Archaebacteria

Ciri dan Klasifikasi Archaebacteria – Materi Biologi Kelas 10

Hi, Sobat Zenius! Kali ini gue akan mengajak elo untuk mempelajari lebih jauh tentang makhluk hidup mikroskopis, yaitu struktur archaebacteria. Materi ini akan elo temukan di mata pelajaran Biologi kelas X semester ganjil pada kurikulum 2013. 

Jadi, buat elo yang lagi duduk di bangku kelas X atau udah melewati kelas tersebut, pasti udah gak asing lagi deh sama salah satu anggota Kingdom Monera tersebut. Yuk, cus langsung aja kita bahas seluk beluk dan ciri-ciri archaebacteria di bawah ini!

Apa Itu Archaebacteria?

Tahukah elo bahwa archaebacteria merupakan salah satu dari tiga domain besar makhluk hidup? Pada tahun 1977, Carl Woese, seorang mikrobiolog asal Amerika, mengelompokkan makhluk hidup dalam tiga kelompok besar, yaitu archaebacteria, bakteri, dan eukarya.

klasifikasi archaebacteria
Tiga klasifikasi makhluk hidup oleh Carl Woese (Dok. Wikipedia)

Kemudian, pada tahun 1969, Robert H. Whittaker, seorang ekolog tanaman asal Amerika, mengelompokkan makhluk hidup dalam 5 kingdom, yaitu Animalia, Plantae, Fungi, Protista, dan Monera. Nah, archaebacteria atau archaea merupakan anggota dari Kingdom Monera yang bersifat prokariotik, yaitu tidak memiliki membran inti.

Perlu elo ketahui juga bahwa ternyata, archaebacteria ini termasuk organisme tertua yang hidup di bumi lho. Kata archaea (archaios) diambil dari bahasa Yunani yang artinya kuno atau primitif. Hal itu dikarenakan kemampuannya yang bisa hidup di lingkungan ekstrem yang diduga merupakan kondisi lingkungan awal bumi.

Ciri-ciri Archaebacteria

Kingdom Monera terdiri dari archaebacteria dan eubacteria. Meskipun keduanya sama-sama termasuk dalam organisme prokariotik yang tidak memiliki membran inti, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang cukup fundamental. Nah, maka dari itu, elo perlu mengetahui ciri-ciri dari archaebacteria. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari archaebacteria:

  • Organisme prokariotik.
  • Dinding sel archaebacteria terdiri dari polisakarida dan protein, dan tidak memiliki peptidoglikan.
  • Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, archaebacteria memiliki banyak RNA polimerase yang banyak mengandung polipeptida, yaitu lebih dari 8 polipeptida.
  • Archaebacteria memiliki inisiator RNA transfer (tRNA) dengan metionin yang tidak termodifikasi.
  • Memiliki kemampuan untuk hidup di tempat-tempat yang ekstrem, seperti lingkungan dengan kadar garam dan temperatur sangat tinggi.
  • Bisa menghasilkan gas metana (CH4), khususnya pada klasifikasi Euryarchaeota.
  • Tidak memiliki retikulum endoplasma (RE), mitokondria, lisosom, dan badan golgi.
  • Membran selnya tersusun atas lemak, yang berupa ikatan ester dan unit isoprene.
  • Dapat hidup dengan cara soliter (sendiri) atau koloni (berkelompok).
  • Ukuran archaebacteria sekitar 0,1 – 15 mikrometer.

Struktur Tubuh Archaebacteria

Bahas pengertian udah, ciri-ciri juga udah, sekarang bahas apa lagi ya? Yap, struktur tubuh dari archaebacteria. Coba elo perhatikan dulu gambar di bawah ini, lalu baca penjelasan dari masing-masing strukturnya agar elo semakin paham.

struktur tubuh archaebacteria
Struktur organisme uniseluler prokariotik (Dok. thoughtco.com)

Kromosom

Kromosom pada archaebacteria berbentuk sirkular. Fungsinya adalah untuk menyimpan materi genetik, yaitu DNA yang dapat digunakan untuk reproduksi dan untuk hidup selnya.

