Kapasitor dan Induktor: Pengertian, Contoh & Kegunaannya

Kapasitor dan Induktor: Pengertian, Contoh & Kegunaannya

Halo Sobat Zenius, ketemu lagi sama gue Johan Wibowo. Pada artikel kali ini gue akan membahas pengertian, contoh hingga fungsi kapasitor induksi. 

Khusus buat elo yang sekarang kelas 12 SMA dan belajar Fisika, pada awal bulan semester genap, biasanya elo lagi belajar tentang Listrik Statis, Magnet, dan Listrik Bolak-Balik kan?! 

Nah, ada dua komponen elektronik yang akan kalian pelajari pada bab-bab tersebut, yaitu kapasitor dan induktor. Tapi pernah kebayang gak, untuk apa sih kapasitor dan induktor digunakan? 

Gue cerita dikit ya sebelum masuk materi fungsi kapasitor induksi ini. Jadi, dulu waktu SMA, gue merasa ga tertarik banget mempelajari bab-bab listrik dan magnet. Salah satu penyebabnya adalah karena gue nggak tau komponen-komponen ini tuh apa dan dipake buat apa. 

Nah, di tulisan ini gue juga bakal ngebahas sedikit tentang pemodelan dan aplikasi komponen-komponen tersebut di kehidupan sehari-hari.

Ilustrasi Kapasitor dan Induktor (Arsip Zenius)
Ilustrasi Kapasitor dan Induktor (Arsip Zenius)

Oh iya, sebelum kelupaan. Selain materi Fisika kelas 12 terkait kapasitor dan induktor yang bisa elo pelajari. Zenius juga punya kumpulan materi Fisika lainnya lengkap dengan soal dan pembahasan yang bisa dengan mudah elo akses lho. 

Mulai dari materi Relativitas, Fisika Inti, Fisika Kuantum sampai materi Teknologi Digital. 

Caranya, elo cukup klik banner di bawah ini kemudian download aplikasi Zenius dan login. Gampang kan? 

cta banner donwload apps zenius

Download Aplikasi Zenius

Tingkatin hasil belajar lewat kumpulan video materi dan ribuan contoh soal di Zenius. Maksimaln persiapanmu sekarang juga!

icon download playstore
icon download appstore
download aplikasi zenius app gallery

Kapasitor dan Kapasitansi

Sebelum membahas fungsi kapasitor induksi, ada baiknya elo memahami dulu pengertian kapasitor dan induktor. Pertama, gue akan mulai dengan pengertian kapasitor dulu ya. 

Oke, ini adalah dua kata benda dengan dua makna berbeda. Kalo elo inget bab Listrik Statis, di sana dijelasin bahwa:

Kapasitor  adalah benda yang dirancang khusus untuk menyimpan energi dalam bentuk medan listrik.

Artinya kapasitor ialah merupakan sebuah benda yang tidak dapat menyimpan energi dalam bentuk medan magnet. 

Sedangkan, kapasitansi adalah parameter kemampuan suatu benda menyimpan energi dalam bentuk medan listrik.

Lalu, representasi benda ber-kapasitansi dalam rangkaian listrik digambarkan seperti ini:

Simbol kapasitor sederhana (dok: Macao Communications Museum)
Simbol kapasitor sederhana (dok: Macao Communications Museum)

Simbol itu merepresentasikan bentuk kapasitor yang paling sederhana: dua plat konduktor sejajar dipisahkan oleh material dielektrik. 

Apa itu material dielektrik? Singkatnya, material dielektrik adalah isolator. *gue akan menjelaskan pengertian isolator lebih lengkap di bagian selanjutnya* 

Masing-masing material dielektrik mempunyai konstanta dielektrik yang menentukan seberapa besar energi yang bisa disimpan dalam bentuk medan listrik.

Sebenarnya, kapasitor nggak harus berbentuk plat sejajar kayak gitu loh. Coba aja kalian googling “kapasitor”, pasti nemu banyak yang berbentuk tabung kayak gini:

Contoh bentuk kapasitor (dok: electrical gang.com)
Contoh bentuk kapasitor (dok: electrical gang.com)

Jadi, kapasitor itu gak harus berbentuk plat. Benda apapun yang terdiri dari konfigurasi konduktor-dielektrik-konduktor akan memiliki nilai kapasitansi (bisa menyimpan energi dalam bentuk medan listrik) sehingga dalam rangkaian listrik bisa direpresentasikan oleh lambang kapasitor seperti gambar di atas. 

