebutan para ilmuwan peninggalan Nazi Jerman, dari mulai Einstein, Max Planck, sampai Heisenberg. AS dan USSR sama-sama menjalankan operasi untuk narik ilmuwan Jerman, selain untuk membatasi riset militer Jerman, juga untuk bersaing satu sama lain. Di sisi teknologi, AS dan USSR juga beradu gengsi di perlombaan antariksa alias Space Race. Space Race ini bermula tahun 1955 waktu USSR mengumumkan kalo mereka mau meluncurkan satelit buatan manusia pertama ke orbit. Setelah cepet-cepetan, akhirnya USSR yang duluan meluncurkan satelit bernama Sputnik 1 tahun 1957. Setelah liat lawannya duluan luncurin satelit pertama, AS kira teknologi mereka ketinggalan jauh.  Bahaya dong, kalo lawannya bisa menguasai antariksa duluan. Khawatir, AS mendirikan National Aeronautics and Space Administration (NASA) tahun 1958.

Dari bentuk konflik 2 negara ini, akhirnya progress di bidang sains dan teknologi jadi berkembang sangat pesat di pertengahan abad 20. Sampai akhirnya USSR duluan yang ngirim manusia pertama ke antariksa, Yuri Gagarin, awal April 1961. Gagarin mengitari bumi sekali dalam waktu 108 menit. Itu adalah pencapaian umat manusia yang luar biasa dan bikin gegger seluruh dunia.

Presiden AS waktu itu, John F. Kennedy, gak mau kalah dengan prestasi USSR di bidang sains dan teknologi, AS mengirim Alan Shepard ke antariksa 3 minggu setelah Gagarin di awal Mei 1961. Hingga akhirnya, Presiden Kennedy memutuskan untuk mendanai projek fantastis untuk pengiriman manusia ke bulan. Space Race mencapai puncaknya tahun 1969 waktu pesawat Apollo 11 dari NASA berhasil mengirim Neil Armstrong, Michael Collins dan Edwin Aldrin ke bulan. Tapi, di sisi lain USSR mengalami banyak kemunduran yang disebabkan beberapa peluncuran yang gagal. Inilah salah salah satu contoh lagi dimana konflik adu gengsi (walau tanpa konflik bersenjata) bisa jadi pemicu perkembangan pesat dunia sains dan teknologi.

Sebagaimana pola klasik yang terjadi, teknologi yang dirancang saat perang baru akan dimanfaatkan bagi penduduk sipil setelah perang tsb usai. Begitu juga dengan konflik perang dingin dan persebaran teknologi NASA. Banyak teknologi yang diriset oleh NASA yang dipakai oleh masyarakat luas (dikenal sebagai ‘NASA Spin-offs’). Contohnya antara lain sistem GPS di hape lo, sensor cahaya di kamera lo, termometer inframerah untuk mengukur suhu tubuh yang cuma perlu ditaro sebentar di kuping, dan masih banyak lagi.

Selain itu, pada tahun 1958, setelah keduluan meluncurkan satelit sama USSR, AS khawatir negaranya bakal keduluan sama negara lain dalam bidang teknologi, hingga akhirnya mereka membuat undang-undang National Defense Education Act yang meningkatkan dana pendidikan dari pendidikan dasar sampe tingkat doktorat. Nah, berarti konflik perang dingin juga sedikit banyak ada manfaatnya dalam alokasi dana ke bidang pendidikan yah! 😛

Oiya, buat lo yang penasaran tentang Perang Dunia 1, Perang Dunia 2, hingga Perang Dingin, lo bisa lanjut pantengin kronologinya di video zenius.net di bawah ini:

FYI: Perang dingin udah berakhir tahun 1991 dengan runtuhnya USSR. Jadi sekarang udah ngga ada lagi konflik yang skalanya sebesar itu.

Pendekatan Data terhadap Pengaruh Konflik Perang terhadap Perkembangan Sains & Teknologi

“Lalu, apakah perang pasti membuat teknologi manusia berkembang? Apakah ini artinya kalau ilmu pengetahuan dan teknologi manusia mau berkembang, harus selalu perang dulu?”

Eits, nanti dulu. Kita udah ngebahas gimana konflik dan peperangan memang bisa berpengaruh pada kemajuan sains dan teknologi. Tapi, sebagai kaum intelektual muda, kita ngga boleh segampang itu langsung mengambil kesimpulan. Waktu kita mau mengambil kesimpulan dari data yang ada, selalu ingat keluhan ini: “stupid truth, always resisting simplicity”. Artinya, secara natural dunia selalu menghasilkan sesuatu yang rumit, bukan sesuatu yang simpel.