Ribosom

Ribosom adalah organel kecil yang berfungsi untuk sintesis protein.

Plasmid

Plasmid hampir sama dengan kromosom yang berisi materi genetik, namun kromosom plasmid terpisah dari kromosom utama. Plasmid ini terletak di sitoplasma. Plasmid berfungsi dalam rekayasa genetika.

Sitoplasma

Sitoplasma adalah cairan tidak berwarna yang ada di sel, tersusun dari air. protein, karbohidrat, lemak, garam mineral, ribosom, asam nukleat, dan garam mineral. Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein, mencerna makanan, dan reaksi-reaksi lainnya mengenai metabolisme sel.

Inklusi

Inklusi berfungsi untuk menyimpan hasil metabolisme.

Dinding Sel

Penyusun dinding sel archaebacteria adalah polisakarida dan protein, namun tidak memiliki peptidoglikan. Perbedaan antara archaebacteria dan eubacteria terletak pada penyusun dinding selnya.

Membran Sel atau Membran Plasma

Fungsi membran sel adalah sebagai perlindungan sekaligus transfer materi (mengatur keluar masuk zat). Membran sel atau membran plasma ini bersifat selektif semipermeabel, yaitu hanya dapat mentransfer molekul atau zat tertentu. Membran sel ini terdiri dari fosfolipid dan protein.

Kapsul

Mungkin elo bertanya-tanya, kok ada bakteri yang memiliki kapsul dan ada juga yang gak punya kapsul. Apakah mereka termasuk bakteri? Yap, tidak semua bakteri memiliki kapsul lho. Bakteri yang memiliki kapsul adalah bakteri patogen atau penyebab penyakit. Hal itu berfungsi untuk mencegah fagositosis sebagai bentuk pertahanan dirinya. Kapsul ini terbuat dari polisakarida dan air yang dapat membantu archaebacteria untuk menempel ke permukaan atau bakteri lain.

Flagella

Flagel juga sama seperti kapsul, tidak semua bakteri memiliki flagel. Biasanya, flagel ini juga disebut sebagai rambut getar yang fungsinya sebagai alat gerak. Selain flagel, ada juga bakteri yang memiliki pili. Fungsinya untuk mentransfer DNA dari satu bakteri ke bakteri lainnya selama konjugasi.

Klasifikasi Archaebacteria

Sebelumnya gue udah menyinggung sedikit bahwa archaebacteria merupakan mikroorganisme yang dapat hidup pada lingkungan ekstrem. Berikut ini merupakan klasifikasi archaebacteria berdasarkan filum:

Crenarchaeota

Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, klasifikasi yang satu ini disebut-sebut sebagai organisme yang mengoksidasi amonia paling banyak di tanah dan menyumbang sekitar 20% dari mikroorganisme yang ada pada picoplankton di lautan dunia. Yap, jenis archaea yang satu ini banyak ditemukan di lingkungan laut.

Selain itu, jenis archaea yang satu ini berasal dari lingkungan yang bersuhu tinggi, misalnya mata air panas dan ventilasi hidrotermal bawah laut.

Euryarchaeota

Mikroorganisme euryarchaeota merupakan jenis archaea yang menghasilkan metana. Baik itu metana yang berasal dari sedimen laut, maupun darat seperti persawahan. Sama seperti crenarchaeota, bahwa euryarchaeota juga termasuk mikroorganisme yang diisolasi dari lingkungan panas, metanogenik, dan prokariot yang hidup di ladang garam umumnya adalah halofilik.

Thaumarchaeota

Jenis thaumarchaeota merupakan pengoksidasi amonia yang penting bagi lingkungan perairan dan daratan. Archaea ini disebut sebagai archaea pertama yang terlibat dalam proses nitrifikasi. Contoh dari thaumarchaeota adalah Nitrosopumilus maritimus yang habitatnya adalah laut.

