Mengapa Anak Bisa Mirip Dengan Orang Tuanya

Mengapa Anak Bisa Mirip Dengan Orang Tuanya? – Materi Biologi Kelas 12

Pernah gak sih elo kepikiran, mengapa kita memiliki sifat yang mirip ayah dan ibu ya? Atau kenapa kita bisa mirip dengan orang tua kita? Tapi kenapa kita juga punya sedikit perbedaan fisik dan karakter dengan kakak-adik kandung kita? 

Coba perhatikan foto keluarga elo deh, bagaimana wajah dan penampilan kalian semua, agak mirip-mirip kan? Dari warna rambut, warna kulit, bentuk rahang, bentuk telinga, warna bola mata, dan lain-lain. Tapi coba deh elo perhatiin lebih detil lagi.

Secara spesifik, kadang-kadang fitur bentuk fisik kita seperti “puzzle” yang tersusun dari kombinasi bentuk-bentuk fisik kedua orang tua kita. 

Misalnya, bentuk mata elo agak sipit mirip dengan ayah, tapi bentuk rambut elo ikal seperti ibu, bentuk rahang kotak mirip ayah, telinganya lebar seperti ibu. 

Lain lagi dengan misalnya adik kandung elo, bisa jadi matanya belo’ seperti ibu, bentuk rambutnya lurus seperti ayah, sementara bentuk rahangnya lonjong seperti ibu, dan seterusnya.

Bagi pasangan yang memiliki fitur bentuk fisik yang mirip-mirip, memang agak sulit dilihat. Tapi kalau pasangan suami-istri yang bentuk fisiknya jauh berbeda, kelihatan banget anak-anak mereka itu seperti susunan “puzzle” yang merupakan kombinasi dari fitur-fitur fisik kedua orang tuanya. Contohnya seperti foto keluarga di bawah ini:

Foto keluarga yang memiliki banyak kemiripan seperti potongan puzzle (dok. Zenius)
Foto keluarga yang memiliki banyak kemiripan seperti potongan puzzle (dok. Zenius)

Nah, sekarang pertanyaannya, kok bisa begitu ya? Mengapa pada beberapa bagian tubuhmu memiliki ciri mirip ayah dan ibu, tapi kadang-kadang agak beda-beda dikit dengan kakak-adik kandung kita? 

Tenang, jangan pada bingung karena pada kesempatan kali ini, gua ingin menceritakan bagaimana ilmu Biologi mengungkap misteri tentang sifat-sifat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Bicara soal sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua ke anak-anaknya, pastinya kita bicara soal proses pembentukan manusia, yaitu proses reproduksi

Sebagaimana yang elo ketahui, manusia lahir dari proses pembuahan sel sperma pria terhadap sel telur wanita yang terjadi akibat aktivitas seksual, hingga seorang wanita bisa mengandung dan melahirkan anak manusia 9 bulan kemudian. 

Jadi, bisa dikatakan ada sesuatu yang terjadi ketika proses pembuahan hingga proses kandungan, yang membuat seorang anak bisa memiliki fitur-fitur yang mirip dengan kedua orang tuanya.

Nah, untuk menjelaskan “sesuatu yang terjadi” itu, ternyata memerlukan penelusuran teknis, khususnya pada masa-masa pembuahan prazigotik, yaitu segala kejadian yang terjadi dari aktivitas seksual hingga proses fertilisasi yang menghasilkan zigot untuk kemudian menjadi janin hingga terlahirlah manusia seperti elo, gue, dan semua orang yang kita kenal di dunia ini.

Dalam upaya untuk mengetahui “sesuatu yang terjadi” ini, awalnya kebanyakan orang bahkan termasuk ahli biologi sempat mempercayai sebuah konsep yang keliru, yaitu dikenal dengan istilah blending inheritance.

Blending Inheritance: Konsep Pendahulu yang Keliru

Sampai pada abad ke-19, banyak orang termasuk para ahli Biologi mempercayai bahwa sifat-sifat anak diturunkan dari campuran dari sifat kedua orang tuanya.