Termasuk dua buah tabung konduktor yang berbeda jari-jarinya, tapi diletakkan pada sumbu yang sama. 

Sadar atau tidak, hidup kita bergantung banyak lho sama kapasitor. Nah, supaya lebih kenal, berikut ini adalah contoh kapasitor di kehidupan sehari-hari:

1. Lampu Flash pada Kamera dan Mobil

Elo pasti tau kan ya kalo di kamera dan HP itu ada flash yang ngebantu banget untuk memotret di keadaan gelap gulita. 

Untuk bisa menghasilkan kilatan cahaya cetar membahana dalam tempo yang sesingkat-singkatnya itu, perlu ada kapasitor. Jadi, rangkaian lampu flash itu bentuknya kayak gini:

Rangkaian lampu flash sebagai salah satu contoh kapasitor di kehidupan sehari-hari (Arsip Zenius)
Rangkaian lampu flash sebagai salah satu contoh kapasitor di kehidupan sehari-hari (Arsip Zenius)

Nah, yang ada tanda panahnya itu saklar. Lampu dilambangkan oleh R2. Trus R1 itu resistensi intrinsik baterai dan konduktor (kabel). Jadi waktu flashnya mati (kamera nggak digunakan), si saklar bakal nempel di terminal nomor 1. 

Rangkaiannya bakal jadi kayak di gambar kedua (tengah). Pada keadaan ini, baterai yang dilambangkan sumber tegangan vs alias voltage source akan mengisi kapasitor. 

Sedangkan lampu (R2) gak terhubung ke sistem. Ingat karena sumbernya listrik searah, setelah kapasitor penuh gak akan ada listrik yang mengalir di rangkaian.

Ketika kalian motret, “cekrek!!”, saklar akan pindah dari terminal 1 ke terminal nomor 2 sesuai arah tanda panah. Rangkaian akan berubah jadi seperti gambar ketiga (kanan). 

Pada kondisi ini, baterai menjadi tidak tersambung ke rangkaian. Rangkaiannya jadi kapasitor dan lampu doang. Muatan negatif (elektron) yang tersimpan di salah satu kutub kapasitor akan mengalir ke kutub lainnya sampai jumlahnya sama (tegangan sama). 

Aliran elektron alias arus listrik ini menyalakan lampu flash (R2). Ketika tegangan udah sama, artinya energi potensial kapasitor udah 0 kan jadi ga ada elektron yang ngalir lagi, jadi flashnya mati. 

Nah, proses ini terjadinya cepet banget. Waktu pelepasan energi (discharge) di kapasitor itu tergantung sama nilai kapasitansinya. Setelah selesai, saklar akan balik ke nomor 1 lagi, dan kapasitor akan diisi lagi oleh baterai. Begitu seterusnya.

Mungkin elo bertanya-tanya, kenapa harus pake kapasitor? Kenapa sumber energi lampu flash (R2) nggak langsung dari batre aja?

Nah, inilah gunanya kapasitor. Baterai dan kapasitor memang sama-sama bisa menyimpan energi listrik, tetapi karakteristik mereka beda banget. Baterai punya kerapatan energi yang lebih besar daripada kapasitor. 

Artinya, untuk volume/massa yang sama, baterai bisa menyimpan energi yang lebih banyak daripada kapasitor. Tapiiii.. baterai gak bisa melepaskan energinya dalam waktu yang cepat secara berulang-ulang. Kalo ini dilakukan ke baterai, dia bakalan cepet rusak alias aus. 

Kapasitor, di lain sisi, punya kerapatan daya yang lebih besar daripada baterai. Artinya, untuk volume yang sama, kapasitor bisa ngelepasin energinya dalam waktu lebih singkat daripada baterai. 

Ingat, daya adalah energi per satuan waktu. Makanya, kapasitor bisa diisi dan dikosongkan dengan cepat secara berulang-ulang tanpa mengalami kerusakan.

Inilah yang menjadi masalah energi terbarukan kayak pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga angin. Matahari dan angin gak bisa menghasilkan energi setiap saat. Kadang matahari tak bersinar, kadang angin tak bertiup. 