Korarchaeota

Menurut Pace NR., seorang penulis prosiding dari National Academy of Sciences of the United States of America, jenis korarchaeota diperoleh dari sampel mata air panas di Taman Nasional Yellowstone.

Nanoarchaeota

Jenis nanoarchaeota juga berasal dan hidup di lingkungan dengan suhu tinggi. Berdasarkan Ensiklopedia Britannica, nanoarchaeota tumbuh dan membelah di permukaan archaea yang lainnya lho. Jenis ini belum bisa terdeteksi dalam kultur murni, selama ini mereka hanya terdeteksi dalam kultur laboratorium campuran.

Reproduksi Archaebacteria

Archaebacteria melakukan reproduksi dengan cara aseksual, yaitu pembentukan tunas, pembelahan biner, dan fragmentasi. Cara reproduksi ini juga akan dialami juga oleh eubacteria. Jadi, antara archaebacteria dan eubacteria, cara reproduksinya sama aja seperti ini ya.

Pembelahan Biner

Pada reproduksi dengan cara pembelahan biner, berarti archaea membelah diri dari yang awalnya satu sel menjadi dua, empat, delapan, enam belas, dst dengan materi genetik yang sama persis. Umumnya, suatu bakteri akan membelah dalam jangka waktu 1-3 jam. Namun, dalam kondisi ideal, beberapa jenis bakteri bisa melakukan pembelahan setiap 20 menit. Cepet banget ‘kan? Intinya, hasil dari pembelahan biner itu akan menghasilkan anak yang sama persis dengan orang tuanya. Cara ini dapat terlaksana ketika berada dalam lingkungan yang menguntungkan.

Pembentukan Tunas

Archaebacteria yang menggunakan pembentukan tunas untuk reproduksi berarti akan membentuk tunas dalam bentuk ranting terlebih dahulu. Kemudian, tunas tersebut akan mengendap dan membentuk bakteri baru. Bentuk reproduksi ini akan menghasilkan organisme baru yang melekat pada tubuh organisme induknya. Ia akan melepaskan dan memisahkan diri ketika sudah matang. Karena merupakan reproduksi aseksual, sehingga hasil anaknya juga akan mirip dengan induknya, namun biasanya sel anak lebih kecil dibandingkan dengan induk.

Fragmentasi

Cara reproduksi selanjutnya adalah fragmentasi, yaitu pemutusan bagian tubuh untuk membentuk individu baru. Pokoknya elo ingat-ingat aja, kalau fragmentasi itu berarti bakteri memecah atau memisahkan diri menjadi fragmen-fragmen. Sistemnya semacam kloning lagi gitu. Pemisahan ini bisa terjadi secara sengaja maupun tidak disengaja. Bisa juga karena ulah manusia lho. Nah, kalau fragmentasi terjadi bukan karena disengaja atau tanpa persiapan awal, berarti bakteri harus mampu meregenerasi organisme menjadi lengkap lagi agar bisa berfungsi untuk reproduksi.

Nah, itu dia penjelasan mengenai archaebacteria yang termasuk dalam Kingdom Monera. Gimana nih, Sobat Zenius, udah paham belum? Kalau elo masih butuh referensi lagi mengenai archaebacteria, elo bisa nonton video pembelajaran dari Zenius di sini, elo juga bisa pelajari materi biologi lain dengan klik banner di bawah ini.

materi biologi kelas 12

Sobat Zenius, gimana kalau elo cek dulu paket belajar Zenius satu ini. Namanya Zenius Aktiva, fiturnya canggih ada contoh soal berikut video pembahasannya. Yuk cek dulu dengan klik banner di bawah ini ya!

Ciri dan Klasifikasi Archaebacteria - Materi Biologi Kelas 10 9

Baca Juga Artikel Lainnya

Ciri-ciri dan Klasifikasi Makhluk Hidup

Sistem Imun dan Imunisasi

Sistem Pernapasan Manusia

Originally Published: March 10, 2021

Update By: Arieni Mayesha

Bagikan Artikel Ini!