Mereka dulu membayangkan bahwa sifat kedua orang tua bercampur ibaratnya seperti pencampuran larutan berwarna pada cat tembok. 

Seperti halnya pencampuran cat berwarna biru dan kuning menjadi cat warna hijau, campuran warna merah dan biru jadi ungu, dan seterusnya.

Bagi sebagian besar orang pada saat itu, konsep ini tampak logis-logis saja. Mereka berpikir kalo seorang ayah memiliki rambut keriting gimbal, kemudian ibunya punya rambut lurus maka anaknya akan punya sifat rambut yang merupakan pencampuran dari keduanya, yaitu agak sedikit keriting, atau disebut rambut ikal.

Kemudian jika seorang ayah berambut pirang dan ibunya berambut hitam, maka anak mereka akan memiliki warna rambut yang merupakan campuran antara kuning dan hitam, yaitu warna coklat.

Ilustrasi dari blending inheritance (Arsip Zenius)
Ilustrasi dari blending inheritance (Arsip Zenius)

Namun, Blending Inheritance Makin Diragukan Kebenarannya. Kenapa?

Pertama, konsep blending inheritance atau penurunan campuran ini tidak dapat menjelaskan mengapa di antara saudara bisa terdapat perbedaan. Misalnya anak pertama bisa jadi memiliki rambut lurus seperti ibu, namun anak keduanya memiliki rambut keriting seperti ayah.

Jika suatu sifat bercampur secara sempurna sebagaimana halnya warna pada cat tembok, seharusnya saudara kandung tidak memiliki perbedaan. 

Ini hanya berhasil menjawab pertanyaan, mengapa kamu dan saudara kandungmu mempunyai banyak kemiripan. Ingat ya, mirip bukan sama. 

Misalnya semua saudara kandung kakak-beradik punya sifat rambut ikal karena merupakan percampuran sifat dari rambut keriting dan rambut lurus.

Kedua, konsep blending inheritance ini juga tidak dapat menjelaskan fenomena suatu sifat yang melompati generasi. Pernah gak denger ada om-tante yang bilang kayak gini, “kamu kok lebih mirip kakekmu ya?”. Itulah yang dimaksud dengan sifat yang melompati generasi.

Sifat yang melompati generasi ini bukan hanya terbatas pada bentuk fisik saja, tapi juga penyakit keturunan. Misalnya kasus penyakit hemofilia muncul di berbagai keluarga kerajaan di Eropa pada abad ke-19. 

Seringkali penyakit hemofilia ini tidak langsung turun dari orang tua ke anaknya, tapi lompat dari kakek ke cucunya. 

Elo bisa lihat bagan silsilah keluarga kerajaan Eropa yang terjangkit penyakit keturunan hemofilia pada gambar di bawah ini:

Keturunan Ratu Victoria dan hemofilia. Individu berkotak hitam adalah pembawa, kotak coklat penderita. (dok: hemophilia.org)
Keturunan Ratu Victoria dan hemofilia. Individu berkotak hitam adalah pembawa, kotak coklat penderita. (dok: hemophilia.org)

Bisa dilihat bahwa penyakit hemofilia muncul pada Pangeran Leopold dari Albany, sempat hilang pada anaknya Putri Alice, kemudian muncul kembali pada cucunya Pangeran Rupert.

Ketiga, berdasarkan konsep blending inheritance ini, orang-orang memperkirakan bahwa sifat dari suatu populasi lama kelamaan menjadi seragam. Seperti halnya mencampurkan cat yang berbeda berulang kali sampai semua cat memiliki warna yang sama.

Namun, pada kenyataannya kita tidak pernah melihat adanya populasi yang memiliki sifat sama persis. Seringkali kita lihat dalam keluarga yang berkerabat dekat sekalipun, ditemukan fitur-fitur fisik yang berbeda antara anak satu dan yang lain. 