Untuk menyimpulkan hal yang sepenting ini, kita harus pastiin kita udah melihat semua faktor yang ada dan gak boleh bias. Dalam statistik, kita harus paham bahwa kalo korelasi (hubungan) itu, tidak berarti kausasi (hubungan sebab-akibat). Apa tuh artinya? Kalo kita liat dua data yang kelihatannya berkorelasi (sama-sama naik atau sama-sama turun), ga berarti yang satu menyebabkan yang lainnya. Misalnya 2 variabel antar pemakaian browser tertentu mempengaruhi ramenya peristiwa pembunuhan.

bias korelasi

Dari grafik di atas, seolah-olah datanya menunjukan adanya korelasi antar tingkat pembunuhan dengan penggunaan browser IE. Apakah itu berarti orang yang browsing pake IE suka ngebunuhin orang? Ya nggak lah ya, dengan akal sehat pun kita bisa tau bahwa 2 variabel ini gak memiliki hubungan sebab-akibat walaupun secara statistik kesannya kelihatan saling selaras satu sama lain.

Contoh lain adalah grafik di bawah ini yang menggambarkan 2 variabel yaitu jumlah pendanaan sains oleh AS dan tingkat bunuh diri dengan cara gantung diri.

bias korelasi 2

Walaupun secara grafis kesannya berkorelasi, tapi dengan akal sehat juga lo bisa menyimpulkan bahwa dana untuk riset sains gak ada hubungannya dengan tingkat bunuh diri.

Jadi untuk mengambil kesimpulan dari data statistik, korelasi antara dua hal aja tidak cukup, karena ketika kita melihat korelasi antara dua hal, sebut aja A dan B, maka ada beberapa kemungkinan hubungan antara A dan B, yaitu:

  • A menyebabkan B.
  • B menyebabkan A.
  • A dan B disebabkan oleh hal lain (sebut aja C) sehingga mereka berhubungan.
  • Tidak ada hubungan sama sekali antara A dan B, korelasi antara keduanya murni kebetulan.

Ketika ilmuwan menemukan adanya korelasi antara A dan B, biasanya mereka melakukan penelitian lanjutan untuk mencari tahu kira-kira apa sih yang menyebabkan keduanya berkorelasi. Penelitian lanjutan inilah yang bisa menjelaskan, apakah mereka memiliki hubungan sebab-akibat, atau sebenernya enggak. Nah, jadi kalau kita mau melihat hubungan antara peperangan dan kemajuan teknologi, minimal ada dua hal yang perlu kita lakukan:

  1. Bener nggak sih bahwa secara statistik ada korelasi antara jumlah peperangan dengan banyaknya kemajuan tekonogi?
  2. Kalaupun ada korelasi, kira-kira, bagaimana penjelasan sebab-akibat antara kedua hal tersebut?

“Jadi meskipun cerita diatas sangat meyakinkan bahwa peperangan mendorong kemajuan teknologi, itu belum tentu benar?”

Yup. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, coba kita semua lihat baik-baik data statistik berikut ini:

tingkat kematian akibat konflik

waning of war

Grafik pertama menunjukan perkirakan jumlah korban jiwa akibat perang konflik bersenjata sejak tahun 1.400. Sementara grafik kedua menujukan jumlah korban karena upaya kolonialisme, perang saudara, dan kudeta (masing-masing dipisahkan berdasarkan warna). Dari grafik pertama, kita bisa melihat bahwa ternyata jumlah korban jiwa perang dunia 1-2 pada abad 20 itu, jumlah korbannya hanya sedikit lebih banyak dari konflik Thirty Years War di abad ke-17 (1618-1648) di Eropa. Pada grafik kedua, kita bisa liat kalo total kematian dalam perang udah menurun sangat drastis sejak PD2, karena memang perang di abad ke-20 yang lain walaupun banyak tapi kebanyakan kecil-kecil.

Sementara itu, bagaimana dengan progress secara umum dari sisi perkembangan sains? Mari kita lihat data di bawah ini:

perkembangan sains

Grafik ini adalah hasil studi oleh jurnal sains Web of Science yang melihat perkembangan sains berdasarkan jumlah referensi yang didapat dengan studi berdasarkan tahun terbitnya. Dari situ, kita bisa liat di sini kalo makin mendekati akhir abad ke-20, jumlah scientific paper malah meningkat terus. Jadi, melalui data ini, kita bisa melihat bahwa scientific progress terus berkembang, terlepas adanya frekuensi tingkat konflik yang terjadi dalam 500 tahun terakhir.

Jadi sebetulnya hubungan perkembangan sains dan teknologi dengan peperangan itu seperti apa sih? Di satu sisi, memang peperangan dan konflik menjadi motif tersendiri adanya perkembangan sains dan teknologi. Tapi di sisi lain, secara umum perkembangan sains dan teknologi tetap maju dan menunjukan trend positif terlepas adanya dinamika konflik di berbagai belahan dunia.