Di Indonesia, dalam satu hari, konsumsi energi listrik itu justru mencapai puncaknya jam 17.00-22.00 WIB. Ingat kan PLN pernah kampanye hemat listrik di waktu-waktu tersebut? 

Nah, pada jam itu justru matahari udah ga bersinar lagi! Makanya energi yang dihasilkan matahari pada siang hari harus disimpan dulu di baterai. 

Masalahnya, baterai itu mahal dan umurnya pendek kalo sering dipake, jadi harus sering diganti. Sama kayak baterai HP/laptop elo kalo udah dipake lama, kerasa kan kapasitasnya ngga se-prima waktu pertama kali di pake. 

2. Touchscreen

Cara sistem touch screen bekerja (dok: Lorex Technology)
Cara sistem touch screen bekerja (dok: Lorex Technology)

Contoh kapasitor di kehidupan sehari-hari selanjutnya adalah touch screen.

Pernah gak sih elo kepikiran gak gimana caranya smartphone atau tablet yang elo bisa mendeteksi sentuhan dari jari? Ada banyak metode touchscreen, salah satunya adalah capacitive touchscreen

Pada metode ini, layar monitor bertindak sebagai dielektrik. Di bawahnya ada lapisan konduktor. Karena konduktivitas jari dan udara berbeda, ketika elo sentuh, smartphone elo akan mendeteksi adanya perubahan kapasitansi di area yang elo sentuh. Informasi ini yang berikutnya akan diolah oleh prosesor.

Hal ini secara umum disebut capacitive sensing. Contoh lain adalah dengan mencelupkan dua konduktor ke dalam air, lo akan mendapatkan kapasitor dengan dielektrik berupa campuran udara dan air dengan komposisi tertentu sesuai ketinggian air kan. 

Nah, dari sini lo bisa mengukur kedalaman/ketinggian air dengan melihat perubahan kapasitansi akibat perubahan tinggi air. Sensor ini disebut dengan water level sensor.

Misalnya kita mau bikin pengisi air sawah otomatis. Katakanlah  suatu sawah ketinggian airnya harus 30 cm. Karena terjadi penguapan saat siang hari, ketinggian air sawah bakal berkurang. Ini akan menyebabkan perubahan nilai kapasitansi pada sensor. 

Kalo udah melewati batas tertentu, nanti akan ada sistem pengisi air otomatis yang akan mengisi air ke sawah dan berhenti mengisi kalo kapasitansi sensor udah sesuai dengan nilai awal saat ketinggian air sawah 30 cm.

3. Saluran Transmisi Tenaga Listrik

Saluran Transmisi Tenaga Listrik sebagai penerapan Kapasitor dalam Kehidupan (dok: Panoramio)
Saluran Transmisi Tenaga Listrik sebagai penerapan Kapasitor dalam Kehidupan (dok: Panoramio)

Listrik yang kita pake ini kebanyakan nggak dibangkitkan di deket kota besar lho. Ada yang tau nggak, berapa kapasitas listrik di Indonesia? Di Jawa-Bali aja, demand listrik per hari itu sekitar 23000 MW. 

Dua pemasok energi listrik terbesar di Pulau Jawa adalah PLTU Suralaya (4025 MW) yang terletak di Cilegon, Banten dan PLTU Paiton (4055 MW) di Situbondo, Jawa Timur. Kedua pembangkit ini dibangun di deket pantai karena butuh pasokan air dalam jumlah besar sebagai pendingin.

Nah, listrik dari pantai itu dialirkan ke kota-kota lewat saluran transmisi tegangan tinggi 500 kV. Tegangan saluran memang dibikin tinggi banget supaya arusnya bisa dibuat sekecil mungkin. 

Ingat, daya yang disalurkan adalah perkalian dari tegangan dan arus (P = VI). Untuk menghantarkan daya yang sama, elo bisa bikin tegangannya tinggi arusnya kecil, atau sebaliknya. 

Semakin besar arus, semakin besar energi yang hilang di saluran transmisi karena semakin besar gesekan antara elektron dan inti atom konduktor (ingat, arus listrik itu muatan/elektron yang bergerak).