Bahkan dalam skala masyarakat yang luas justru kita melihat pola sebaliknya, diversifikasi genetika manusia semakin beragam dari waktu ke waktu.

Oleh karena itulah, pada akhirnya konsep blending inheritance ini terpatahkan karena tidak mampu menjelaskan banyak fenomena yang terjadi; termasuk kemiripan anak dan orang tuanya.

Sampai akhirnya, misteri ini menemukan titik terang ketika seorang biarawan asal Kerajaan Austria bernama Gregor Mendel melakukan eksperimen biologi di kebun biara selama bertahun-tahun!

Eksperimen Genetika Mendel

Ternyata kemiripan orang tua dan anak-anaknya terkait atribut fisik, penyakit, dan karakter-karakter lain ini tidak hanya terjadi pada manusia saja lho, melainkan pada tumbuhan dan hewan juga. 

Contohnya, pohon buah yang manis akan menghasilkan bibit pohon yang menghasilkan buah manis juga. Pohon yang buahnya asam menghasilkan biji tanaman yang buahnya asam. 

Begitu juga dengan hewan, misalnya ada sepasang kucing yang kebetulan jantan dan betinanya berwarna putih polos, akan memiliki anak-anak yang berwarna putih polos juga.

Upaya untuk mengungkap misteri ini akhirnya menemukan titik terang ketika pada tahun 1856, seorang biarawan bernama Gregor Mendel melakukan investigasi mendalam dan sistematis mengenai bagaimana suatu sifat diturunkan dari induk ke anak dengan bereksperimen menggunakan tanaman kacang ercis di taman biara seluas 2 hektar.

Gregor Mendel, Bapak Genetika Modern (1822-1884) (Arsip Zenius)
Gregor Mendel, Bapak Genetika Modern (1822-1884) (Arsip Zenius)

Setelah menghabiskan waktu 8 tahun lamanya dengan membiakkan 28.000 tanaman kacang ercis, Mendel menemukan fakta yang berbeda dengan konsep blending inheritance.

Mendel tidak menemukan sifat yang diturunkan berperilaku pencampuran warna cat tembok maupun seperti puzzle, melainkan justru seperti kombinasi dua kelompok kartu yang digabungkan, lalu dikocok sehingga terciptalah kelompok kartu baru yang merupakan kombinasi acak dari kedua kelompok kartu sebelumnya.

Coba elo bayangkan, misalnya sifat-sifat dari ayah direpresentasikan dalam bentuk 1 tumpukan kartu. Satu kartu menyatakan warna kulit gelap, kartu berikutnya menyatakan warna mata coklat, kartu selanjutnya menyatakan bentuk rambut ikal. Ada juga kartu yang menyatakan risiko diabetes, dan seterusnya. 

Begitu juga dengan ibu elo, ibu direpresentasikan dengan 1 tumpukan kartu lainnya dengan sifat-sifat yang dimiliki ibu. Misalnya ada kartu yang menyatakan warna kulit terang, kartu berikutnya menunjukkan warna mata hitam, kartu berikut menyatakan bentuk rambut lurus, dan seterusnya.

Nah, ketika proses pembuahan terjadi, kedua kelompok kartu tersebut digabungkan, kemudian dikocok sampai merata hingga berkombinasi dengan acak. Lalu sebagian dari tumpukan kartu tersebut dikeluarkan dan menjadi 1 kelompok kartu baru yang merepresentasikan diri elo. 

Itulah kenapa warna kulit elo bisa mirip dengan ayah, bentuk rambut elo bisa mirip ibu, warna mata anak pertama mirip dengan ayah, dan seterusnya.

Analogi kartu sebagai mekanisme sifat diturunkan dari induk ke anaknya (dok. Pexels)
Analogi kartu sebagai mekanisme sifat diturunkan dari induk ke anaknya (dok. Pexels)

Analogi kartu seperti yang gue ceritakan di atas dianggap cukup akurat oleh banyak ahli biologi berdasarkan hasil eksperimen dari Mendel. 