Jadi, apa sih sebetulnya faktor yang bikin kita cepet maju? Menurut gue, seengganya ada empat faktor yang mempengaruhi laju kita dalam kemajuan sains dan teknologi.

  1. Faktor pertama, yang cukup berhubungan dengan masa perang, adalah motif. Kalau banyak orang mempunyai motif atau tujuan kolektif untuk melakukan eksperimen atau menciptakan sesuatu, pasti kemajuan sains dan teknologi akan berlipat ganda. Nah, perang itu hanya salah satu pemberi motif ini. Dalam konflik, keharusan itu muncul karena “pihak gue harus lebih maju kalo ngga gue bisa mati”. Tapi di sisi lain, motif juga bisa dateng dari hal lain di luar peperangan, misalnya dari keuntungan ekonomi (pencipta teknologi bisa dapet royalti paten, misalnya). Jangan lupa, natur manusia yang curious alias selalu penasaran dengan dunia juga selalu jadi motif kita untuk mencari tau bagaimana dunia ini bekerja.
  2. Faktor kedua, yang juga berhubungan dengan perang, adalah keberadaan dana dan sumberdaya. Kalau niatnya ada, tapi ga ada duit atau sumberdaya lain yang dibutuhkan untuk melakukan eksperimen, ya perkembangan ilmu juga sulit untuk bisa berjalan. Perang bisa ngasih cukup dana dan sumberdaya karena ketika perang, negara yang niat menang pasti ngasih para ilmuwannya cukup sarana dan prasarana untuk melakukan riset. Tapi, sebagaimana dalam motif tadi, sumberdaya bisa dateng dari sumber lain yang sama dengan sumber motif. Bedanya, kadang negara-negara tertentu, apalagi yang masih berkembang, memang tidak punya cukup sumberdaya untuk bisa melakukan riset sendiri. Tapi biasanya, negara yang teknologinya ketinggalan akan bisa dengan cepat tinggal mengadopsi sains dan teknologi dari negara lain yang lebih maju. Misalnya Jepang, yang setelah terisolasi dari dunia dengan cepat (1868-1904) berubah jadi salah satu superpower dunia dalam bidang sains dan teknologi dengan mengirim pelajarnya ke luar negeri.
  3. Faktor ketiga menurut gue, adalah tingkat pendidikan publik. Negara yang punya motif dan sumberdaya sekalipun, kalo masyarakatnya ga melek sains dan teknologi, ga akan bisa maju secepat itu. Simply karena melakukan eksperimen secara luas dan komprehensif itu butuh orang yang ga sedikit, dan semua orang yang terlibat harus ngerti apa yang mereka lakukan. Karena, untuk bisa melakukan eksperimen dengan metode dan teknik yang bener itu diperlukan pengetahuan yang mendalam di bidangnya. Kalau lulusan universitas dan tingkat yang lebih tinggi cuma dikit, cara satu-satunya negara bisa memajukan sains cuma datengin ilmuwan dari luar negeri.
  4. Faktor keempat, tidak bisa dipungkiri, terkadang adalah simply keberuntungan. Seringkali dalam masa perang atau damai, ada aja orang yang ngga sengaja nemuin sesuatu. Charles Goodyear nemuin proses vulkanisasi karet karena ga sengaja numpahin campuran karet, sulfur dan timbal ke pemanas. Alexander Fleming ga sengaja nemuin Penicilin karena ngga sengaja ninggalin bakteri yang pas dia balik liburan ternyata udah pada mati. Perang dan konflik di sini ngga punya pengaruh yah sepertinya.

Itu yang bisa gue simpulkan dari semua yang gue tau tentang topik ini. Di sisi lain, ada banyak sejarahwan dan pengamat teknologi yang punya pendapat dan gagasan lain yang berbeda. Makanya, sejak awal gua tekankan bahwa apa yang gua bahas di sini, sedikit banyak dipengaruhi oleh pendapat gua pribadi. Tapi moga-moga bahasan gua di atas ini, bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan lo semua yak. Nah, kalo di antara lo ada yang punya pendapat lain, yuk kita diskusiin di bawah! 🙂

Referensi:

http://www.biography.com/people/alexander-fleming-9296894
http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Nagashino
http://en.wikipedia.org/wiki/Arquebus
https://en.wikipedia.org/wiki/Ancient_Carthage
https://en.wikipedia.org/wiki/Marshall_Plan
https://en.wikipedia.org/wiki/Comecon
http://history.nasa.gov/sputnik/
http://www.russianarchives.com/gallery/gagarin/
http://www.webofknowledge.com/

—————————CATATAN EDITOR—————————

Kalo ada di antara kamu yang mau ngobrol atau diskusi sama Ivan tentang sejarah dan perkembangan ilmu serta teknologi, langsung aja tinggalin comment di bawah artikel ini.

Bagikan Artikel Ini!