Coba elo liat kabel-kabel tegangan tinggi di atas. Tadi kan di awal gue udah bilang bahwa benda apa pun kalo membentuk konfigurasi konduktor-dielektrik-konduktor, akan ada nilai kapasitansinya. Nah, kabel transmisi listrik juga gitu. 

Kabel-udara-kabel bisa dianggap sebagai konfigurasi benda berkapasitansi. Jadi, ketika menganalisis saluran transmisi, insinyur kelistrikan akan menganggap ada kapasitor di antara kabel-kabel itu.

4. Tempat Kita Berpijak

Kapasitor pada bumi (dok: Panoramio)
Kapasitor pada bumi (dok: Panoramio)

Sadar atau enggak, kita sebenarnya hidup di kapasitor terbesar di bumi, yaitu bumi ini sendiri. Awan – udara – tanah-air laut adalah kombinasi konduktor-dielektrik-konduktor. 

Awan bisa mengakumulasi muatan. Antara awan dan bumi/tanah dibatasi dielektrik, yaitu udara.

Setiap isolator (termasuk udara) punya tegangan kerja maksimum. Yang dimaksud tegangan kerja maksimum adalah tegangan paling besar yang bisa ditahan. 

Di atas batas tegangan ini, isolator akan kehilangan daya isolasinya dan menjadi bisa menghantarkan listrik. Nilai tegangan ini disebut tegangan tembus atau breakdown voltage

Contohnya, ketika awan mengakumulasi muatan terus menerus, tegangannya jadi semakin tinggi. Ketika tegangan awan udah gede banget, melebihi tegangan tembus udara, udara akan menghantarkan listrik dari awan ke tanah atau air laut. Ini yang kita sebut petir.

Induktor dan Induktansi

Kalau kapasitor menyimpan energi dalam bentuk medan listrik, Maka, induktor menyimpan energi dalam bentuk medan magnet. Induktor sendiri merujuk ke benda yang dengan sengaja dibuat untuk dimanfaatkan sifat induktifnya.

Sedangkan, induktansi adalah ukuran seberapa besar energi yang bisa disimpan oleh induktor. 

Lalu, untuk satuan induktor dapat dinyatakan dengan satuan Henry (H) yang merupakan satuan SI dari induktansi. Sementara alat pengukurnya bernama induktansimeter. 

Nah sama seperti kapasitor, induktor ini juga ada di mana-mana walaupun lebih jarang dipake secara sengaja dibandingkan kapasitor. Kegunaan induktor yang paling utama adalah untuk menaik-turunkan tegangan bolak-balik (trafo). 

Ini dipake di mana-mana, mulai dari saluran transmisi (tegangan generator di pembangkit listrik 10-20 kV dinaikkan ke 125-500 kV), di rumah-rumah (tegangan ribuan kV diturunkan jadi 220V yang masuk ke rumah kita), sampai di alat-alat elektronik (charger HP misalnya, nurunin tegangan 220V dari colokan rumah jadi 5V).

Selain itu, saluran transmisi juga memiliki induktansi diri sehingga harus dimodelkan oleh sebuah induktansi. Kalian udah tau juga kan lambang induktansi dalam rangkaian:

induktansi

Nah, benda berinduktansi atau induktor memiliki sifat yang bisa dieksploitasi untuk kemaslahatan umat manusia seluas-luasnya, yaitu arus listrik yang mengalir di induktor ga bisa berubah secara cepat (rapidly). Kenapa begitu? 

Ingat Hukum Lenz kan, kalo ada perubahan fluks magnet yang menembus kumparan, maka kumparan (dalam hal ini induktor) akan menghasilkan arus/tegangan yang melawan perubahan tersebut. 

Semakin cepat arus pada induktor berubah, semakin cepat juga medan magnet pada induktor berubah. Semakin cepat perubahan medan/fluks magnet, tegangan yang dihasilkan semakin besar juga. Secara matematis fenomena ini bisa dirumuskan sebagai berikut:

rumus

Persamaan di atas menunjukkan bahwa tegangan yang dihasilkan di ujung-ujung induktor sama dengan besarnya induktansi dikalikan dengan besarnya perubahan arus per satuan waktu. 

Atau, kalau dinyatakan dalam fluks magnet, tegangan di ujung-ujung induktor sama dengan jumlah belitan dikalikan seberapa cepat perubahan fluks magnet. 