Mekanisme eksperimen yang dilakukan oleh Mendel adalah dengan menyilangkan tanaman-tanaman ercis dengan sifat yang berbeda dan mengamati hasil persilangan tersebut. Mendel mencoba mengamati bagaimana sifat warna bunga pada tanaman ercis diturunkan.

Misalnya, dia menyilangkan tanaman kacang dengan bunga ungu dan bunga putih. Hasilnya bagaimana? 

Menurut konsep blending inheritance, hasil persilangan kedua bunga ini seharusnya memiliki warna ungu muda, atau warna di antara ungu dan putih. 

Namun, kenyataannya seluruh hasil persilangannya memiliki warna bunga ungu, bukan ungu muda. Generasi persilangan pertama ini disebut sebagai generasi F1, atau filial 1 (dari bahasa latin filialis, yang berarti keturunan).

Kemudian, ketika tanaman berbunga ungu generasi F1 ini saling disilangkan, hasilnya adalah generasi F2 yang memiliki rasio tanaman berbunga ungu dan berbunga putih sebesar 3 banding 1. 

Mendel mengulangi eksperimen seperti pada warna bunga ini pada berbagai jenis sifat yang lain. Mulai dari warna biji, bentuk biji, tinggi tanaman, posisi bunga, dan lainnya. Hasilnya, Mendel mendapatkan pola yang serupa seperti pada warna bunga. 

Generasi F1 hanya memunculkan sifat salah satu induk, dan generasi F2 memunculkan sifat kedua induk dengan rasio 3 banding 1.

Untuk menjelaskan fenomena ini, Mendel membuat suatu model yang menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi.

Ilustrasi eksperimen genetika Mendel (Arsip Zenius)
Ilustrasi eksperimen genetika Mendel (Arsip Zenius)

Permodelan di atas menyatakan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Pertama: Setiap sifat yang diturunkan dapat memiliki beberapa variasi yang disebut sebagai alel. Dalam kasus persilangan sifat warna bunga ini, dapat ada variasi warna ungu dan putih. (alel A dan alel B)
  2. Kedua: Ada alel yang bersifat dominan dan resesif. Dalam kasus persilangan warna bunga ini, tampak bahwa warna bunga ungu dominan terhadap warna putih.
  3. Ketiga: Setiap sifat yang dibawakan alel, selalu berpasangan dengan alel lainnya. Pasangan antara alel yang bersifat dominan dan resesif akan mendefinisikan sifat-sifat yang dibentuk.
  4. Keempat: Sifat yang direpresentasikan sebagai alel yang berpasangan pada induk pertama dan induk kedua akan berpisah sebelum membentuk kombinasi sifat yang baru. Hal ini kelak disebut sebagai Hukum Segregasi Mendel atau Hukum Pertama Mendel.

Bagian Mana dalam Tubuh Kita yang Berperan Sebagai “Kartu” Pembawa Sifat?

Selama puluhan tahun sejak Mendel mengemukakan penemuannya, apa yang ditemukan oleh Mendel ini hanyalah suatu konsep yang terbukti benar, tapi tidak ada seorangpun yang tahu apa penyebabnya. 

Kita hanya tahu ada pola yang dibentuk dalam hukum Mendel, seperti perbandingan 3:1 atau 9:3:3:1 dan sebagainya.

Namun, elo hanya mengetahui bahwa ada pola yang terbentuk tanpa mengetahui bagaimana mekanisme ini bisa terjadi secara teknis. 

Kenapa sih harus 3:1 atau 9:3:3:1? Kenapa gak 2:1 atau pola yang lainnya? Kenapa alam selalu memilih pola perbandingan tersebut? 

Nah, mekanisme yang terjadi dibalik pola tersebut, baru diketahui setelah seorang ahli riset medis bernama Oswald Avery menemukan materi yang bertanggung jawab atas pewarisan sifat dari induk ke anak-anaknya pada tahun 1944.

Jadi sebetulnya mengapa pada beberapa bagian tubuhmu memiliki ciri mirip ayah dan ibu? Bagian mana dalam tubuh kita yang berperan sebagai “kartu” yang menyatakan sifat kita berambut ikal, mata sipit, kulit berwarna terang, dll? 

Apakah “kartu” yang membawa sifat anak itu diturunkan melalui aliran darah? atau pada sel sperma? atau pada sel telur wanita?

Ternyata setelah Avery-MacLeod-McCarty melakukan eksperimen mendalam, disimpulkan bahwa sifat keturunan pada tubuh individu dibawakan oleh rantai molekul polimer berukuran sangat kecil yang berada di setiap susunan sel di dalam tubuh kita. Nama rantai molekul polimer itu disebut dengan DNA.

Ilustrasi DNA dalam tubuh (dok. Pixabay)
Ilustrasi DNA dalam tubuh (dok. Pixabay)

DNA, atau deoxyribonucleic acid, adalah suatu molekul polimer yang disusun oleh molekul lebih kecil yang berulang-ulang. Molekul lebih kecil ini disebut juga sebagai nukleotida.

Terdiri dari 4 macam yaitu: Adenin (A), Timin (T), Guanin (G), dan Sitosin (C). Jadi urutan dari nukleotida ini akan menentukan DNA tersebut akan membawa sifat yang seperti apa.

Misalnya urutan nukleotida A-G-T-C-G-T-A-C-G dan seterusnya… (sampai ribuan basa nukleotida) akan menginstruksikan sifat rambut berbentuk keriting. Begitu juga dengan kombinasi-kombinasi urutan nukleotida lainnya, membawa instruksi pada sifat-sifat yang lain.

Urutan basa nukleotida ini dapat membentuk kode yang kemudian digunakan oleh sel untuk menghasilkan protein di dalam tubuh.

Urutan Nukleotida pada DNA (dok. Nature.com)
Urutan Nukleotida pada DNA (dok. Nature.com)

Kode pada DNA ini berfungsi ibaratnya seperti sebuah blueprint yang memberikan instruksi bagaimana cara mekanisme tubuh kita dalam membentuk suatu protein yang dibutuhkan. 

Misalnya, suatu kode DNA dapat memberikan instruksi bagaimana cara membuat protein hemoglobin pada sel darah merah, myosin pada sel otot, dan melanin pada sel pigmen kulit. Dari kode DNA inilah sifat dan fungsi tubuh kemudian muncul, begitu juga dengan bentuk fisik yang terlihat (fenotipe) seperti hidung yang mancung, kulit berwarna terang, rambut pirang, dan lain-lain.

Kira-kirang kebayang ya bentuk dan fungsi DNA itu bagaimana? Lebih dalam secara teknis lagi, dari untaian rantai DNA yang begitu panjang, sebetulnya hanya sebagian kecil yang berfungsi untuk mengekspresikan sifat. Rantai DNA yang berfungsi dalam mengekspresikan sifat, kita sebut dengan Gen. 

Sementara rantai DNA yang tidak berfungsi untuk mengekspresikan sifat, disebut dengan Non-coding DNA atau kadang disebut juga Junk DNA.

Apakah Hukum Mendel Masih Relevan dengan Ditemukannya Materi DNA?

Lalu apakah hukum Mendel berdasarkan eksperimen terhadap tanaman kacang ercis masih relevan dengan penemuan DNA dan gen? Apakah hukum Mendel juga berlaku bagi manusia? 

Jawabannya iya.

Hukum Mendel masih relevan dan teraplikasikan kepada semua bentuk makhluk hidup. Masih ingat ada sifat yang dominan dan resesif dalam hukum Mendel?