Jadi kalo arus listrik di induktor berkurang secara tiba-tiba (saklarnya dimatiin, misalnya), nilai di/dt akan besar banget kan karena dt mendekati 0 (perubahannya cepet banget). 

Akibatnya, akan muncul tegangan yang nilainya juga besar banget. Kalo tegangannya udah terlalu besar sekali banget, melebihi tegangan breakdown isolator, maka isolator tadi untuk sesaat akan “bocor” sehingga mengalirkan energi dalam bentuk percikan api. Percikan api ini sebenarnya elektron yang “melompat”.

Nah, tadi kan gue udah bilang bahwa saluran listrik di rumah kita itu sifatnya pasti induktif karena banyak banget induktansinya mulai dari trafo-trafo sampai kabel transmisi itu sendiri punya induktansi diri. 

Ini sebabnya, kenapa kalo elo nyabut kabel dari colokan suka ada percikan api. Percikan api itu sebenernya arus listrik yang masih mengalir dari colokan ke kabel elo sesaat setelah elo cabut. Atau elo coba buka penutup saklar lampu rumah elo deh, terus coba matiin lampu. 

Biasanya ada percikan api juga tuh. Kalo mau liat yang ekstrim, ini ada video saklar 500 kV di jaringan transmisi listrik dibuka.

Keliatan kan pas saklarnya dibuka, tetep ada arus yang mengalir di antara terminal yang dibuka dalam bentuk percikan api. Nah, salah satu teknologi yang memanfaatkan fenomena ini adalah: busi kendaraan bermotor.

Busi Kendaraan Bermotor sebagai Contoh Induktor (Arsip Zenius)
Busi Kendaraan Bermotor sebagai Contoh Induktor (Arsip Zenius)

Di atas sebelah kiri adalah gambar rangkaian busi motor/mobil. Jadi ceritanya, mesin mobil/motor itu perlu percikan api untuk membakar campuran bensin dan udara dan menghasilkan gerak mekanik. Dari mana datangnya percikan api itu? Dengan memanfaatkan sifat induktor tadi.

Awalnya, saklar di atas ditutup sehingga rangkaian kayak gambar kedua (tengah). Karena sumber arus yang digunakan adalah arus searah, gak akan ada efek apa-apa di induktor karena ga ada perubahan arus, thus ga ada perubahan medan magnet. Kalo ga ada perubahan medan magnet, ga bakal ada tegangan dan arus induksi. 

Begitu saklarnya dibuka, artinya batere ga menyuplai listrik lagi, arus listrik akan jatuh secara tiba-tiba. Akibatnya, akan muncul tegangan yang gede banget di induktor. Nilai tegangan ini diatur supaya melebihi tegangan breakdown udara. Akibatnya, muncul percikan api di celah udara pada busi.

larangan menggunakan handphone saat mengisi bahan bakar (dok: Skepticalreadycheck)
Tanda larangan menggunakan handphone saat mengisi bahan bakar (dok: Skepticalreadycheck)

Hukum Lenz juga bisa menjelaskan kenapa gak dianjurkan untuk pake HP di pom bensin. HP lo itu memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi banget. 

Frekuensi tinggi berarti perubahan medan magnetnya cepet banget. Medan magnet yang berubah dengan sangat cepet ini kalo melewati loop konduktor (misalnya mulut selang atau mulut tangki) akan menginduksi tegangan yang cukup tinggi. Ini ga masalah kalo konduktornya “mulus”. 

Tapi, bakal jadi masalah kalo ada karat, retakan atau patahan pada loop konduktor karena tegangan tinggi tadi bisa menimbulkan arus listrik dalam bentuk spark (percikan api) seperti di busi.

Berbeda dengan kapasitor, induktor tuh jarang dipake sebagai sensor atau komponen elektronika lain. Ini disebabkan oleh ukuran induktor yang umumnya bulky banget karena berbentuk kumparan kan. 

Sebaliknya, kapasitor sangat disukai oleh anak elektro karena bisa dikemas dalam ukuran yang kecil-kecil banget.

Oke, sekarang elo udah tau pengertian dan fungsi kapasitor induktor dalam kehidupan sehari-hari. 

Berarti bisa disimpulkan, benda yang dapat menyimpan energi listrik adalah kapasitor sedangkan benda yang dapat menyimpan energi dalam bentuk medan magnet adalah induktor. 