Ternyata mekanisme cara kerja DNA terhadap ekspresi sifat dominan dan resesif semakin kuat dibuktikan baik secara empiris maupun pengamatan laboratorium. Secara sederhana, kita bisa menyatakan bahwa:

  • DNA yang mengkode sifat yang dominan, akan menjalankan fungsinya
  • DNA yang mengkode sifat yang resesif, tidak akan menjalankan fungsinya

Maksudnya gimana nih? 

Misalnya nih, orang bule cenderung memiliki warna kulit terang atau putih, sementara orang Indonesia cenderung memiliki warna kulit coklat. 

Dalam biologi, warna kulit putih itu adalah ekspresi sifat yang resesif, sementara kulit berwarna adalah ekspresi sifat yang dominan. Kok bisa begitu? 

Menentukannya dari mana? Rupa-rupanya, kulit yang berwarna, misalnya cokelat, hitam, kuning, dll adalah ekspresi sifat timbul karena fungsi dari pigmen melanin yang membentuk warna pada kulit.

Jadi secara biologis apa sih yang terjadi pada kulit berwarna terang seperti kulit orang bule? Secara teknis, DNA mereka mengkode sifat yang resesif pada kode warna kulit. 

Karena sifatnya resesif, sehingga pigmen melanin tidak berfungsi memberi warna pada kulit, sehingga warna kulit yang timbul cenderung pucat terang seperti warna kulit orang-orang bule.

Begitu juga dengan tanaman, bisa ambil contoh sifat warna bunga ungu yang dominan dan sifat warna putih yang resesif. Ternyata, sifat warna ungu muncul akibat adanya suatu enzim yang menghasilkan zat warna ungu. 

Ketika terdapat individu yang membawa alel warna ungu dan putih sekaligus (heterozigot), maka individu tersebut akan tetap menghasilkan enzim di dalam bunganya sehingga warnanya tetap ungu. 

Hanya ketika bunga tersebut sama sekali tidak membawa alel penghasil enzim, maka bunga akan menjadi warna putih (sifat resesif membuat enzim tidak menjalankan fungsinya).

DNA dan sifat dominan – resesif. (dok. plainmath.net)
DNA dan sifat dominan – resesif. (dok. plainmath.net)

Selain ekspresi fenotip, prinsip yang sama juga terjadi pada karakter lain, misalnya pada penyakit genetis. Sifat penyakit genetis hemofilia bersifat resesif, dalam arti alel ini membuat tubuh kita tidak mampu menghasilkan protein untuk pembekuan darah.

Seseorang yang kode DNA-nya heterozigot untuk alel hemofilia dan normal, akan mampu menghasilkan protein pembekuan darah normal. 

Jadi prinsip hereditas Mendel selalu teraplikasi untuk semua makhluk hidup, setiap kali ada alel yang mampu menghasilkan suatu protein yang berfungsi, maka alel tersebut akan bersifat dominan.

Bagaimana Mekanisme yang Terjadi di Balik Hukum Mendel?

Sebelum menjawab itu, elo harus memahami satu komponen lagi dalam tubuh manusia, yaitu kromosom. 

Apa itu kromosom? Kalau DNA itu ibaratnya adalah mata rantai panjang yang saling bertautan. Maka GULUNGAN dari mata rantai panjang DNA di dalam sel kita sebut sebagai kromosom. 

Jadi bisa diibaratkan kalau DNA itu untaian benang, maka kromosom itu adalah gulungan benang tersebut. Secara fisik, kromosom adalah gulungan rantai DNA yang membentuk bentuk khusus yang saling berpasangan. Kalo dilihat dari mikroskop, bentuk kromosom itu seperti ini:

Kromosom manusia (dok. pedia.com)
Kromosom manusia (dok. pedia.com)

Sekilas bentuknya mirip cacing pita berpasangan ya? Itulah bentuk kromosom, isinya kromosom itu adalah untaian rantai DNA dan protein. 

Kalo elo perhatikan lebih jelas, ada pasangan kromosom yang bentuknya simetris, namun ada juga yang bentuknya asimetris. Kromosom yang berpasangan secara simetris ini disebut juga sebagai kromosom homolog. 