Gabungan Antara Kapasitor Induktor

Meskipun kelihatannya saling berlawanan, tapi bisa gak ya kapasitor dan induktor digabungkan? Kalo bisa, hasil dan gunanya buat apa ya? 

Memang betul sih, kapasitor dan induktor ini kayak yin dan yang. Kapasitor sering dipake untuk mengkompensasi efek induktansi rangkaian. Inget kan di teori Listrik Bolak-Balik, pada rangkaian RLC, komponen yang mendisipasi daya tuh cuman R alias resistor doang. 

Induktor dan kapasitor gak mengonsumsi daya sama sekali karena mereka cuman menyimpan daya untuk sementara dalam bentuk medan, terus nanti akan dikembaliin lagi ke sistem/rangkaian. Proses penyimpanan-pelepasan energi ini terjadi secara kontinu di kapasitor dan induktor.

Ingat kan, di atas gua pernah bilang, semakin besar arus yang mengalir di sistem, semakin besar daya yang hilang. Kenapa? 

Karena definisi arus adalah jumlah elektron yang mengalir per satuan waktu. Semakin banyak elektron yang mengalir per satuan waktu, semakin banyak juga tumbukan dan gesekan antar elektron-elektron dan elektron-inti atom konduktor. 

Artinya, semakin banyak energi yang terbuang dalam bentuk panas, cahaya, atau bunyi. 

Gue juga pernah bilang bahwa jaringan kelistrikan rumah kita itu umumnya induktif karena banyak kumparan-kumparan sepanjang jaringan.

Akibatnya, kumparan-kumparan itu akan menyimpan energi dan mengirim balik ke jaringan secara terus menerus. Ini menyebabkan daya yang hilang pada sistem jadi gede karena elektronnya “dioper-oper” mulu nih sama induktor-induktor di sistem. 

Supaya lebih efisien, pada jaringan dipasang kapasitor untuk melawan efek induktansi sistem. Jadi, kapasitor dan induksi secara berturut-turut akan menyebabkan efek induktansi yang lebih kecil pada arus listrik sehingga penggunaan listrik bisa lebih efisien. 

Secara matematis, fenomena ini dapat dimodelkan sebagai berikut:

impedansi

Coba elo perhatikan di gambar kiri deh, semakin besar XL atau XC, maka Z alias impedansi akan semakin besar. 

Sekarang liat gambar kanan, semakin besar Z, faktor daya alias cos ф akan semakin kecil. 

Nah, efisiensi rumah elo dalam mengonsumsi daya dilambangkan oleh faktor daya atau cos ф. Semakin resistif rumah elo, artinya semakin seimbang Xdan XC, semakin efisien dalam memanfaatkan energi karena cos ф semakin tinggi. 

Jadi, efek induktansi (XL) dilawan oleh efek kapasitansi (XC) supaya faktor daya semakin mendekati 1. PLN punya batasan loh faktor daya minimal rumah elo yaitu 0,85. Kalo faktor daya rumah lebih jelek dari 0,85 bakal dikenakan penalti alias denda men!

Terus kenapa kita gak boleh ngatur faktor daya rumah sesuka hati kita? kan enak tuh tinggal sesuaikan dengan kebutuhan?

Alasannya adalah bakal banyak energi yang kebuang, juga karena bisa ngerusak generator. 

Generator di pembangkit-pembangkit listrik itu cuman bisa beroperasi kalo faktor daya sistemnya tertentu aja. Ini ada hubungannya dengan medan magnet di generatornya. 

Kalo faktor daya terlalu rendah, kerja generator jadi berat dan kumparannya jadi cepet rusak. Sekalinya rusak, berabe deh benerinnya. Karena harus dililit ulang atau bahkan diganti yang baru. 

Challenge: Menyambung Kabel Putus

Nah, di segmen terakhir ini gue mau sedikit ngenalin tentang pemodelan dan mau ngasih teka-teki. Problemnya gini:

“Mungkin gak sih kita nyambung kabel rumah yang putus tanpa alat bantu sama sekali (tangan kosong)? Kalo mungkin, gimana caranya?”

Coba elo pikir sejenak…

Oke, secara intuitif mungkin kebanyakan dari elo menjawab gak bisa dan takut untuk nyambung kabel dengan tangan kosong.

Tapii.. jawabannya: BISA! 

Hah? Masa sih? Yakin elo? Aman nih? Gimana caranya?

Gue bakal nunjukin ke elo bahwa ini tuh sebenernya ngga berbahaya dan ketakutan elo tuh sebenernya ngga beralasan. Misalnya kabel rumah elo yang masih tersambung ke PLN terputus jadi 2 bagian seperti ini:

kabel putus konduktor

Nah, hal pertama yang perlu elo lakukan adalah menyambung ujung-ujung kabel yang terkupas itu sehingga mereka bersentuhan. Jadinya, seperti gambar di bawah ini. Konfigurasi seperti ini bisa dimodelkan dengan rangkaian seperti gambar bawah kanan:

kabel sambung

Kabel tembaga itu kan bukan konduktor sempurna. Tembaga punya nilai hambatan juga walaupun keciiiiillll banget. Dalam hal ini gue anggap 1 ohm. Kemudian, dengan tangan telanjang lo, sentuh bagian ujung-ujung kabel itu dan lo pelintir sehingga mereka terkait. Sekarang kondisinya seperti di gambar bawah ini:

kabel pilin

Berdasarkan pencarian sekilas dari google, resistansi tubuh manusia itu kalo kering sekitar 100 kilo ohm, jauh lebih gede daripada resistansi kabel. Diketahui tegangan colokan dari PLN 220V.

Dari situ kita bisa hitung bahwa arus total yang mengalir di rangkaian adalah 220,0022 A. Arus yang mengalir lewat pelintiran kabel kurang lebih 219,9978 A dan arus yang melewati tangan elo cuman 0,0022 A alias nyaris 0 A.

Ha! Artinya, elo gak akan kesetrum dengan melakukan ini karena arus yang lewat ke badan elo keciiiiillll banget. Nyaris 100% arus yang disuplai sumber mengalir lewat kabel dan gak melewati tangan atau badan elo sama sekali.

[Disclaimer: Bukan berarti hal ini nggak berbahaya, ya. Karena kalau sambungan 1 ohmnya nggak bener, yang ada elu yang kesetrum. Jadi kalaupun mau coba-coba, nggak perlu pakai tangan. Coba aja pakai amperemeter, set hambatannya jadi 100 kiloohm. Terus lihat deh berapa arus yang melalui amperemeter itu. Di situ bisa kelihatan kalau arusnya memang kecil]

Nah, sebagai penutup, gue kasih teka-teki ya:

Lebih aman mendemonstrasikan atraksi di atas kalo kabelnya bagus mulus atau kalo kabelnya sedikit karatan? Diketahui kabel yang agak karatan resistansinya lebih tinggi dari kabel mulus.

Gimana menurut lo? Terus alesannya kenapa?

Tulis jawaban elo atas teka-teki ini di bagian komen ya. Dan kalo ada di antara elo yang mau ngobrol lebih lanjut sama Johann tentang kapasitor dan induktor, langsung aja tinggalin komen di bawah artikel ini juga ya.

Nah, jadi kerasa kan pentingnya kita belajar fungsi kapasitor induksi termasuk dengan fenomena Magnet, Listrik Statis, dan Listrik Dinamis? Ternyata banyak banget gunanya kan di kehidupan sehari-hari. 

Semoga dengan bahasan gue kali ini tentang fungsi kapasitor induksi, elo makin semangat deh belajar Fisika kelas 12 ini ya. 

Harapan gue sih, semoga tulisan ini bisa bikin elo mampu menerjang ujian-ujian dengan kece dan jadi aware terhadap fenomena-fenomena kelistrikan di sekitar elo. 

Kalo selama ini elo cuman memandang Fisika sebagai rumus-rumus membosankan di atas kertas doang, dengan mengeksplorasi aplikasinya di kehidupan sehari-hari, belajar Fisika jadi bakal seru banget. 

Oh iya, kalo elo ingin liat pembahasan materi Fisika lengkap mulai dari kelas 10, 11, 12 dalam bentuk video singkat dan dijelaskan oleh tutor Zenius, elo bisa langsung klik banner di bawah ini ya. Happy learning guys~

Kapasitor dan Induktor: Pengertian, Contoh & Kegunaannya 9

Originally Published:  January 19, 2015
Update by: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel Ini!