Setelah diteliti lebih lanjut, rupa-rupanya setiap manusia itu selalu memiliki 23 pasang kromosom atau 46 kromosom di dalam inti selnya. Jumlah kromosom manusia yang unik ini adalah salah satu hal yang mendefinisikan spesies kita, karena spesies lain memiliki jumlah kromosom yang berbeda. 

Misalnya simpanse, gorilla, dan orangutan memiliki 24 pasang kromosom di dalam inti selnya.

Karena kromosom di dalam sel tubuh selalu berpasangan, dan DNA pada kromosom adalah material pembawa gen. Karena itulah Mendel menemukan bahwa gen selalu dalam bentuk berpasangan. 

Kromosom yang berpasangan ini bisa saja membawa alel yang berbeda, itulah penyebabnya secara teknis mengapa terdapat sifat heterozigot pada 2 pasang alel dalam hukum Mendel. 

Dulu waktu Mendel merumuskan modelnya, dia tidak tahu mekanisme fisik yang terjadi di balik pola itu, sekarang setelah kita memahami bentuknya secara fisik, kita bisa paham mengapa alel itu harus dipasangkan agar pemodelannya bisa sesuai dengan fakta realita empiris.

Mengapa Anak Bisa Mirip Dengan Orang Tuanya? - Materi Biologi Kelas 12 17
DNA dan kromosom

Gimana Hukum Mendel Menjawab Cerita Anak yang Bisa Mirip Orang Tuanya?

Oke, sekarang kita balik lagi ke pertanyaan awal, mengapa kita memiliki sifat yang ayah dan ibu?

Jawabannya secara teknis terjadi pada 2 fase biologis tubuh, yaitu:

  1. Fase pembelahan meiosis di dalam organ reproduksi pria dan wanita sebelum aktivitas seksual
  2. Fase pembuahan sel telur oleh sel sperma setelah aktivitas seksual

Fase pertama adalah sebuah proses dalam organ reproduksi pria maupun wanita yang dinamakan fase pembelahan meiosis, yaitu pasangan kromosom di dalam sel sperma dan sel telur akan berpisah satu sama lain.

Pembelahan meiosis ini terjadi ketika tubuh sedang menghasilkan sel sperma pada lelaki dan sel telur pada wanita. Pada proses pembentuk sel sperma dan sel telur, terjadi proses meiosis di mana kromosom yang berpasangan terpisah dan menghasilkan sel yang hanya membawa separuh dari jumlah kromosom sebelumnya.

Jadi teknisnya, kromosom yang sebelumnya berjumlah 23 pasang atau 46 buah, berpisah pasangannya menjadi hanya 23 buah di dalam setiap sel sperma atau sel telur. 

Maka, setiap sel telur atau sel sperma di dalam organ reproduksi kita hanya memiliki 23 buah kromosom saja.

Pembelahan meiosis (dok. khanacademy.org)
Pembelahan meiosis (dok. khanacademy.org)

Fase kedua adalah proses pembuahan setelah aktivitas seksual terjadi. Ingat setiap sel sperma di dalam tubuh pria hanya memiliki 23 kromosom, begitu juga dalam sel telur wanita hanya memiliki 23 kromosom. 

Ketika proses pembuahan berlangsung, sel sperma pada calon ayah ini, menyumbangkan 23 kromosom dari susunan DNA-nya, sementara sel telur juga menyumbangkan 23 kromosom dari susunan DNA calon ibu.

Jadi setiap manusia yang tersusun oleh 23 pasang kromosom atau total 46 kromosom itu diperoleh dari separuh ayah (23 kromosom) dan separuh dari ibu (23 kromosom). 

Oleh karena itu, secara teknis bisa dibilang semua identitas DNA yang terbentuk dalam tubuh seorang anak, berasal setengahnya dari ayah, dan setengahnya dari ibu. Keren kan!? 

Satu hal yang perlu elo pahami, 23 kromosom pada sel sperma maupun sel telur tidak akan identik satu sama lain. 

Dari jutaan sel sperma dalam tubuh pria dan juga sel telur pada wanita, masing-masing membawa kombinasi kode DNA (baca: tumpukan kartu) yang berbeda-beda. 

Itulah kenapa kadang-kadang saudara kandung memiliki sedikit perbedaan fitur fisik dan karakter masing-masing.

Kadang si anak pertama bentuk rambutnya lurus seperti ibu, tapi si anak kedua bentuk rambutnya justru keriting seperti ayahnya. Jawabannya ya karena pada proses pembuahan, ada jutaan peluang berbeda seiring dengan jumlah sel sperma yang berkompetisi untuk berhasil membuahi sel telur wanita.

Itulah kenapa kita bisa menjawab pertanyaan kenapa anak mirip dengan ayah-ibunya, tapi sedikit berbeda dengan saudara-saudari kandungnya.

Penutup

Demikianlah jawaban yang diberikan oleh ilmu pengetahuan untuk menjawab misteri mengapa kita memiliki sifat yang mirip ayah dan ibu.  

Ternyata dari upaya menjawab pertanyaan kemiripan anak dan orang tua itu, elo bisa mengetahui begitu banyak misteri ilmu pengetahuan, dari mulai konsep hereditas, struktur DNA, kromosom, pembelahan meiosis, proses pembuahan, dan lain-lain.

Lebih dari itu, ternyata penemuan mekanisme penurunan sifat oleh Mendel ini adalah pintu gerbang dari ilmu genetika modern. 

Hari ini, elo sudah tau jauh lebih banyak dari apa yang bisa dibayangkan oleh Mendel ketika semasa beliau masih hidup. 

Dengan pengetahuan kita mengenai bagaimana suatu gen diturunkan, kita telah memanfaatkannya untuk memprediksi lebih baik risiko munculnya penyakit-penyakit genetis.

Selain itu, elo juga telah mampu melakukan modifikasi genetik tanaman dan hewan yang bermanfaat bagi perkembangan usaha pertanian dan peternakan. 

Dari mulai dihasilkan bibit-bibit unggul yang lebih tahan penyakit, menghasilkan lebih banyak buah, memiliki nutrisi yang lebih tinggi, dan lain-lain.

Lebih jauh lagi, dengan pengetahuan kita mengenai DNA dan fungsinya, elo telah melakukan lompatan besar dalam bioteknologi dan rekayasa genetika. 

Lebih detail mengenai bagaimana rekayasa genetika dan pemanfaatannya akan dibahas pada artikel blog berikutnya tentang bioteknologi. Sekian pembahasan gue kali ini, sampai jumpa di artikel berikutnya!

Oh iya, kalau elo ada pertanyaan atau ingin ngobrol dengan gue seputar materi biologi, hereditas, dan genetika, silakan post pertanyaan elo di kolom komentar, ya!

Selain materi genetika, elo juga bisa belajar materi Biologi yang lainnya lho. Dan materi-materi ini sudah dirangkum lengkap dengan contoh soal dan pembahasan oleh Zenius. 

Caranya gampang banget, tinggal login dengan klik banner di bawah ini ya! Selamat belajar!

Mengapa Anak Bisa Mirip Dengan Orang Tuanya? - Materi Biologi Kelas 12 18

Referensi Materi:

https://www.dailymail.co.uk/femail/article-3263705/Attack-clones-staggering-photos-children-look-EXACTLY-like-parents-did-age.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Human_genetic_variation

https://en.wikipedia.org/wiki/Haemophilia_in_European_royalty

https://en.wikipedia.org/wiki/Horse_breeding

https://en.wikipedia.org/wiki/Pea

Campbell Biology, 10th Edition. Jane B. Reece, Berkeley, California.

https://en.wikipedia.org/wiki/DNA

Originally Published: November 10, 2018 
Update by: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel Ini!